Anda di halaman 1dari 34

” KASUS YANG BERKAITAN DENGAN PENGENDALIAN FISIK DAN AUDIT

PERSEDIAAN”

Makalah

Dosen Pengampu Oki Dewa Brata, S.E., M.Si., Ak.

Oleh :
Irwansyah
0118124039

Reguler B2-A Akuntansi

PRODI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2019

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

DAFTAR TABEL...................................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................................1

1.1. LATAR BELAKANG...............................................................................................1

1.2. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................2

1.3. TUJUAN PENELITIAN...........................................................................................2

BAB II ISI................................................................................................................................4

2.1AUDIT PERSEDIAAN...............................................................................................4

2.1.1. Pengertian dan Tujuan Audit Persediaan......................................................4

2.1.2. Tahapan Prosedur Audit Pemeriksaan atas Akun Persediaan.....................4

2.1.3. Pengujian atas Penentuan Harga Pokok Persediaan.....................................6

2.1.4. Pemeriksaan Siklus Persediaan.....................................................................7

2.1.5. Fungsi Bisnis Dalam Siklus Persediaan dan Dokumen Terkait...................8

2.1.6. Tahap-tahap Audit Persediaan......................................................................9

2.1.7. Prosedur Analitikal.....................................................................................13

2.1.8. Metode untuk Merancang Uji Detail Transaksi..........................................13

2.1.9. Prosedur Pemeriksaan Fisik Persediaan.....................................................14

2.2. KASUS YANG BERKAITAN DENGAN PENGENDALIAN FISIK DAN


AUDIT PERSEDIAAN..................................................................................................17

2.2.1. Kasus 1 : Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.
17

2.2.2. Kasus 2 : Pencurian Pakaian di Bertolini’s oleh Karyawannya..................23

BAB III PENUTUP................................................................................................................26

3.1. KESIMPULAN.......................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................27

ii
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Fungsi Bisnis dalam Siklus Persediaan dan Dokumen Terkait...................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Akun persediaan merupakan akun yang kompleks dan memerlukan pengendalian


yang kuat karena persediaan adalah bagian yang utama dalam neraca dan sering kali
merupakan perkiraan yang terbesar yang melibatkan modal kerja. Selain itu persediaan juga
sering tersebar di beberapa lokasi yang menyulitkan perhitungan fisik. Untuk penilaian juga
sulit karena keusangan dan perlunya mengalokasikan biaya manufaktur ke dalam
persediaan. Audit Persediaan adalah merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada
umumnya nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun
penyalahgunaan. Oleh karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian
utama auditor dalam pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan.

Semakin berkembangnya suatu perusahaan menuntut pula perkembangan di bidang


pemeriksaan. Pemeriksaan yang di lakukan tidak hanya pemeriksaan keuangan saja tetapi
juga pemeriksaan yang menekankan penilaian sistematis dan objektif serta berorientasi pada
tujuan untuk memperoleh keyakinan tentang keaktifan dan memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan yang di periksa. Pada sebuah perusahaan dagang salah satu
informasi yangb disajikan dalam laporan keuangan adalah nilai persediaan barang dagangan
yaitu persediaan barang yang di miliki dengan tujuan utama untuk di jual dalam rangka
kegiatan normal perusahaan.

Secara intern, kesalahan penyajian nilai persediaan barang dagang dapat


menimbulkan kesalahan pengambilan keputusan produksi. Kegiatan pemasaran dan bahan
pembelanjaan perusahaan. Bagi pihak ekstern, kesalahan tersebut dapat memberikan
informasi yang menyesatkan mengenai profitabilitas dan bahkan kemampuan perusahaan
untuk dapat menyelesaikan kewajiban-kewajiban keuangan.

Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak akan informasi akuntansi
mengenai persediaan barang dagang dibutuhkan pengujian kesusaian antara praktek
akuntansi persediaan barang dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Proses
pengujian tersebut di kenal dengan istilah Auditing yang di lakukan oleh akuntan publik
sebagai pihak yang indipenden dari penyelenggaraan kegiatan, pemilikan dan hubungan
baik lainnya dengan organisasi perusahaan yang dapat mempengaruhi indipenden tersebut.
1
1.2. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat diperoleh
rumusan masalah sebagai berikut.

1. Bagaimana tentang Audit Persediaan?


a. Apa pengertian dan tujuan Audit Persediaan?
b. Bagaimana tahapan prosedur Audit Pemeriksaan atas Akun Persediaan?
c. Bagaimana pengujian atas penentuan Harga Pokok Persediaan?
d. Bagaimana pemeriksaan siklus persediaan?
e. Bagaimana fungsi bisnis dalam siklus persediaan dan dokumen terkait?
f. Bagaimana tahap-tahap Audit Persediaan?
g. Bagaimana prosedur analitikal?
h. Bagaimana metode untuk merancang uji detail transaksi?
i. Bagaimana prosedur pemeriksaan fisik persediaan?
2. Bagaimana tentang Kasus yang berkaitan dengan Pengendalian Fisik dan Audit
Persediaan?
a. Bagaimana kasus di PT. Kimia Farma Tbk.?
b. Bagaimana kasus di Bertolinis’s?

1.3. TUJUAN PENELITIAN

Adapun tujuan dari makalah ini adalah mampu menangani masalah sebagai berikut.

1. Untuk mengetahui Audit Persediaan.


a. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan Audit Persediaan;
b. Untuk mengetahui tahapan prosedur Audit Pemeriksaan atas Akun Persediaan;
c. Untuk mengetahui pengujian atas penentuan Harga Pokok Persediaan;
d. Untuk mengetahui pemeriksaan siklus persediaan;
e. Untuk mengetahui fungsi bisnis dalam siklus persediaan dan dokumen terkait;
f. Untuk mengetahui tahap-tahap Audit Persediaan;
g. Untuk mengetahui prosedur analitikal;
h. Untuk mengetahui metode untuk merancang uji detail transaksi;
i. Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan fisik persediaan;

2
2. Untuk mengetahui Kasus yang berkaitan dengan Pengendalian Fisik dan Audit
Persediaan.
a. Untuk mengetahui kasus di PT. Kimia Farma Tbk;
b. Untuk mengetahui kasus di Bertolinis’s;

3
BAB II
ISI

2.1 AUDIT PERSEDIAAN


2.1.1. Pengertian dan Tujuan Audit Persediaan

Audit Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya
nilainya cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh
karena itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam
pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan.

Adapun tujuan utama pemeriksaan persediaan adalah untuk menentukan bahwa :

 Persediaan secara fisik benar-benar ada


 Prosedur pisah batas (cut-off) persediaan telah dilakukan dengan memuaskan
 Persediaan telah dinilai sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berlaku Umum (PSAK)
yang diterapkan secara konsisten
 Persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang, rusak, dapat diidentifikasika
dengan tepat dan dicadangkan dalam jumlah yang memadai

 Penghitungan matematis dalam daftar persediaan telah dibuat dengan cermat ·
Persediaan yang dijaminkan telah diidentifikasikan dan diungkapkan dengan jelas
dalam catatan atas laporan keuangan

Walaupun tujuan-tujuan audit yang disebutkan di atas diarahkan terutama atas


eksistensi dan valuasi persediaan dalam neraca, tetapi auditor harus selalu ingat bahwa audit
terhadap akun persediaan yang dilakukannya harus berhubungan dengan harga pokok
penjualan dan akun-akun terkait lainnya dalam laporan laba rugi.

2.1.2. Tahapan Prosedur Audit Pemeriksaan atas Akun Persediaan

Beberapa tahapan prosedur audit yang harus dilakukan auditor dalam melakukan
pemeriksaan atas akun persediaan diantaranya adalah :

4
1. Pemahaman Bisnis Klien – kecukupan pemahaman atas bisnis perusahaan merupakan
dasar terhadap audit persediaan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh auditor
melalui Kuesioner Pemahaman Bisnis dan Jenis Usaha Klien akan memberikan auditor
pemahaman mengenai aspek-aspek unik dari bisnis dan jenis usaha, seperti faktor
musiman dan siklus, sifat dari keuangan, metode dan kebijaksanaan penjualan, kondisi
persaingan usaha, bahan baku dan sumbernya, tenaga kerja dan fasilitas pabrik yang
berkaitan dengan kebijaksanaan operasi perusahaan serta karakteristik sistim informasi
termasuk metode costing. Pemahaman ini memungkinkan auditor untuk mencapai
kesimpulan mengenai aspek-aspek laporan keuangan sehubungan dengan persediaan.
2. Penilaian Pengendalian Intern – tujuan pengendalian intern atas persediaan adalah
untuk meyakinkan bahwa (a) adanya pengendalian yang memadai terhadap mutasi
persediaan, (b) semua transaksi persediaan telah dicatat dan diklasifikasikan dengan
tepat, (c) penghitungan fisik persediaan telah dijalankan sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan, (d) harga perolehan persediaan telah ditentukan dengan tepat, (e)
penyesuaian atas persediaan yang bergerak lambat (slow moving), usang dan rusak
telah dilakukan dengan tepat.
3. Pengujian Substantif – tujuan utama pengujian substantif terhadap persediaan adalah
untuk memberikan bukti nyata dari keberadaan dan penilaian persediaan. Pengujian ini
meliputi observasi dan pengujian penghitungan fisik (stock taking), pengujian ringkasan
dan pengujian harga.

Observasi dan Pengujian Fisik Persediaan

Observasi penghitungan fisik merupakan prosedur pemeriksaan umum.


Keikutsertaan auditor pemeriksa dalam penghitungan fisik dan observasinya akan
memberikan kepuasan dalam menilai metode penghitungan fisik yang dilakukan dan
ketaatan perusahaan atas penyajian kuantitas serta kondisi fisik persediaan.

Apabila auditor tidak dapat melakukan observasi atas penghitungan fisik persediaan
karena adanya pembatasan pemeriksaan, maka auditor dapat memberikan pendapat dengan
kualifikasi atau tidak memberikan pendapat sama sekali atas laporan keuangan perusahaan
yang diperiksanya.

Ada beberapa metode penghitungan fisik persediaan, antara lain :

5
1. Penghitungan fisik secara menyeluruh yang dilaksanakan setahun sekali pada tanggal
neraca atau pada tanggal tertentu yang dihadiri auditor.
2. Penghitungan yang kontinue yang dilakukan atas seluruh persediaan sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun.
3. Penghitungan ulang atas semua seksi yang terbesar dengan menghitung sekurang-
kurangnya sekali dalam setahun untuk seksi-seksi lainnya.

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 331 mengenai “Sediaan”


mengatur mengenai penghitungan fisik persediaan yang dilakukan oleh auditor.

Dalam paragraf 3 diatur bahwa jika kuantitas sediaan hanya ditentukan melalui
penghitungan fisik, dan semua penghitungan dilakukan pada tanggal neraca atau pada suatu
tanggal dalam periode yang tepat, baik sebelum maupun sesudah tanggal neraca, maka perlu
bagi auditor untuk hadir pada saat penghitungan fisik sediaan dan, melalui pengamatan,
pengujian dan permintaan keterangan memadai, untuk meyakinkan dirinya tentang
efektivitas metode penghitungan fisik sediaan dan mengukur keandalan yang dapat
diletakkan atas representasi klien tentang kuantitas dan kondisi fisik sediaan.

Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan auditor dalam penghitungan fisik
persediaan, diantaranya adalah :

1. Selama penghitungan fisik persediaan, auditor harus memastikan bahwa pengendalian


atas prosedur pemasukan dan pengeluaran barang atau pergerakan intern barang selama
penghitungan berlangsung telah diikuti sebagaimana mestinya, untuk menilai
kecermatan pisah batas (cut-off) yang telah dilakukan. Jika memungkinkan, sebaiknya
proses produksi dihentikan sementara selama berlangsungnya penghitungan fisik
persediaan ataupun penghitungan fisik dilakukan pada saat tidak adanya kegiatan
penerimaan maupun pengeluaran barang di gudang.
2. Auditor harus memperhatikan kemungkinan adanya barang konsinyasi (titipan) yang
bukan menjadi milik perusahaan, barang jaminan dan lainnya.
3. Kemungkinan adanya persediaan yang tidak berada dalam pengawasan perusahaan,
misalnya barang yang berada di lokasi gudang umum, barang yang dipegang oleh
penjual, barang konsinyasi dan lainnya. Untuk jenis persediaan ini, prosedur audit yang
harus dilakukan adalah dengan melakukan konfirmasi langsung secara tertulis ataupun
dengan penghitungan fisik.

6
4. Auditor harus memastikan bahwa persediaan dalam perjalanan benar-benar belum
diterima sampai pada saat penghitungan fisik persediaan berlangsung.

Jika penghitungan fisik persediaan dilakukan setelah tanggal neraca, auditor harus
melakukan tarik mundur (draw back) hasil penghitungan fisik persediaan ke saldo tanggal
neraca. Prosedur ini terutama diperlukan untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa
pencatatan saldo persediaan pada tanggal neraca telah sesuai dengan fisik persediaan yang
ada di gudang.

2.1.3. Pengujian atas Penentuan Harga Pokok Persediaan

Harga pokok persediaan umumnya ditentukan dengan metode rata-rata, FIFO


ataupun LIFO. Dalam meakukan pemeriksaan atas akun persediaan, auditor harus
melakukan pengujian untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa metode yang
digunakan dalam menilai persediaan telah sesuai dengan kebijakan akuntansi perusahaan.

Kuesioner Pengendalian Intern Persediaan

Kuesioner berkaitan dengan pengendalian intern persediaan di gudang yang biasanya


ditanyakan oleh auditor selama berlangsungnya pemeriksaan diantaranya adalah :

1. apakah persediaan dipisahkan secara memadai antara bahan baku, barang dalam
proses, bahan pembantu maupun barang jadi
2. apakah terdapat pengamanan yang cukup terhadap pencurian, kerusakan, kebakaran,
banjir maupun risiko lainnya
3. apakah persediaan berada di bawah pengawasan penjaga gudang
4. apakah gudang tempat penyimpanan barang hanya dapat dimasuki oleh petugas
gudang
5. apakah barang dalam gudang hanya boleh dikeluarkan berdasarkan bukti permintaan
dan bukti pengeluaran barang yang telah disetujui oleh pejabat berwenang
6. apakah ada prosedur/pengawasan barang masuk atau keluar gudang, seperti penjaga
pintu, pengecekan ulang antara barang di truk dengan dokumen bersangkutan dan
lainnya
7. jika perusahaan menggunakan sistim persediaan perpetual, apakah pencatatan di
kartu persediaan dibuat terpisah untuk masing-masing kelompok persediaan

7
8. apakah orang yang melaksanan pencatatan pada kartu persediaan bukan orang yang
berfungsi sebagai penjaga gudang
9. apakah secara periodik, jumah barang yang ada di kartu persediaan dicocokkan
dengan buku besar
10. apakah saldo persediaan dihitung secara fisik sekurang-kurangnya setahun sekali dan
dicocokkan dengan kartu persediaan.

2.1.4. Pemeriksaan Siklus Persediaan

Persediaan terdiri dari berbagai bentuk yang berbeda, tergantung pada sifat kegiatan
usaha. Audit atas persedian sering kali merupakan bagian audit yang rumit dan memakan
banyak waktu, karena:

a. Pada umunya persediaan merupakan jenis perkiraan yang besar di dalam neraca, dan
sering merupakan unsur terbesar dari keseluruhan modal kerja (working capital
account)
b. Persediaan berada pada lokasi yang berbeda, yang menyulitkan pengendalian secara
fisik serta penghitungannya
c. Keanekaragaman jenis persediaan menyebabkan berbagai kesulitan bagi auditor
d. Penilaian atas persediaan juga selalu menyulitkan karena adanya faktor keuangan dan
kebutuhan untuk mengalokasikan biaya-biaya pabrik ke dalam persediaan
e. Adanya beberapa metode penilaian persediaan yang dapat digunakan, tapi setiap klien
tertentu harus menggunakan satu metode secara konsisten dari tahun ke tahun

Sifat dasar audit atas siklus persediaan adalah eratnya hubungan siklus ini dengan
siklus-siklus transaksi lain di dalam organisasi tersebut. Hubunganya dengan siklus
perolehan dan pembayaran serta siklus penggajian dan personalia dilihat dari pendebitan-
pendebitan ke dalam perkiraan bahan baku, tenaga kerja langsung (direct labour), dan
overhead pabrik (manufacturing overhead) dalam bentuk-T. Hubungannya dengan
sikluspenjualan dan penagihan dapat dilihat dari pengurangan barang jadi dan pembebanan
ke harga pokok penjualan.

2.1.5. Fungsi Bisnis Dalam Siklus Persediaan dan Dokumen Terkait

1. Mengolah Order Pembelian

8
Setiap permintaan pembelian (purchase requisition) digunakan untuk meminta
bagian pembelian membuat order atas persediaan. Permintaan dapat diajukan oleh karyawan
bagian gudang penyimpanan jika persediaan telah dalam jumlah untuk memesan kembali
atau untuk memenuhi pesanan khusus.

2. Menerima Bahan yang Baru

Setiap bahan yang diterima harus diperiksa jumlah dan kualitasnya. Bagian
penerimaan barang membuat laporan penerimaan barang yang menjadi bagian dari dokumen
penting sebelum pelunasan dilakukan.

3. Menyimpan Bahan Baku

Bahan-bahan yang disimpan di gudang dikeluarkan dari gudang ke bagian


produksisetelah adanya penyerahan permintaan bahan yang disetujuisebagaimana mestinya,
order pekerjaan, atau dokumen sejenisnya yang menunjukkan jenis dan jumlah unit bahan
yang dibutuhkan.

4. Mengolah Barang

Penentuan jenis dan jumlah barang yang akan diproduksi pada umumnya didasarkan
pada order-order spesifik dari langganan, ramalan penjualan (sales forecast), tingkat
persediaan barang jadi yang telah ditetapkan sebelumnya, dan pelaksanaan kegiatan
produksi yang ekonomis.

5. Menyimpan Barang Jadi

Dalam perusahaan dengan pengendalian intern yang baik, barang jadi disimpan di
tempat terpisah dengan akses yang terbatas, di bawah pengendalian secara fisik.
Pengendalian barang jadi sering dipandang sebagai bagian dari siklus penjualan dan
penagihan.

6. Mengirim Barang jadi

Sebagai bagian integral dari siklus penjualan dan penagihan, setiap pengiriman atau
transfer harus diotorisasi melalui dokumen pengiriman.

9
Tabel 1 Fungsi Bisnis dalam Siklus Persediaan dan Dokumen Terkait

NO. FUNGSI-FUNGSI DALAM SIKLUS DOKUMEN YANG BERHUBUNGAN


PERSEDIAAN
1. Mengolah order pembelian Permintaan pembelian, order pembelian

2. Menerima bahan yg baru Laporan penerimaan barang, faktur rekanan

3. Menyimpan bahan baku Catatan perpetual bahan baku

4. Mengolah barang Permintaan bahan baku, catatan akuntansi


biaya
5. Menyimpan barang jadi Catatan perpetual barang jadi, catatan
akuntansi biaya
6. Mengirim barang jadi Dokumen pengiriman, catatan perpetual
barang jadi, catatan akuntansi biaya

2.1.6. Tahap-tahap Audit Persediaan

Tujuan menyeluruh dari audit atas persediaan adalah untuk menetapakan bahwa
bahan baku, barang dalam proses, barang jadi, dan harga poko penjualan telah dinyatakan
secara wajar di dalam laporan keuangan. Ada 4 aspek yang menjadi perhatian auditor dalam
menetapkan jenis pengujian yang akan dilakukan yaitu :

1. Pengendalian fisik terhadap persediaan

Pengujian auditor mengenai kecukupan pengendalian fisik terhadap bahan baku,


barang dalam proses, dan barang jadi harus terbatas pada pengamatan dan penyelidikan.

2. Dokumen-dokumen dan catatan untuk transfer persediaan

Perhatian utama auditor dalam verifikasi transfer persediaan dari satu lokasi ke
lokasi yang lain adalah bahwa transfer yang dicatat adalah sah, transfer yang benar-benar
terjadi telah dicatat, dan kuantitas, uraian serta tanggal dari setiap transfer yang dicatat
tersebut adalah akurat.

10
3. Catatan perpetual

Terdapatnya catatan persediaan perpetual yang memadai berpengaruh terhadap


waktu dan luas pemeriksaan fisik yang dilakukan auditor atas persediaan. Jika catatan
perpetual dapat diandalkan, memungkinkan untuk menguji persediaan fisik sebelum tanggal
neraca, penghematan biaya bagi auditor maupun klien dan memungkinkan klien
memperoleh laporan keuangan yang diaudit lebih awal.

4. Catatan mengenai biaya per unit

Catatan akuntansi biaya yang memadai harus dipadukan dengan kegiatan produksi
dan catatan akuntansi lain agar dapat menghasilkan biaya yang akurat untuk semua hasil
produksi. Sistem akuntansi biaya mempunyai hubungan dengan auditor karena penilaian
persediaan akhir tergantung pada perancangan dan penggunaan sistem yang tepat.

Pengujian rincian saldo untuk persediaan terdiri dari:

1. Menilai materialitas dan risiko inheren dari persediaan


2. Menilai risiko pengendalian untuk beberapa sikluS
3. Merancang dan melaksanakan pengujian pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi dan prosedur analitis untuk beberapa siklus
4. Merancang dan melaksanakan prosedur analitis untuk saldo persediaan
5. Merancang pengujian rincian saldo persediaan untuk memenuhi tujuan-tujuan audit
yang spesifik seperti : prosedur audit, besar sampel, item yang dipilih, dan waktu audit

Hasil pengujian dari beberapa siklus selain siklus persediaan dan pergudangan akan
mempengaruhi pengujian rincian atas saldo-saldo persediaan. Dua aspek pengujian rincian
saldo secara terpisah yaitu : observasi fisik dan penetapan harga serta kompilasi.

Observasi Fisik

Penting bagi auditor independen untuk hadir pada saat penghitungan dan observasi,
pengujian dan tanya jawab yang sesuai untuk mengetahui keefektifan metode penghitungan
persediaan (inventory taking) dan ukuran (tingkat) keandalan yang mungkin diberikan pada

11
pernyataan klien mengenai kuantitas dan kondisi fisik persediaan. Klien bertanggung jawab
menetapkan prosedur-prosedur untuk melakukan penghitungan fisik yang akurat dan untuk
melakukan penghitungan dan pencatatan secara aktual. Auditor bertanggung jawab
mengevaluasi dan mengamati setiap prosedur fisik klien dan menarik kesimpulan mengenai
kecukupan dari persediaan fisik. Seandainya persediaan yang alam kegiatan sehari-hari
perusahaan berada di gudang umum atau para penyimpan pihak luar lainnya, maka
konfirmasi tertulis dari penyimpanan tersebut dapat diterima dengan syarat bahwa apabila
jumlah yang terkandung menunjukkan proporsi yang signifikan dari aktiva lancar atau
keseluruhan aktiva tetap, keterangan-keterangan tambahan harus dibuat untuk meyakinkan
auditor independen mengenai tindak kejujuran dalam situasi tersebut.

Pengendalian

Dalam kaitannya dengan penghitungan fisik persediaan klien, prosedur pengendalian


yang memadai terdiri dari instruksi-instruksi mengenai penghitungan fisik yang cermat,
pengawasan oleh petugas yang bertanggung jawab, verifikasi intern yang independen
terhadap setiap penghitungan, rekonsiliasi independen terhadap penghitungan fisik dengan
catatan perpetual, dan adanya pengendalian yang mencakup kartu-kartu atau formulir-
formulir penghitungan.

Keputusan Audit

Keputusan audit terdiri dari :

a. Waktu (timing)

Auditor memutuskan apakah penghitungan fisik dapat dilakukan sebelu akhir tahun
terutama berdasarkan keakuratan catatan persediaan perpetual.

b. Besar Sampel

Besar sampel (sample size) dalam pengamatan fisik baisanya mustahil dinyatakan dalam
bentuk jumlah item sebab penekanan selama pengujian terletak pada pengamatan terhadap
prosedur-prosedur klien dan bukan pada pemilihan item tertentu untuk diuji.

c. Pemilihan Jenis Item

12
Pemilihan jenis item/barang tertentu untu diuji merupakan suatu bagian keputusan audit
yang penting dalam observasi persediaan meliputi; pengamatan jenis barang yang paling
signifikan dan sampel yang mewakili jenis persediaan yang khas, persediaan yang rusak
atau usang, dan alasan-alasan pengecualian jenis barang yang material oleh pihak
manajemen.

Pengujian Observasi Fisik

Bagian yang paling penting dari pengamatan atas persediaan adalah penentuan apakah
perhitungan fisik telah dilakukan sesuai dengan petunjuk-petunjuk klien.

Audit atas Penetapan Harga dan Kompilasi

Penetapan harga mencakup semua jenis pengujian harga satuan klien untuk menentukan
apakah hal-hal itu telah benar. Kompilasi mencakup semua pengujian atas ikhtisar dari
perhitungan fisik, hasil perkalian harga dengan kuantitas, penjumlahan dari ikhtisar
persediaan, dan penelusuran jumlah persediaan keseluruhannya ke buku besar.

Pengendalian atas Penetapan Harga dan Kompilasi

Pengendalian intern yang penting adalah penggunaan sistem biaya standar yang
menunjukkan setiap varians dalam biaya bahan, tenaga kerja, dan overhead pabrik dan dapat
digunakan untuk mengevaluasi produksi.

Pengendalian intern kompilasi dibutuhkan untuk memberikan sarana guna memastikan


bahwa perhitungan fisik telah diikhtisarkan sebagaimana mestinya, ditetapkan harganya
dengan jumlah yang sama dengan catatan satuannya, adanya perkalian dan penjumlahan
yang benar, dan dimasukkan ke dalam buku besar dengan jumlah yang tepat.

Prosedur Penetapan Harga dan Kompilasi

Dalam membahas prosedur penetapan harga dan kompilasi, tujuan spesifik terhadap
pengujian rincian saldo juga sangat bernanfaat. Tujuan-tujuan tersebut antara lain:

Kelayakan secara menyeluruh yaitu saldo persediaan, rincian yang terdapat dalam daftar
persediaan dan saldo-saldo perhitungan yang berhubungan adalah layak.

13
Tujuan khusus yaitu berkaitan dengan asersi penilaian dan pengalokasian, keberadaan dan
keterjadian, serta kelengkapan.

Penilaian atas Persediaan

Dalam melaksanakan pengujian atas penetapan harga, ada 3 hal yang sangat penting
mengenai metode penetapan harga klien, yaitu: metode tersebut harus sesuai dengan PABU,
penerapan metode tersebut harus konsisten dari tahun ke tahun, dan harga pokok pengganti
(replacement cost) dibanding dengan nilai pasar harus dipertimbangkan.

Penetapan harga persediaan yang berasal dari pembelian

Jenis persediaan pokok yang termasuk dalam kategori ini adalah bahan baku, suku cadang
yang dibeli, dan perlengkapan. Pertimbangan pertama yaitu pada metode penilaian
persediaan yang digunakan apakah FIFO atau LIFO, rata-rata tertimbang atau yang lain.
Selain itu, juga menyelidiki apakah ongkos angkut, penyimpanan, potongan, dan lainnya
juga termasuk dalam nilai persediaan.

Penetapan harga persediaan yang diproduksi sendiri

Dalam menetapkan harga barang dalam proses dan barang jadi, auditor harus
memperhatikan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Hal ini
menyebabkan pelaksanaan audit atas barang yang diproduksi sendiri lebih rumit
dibandingkan dengan audit atas persediaan dari pembelian.

2.1.7. Prosedur Analitikal

Prosedur anlitik itu penting pada audit atas persediaan dan pergudangan dan juga
pada siklus siklus lain. Tabel dibawah ini mencantumkan beberapa prosedur analitik yang
umum di pakai,dan kemungkinan salah saji yang diindikasikan jika ada fluktuasi. Beberapa
dari prosedur analitik dibawah dibahas pada silkus lainnya. Contoh adalah persentase marjin
kotor.

A. Prosedur Analitik untuk Siklus Persediaan dan Pergudangan

Prosedur analitik Kemungkinan salah saji

14
a. Bandingkan persentase marjin kotor dengan tahun sebelumnya Salah saji atau
kurang saji persediaan dan harga pokok penjualan.
b. Bandingkan perputaran persediaan (Harga pokok penjualan dibagi dengan persediaan
rata-rata) dengan tahun sebelumnya. Investasi keusangan persediaan yang
mempengaruhi persediaan dan harga pokok penjualan. Salah saji atau kurang saji
persediaan
c. Bandingkan persediaan biaya perunit dengan tahun sebelumnya Salah saji atau
kurang saji biaya perunit, yang mempengaruhi persediaan dan harga pokok penjualan
d. Bandingkan nilai persediaan yang diperluas denan tahun sebelumnya Salah saji
dalam kompilasi, biaya perunit, atau pengalian, yang mempengaruhi persediaan dan
harga pokok penjualan
e. Bandingkan biaya produksi tahun berjalan dengan tahun sebelumnya (biaya variabel
harus disesuaikan jika ada perubahan volumen) Salah saji biaya perunit persediaan,
khususnya biaya tenaga kerja langsung dan overhead pabrik, yang mempengaruhi
persediaan dan HPP.

2.1.8. Metode untuk Merancang Uji Detail Transaksi

Tahap I

• Identifikasi resiko bisnis klien yang mempengaruhi siklus persediaan dan pergudangan.

• Tentukan salah saji yang dapat ditolerir dan nilailah resiko bawaan untuk siklus
persediaan dan pergudangan

• Nilailah resiko pengendalian untuk beberapa silklus.

Tahap II

• Rancang dan laksanakan pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi
untuk siklus persediaan dan pergudangan.

Tahap III

• Rangcang dan laksanakan prosedur analitik untuk siklus persediaan dan pergudangan

15
• Rancang pengujian terinci atas persediaan untuk memenuhi tujuan audit yang terkait
saldo yang terdiri dari :

a. Prosedur audit

b. Besar sampel

c. Unsur yang dipilih

d. Waktu

2.1.9. Prosedur Pemeriksaan Fisik Persediaan

Memperoleh pemahaman atas bisnis klien bahkan lebih penting untuk persedian
dibandingkan untuk kelayakan aspek audit karena persediaan bervariasi sangat signifikan
untuk perusahaan yang berbeda. Pemahaman yang baik mengenai bisnis klien dan
industrinya memungkinkan auditor menanyakan dan membahas masalah semacam penilaian
persediaan, potensi keusangan, dan adanya persediaan konsinyasi yang bercampur baur
dengan persediaa milik sendiri. Titik awal yang berguna untuk lebih mengenal persediaan
klien yaitu auditor melakukan pemeriksaan ke fasilitas milik klien termasuk bagian
penerimaan, bagian penyimpanan, produksi, perencanaan dan pembukuan.

Sebagai bagian dari perolehan pemahaman mengenai dampak bisnis dan industri
klien pada persediaa didalam tahap perencanaan audit, auditor tersebut harus menilai resiko
bisnis klien. Terdapat sumber yang signifikan mengenai resiko bisnis yan terkait dengan
persediaan karena adanya faktor semacam siklus produk yangpendek dan resiko keusangan,
penggunaan persediaan JIT dan teknik manajemen saluran pasokan lain, ketergantungan
pada sedikit pemasok dan penggunaan teknologi pengelolaan yang canggih.

Setelah melakukan penilaian resiko bisnis, auditor selanjutnya selanjutnya


menetapkan salah saji yang ditolerir, dan menilai resiko bawaan untuk persediaan. Persediaa
biasanya salah satu dari unsur paling material didala laporan keuangan untuk perusahaan
manufaktur, grosir dan eceran. Risiko bawaan seringkali dinilai relatif tinggi tingkatannya
untuk perusahaan yang persediaannya signifikan. Persediaan dapat disimpan dibanyak
lokasi, sehingga akan meningkatkan kekhawatiran tentang keberadaan persediaan, termasuk
potensi untuk kecurian. Penilaian harga persediaan sering kali kompleks, sehingga

16
meningkatkan risiko salah saji untuk tujuan akurasi. Terdapat juga kekhawatiran mengenai
keusangan persediaan, yang berhubungan dengan tujuan nilai bersih yang dapat direalisasi.
Dalam menilai resiko pengendalian, auditor terutama tertarik pada pengendalian intern atas
catatan perpectual, pengendalian fisik, perhitungan persediaan dan penilaian harga
persediaan. Sifat dan luasnya pengendalian sangant bervariasi dari satu perusahaan ke
perusahaan lainnya. Catat bahwa hasil pengujian dari beberapa siklus selain persediaan dan
pergudangan juga mempengaruhi pengujian terinci atas saldo untuk persediaan.

Proses pencatatan fisik

Auditor diharuskan melaksanakan pengujian pengamatan fisik atas persediaan sejak


dikemukakanyya kecurangan yang besar di tahun 1938 di McKesson & Robbins Company,
perusahaan itu membukukan jumlah persediaan fiktif yang signifikan. Hal ini mungkin
karena auditor tidak mengamati fisik persediaan. Hal penting dalam ketentuan SAS 1 adalah
perbedaan antara pengamatan terhadap penghitungan persediaan fisik dan tanggung jawab
untuk melakukan perhitungan. Klien bertanggung jawab menyusun prosedur yang akurat
untuk pehitungan fisik persediaan, serta betul-betul melakasanakannya dan
membukukannya. Tanggung jawab auditor adalah mengevaluasi dan mengamati prosedur
fisik klien tadi dan mengambil kesimpulan mengenai keberadaan persediaan fisik.
Ketentuan pemeriksaaan fisik itu tidak dapat diterapkan ke persediaan di dalam gudang
umum. Persediaan di dalam gudang umum atau yang dilakukan pihak luar lainnya biasanya
diversifikasi melalui konfirmasi terhadap orang terebut. Akan tetapi, jika jumlah persediaan
mrupakan bagian yang signifikan dari aktiva lancar atau total aktiva, auditor harus
menerapkan prosedur tambahan. Tambahan ini meliputi menginvestigasi kinerja penjaga
gudang, menerima laporan akuntan independen mengenai prosedur pengendalian penjaga
gudang atas barang yang di bawah tanggung jawabnyadan mengamati persediaan fisik
barang yang berada di bawah tanggung jawab penjaga gudang, seandainya itu praktis.

Apapun metode pembukuan persediaan klien, selalu ada perhitungan secara periodik
atas persediaan fisik yang ada. Klien mungkin melakukan perhitungan pada saat atau di
sekitar tanggal neraca, beberapa waktu sebelumnya, atau berdasarkan siklus sepanjang
tahun. Dalam hubungannya dengan perhitungan fisik persediaan, prosedur pengendalian
yang memadai mencakup petunjuk yang jelas mengenai perhitungan fisik, verifikasi intern
yang independen atas perhitungan, rekonsiliasi independen antara hasil perhitungan dengan

17
perhitungan dengan berkas induk perpetual, dan pengendalian yang cukup mengenai kartu
atau kertas kerja hasil perhitungan.

Aspek penting dari pemehaman auditor mengenai pengendalian fisik persediaan


klien adalah pengendalian menyeluruh terhadapnya dari sejak persediaan itu ada. Hal ini
perlu untuk mengevaluasi evektifitas prosedur klien, tetpi itu juga memungkinkan auditor
untuk memberikan saran yang membangun kepada klien.

Keputusan audit dalam hal pengantan persediaan secara fisik umumnya sama dengan
bidang audit lainnya: memilih prosedur audit, menetapkan saat pelaksanaan, mentapkan
besarnya sampel dan memilih unsur yang akan diuji. Saat pelaksanaan. Auditor
memutuskan apakah pengamatan persediaan fisik dapat dilakukan sebelum tanggan neraca,
terutama berdasarkan akurasi berkas induk persediaan perpetual. Kalau penghitungan
persediaan fisik interim diijinkan, maka auditor saat itu mengamati dan sekaligus menguji
berkas persediaan perpetual untuk transaksi dari tanggal perhitungan hingga tanggal neraca.

Besarnya sampel. Besarnya sampel yang diambil dalam pengamatan fisik biasanya
tidak mungkin dinyatakan dalam angka tertentu, karena penekanan dalam pengujian ini,
adalah pengamatan prosedur klien, bukannya memilih unsur tertentu untuk diuji. Cara
mudah memandang besarnya sampel dalam pengamatan persediaan fisik adalah berdasarkan
total jam kerja yang digunakan, bukan jumlah persediaan yang dihitung.

Pemilihan unsur. Pemilohan unsur tertentu untuk diuji adalah bagian terpenting
dalam keputusan audit pada pengamatan persediaan secara fisik. Kecermatan dibutuhkan
untuk mengamati perhitungan unsur yang paling signifikan dan sampel yang mewakili jenis
persediaan tertentu, menanyakan jenis barang yang mungkin mengalami kusangan atau
rusak, dan mendiskusikan dengan manajemen alasan unuk tidak mengikutkan barang
tertentu yang material.

Tujuan audit terkait sado yang sama yang telah digunakan dalam bagian sebelumnya
pada pengujian terinci atas saldo memberka kerangka acuan untuk pembahasan pengujian
pengamatan persdiaan fisik. Tapi, sebelum membahas tujuan, perlu memahami beberapa
komentar yang belaku untuk semua tujuan. Bagian terpenting dari pengamatan persediaan
yaitu menentukan apakah perhitungan persediaan secara fisik yang dilakukan sesuai dengan
instruksi klien atau tidak. Prosedur audit pengujian terinci atas saldo yang umum dilakukan

18
untuk pengamatan persediaan secara fisik. Sebagai tambahan atas prosedur terinci, auditor
harus menelusuri semua bagian dimana persediaan digudangkan untuk memastikan bahwa
semua persediaan telah dihitung dan diberi kartu yang memadai.

2.2. KASUS YANG BERKAITAN DENGAN PENGENDALIAN FISIK DAN


AUDIT PERSEDIAAN

2.2.1. Kasus 1 : Skandal Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kimia Farma Tbk.

Permasalahan

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di


Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan
adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans
Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai
bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan
audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali
(restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan
yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah
sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul
pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7
miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9
miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated persediaan sebesar Rp 8,1
miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada
dalam daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur
produksinya, menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1
dan 3 Februari 2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan
dijadikan dasar penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember
2001. Sedangkan kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan
dilakukannya pencatatan ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada
unit-unit yang tidak disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan
penyelidikan Bapepam, disebutkan bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT
Kimia Farma telah mengikuti standar audit yang berlaku, namun gagal mendeteksi

19
kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak terbukti membantu manajemen
melakukan kecurangan tersebut.

Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa


Kementerian BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di
PT KAEF setelah melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan
(overstated) dalam laporan keuangan pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini
terbukti melanggar Peraturan Bapepam No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan
Keuangan poin 2 – Khusus huruf m – Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin
3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:

“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan


dalam penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau
kelalaian.

Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus
diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk
periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa
sebelum periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode.
Pengecualian dilakukan apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam
ketentuan masa transisi penerapan standar akuntansi keuangan baru”.

Sanksi dan Denda

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang
Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun
1995 jo Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan
Kegiatan di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi
administratif berupa denda yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:

1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas
Negara, karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan
keuangan per 31 Desember 2001.

20
2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor
PT Kimia Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,-
(seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak
berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia
Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai
dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya
unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar denda karena
dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di SPAP
SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04
Persyaratan Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang
dituntut dari auditor independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan
pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.

Keterkaitan Akuntan Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk.

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) melakukan pemeriksaan atau penyidikan


baik atas manajemen lama direksi PT Kimia Farma Tbk. ataupun terhadap akuntan publik
Hans Tuanakotta dan Mustofa (HTM). Dan akuntan publik (Hans Tuanakotta dan Mustofa)
harus bertanggung jawab, karena akuntan publik ini juga yang mengaudit Kimia Farma
tahun buku 31 Desember 2001 dan dengan yang interim 30 Juni tahun 2002.

Pada saat audit 31 Desember 2001 akuntan belum menemukan kesalahan pencatatan
atas laporan keuangan. Tapi setelah audit interim 2002 akuntan publik Hans Tuanakotta
Mustofa (HTM) menemukan kesalahan pencatatan alas laporan keuangan. Sehingga
Bapepam sebagai lembaga pengawas pasar modal bekerjasama dengan Direktorat Akuntansi
dan Jasa Penilai Direktorat Jenderal Lembaga Keuangan yang mempunyai kewenangan
untuk mengawasi para akuntan publik untuk mencari bukti-bukti atas keterlibatan akuntan
publik dalam kesalahan pencatatan laporan keuangan pada PT. Kimia Farma Tbk. untuk
tahun buku 2001.

Namun dalam hal ini seharusnya akuntan publik bertindak secara independen karena
mereka adalah pihak yang bertugas memeriksa dan melaporkan adanya ketidakwajaran
dalam pencatatan laporan keuangan. Dalam UU Pasar Modal 1995 disebutkan apabila di
temukan adanya kesalahan, selambat-lambamya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus
sudah melaporkannya ke Bapepam. Dan apabila temuannya tersebut tidak dilaporkan maka

21
auditor tersebut dapat dikenai pidana, karena ada ketentuan yang mengatur bahwa setiap
profesi akuntan itu wajib melaporkan temuan kalau ada emiten yang melakukan
pelanggaran peraturan pasar modal. Sehingga perlu dilakukan penyajian kembali laporan
keuangan PT. Kimia Farma Tbk. dikarenakan adanya kesalahan pencatatan yang mendasar,
akan tetapi kebanyakan auditor mengatakan bahwa mereka telah mengaudit sesuai dengan
standar profesional akuntan publik. Akuntan publik Hans Tuanakotta & Mustofa ikut
bersalah dalam manipulasi laporan keuangan, karena sebagai auditor independen akuntan
publik Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM) seharusnya mengetahui laporan-laporan yang
diauditnya itu apakah berdasarkan laporan fiktif atau tidak.

Keterkaitan Manajemen Terhadap Skandal PT Kimia Farma Tbk

Mantan direksi PT Kimia Farma Tbk. Telah terbukti melakukan pelanggaran dalam
kasus dugaan penggelembungan (mark up) laba bersih di laporan keuangan perusahaan
milik negara untuk tahun buku 2001. Kantor Menteri BUMN meminta agar kantor akuntan
itu menyatakan kembali (restated) hasil sesungguhnya dari laporan keuangan Kimia Farma
tahun buku 2001. Sementara itu, direksi lama yang terlibat akan diminta
pertanggungjawabannya. Seperti diketahui, perusahaan farmasi terbesar di Indonesia itu
telah mencatatkan laba bersih 2001 sebesar Rp 132,3 miliar. Namun kemudian Badan
Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai, pencatatan tersebut mengandung unsur rekayasa
dan telah terjadi penggelembungan. Terbukti setelah dilakukan audit ulang, laba bersih 2001
seharusnya hanya sekitar Rp 100 miliar. Sehingga diperlukan lagi audit ulang laporan
keuangan per 31 Desember 2001 dan laporan keuangan per 30 Juni 2002 yang nantinya
akan dipublikasikan kepada publik.

Setelah hasil audit selesai dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik Hans Tuanakotta &
Mustafa, akan segera dilaporkan ke Bapepam. Dan Kimia Farma juga siap melakukan revisi
dan menyajikan kembali laporan keuangan 2001, jika nanti ternyata ditemukan kesalahan
dalam pencatatan. Untuk itu, perlu dilaksanakan rapat umum pemegang saham luar biasa
sebagai bentuk pertanggungjawaban manajemen kepada publik. Meskipun nantinya laba
bersih Kimia Farma hanya tercantum sebesar Rp 100 miliar, investor akan tetap menilai
bagus laporan keuangan. Dalam persoalan Kimia Farma, sudah jelas yang bertanggung
jawab atas terjadinya kesalahan pencatatan laporan keuangan yang menyebabkan laba
terlihat di-mark up ini, merupakan kesalahan manajemen lama.

22
Kesalahan Pencatatan Laporan Keuangan Kimia Farma Tahun 2001

Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) menilai kesalahan pencatatan dalam


laporan keuangan PT Kimia Farma Tbk. tahun buku 2001 dapat dikategorikan sebagai
tindak pidana di pasar modal. Kesalahan pencatatan itu terkait dengan adanya rekayasa
keuangan dan menimbulkan pernyataan yang menyesatkan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan. Bukti-bukti tersebut antara lain adalah kesalahan pencatatan apakah
dilakukan secara tidak sengaja atau memang sengaja diniatkan. Tapi bagaimana pun,
pelanggarannya tetap ada karena laporan keuangan itu telah dipakai investor untuk
bertransaksi. Seperti diketahui, perusahaan farmasi itu sempat melansir laba bersih sebesar
Rp 132 miliar dalam laporan keuangan tahun buku 2001. Namun, kementerian Badan Usaha
Milik Negara selaku pemegang saham mayoritas mengetahui adanya ketidakberesan laporan
keuangan tersebut. Sehingga meminta akuntan publik Kimia Farma, yaitu Hans Tuanakotta
& Mustofa (HTM) menyajikan kembali (restated) laporan keuangan Kimia Farma 2001.
HTM sendiri telah mengoreksi laba bersih Kimia Farma tahun buku 2001 menjadi Rp 99
milliar. Koreksi ini dalam bentuk penyajian kembali laporan keuangan itu telah disepakati
para pemegang saham Kimia Farma dalam rapat umum pemegang saham luar biasa. Dalam
rapat tersebut, akhirnya pemegang saham Kimia Farma secara aklamasi menyetujui tidak
memakai lagi jasa HTM sebagai akuntan publik.

Dampak Terhadap Profesi Akuntan

Aktivitas manipulasi pencatatan laporan keungan yang dilakukan manajemen tidak


terlepas dari bantuan akuntan. Akuntan yang melakukan hal tersebut memberikan informasi
yang menyebabkan pemakai laporan keuangan tidak menerima informasi yang fair.
Akuntan sudah melanggar etika profesinya. Kejadian manipulasi pencatatan laporan
keuangan yang menyebabkan dampak yang luas terhadap aktivitas bisnis yang tidak fair
membuat pemerintah campur tangan untuk membuat aturan yang baru yang mengatur
profesi akuntan dengan maksud mencegah adanya praktik-praktik yang akan melanggar
etika oleh para akuntan publik.

Pembahasan

23
Keterkaitan Manajemen Risiko Etika disini adalah pada pelaksanaan audit oleh KAP
HTM selaku badan independen, kesepakatan dan kerjasama dengan klien (PT Kimia Farma
Tbk.) dan pemberian opini atas laporan keuangan klien.

Dalam kasus ini, jika dipandang dari sisi KAP HTM, maka urutan stakeholder mana ditinjau
dari segi kepentingan stakeholder adalah:

1. Klien atau PT Kimia Farma Tbk.

2. Pemegang saham

3. Masyarakat luas

Dalam kasus ini, KAP HTM menghadapi sanksi yang cukup berat dengan
dihentikannya jasa audit mereka. Hal ini terjadi bukan karena kesalahan KAP HTM semata
yang tidak mampu melakukan review menyeluruh atas semua elemen laporan keuangan,
tetapi lebih karena kesalahan manajemen Kimia Farma yang melakukan aksi manipulasi
dengan penggelembungan nilai persediaan.

Kasus yang menimpa KAP HTM ini adalah risiko inheren dari dijalankannya suatu tugas
audit. Sedari awal, KAP HTM seharusnya menyadari bahwa kemungkinan besar akan ada
risiko manipulasi seperti yang dilakukan PT. Kimia Farma, mengingat KAP HTM adalah
KAP yang telah berdiri cukup lama. Risiko ini berdampak pada reputasi HTM dimata
pemerintah ataupun publik, dan pada akhirnya HTM harus menghadapi konsekuensi risiko
seperti hilangnya kepercayaan publik dan pemerintah akan kemampuan HTM, penurunan
pendapatan jasa audit, hingga yang terburuk adalah kemungkinan di tutupnya Kantor
Akuntan Publik tersebut.

Diluar risiko bisnis, risiko etika yang dihadapi KAP HTM ini cenderung pada
kemungkinan dilakukannya kolaborasi dengan manajemen Kimia Farma dalam manipulasi
laporan keuangan. Walaupun secara fakta KAP HTM terbukti tidak terlibat dalam kasus
manipulasi tersebut, namun hal ini bisa saja terjadi.

Sesuai dengan teori yang telah di paparkan diatas, manajemen risiko yang dapat
diterapkan oleh KAP HTM antara lain adalah dengan mengidentifikasi dan menilai risiko

24
etika, serta menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan
stakeholder.

1. Mengidentifikasi dan menilai risiko etika

Dalam kasus antara KAP HTM dan Kimia Farma ini, pengidentifikasian dan penilaian
risiko etika dapat diaplikasikan pada tindakan sebagai berikut:

A.) Melakukan penilaian dan identifikasi para stakeholder HTM

HTM selayaknya membuat daftar mengenai siapa dan apa saja para stakeholder yang
berkepentingan beserta harapan mereka. Dengan mengetahui siapa saja para stakeholder dan
apa kepentingannya serta harapan mereka, maka KAP HTM dapat melakukan penilaian
dalam pemenuhan harapan stakeholder melalui pembekalan kepada para auditor senior dan
junior sebelum melakukan audit pada Kimia Farma.

B) Mempertimbangkan kemampuan SDM HTM dengan ekspektasi para stakeholder, dan


menilai risiko ketidak sanggupan SDM HTM dalam menjalankan tugas audit.

C) Mengutamakan reputasi KAP HTM

Yaitu dengan berpegang pada nilai-nilai hypernorm, seperti kejujuran, kredibilitas,


reliabilitas, dan tanggung jawab. Faktor-faktor tersebut bisa menjadi kerangka kerja dalam
melakukan perbandingan.

Tiga tahapan ini akan menghasilkan data yang memungkinkan pimpinan KAP HTM dapat
mengawasi adanya peluang dan risiko etika, sehingga dapat ditemukan cara untuk
menghindari dan mengatasi risiko tersebut, serta agar dapat secara strategis mengambil
keuntungan dari kesempatan tersebut.

2. Menerapkan strategi dan taktik dalam membina hubungan strategis dengan


stakeholder

KAP HTM dapat melakukan pengelompokan stakeholder dan meratingnya dari segi
kepentingan, dan kemudian menyusun rencana untuk berkolaborasi dengan stakeholder
yang dapat memberikan dukungan dalam penciptaan strategi, yang dapat memenuhi harapan
para stakeholder HTM.

25
2.2.2. Kasus 2 : Pencurian Pakaian di Bertolini’s oleh Karyawannya

Dua sahabat; Suzette Washington (SW) dan Paula Kaye (PK) bekerja pada sebuah toko
pakaian bernama Bertolini’s, yang melayani pakaian remaja pria dan wanita. Keduanya
masih berstatus sebagai mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Amerika Tenggara, yang
letaknya tidak jauh dari Bertolini’s. Suzette Washington (SW) adalah seorang mahasiwa
jurusan akuntansi, sedangkan Paula Kaye (PK) kuliah di jurusan pemasaran. Di Bertolini’s,
Suzette Washington (SW) bekerja sebagai karyawan di bagian persediaan, sedangkan Paula
Kaye (PK) sebagai karyawan di bagian pemasaran. Dalam perusahaan tersebut, selain
bagian personalia, hampir seluruh karyawannya masih berstatus sebagai mahasiwa.

Suatu ketika, perusahaan mulai mengalami penyusutan jumlah persediaan pakaian pria pada
tiga departemen. Supervisor SW, yang merupakan asisten manajer toko, yakin bahwa ada
karyawan bagian penjualan yang telah melakukan pencurian. Dari rumor yang beredar di
perusahaan, terdapat dua orang karyawan, yaitu Alex (Al) dan Matt (M), sebagai pelaku
pencurian tersebut. Alex dan Matt mencuri beberapa barang setiap minggunya, yaitu berupa
polo shirt, dasi sutera, jean, dan terkadang juga beberapa barang mahal seperti sweater rajut
dan jaket sport.

Modus pencurian diketahui bahwa Alex menyembunyikan satu atau dua barang di dasar
tong sampah di bawah cash register nomor 2. Selanjutnya, Matt, yang setiap malam bertugas
membuang sampah ke luar, mengambil barang-barang yang disembunyikan tersebut dan
menyimpan di mobilnya. Atas rumor tersebut, Suzette Washington (SW) akan melaporkan
ke manajemen perusahaan, namun Paula Kaye (PK) tidak sependapat, dengan alasan hal itu
hanya berupa rumor, tidak tahu apakah hal itu benar atau tidak. Apabila dilaporkan ke
manajer, akan menimbulkan banyak pertanyaan, dan akan melibatkan polisi. Bahkan pada
akhirnya orang akan menemukan siapa yang mengatakan.

Namun demikian, sebulan kemudian, manajemen memperoleh surat kaleng yang


menyebutkan adanya dua orang pencuri dalam toko tersebut. Atas hal tersebut, Bertolini’s
menyewa detektif untuk menyelidiki masalah tersebut. Setelah dilakukan penyidikan
diketahui bahwa memang pencurian dilakukan oleh Alex dan Matt, dengan total nilai
pakaian yang dicuri selama lebih dari empat minggu adalah sebesar $500.

Atas permasalah tersebut dapat diketahui bahwa:

26
a. Bertolini’s merupakan toko pakaian dengan skala besar, dan tentu saja mempunyai
karyawan yang banyak pula. Selain bagian personalia, sebagian besar karyawannya
adalah mahasiswa. Dengan demikian, karyawan yang berstatus mahasiwa bukan
merupakan karyawan tetap, sehingga memungkinkan kurangnya loyalitas karyawan
terhadap perusahaan. Dimana hal ini dapat terjadi karena mahasiswa yang bekerja di
Bertolini’s, tujuan utamanya mencari penghasilan untuk membiayai kuliah. Dengan
demikian, rasa memiliki terhadap perusahaan sangatlah kecil, atau bahkan tidak ada. Hal
ini ditunjukkan dengan tidak adanya keinginan dan keberanian dari karyawan yang
mengetahui adanya kecurangan dalam perusahaan untuk mengungkapkannya kepada
manajemen perusahaan.
b. Sistem pengendalian pada perusahaan masih sangat lemah. Hal ini diketahui dari adanya
penyusutan jumlah persediaan barang yang tidak wajar, yang tidak segera diketahui oleh
manajemen. Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian persediaan barang pada
perusahaan serta pengendalian pendapatan masih sangat lemah. Dimana persediaan
barang yang berkurang tidak seimbang dengan jumlah barang yang terjual.
c. Pihak manajemen perusahaan kurang tanggap terhadap permasalahan yang ada. Dimana
ditunjukkan dengan adanya rumor pencurian oleh karyawan, bahkan sudah diketahui
pula modusnya, namun tidak segera ditindaklanjuti oleh pihak manajemen. Namun,
setelah mendapat surat kaleng, barulah manajemen mulai bertindak. Sikap kehati-hatian
manajemen tersebut mengakibatkan manajemen kurang peka terhadap permasalahan
dalam perusahaan.

Pembahasan

a. Bila berada dalam situasi seperti yang dialami oleh Suzette Washington (SW) , maka
hal yang akan dilakukan adalah segera melaporkan kepada manajemen dan supervisor
yang bertindak sebagai asisten manajer toko. Karena pencurian terhadap persediaan
yang terjadi adalah material jumlahnya. Semakin cepat pencurian tersebut diketahui,
akan semakin cepat pula pengendalian internal diperbaiki dan aktiva perusahaan
diamankan. Jika hal tersebut dibiarkan dan tidak dilaporkan maka lama kelamaan akan
dapat menyebabkan kerugian.
b. Sangat tepat apabila Suzette Washington (SW) segera melaporkan pencurian tersebut
kepada manajer toko. Hal itu bukan merupakan hal yang tidak etis, namun merupakan
tindakan dalam rangka menjaga etika profesional seorang pegawai terhadap perusahaan

27
dimana ia bekerja selain itu agar going concern perusahaan tetap terjaga. Hendaknya
karyawan loyal terhadap perusahaan atau tempat dimana dia bekerja. Dalam etika
profesional terdapat prinsip-pinsip yaitu tanggung jawab, kepentingan publik, integritas,
objektivitas dan independensi, kecermatan dan keseksamaan, lingkup dan sifat jasa.
c. Bagian Accounting mempunyai tanggung jawab besar karena berhubungan dengan
keuangan dimana dia bertugas untuk mencatat, mengidentifikasi sampai dengan
melaporkannya. Oleh karena itu hendaknya haruslah orang yang jujur dan
bertanggungjawab agar tidak melanggar etika atau terjadi manipulasi terhadap laporan
keuangan perusahaan sehingga kredibilitas perusahaan dapat tetap terjaga. Dalam
sebuah perusahaan accounting akan menyusun neraca, laporan rugi laba, laporan
perubahan modal dan arus kas. Dimana nantinya laporan keuangan tersebut akan
dipublikasikan dan digunakan oleh pengguna laporan keuangan yaitu manajemen,
karyawan, bank, kreditur, investor, pemerintah dll.
d. Bertolini mempunyai pengendalian intern yg kurang baik. Seharusnya :
- Ada pencatatan terhadap keluar masuknya persediaan
- Penyimpanan persediaan dan penggunaan gudang atau ruang yang terkunci dengan
akses yang terbatas pada orang-orang yang diberi otorisasi saja merupakan hal yang
penting dalam melindungi aktiva dan untuk meminimalkan terjadinya pencurian.
- Seharusnya dilakukan perhitungan persediaan dan pengecekan jumlah barang di
setiap hari atau setiap minggu (secara periodik) yang independen,
pembandingannya dengan catatan tentang jumlah dan kepemilikan. Hal itu
dilakukan agar jika terjadi ketidaksesuaian antara kuantitas pesediaan yang tercatat
dengan kuantitas yang ada ditangan (terjadi kehilangan inventori) dapat terdeteksi
sedini mungkin.
- Komputer mengecek kesesuaian antara catatan tambahan dan akun-akun
pengendali karena nilai yang tercatat persediaan dalam buku besar pembantu atau
file induk mungkin tidak sesuai dengan akun-akun pengendali (untuk menjaga
kebenaran saldo persediaan)
- Di adakannya Inspeksi kondisi persediaan secara periodik, laporan aktivitas
persediaan periodik untuk menelaah kinerja manajemen. Hal ini dilakukan untuk
menghindari pencatatan persediaan dengan jumlah yang melebihi nilai pasar
- Tingkat manajemen yang berwenang memantau tingkat produksi, biaya produksi
dan kewajaran tingkat persediaan dibandingkan dengan volume penjualan. Hal ini

28
perlu dilakukan karena manajemen mungkin tidak bertanggungjawab atas
sumberdaya persediaan sehingga menimbulkan berbagai salah saji dalam laporan
keuangan
- Proteksi terhadap barang dalam proses dapat dilakukan dengan mengawasi daerah
produksi oleh penyelia dan petugas keamanan perusahaan, pemberian label pada
barang dan penggunaan tiket perpindahan bernomor urut untuk mengendalikan
perpindahan barang dalam proses di sekitar perusahaan

29
BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

Persediaan merupakan bagian dari aset perusahaan yang pada umumnya nilainya
cukup material dan rawan oleh tindakan pencurian ataupun penyalahgunaan. Oleh karena
itu, biasanya akun persediaan menjadi salah satu perhatian utama auditor dalam
pemeriksaan atas laporan keuangan perusahaan. Persediaan merupakan salah satu sumber
pendapatan bagi perusahaan manufaktur ataupun perusahaan dagang. Karena hal ini
memang sudah menjadikegiatan utama dari perusahaan.

Audit merupakan proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematik dengan cara
mengumpulkan bukti-bukti dan mengevaluasi bukti-bukti tersebut untuk bisa menemukan
kenyataan yang sesungguhnya, berdasarkan bukti-bukti tersebut auditor dapat
membandingkan antara pernyataan yang di berikan dengan kenyataan yang sesungguhnya
sehingga auditor bisa memberikan pendapat (opini).

Mengingat besarnya risiko yang dapat muncul dalam sistem persediaan maka
perusahaan berusaha merancang pengendalian intern yang efektif di setiap sistem
persediaannya. Pengendalian intern yang tercipta sangat penting bagi perusahaan yang lap!
ran keuangannya harus diaudit oleh akuntan publik. Pengendalian intern ini selain
mempengaruhi keandalan informasi juga akan mempengaruhi luasnya lingkup pengujian
yang dilakukan oleh akuntan publik khususnya pengujian substantif yang tergantung pada
pengendalian internyang didesain dan diterapkan oleh klien. Selain itu struktur pengendalian
internal yang efektif akan sangat mempengaruhi risiko pengendalian yang harus diterapkan
oleh auditor dalammengaudit lap!ran keuangan kliennya dan banyak bukti yang harus
dikumpulkan serta prosedur pengujian substantif atas saldo perusahaan klien.

30
DAFTAR PUSTAKA

Modul 13 Audit Sistem Informasi : Pengendalian Fisik dan Audit Persediaan


https://www.academia.edu/4775734/Audit_Persediaan
http://hennymelawati.blogspot.com/2015/11/audit-persediaan.html

31

Anda mungkin juga menyukai