Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

KONSEP FILOSOFI PANCASILA

DISUSUN OLEH:

Raja Aulia Avecenna (Ketua)


Sayyid Amir Ali
Fathurrahman
Awaludin
Dimas Andika Fadhillah

IMAM MOHAMMAD BIN SAUD ISLAMIC UNIVERSITY

JAKARTA

FAKULTAS SASTRA ARAB

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur Saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang mana berkat rahmat dan
hidayah-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Konsep Filosofi
Pancasila”. Makalah ini diajukan guna memenuhi nilai mata kuliah Pendidikan
Kewarganegaraan.

Tidak lupa, Saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut
membantu dalam penyusunan makalah ini. Saya menyadari dalam makalah ini masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, Saya sangat mengharapkan kritik dan saran dari
para pembaca makalah ini. Harapan Saya semoga makalah ini bermanfaat dan
menjadikan sumber pengetahuan bagi para pembaca.

Selasa, 15 September 2020

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................ i

DAFTAR ISI .............................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................... 1

A. LATAR BELAKANG........................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN ............................................................ 3

A. ARTI DAN MAKNA SILA


KETUHANAN YANG MAHA ESA ................................... 3
B. ARTI DAN MAKNA KEMANUSIAAN
YANG ADIL DAN BERADAB ............................................ 4
C. ARTI DAN MAKNA PERSATUAN INDONESIA ............. 5
D. ARTI DAN MAKNA KERAKYATAN YANG DIPIMPIN
OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN DALAM
PERMUSYAWARATAN/PERWAKILAN ......................... 6

E. ARTI DAN MAKNA KEADILAN BAGI SELURUH


RAKYAT INDONESIA........................................................ 7

BAB III PENUTUP .................................................................... 8

III.I KESIMPULAN .................................................................... 8

III.II SARAN ............................................................................... 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 9

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menjelang kekalahan Tentara Kekaisaran Jepang di akhir Perang Pasifik, tentara


pendudukan Jepang di Indonesia berusaha menarik dukungan rakyat Indonesia dengan
membentuk Dokuritsu Junbi Cosakai (bahasa Indonesia: "Badan Penyelidik Usaha
Persiapan Kemerdekaan" atau BPUPK, yang kemudian menjadi BPUPKI, dengan tambahan
"Indonesia").
Badan ini mengadakan sidangnya yang pertama dari tanggal 29 Mei (yang nantinya
selesai tanggal 1 Juni 1945). Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan
dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945 dengan tema dasar negara. Rapat pertama ini
diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan
sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung
Volksraad (bahasa Indonesia: "Perwakilan Rakyat").
Setelah beberapa hari tidak mendapat titik terang, pada tanggal 1 Juni 1945, Bung
Karno mendapat giliran untuk menyampaikan gagasannya tentang dasar negara Indonesia
merdeka, yang dinamakannya "Pancasila". Pidato yang tidak dipersiapkan secara tertulis
terlebih dahulu itu diterima secara aklamasi oleh segenap anggota Dokuritsu Junbi Cosakai.
Selanjutnya Dokuritsu Junbi Cosakai membentuk Panitia Kecil untuk merumuskan
dan menyusun Undang-Undang Dasar dengan berpedoman pada pidato Bung Karno
tersebut. Dibentuklah Panitia Sembilan (terdiri dari Ir. Soekarno, Mohammad Hatta, Mr.
AA Maramis, Abikoesno Tjokrosoejoso, Abdul Kahar Muzakir, Agus Salim, Achmad
Soebardjo, Wahid Hasjim, dan Mohammad Yamin) yang ditugaskan untuk merumuskan
kembali Pancasila sebagai Dasar Negara berdasar pidato yang diucapkan Bung Karno pada
tanggal 1 Juni 1945, dan menjadikan dokumen tersebut sebagai teks untuk
memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.
Setelah melalui proses persidangan dan lobi-lobi akhirnya rumusan Pancasila hasil
penggalian Bung Karno tersebut berhasil dirumuskan untuk dicantumkan dalam
Mukadimah Undang-Undang Dasar 1945, yang disahkan dan dinyatakan sah sebagai dasar
negara Indonesia merdeka pada sidang PPKI I tanggal 18 Agustus 1945.

1
Dalam kata pengantar atas dibukukannya pidato tersebut, yang untuk pertama kali
terbit pada tahun 1947, mantan Ketua BPUPKI Dr. Radjiman Wedyodiningrat menyebut
pidato Ir. Soekarno itu berisi “Lahirnya Pancasila”.

2
BAB II

PEMBAHASAN

Pancasila adalah pilar ideologi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
yang berasal dari bahasa sanskerta, panca yang berarti lima dan sila yang berarti prinsip
atau dasar. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan
bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lima ideologi utama penyusunan pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusian yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, Keadilan bagi seluruh rakyat
Indoneisa, adapun arti dan maknanya sebagai berikut:

A. Arti Dan Makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa


Dalam sila pertama, Pancasila sebenarnya membawa konsep tauhid dan toleransi
beragama. Hal ini juga pasti senada dengan ajaran agama islam. Allah ta’ala berfirman :

‫قل هى هللا أحذ هللا الصوذ لن يلذ ولن يىلذ ولن يكي له كفىا أحذ‬

Katakanlah: “Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Rabb yang bergantung
kepada-Nya segala sesuatu. Dialah tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak
ada seorang punyang setara dengan-Nya.”

Dijelaskan lebuh lanjut oleh Iman Ibnu Katsir bahwa Allah yang pertama dan Esa,
tidak ada tandingan dan pembantu, tidak ada yang setara dan tidak ada yang menyerupai-
Nya dan tidak ada yang sebanding dengan-Nya.

Kata Esa ini tidak digunakan untuk menetapkan pada siapapun selain pada Allah,
karna Dia Maha Sempurna dalam seluruh sifat-sifat-Nya dan perbuatan-perbuatan-Nya.

3
Adapun makna Sila Ketuhanan Yang Maha Esa :
1. Percaya dan taqwa kepada tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan
kepercayaannya masing-masing

2. Hormat dan menghormati serta bekerjasama antar pemeluk agama dan penganut-
penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbuna kerukunan hidup
3. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing.

Manusia sebagai makhluk yang ada di dunia ini seperti halnya makhluk lain yang
diciptakan oleh Allah ta’ala. Manusia sebagai makhluk-Nya yang paling sempurna wajib
menjalankan perintah tuhannya dan menjauhi larangan-Nya. Dalam konteks bernegara,
maka dalam masyarakat yang berdasarkan Pancasila, maka secara otomatis terjamin
kebebasannya untuk memeluk agama apapun.

B. Arti Dan Makna Kemanusian Yang Adil Dan Beradab


Kita sebagai sesama ciptaan Allah hendaknya berlaku adil baik yang memiliki
kedudukan ataupun tidak, yang besar ataupun kecil dan lain sebagainya, sebagaimana
Firman Allah :

‫اليٌهكن هللا عي الذيي قتلىكن في الذيي وأخزجىكن هي ديبركن وظهزوا على إخزاجكن أى تىلىهن وهي يتىلهن‬
‫فأولئك هن الظلوىى‬

“Allah ta’ala tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari
kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS:
Al-mumtahanah:8)

Dan dalam keadaan terdzolimi pun kita dituntut untuk tetap berlaku adil dalam
menuntut keadilan tanpa melebih-lebihkan tuntutan tersebut dan bersabar, sebagaimana
firman Allah dalam surat An-nahl:126 :

‫وإى عبقجتن فعبقجىا ثوثل هب عىقجتن ثه ولئي صجزتن لهى خيز للصجزيي‬

4
“Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan balasan yang serupa denga siksaan
yang ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhnya itulah yang lebih
baik bagi orang-orang yang bersabar.”

Dalam sila kedua ini juga dituntut agar setiap warga negara indonesia berlaku adil
denga siapapun. Hal ini bertujuan agar terciptanya kerukunan antar masyarakat berbangsa
dan bernegara, Allah ta’ala berFirman:

‫يأيهب الذيي ءاهٌىا ال يسخز قىم هي قىم عسى أى يكىًىا خيزا هٌهن وال ًسبء هي ًسبء عسى أى يكىى خيزا هٌهي‬
‫وال تلوزوا أًفسكن وال تٌبثزوا ثبأللقبة ثئس االسن الفسىق ثعذ اإليوبى وهي لن يتت فأولئك هن الظلوىى‬

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah suatu kaum mengolok-olok kaum yang
lain, (karena) bisa jadi mereka (yang diolok-olok) lebih baik dari merka (yang mengolok-
olok), dan jangan pula perempuan-perempuan (mengolok-olok) perempuan lain, (karena)
bisa jadi perempuan (yang diolok-olok) lebih baik dari perempuan (yang mengolok-olok).
Janganlah kamu mencela satu sama lain, dan janganlah saling memanggil dengan gelar-
gelar yang buruk. Seburuk-buruknya panggilan adalah (panggilan) yang buruk (fasik)
setelah beriman. Dan barangsiapa tidak bertaubat, maka mereka itulah orang-orang yang
dzalim.” (QS. Al-Hujurat:11)

C. Arti Dan Makna Sila Persatuan Indonesia


Dalam Pancasila tentu ada kata persatuan yang berasal dari kata “satu”, yang
mengandung makna utuh yang tidak terpecah-pecah. Persatuan juga mengandung
pengertian bersatunya yang bermacam-macam corak dan juga beraneka ragam yang
menjadi satu tujuan yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia.

Sehingga, kata persatuan indonesia ini sudah mencakup persatuan arti ideologi, politik,
ekonomi sosial budaya dan termasuk keamanan yang harus sanggup memajukan
kesejahteraan umum dan mampu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mewujudkan
perdamaian dunia yang abadi.

5
Pohon beringin merupakan lamnbang sila ke-3 dalam Pancasila yang melekat dan sudah
disahkan secara legalistasnya berdasarkan UUD. Jadi pohon beringin tersebut diilustrasikan

sebagai gambaran akan perlindungan sistem negara Indonesia terhadap semua golongan
yang berada di negara Indonesia.

Adapun makna pohon beringin disini ialah ilustrasi tumbuhan besar yang digambarkan
dapat untuk berteduh untuk masyarakat Indonesia, sedangkan akar pohon beringin
bermakna menjalarnya akar keseluruh penjuru namun sumbernya tetaplah satu, sehingga
banyaknya budaya akan menjadi suatu kekuatan dan menjadi karakteristik yang melekat
pada negara Indonesia.

Maka dapat disimpulkan bahwa makna nilai persatuan bangsa Indonesia merupakan
sebuah perwujudan paham kebangsaan yang memberi tempat bagi keragaman budaya atau
etnik di Indonesia. Sehingga dengan adanya tempat bagi keberagaman budaya dan lain-
lainnya itu adalah wujud asas kebersamaan, solidaritas, serta rasa bangga dan juga kecintaan
terhadap bangsa dan budaya yang ada di Indonesia.

D. Arti Dan Makna Sila Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanan
Dalam Permusyawaratan/Perwakilan
Sila ke-4 yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyaratan/perwakilan” merupakan salah satu sila yang hampir tidak diterapkan lagi
dalam demokrasi di Indonesia padahal sila ke-4 ini merupakan penjelmaan dalam dasar
politik Negara yang berarti Negara yang berkedaulatan rakyat menjadi landasan mutlak
daripada sifat demokrasi negara Indonesia.

Adapun lambang dari sila ke-4 ini ialah binatang banteng atau lembu liar yang berarti
binatang sosial dan hal ini diilustrasikan kepada manusia yang juga merupakan makhluk
sosial. Pertama kali dicetus oleh Presiden soekarno dimana pengambilan keputusan yang
dilakukan bersama (bermusyawarah), gotong royong, dan kekeluargaan. Hal tersebut
merupakan nilai-nilai khas bangsa Indonesia.

6
Sedangkan pernyataan yang dipimpin oleh hikmat adalah pemimpin yang berakal sehat,
rasional, cerdas, terampil pada hal-hal yang bersifat fisik/jasmaniyah, sementara
kebijaksanaan ialah pemimpin yang berhati-nurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan terampil
pada hal-hal yang bersifat psikis/ rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-bijaksana itu lebih
mengarah pada pemimpin yang profesional melalui tatanan dan tuntunan
permusyawaratan/perwakilan.

Bila dicermati, arti dan makna sila ke-4 ialah demokrasi yang berati pemerintahan dari
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat yang dilaksanakan dengan cara bermusyawarah agar
mendapatkan keputusan yang bulat yang berdasarkan kecintaan terhadap rakyat dan juga
memperhatikan dan menghargai aspirasi seluruh rakyat melalui menghargai perbedaan dan
mengedepankan kepentingan rakyat, bangsa dan negara agar dalam melaksanakan keputusan
dengan hati yang terbuka.

E. Arti Dan Makna Sila Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Konsep keadialan sosial telah menjadi salah satu pemikiran filosofis presiden soekarno:
“keadilan sosial ialah suatu masyarakat atau sifat suatu masyarakat adil dan makmur,
berbahagia buat semua orang, tida ada penghinaan, tidak ada penindasan, tidak ada
penghisapan.”

Pemikiran filosifis tersebut mengandung pemahaman bahwa soekarno sangat


memprioritaskan nilai keadilan dan menjunjung tinggi nilai hak-hak asasi manusia dalm
konsep hidup berbangsa dan bernegara. Lahirnya sila kelima ini dikarenakan masa gelapnya
sejarah bangsa indonesia yang selalu di tindas selama masa penjajahan belanda maupun
jepang. Pemikiran tersebut membuktikan bahwa bapak presiden soekarno ingin
mencanangkan keadilan sosial sebagai warisan dan etika bangsa Indonesia yang harus
kitaraih bersama-sama.

Prinsip kelima dari pancasila jelas terkandung makna tentang kesetaraan hak asasi
manusia dan kewajiban dalam menciptakan keadilan bagi seluruh rakyat. Setiap orang
memiliki martabat yang sama seperti makhluk tuhan. Tujuan akhir prinsip ini adalah untuk
mewujudkan tingkat kondisi yang layak, dimana tidak ada “penderitaan”, kesengsaraan
ataupun kemiskinan serta memungkinkan setiap individu hidup dengan layak.

7
BAB III

PENUTUP

III.I KESIMPULAN
Pancasila merupakan falsafah dan dasar negara Republik Indonesia sebagai pedoman
bagi segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pancasila terdiri atas 5 sila yang mengandung nilai-nilai didalamnya, nilai-nilai
tersebut diwujudkan sebagai pengamalan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dan sebagai warga negara yang baik hendaklah kita bersama-sama bertoleransi dalam
segala hal, baik dalam urusan beragama ataupun dalam kegiatan sehari-hari, dan juga
berlaku adil dalam memimpin ataupun bermasyarakat.

III.II SARAN
Agar pengamalan dalam nilai-nilai yang terkandung dalam ke-5 sila kembali diamalkan
hendaknya dimulai dari pemerintah terlebih dahulu agar seluruh rakyat bisa mencontoh dan
berlapang dada untuk menerima keputusan yang diambil oleh pemerintah untuk
kemaslahatan bersama. Seperti yang kami buat pada BAB II hendaknya pemerintah
membuat kebijakan demi cita-cita rakyat dan mendahulukan kepentingan bernegara
daripada kepentingan pribadi.

8
DAFTAR PUSTAKA

- Anonim.2011.Demokrasi
pancasila.http://www.id.wikipedia.org/wiki/demokrasi_pancasila: 02 Juli 2013
- Fatkhurrokhim,Heri.2012.Makalah Kewarganegaraan sila ke-4.
http://herirookhie.wordpress.com/2012/10/03 makalah-kewarganegaraan-sila-ke-4/ 01
Juli2013
- Makna sila ketuhanan sila ketuhanan yang maha esa oleh Oktaviani pratama putri
- Konsep keadilan sosial dalam bingkai sila kelima pancasila oleh Yunie herawati
- Makalah makna sila ketiga pancasila dan contohnya dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara oleh Lestari putri

Anda mungkin juga menyukai