Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

“PENGOPERASIAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK”


Dosen Pengampu : Dr. Firdaus, S.Pd., M.T.

DISUSUN OLEH : KELOMPOK 5

NUR ROHIM TOYIB PRASETYO (210204501018)

MUHAMMAD FIQRA (210204500010)

NUR FADILAH (210204501004)

ISMAIL ALIMSYAH (210204500017)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO (S1)

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah senantiasa penulis panjatkan kehadiran Allah


SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga makalah
Pembangkit Tenaga Listrik dengan judul “Pengoperasian Pembangkit tenaga
Listrik” dapat kami selesaikan.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari


sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yna gpnulis
miliki. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan
bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Penulis berharap semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat bagi perkembangan dunia Pendidikan.

Makassar, 27 Agustus 2023

Perwakilan kelompok 5

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii

BAB I ...................................................................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG ................................................................................. 1

B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................. 4

BAB II ..................................................................................................................... 5

A. Pembangkit Tenaga Listrik .......................................................................... 5

B. Sistem Pengoperasian Pembangkit Tenaga Listrik ...................................... 6

C. Jenis-jenis Sistem Pembangkit Tenaga Listrik ............................................ 7

D. Jenis-jenis Pembangkit Tenaga Listrik ........................................................ 9

E. Masalah utama dalam Pembangkit Tenaga Listrik .................................... 10

BAB III.................................................................................................................. 17

A. KESIMPULAN .......................................................................................... 17

B. SARAN ...................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 18

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Konsumsi tenaga listrik di Indonesia setiap tahunnya terus meningkat


sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karena itu,
perkiraan kebutuhan listrik jangka panjang di Indonesia sangat diperlukan agar
dapat menggambarkan kebutuhan tenaga listrik pada masa yang akan datang untuk
keperluan perencanaan pengembangan pembangkit di masa mendatang. Dengan
diketahuinya perkiraan kebutuhan tenaga listrik jangka panjang antara tahun 2015
hingga tahun 2024, untuk itu akan dapat ditentukan jenis dan perkiraan kapasitas
pembangkit listrik yang dibutuhkan di Indonesia selama kurun waktu tersebut. Jenis
dan kapasitas pembangkit listrik yang akan dibangun sehubungan dengan Jurnal
Sutet fungsinya perlu ditentukan untuk menyangga beban dasar dan beban puncak
yang diperlukan di masa yang akan datang. Faktor yang berpengaruh terhadap
produksi tenaga listrik per jenis pembangkit adalah faktor kapasitas pembebanan
baik sebagai beban dasar maupun beban puncak, karakteristik pembebanannya
sendiri termasuk daya mampu, dan waktu operasi unit pembangkit listrik.

Didalam pengembangan pembangkit harus memperhitungkan

pengembangan masing-masing jenis pembangkitnya yaitu pembangkit yang


difungsikan untuk menyangga beban dasar seperti pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU), pembangkitan yang difungsikan untuk menyangga beban variabel seperti
pembangkit listrik tenaga air (PLTA), dan untuk menyangga beban puncak seperti

pembangkit listrik tenaga gas (PLTG), dan pembangkit listrik tenaga air (PLTA).
Pengoperasian pembangkit yang menyangga beban dasar ditinjau dari sifat
operasinya yaitu pembangkit yang dioperasikan secara terus-menerus dengan
pembebanan yang cukup tinggi / optimal dan ditinjau dari respon perubahan daya
terhadap waktu ( yaitu pembangkit yang dengan karakteristrik respon perubahan
daya terhadap waktu ( yang rendah seperti PLTU.

1
Sedangkan pengoperasian pembangkit yang menyangga beban puncak
ditinjau dari sifat operasinya yaitu pembangkit yang dioperasikan tidak secara
terus- menerus hanya beberapa jam selama beban puncak berlangsung dan ditinjau
dari dari respon perubahan daya terhadap waktu ( yaitu pembangkit yang dengan
karakteristik respon perubahan daya terhadap waktu ( yang tinggi seperti PLTA dan
PLTG. Untuk dapat memperhitungkan kebutuhan produksi masing-masing jenis
pembangkit tersebut perlu diketahui / diprediksi karakteristik beban dari sisi
penjualan. Adapun permasalahan yang akan dibahas antara lain Bagaimana proses
perencanaan pengembangan sistem pembangkit listrik di Pulau Jawa tahun 2015 –
2024, Berapa

besar daya mampu di Pulau Jawa tahun 2015 - 2024 dan Berapa besar penambahan
kapasitas pembangkit yang diperlukan di Pulau Jawa tahun 2015 - 2024.

Energi listrik merupakan energi utama yang digunakan hampir di seluruh sisi
kehidupan manusia saat ini, dimana semua aktifitas manusia berhubungan dengan
listrik. Seiring kemajuan zaman, permintaan akan energi lsitrik semakin meningkat.
Perusahaan Listrik Negara atau biasa disebut PT. PLN sebagai penyedia jasa listrik
harus bisa men-supply kebutuhan listrik rumah tangga maupun perkantoran yang
sangat besar dengan tetap meperhatikan daya listrik yang dihantarkan ke kosumen
(Pramnamto, 2008).

Kini tenaga listrik merupakan landasan bagi kehidupan era modern dan perlu
tersedianya dalam jumlah dan mutu yang cukup, sebagai syarat bagi suatu
masyarakat yang memiliki taraf kehidupan yang baik dan perkembangan industri
yang maju. Produksi dilakukan untuk pembangkitan berupa produksi tenaga listrik
yang dilakukan dalam pusat tenaga listrik dengan menggunakan penggerak mula
dan generator. Selesai produksi dilakukan penyaluran yang memindahkan tenaga
listrik dari pusat tenaga listrik secara besar-besaran ke gardu induk. Gardu induk
terletak berdekatan dengan suatu pusat pemakaian berupa kota atau industri besar.
Kemudian dari gardu induk didistribusikan ke gardu distribusi dan ke para
pengguna atau konsumen (Abdul Kadir, 1996).

2
Dalam PLTU, energi primer yang dikonversikan menjadi energi listrik adalah
bahan bakar. Bahan bakar yang dapat digunakan dapat berupa (padat), minyak
(cair), atau gas. Ada kalanya PLTU menggunakan kombinasi beberapa macam
bahan bakar. Sehingga berdasarkan uraian diatas kita dapat mengetahui pada PLTU
menggunakan uap hasil pembakaran bahan bakar yang digunakan untuk dapat
menggerakkan turbin yang ada pada PLTU (Djiteng Marsudi, 2005).

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B adalah pembangkit


listrik bertenaga uap berkapasitas 2 x 660 MW dengan total area kurang lebih 150
hektar yang terletak di Desa Tubanan Kecamatan Kembang, Jepara, Jawa Tengah.
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Tanjung Jati B secara resmi dibuka oleh
Presiden ke-6 Republik Indonesia yaitu Bapak Susilo Bambang Yudhoyono pada
14 Oktober 2006.

PT. PLN merupakan Badan Usaha Milik Negara yang mengurusi semua aspek
kelistrikan yang ada di Indonesia. Untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)
Tanjung Jati B, PT. PLN mempercayakan operasi dan pemeliharaan kepada PT.
TJB Power Services. Yang merupakan anak perusahaan dari Medco Energi Power
Indonesia, serta bekerjasama dengan perusahaan asing dari Finlandia yaitu Fortum.

Sebagai objek vital negara yang memasok kebutuhan listrik untuk Jawa dan
Bali, tentunya PLN Tanjung Jati B sering melakukan pembelian barang dan jasa
guna kebutuhan operasional. Untuk itu PT. PLN memiliki beberapa pesyaratan
administratif untuk mendaftar menjadi vendor. Yaitu dengan menyerahkan
company profile yang berisi SIUP (Surat Izin Usaha Perdagangan), NPWP (nomor
Pokok Wajib Pajak), TDP (Tanda Daftar Perusahaan), akta pendirian perusahaan,
surat penunjukan agensi, laporan keuangan yang telah diaudit, serta dokumen
pendukung lainnya. Namun kelengkapan dokumen administratif tidak dapat
menjamin vendor tersebut dapat diundang dalam sebuah tender atau bidding. Hal
ini dikarenakan user dapat menuliskan vendor kandidat pada purchase requisition
(PR) yang telah mereka ajukan kepada team procurement and purchasing.
Penunjukan langsung kepada sebuah vendor bisa terjadi karena beberapa faktor.
Yaitu karena sebelumnya sudah melakukan pemesanan barang atau jasa yang sama

3
kepada vendor tersebut, kemudian mutu barang atau jasa yang dipesan sesuai
dengan harapan user sebagai pengguna. Namun timbul pula penilaian bahwa
adanya gratifikasi. Dengan begitu tentunya buyer kesulitan dalam menentukan
vendor mana saja yang akan diundang. Jika pembelian barang atau jasa langsung
ditujukan kepada vendor yang telah dituliskan oleh user pada PR, maka tentunya
hal tersebut adalah bersifat subjektif. Namun buyer sendiri hanya berurusan dengan
dokumen, hal tersebut juga yang membuat buyer makin kesulitan. Apabila vendor
yang dipilih bukanlah sesuai dengan permintaan user, maka apabila barang yang
sudah dipesan ternyata cepat rusak atau tidak sesuai dengan yang diharapkan, dalam
hal ini user dapat menyalahkan buyer.

Karena itulah, penelitian ini membahas mengenai pembuatan Sistem


Pengambil Keputusan Kinerja Vendor di PLN dengan Metode Simple Additive
Weighting (SAW). Dengan metode ini dapat ditentukan kriteria apa saja yang akan
digunakan dalam penilaian. Setelah itu menentukan nilai dan bobot dari setiap
kriteria, untuk selanjutnya dinormalisasi. Kemudian menghitung nilai preferensi,
vendor dengan nilai preferensi paling besar lah yang ditetapkan sebagai vendor
terbaik. Dengan adanya sistem ini, buyer dapat menentukan vendor terbaik sesuai
dengan kriteria yang ditentukan, serta mengurangi adanya penilaian subjektif.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu pembangkit tenaga listrik?
2. Bagaiamana cara kerja atau proses dari pengoperasian pembangkit tenaga
listrik?
3. Apa saja jenis-jenis sistem Pembangkit Tenaga Listrik?
4. Apa saja jenis-jenis pembangkit energi listrik?
5. Apa saja masalah utama dalam pembangkit energi listrik?

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pembangkit Tenaga Listrik

Pembangkit tenaga listrik merupakan bagian dari sistem tenaga listrik


yang berfungsi membangkitkan energi listrik dengan mengubah sumber energi
lain menjadi energi listrik. Sumber energi tersebut dapat berupa energi air, bahan
bakar minyak, batu bara, angin, surya dan lain-lain. Untuk menghasilkan energi
listrik diperlukan sebuah alat pembangkit yang sering disebut generator.
Generator hanya dapat membangkitkan energi listrik jika porosnya diputar. Untuk
memutar generator diperlukan energi mekanik yang bisanya dihasilkan oleh
turbin. Turbin inilah yang difungsikan untuk mengubah energi dari sumber energi
primer menjadi energi gerak atau energi mekanik. Suatu unit pembangkit tenaga
listrik biasanya diberi nama sesuai dengan jenis energi primer yang digunakan.
Misalnya pembangkit listrik tenaga air (PLTA), berarti energi primernya berupa
tenaga yang dimiliki oleh air yang berada di waduk atau sungai yang digunakan
untuk memutar turbin atau kincir air. Jenis pembangkit lain adalah pembangkit
listrik tenaga uap (PLTU). Pada pembangkit ini turbin digerakkan dengan tenaga
uap panas yang dihasilkan dari pemanasan air hingga menjadi uap bertekanan
tinggi. Pemanasan air dapat dilakukan menggunakan bahan bakar batubara, bahan
bakar minyak atau gas alam.Untuk pembangkit dengan kapasitas relatif kecil
kadang penggunaan mesin diesel (PLTD) dinilai lebih ekonomis sekalipun biaya
bahan bakarnya cukup mahal. Pembangkit jenis lain yang belakangan ini
dikembangkan untuk mengurangi pemanasan global dan polusi udara adalah
pembangkit yang menggunakan sumber energi terbarukan. Pada pembangkit jenis
ini tidak lagi ada pembakaran bahan bakar fosil yang berdampak pemanasan
global dan polusi udara. Termasuk dalam jenis pembangkit ini adalah pembangkit
listrik tenaga pasa bumi (PLTP), pembangkit listrik tenaga angin (PLTB) dan
pembangkit listrik tenaga surya (PLTS). Pembangkit listrik tenaga angin atau
bayu (PLTB) menggunakan tenaga angin untuk memutar kincir angin.

5
Pembangkit listrik tenaga panas bumi menggunakan uap panas yang berasal dari
dalam perut bumi untuk memutar turbin atau untuk memanaskan air seperti pada
PLTU. Sedangkan PLTS menggunakan sel surya untuk mengubah energi panas
matahari menjadi energi listrik.Masing-masing jenis pembangkit mempunyai sifat
dan karakteristik yang berbeda-beda, sehingga pembangunannya disesuaikan
dengan keadaan dan kebutuhannya.

Beberapa jenis pembangkit dapat diklasifikasikan menurut jenis energi


primernya atau menurut proses konversi energinya. Sesuai jenis energi primernya,
ada yang menggunakan energi fosil, seperti batubara, minyak dan gas alam. Ada
yang menggunakan energi terbarukan, seperti panas bumi, air, angin dan panas
matahari.

B. Sistem Pengoperasian Pembangkit Tenaga Listrik

Setelah tenaga listrik dibangkitkan oleh suatu pusat pembangkit listrik,


selanjutnya tenaga listrik disalurkan (ditransmisikan) melalui jaringan transmisi.
Dari jaringan transmisi selanjutnya didistribusikan kepada para konsumen tenaga
listrik melalui jaringan distribusi tenaga listrik. Dalam pusat listrik, energi primer
dikonversikan menjadi energi listrik. Kemudian energi listrik ini dinaikkan
tegangannya untuk disalurkan melalui saluran transmisi. Tegangan transmisi yang
digunakan PLN: 70 kV, 150kV, 275 kV, dan 500 kV. PT. Caltex Pacific Indonesia
yang beroperasi di daerah Riau menggunakan tegangan transmisi 110 kV dan 230
kV Sedangkan PT. Inalum di Sumnatera Utara menggunakan tegangan transmisi
220kV.

6
.

Keterangan:

Trafo Step Up : Transformator untuk menaikkan tegangan listrik

Trafo Step Down : Transformator untuk menurunkan tegangan listrik

Trafo PS : Transformator untuk pemakaian sistem (sendiri)

Rel TT : Rel tegangan tinggi

Rel TM : Rel tegangan menengah

C. Jenis-jenis Sistem Pembangkit Tenaga Listrik

Sistem pembangkit berfungsi untuk membangkitkan tenaga listrik dengan


cara mengkonversi energi primer seperti batu bara, bahan bakar minyak, panas
bumi, tenaga air, tenaga surya, tenaga angin, dan lain-lain. Dalam sistem tenaga
listrik dengan kapasitas yang cukup besar sistem pembangkitnya merupakan sistem
pembangkit dengan menggunakan generator sinkron. Sistem pembangkit ditinjau
dari jenis energi primernya dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :

I. Pembangkit dengan energi primer tak terbarukan. Energi Primer tak terbarukan
merupakan bahan bakar fosil. (Non renewable seperti : Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU), Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG), Pembangkit Listrik Tenaga
Gas dan Uap (PLTGU), Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir

(PLTN), dan lain-lain).

II. Pembangkit dengan energi primer terbarukan. (Renewable seperti : Pembangkit


Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP),

7
Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), Pembangkit Listrik Tenaga Bayu
(PLTB), dan lain-lain). Sehubungan dengan bahan bakar fosil di Indonesia semakin
menipis, untuk itu Pemerintah Indonesia merencanakan penggunaan energi primer
terbarukan untuk meningkatkan penggunaan energi primer yang terbarukan yang
masih berpotensi untuk dikembangkan, seperti Pembangkit Listrik Tenaga Thermal
dengan menggunakan biofuel, PLTP,

PLTS, PLTB, dan lain-lain.

Ditinjau dari respon perubahan daya terhadap waktu ( , untuk itu jenis pembangkit
bisa dikategorikan menjadi 2 yaitu :

1. Pembangkit dengan karakteristik yang diitinjau dari respon perubahan daya


terhadap waktu ( , seperti PLTA dan PLTG. Sehubungan dengan karakteristik yang
diitinjau dari respon perubahan daya terhadap waktu ( yang tinggi, untuk itu
pembangkit

jenis ini digunakan untuk menyangga beban puncak.

2. Pembangkit dengan karakteristik yang diitinjau dari respon perubahan daya

terhadap waktu ( , seperti PLTU, PLTN. Sehubungan dengan karakteristik yang


diitinjau dari respon perubahan daya terhadap waktu ( yang rendah, untuk itu
pembangkit jenis ini digunakan untuk menyangga beban dasar. Generator pada
sistem pembangkit yang digunakan pada sistem tenaga listrik adalah generator
sinkron, yaitu generator yang menghasilkan frekuensi konstan meskipun beban
berubah-ubah. Hal ini disebabkan karena generator sinkron dilengkapi dengan
governor.

3. Sistem Penyaluran Sistem penyaluran berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik


dari sistem pembangkit ke sistem instalasi pengguna listrik. Sistem penyaluran
dibagi menjadi 2 yaitu :

8
1. Sistem Transmisi

Sistem transmisi yaitu sistem penyaluran yang berfungsi untuk menyalurkan tenaga
listrik dengan tegangan operasi tegangan tinggi (TT), tegangan ekstra tinggi, atau
tegangan ultra tinggi. Saluran transmisi terhubung antara gardu induk (Bay GI
pembangkit atau GI beban) ke GI yang lain (Bay GI pembangkit atau GI beban).

2. Sistem Distribusi

Sistem distribusi yaitu sistem penyaluran yang berfungsi untuk menyalurkan


tegangan operasi tegangan menengah (TM) atau tegangan rendah (TR). Sistem
saluran distribusi dibagi menjadi 2 yaitu :

1. Saluran Distribusi Tegangan

Menengah (TM) Saluran distribusi tegangan menengah (TM) atau yang biasa
disebut dengan sistem distribusi primer berfungsi untuk menyalurkan tegangan
listrik dengan operasi tegangan menengah (TM) yaitu dari busbar tegangan
menengah (TM) di gardu induk (GI) sampai sisi tegangan menengah (TM) trafo
distribusi di gardu distribusi yang terjauh atau sampai sisi tengangan menengah
(TM) trafo pelanggan tegangan menenga (TM).

2. Saluran Distribusi Tegangan

Rendah (TR) Saluran distribusi tegangan rendah (TR) atau biasa disebut dengan
sistem distribusi sekunder berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dengan
operasi

tengangan rendah (TR) yaitu dari sisi sekunder trafo distribusi sampai titik
pelanggan terjauh.

D. Jenis-jenis Pembangkit Tenaga Listrik

Beberapa jenis pembangkit dapat diklasifikasikan menurut jenis energi


primernya atau menurut proses konversi energinya. Sesuai jenis energi primernya,
ada yang menggunakan energi fosil, seperti batubara, minyak dan gas alam. Ada
yang menggunakan energi terbarukan, seperti panas bumi, air, angin dan panas

9
matahari. Menurut jenis prosesnya, ada pembangkit termis dan pembangkit non
termis.

A. Pembangkit Termis

1. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU)

2. Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)

3. Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG)

4. Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)

5. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PembangkitNon Termis 1.


Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

B. Pembangkit Non Termis

1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

2. Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB)

3. Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS)

E. Masalah utama dalam Pembangkit Tenaga Listrik

Proses pembangkitan energi listrik pada prinsipnya merupakan konversi


energi primer menjadi energi mekanik yang berfungsi sebagai penggerak dan
penggerak tersebut (energi mekanik) dikonversi oleh generator listrik menjadi
tenaga listrik. Pada proses konversi tersebut pasti timbul masalah-masalah. Masalah
yang timbul pada poses konversi energi tersebut diantaranya adalah:

1. Penyediaan Energi Primer

Energi primer untuk pusat pembangkit listrik thermal berupa bahan bakar.
Penyediaan bahan bakar harus optimal, meliputi: pengadaan bahan bakar,
transportasi bahan bakar, dan penyimpanan bahan bakar serta faktor keamanan dari
resiko terjadinya kebakaran karena kebakaran dapat diakibatkan oleh faktor
kelalaian manusia dalam menyimpan bahan bakar maupun akibat terjadinya reaksi
kimia dari bahan bakar itu sendiri Energi primer pada PLTA adalah air, proses

10
pengadaanya dapat berasal asli dari alam dan dapat berasal dari sungai-sungai dan
air hujan yang ditampung pada waduk atau bendungan. Pada PLTA, diperlukan
daerah konservasi hutan pada daerah aliran sungai (DAS) agar supaya hutan
berfungsi sebagai penyimpan air sehingga tidak timbul banjir di musim hujan dan
sebaliknya tidak terjadi kekeringan pada saat musim kemarau.

2. Penyediaan air untuk keperluan pendingin

Kebutuhan terpenuhinya penyediaan air pendingin khususnya pada pusat


pembangkit listrik thermal, sangat penting keperadaannya seperti pada PLTU dan
PLTD. Sedangkan pada PLTG kebutuhan air untuk keperluan pendinginan tidak
memerlukan air pendingin yang banyak. PLTU dan PLTD dengan daya terpasang
melebihi 25 MW banyak yang dibangun di daerah pantai karena membutuhkan air
pendingin dalam jumlah besar sehingga PLTU dan PLTD dapat menggunakan air
laut sebagai bahan untuk keperluan air pendingin. Pada unit-unit PLTD yang kecil,
atau di bawah 3 MW, proses pendinginannya dapat menggunakan udara yang
berasal dari radiator.

3. Masalah Limbah

Pusat Listrik Tenaga Uap yang menggunakan bahan bakar batu bara,
menghasilkan limbah abu batu bara dan asap yang mengandung gas S02, C02, dan
NO. Semua PLTU menghasilkan limbah bahan kimia dari air ketel (blow down).
Pada PLTD dan PLTG menghasilkan limbah yang berupa minyak pelumas. PLTA
tidak menghasilkan limbah, tetapi limbah yang berasal dari masyarakat yang masuk
ke sungai sering menimbulkan gangguan pada PLTA.

4. Masalah Kebisingan

Pada pusat listrik thermal dapat menimbulkan suara keras yang merupakan
kebisingan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya, sehingga tingkat kebisingan
yang ditimbulkan harus dijaga supaya tidak melampaui standar kebisingan yang
ditetapkan.

11
5. Operasi

Operasi pusat pembangkit listrik sebagian besar 24 jam sehari. Selain itu
biaya penyediaan tenaga listrik sebagian besar (±60%) untuk operasi pusat
pembangkit listrik, khususnya untuk pengadaan bahan bakar, sehingga perlu
dilakukan operasi pusat pembangkit listrik yang efisien. Apabila pusat pembangkit
listrik beroperasi dalam sistem interkoneksi, (yaitu pusat listrik yang beroperasi
paralel dengan pusat-pusat pembangkit listrik lain melalui saluran transmisi), maka
pusat pembangkit listrik harus mengikuti dan memenuhi pola operasi sistem
interkoneksi.

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah kegiatan untuk menjaga atau memelihara fasilitas dan


atau peralatan serta mengadakan perbaikan atau penyesuaian dan atau mengganti
yang diperlukan sehingga terdapat suatu keadaan operasi produksi yang
memuaskan. Jenis pemeliharaan terdiri dari dua macam, yaitu:

a) Pemeliharaan pencegahan (preventive maintenance), dan

b) Pemeliharaan perbaikan (corrective atau breakdown maintenance).

Masalah atau persoalan dalam pemeliharaan meliputi:

(1) persoalan teknis dan

(2) persoalan ekonomis.

12
Pada persoalan teknis yang perlu diperhatikan adalah tindakan apa yang
harus dilakukan untuk memeliharaatau merawat dan atau memperbaiki/mereparasi
mesin atau peralatan yang rusak, serta alat-alat atau komponen apa saja yang harus
dibutuhkan dan harus disediakan agar tindakan pada pekerjaan pemeliharaan atau
merawat dan atau memperbaiki mesin atau peralatan yang rusak dapat dilakukan.

Pada persoalan teknis: apakah sebaiknya dilakukan preventive maintenance


atau corrective maintenance, apakah sebaiknya peralatan yang rusak diperbaiki di
dalam perusahaan atau di luar perusahaan, dan apakah sebaiknya peralatan atau
mesin yang rusak diperbaiki atau diganti.

Jenis-jenis pemeliharaan yang dapat dilakukan oleh bagian maintenance,

meliputi:

a) Pemeliharaan bangunan

b) Pemeliharaan peralatan bengkel

c) Pemeliharaan peralatan elektronika

d) Pemeliharaan untuk tenaga pembangkit

e) Pemeliharaan penerangan dan ventilasi

f) Pemeliharaan material handling dan pengangkutan

g) Pemeliharaan halaman dan taman

h) Pemeliharaan peralatan service

i) Pemeliharaan peralatan gudang

Pemeliharaan peralatan diperlukan untuk mempertahankan efisiensi.


Menjaga investasi, mempertahankan keandalan, dan mempertahankan umur
ekonomis. Khusus untuk pusat pembangkit listrik, bagian-bagian peralatan yang
memerlukan pemeliharaan terutama adalah:

13
a) Bagian-bagian yang bergeser, seperti: bantalan, cincin pengisap

a) (piston ring), dan engsel-engsel.

b) Bagian-bagian yang mempertemukan zat-zat dengan suhu yang

c) berbeda, seperti: penukar panas (heat exchanger) cran ketel uap.

d) Kontak-kontak listrik dalam sakelar serta klem-klem penyambung

e) listrik.

Tugas kegiatan pemeliharaan meliputi:

a) Inspeksi (Inspection)

b) Kegiatan teknik (engineering)

c) Kegiatan produksi (production)

d) Kegiatan adminstrasi (clerical work)

e) Pemeliharaan bangunan (housekeeping)

Pelaksanaan pemeliharaan fasilitas dan peralatan memerlukan:

a) Berpedoman pada petunjuk peralatan atau mesin (manual book),

meliputi:

1. Kegunaan dari mesin atau peralatan

2. Kapasitas mesin pada waktu atau umur tertentu

3. Cara memakai atau mengoperasikan mesin dan atau peralatan

4. Cara memelihara dan memperbaiki mesin dan atau peralatan

b) Dengan berpedoman kepada buku petunjuk, melputi:

1. Usaha-usaha yang harus dilakukan dalam pemakaian dan pemeliharaan mesin


pada waktu mesin berumur tertentu

14
2. Penggunaan mesin dan atau peralatan harus sesuai dengan fungsi atau
kegunaan

3. Cara-cara kegiatan teknis pemeliharaan dan perbaikan yang harus dilakukan


pada mesin tersebut

Syarat-syarat yang diperlukan agar pekerjaan bagian pemeliharaan dapat

efisien adalah:

a. Harus ada data mengenai mesin dan peralatan yang dimiliki

b) perusahaan.

c) Harus ada perencanaan (planning) dan jadwal (scheduling).

d) Harus ada surat tugas yang tertulis.

e) Harus ada persediaan alat-alat/sparepart.

f) Harus ada catatan.

g) Harus ada laporan, pengawasan dan análisis.

Usaha-usaha untuk menjamin kelancaran kegiatan pemeliharaan adalah:

a) Menambah jumlah peralatan para pekerja bagian pemeliharaan.

b) Menggunakan suatu preventive maintenance.

c) Diadakannya suatu cadangan di dalam suatu sistem produksi pada tingkat-


tingkat yang kritis (critical unit).

d) Usaha-usaha untuk menjadikan para pekerja pada bagian pemeliharaan sebagai


suatu komponen dari mesin dan atau peralatan yang ada

15
7. Gangguan dan Kerusakan

Gangguan adalah peristiwa yang menyebabkan Pemutus Tenaga (PMT)


membuka (trip) di luar kehendak operator sehingga terjadi pemutusan pasokan
tenaga listrik. Gangguan sesungguhnya adalah peristiwa hubung singkat yang
penyebabnya kebanyakan petir dan tanaman. Gangguan dapat juga disebabkan
karena kerusakan alat, sebaliknya gangguan yang disebabkan peti yang terjadi
berkali-kali akhirnya dapat mengakibatkan alat (misalnya transformator) menjadi
rusak.

8. Pengembangan Pembangkit

Pada umumnya, pusat listrik yang berdiri sendiri maupun yang ada dalam

sistem interkoneksi memerlukan pengembangan. Hal ini disebabkan karena beban


yang dihadapi terus bertambah, sedangkan di lain pihak unit pembangkit yang ada
menjadi semakin tua dan perlu dikeluarkan dari operasi.

Jika gedung pusat listrik yang ada masih memungkinkan untuk penambahan
unit pembangkit, maka pengembangan pembangkitan dapat dilakukan dengan
menambah unit pembangkit dalam gedung pusat listrik yang telah ada tersebut.
Tetapi jika tidak ada lagi kemungkinan memperluas gedung pusat listrik yang ada,
maka harus dibangun pusat listrik yang baru. Pengembangan pembangkitan
khususnya dalam sistem interkoneksi, selain harus memperhatikan masalah
gangguan dan kerusakan juga harus memperhatikan masalah saluran transmisi
dalam sistem.

9. Perkembangan Teknologi Pembangkitan

Perkembangan teknologi pembangkitan umumnya mengarah pada


perbaikan efisiensi dan penerapan teknik konversi energi yang baru dan penurunan
bahan bakar baru. Perkembangan ini meliputi segi perangkat keras (hardware)
seperti komputerisasi dan juga perangkat lunak (software) seperti pengembangan
model-model matematika untuk optimasi.

16
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pembangkit tenaga listrik adalah komponen kunci dalam sistem tenaga


listrik yang berfungsi untuk menghasilkan energi listrik dari berbagai sumber
energi, termasuk energi air, bahan bakar fosil, seperti batu bara, minyak, dan gas,
serta energi terbarukan, seperti panas bumi, angin, dan surya. Generator adalah
perangkat utama dalam pembangkit listrik yang mengubah energi mekanik menjadi
energi listrik. Turbin digunakan untuk menghasilkan energi mekanik, dan sumber
energi primer, seperti air untuk Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) atau uap
panas untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), digunakan untuk
menggerakkan turbin tersebut. Berbagai jenis pembangkit tenaga listrik, seperti
PLTA, PLTU, PLTG, PLTN, PLTP, PLTS, dan PLTB, dibangun berdasarkan
sumber energi primer yang berbeda.

Setelah energi listrik dibangkitkan oleh pusat pembangkit listrik, energi ini
disalurkan melalui jaringan transmisi dan distribusi untuk mencapai konsumen
akhir. Proses konversi energi primer menjadi energi listrik dilakukan di pusat
pembangkit listrik, yang kemudian mengubahnya menjadi energi mekanik untuk
menggerakkan generator listrik. Tegangan listrik kemudian dinaikkan sebelum
disalurkan melalui jaringan transmisi menggunakan tegangan tinggi, seperti 70 kV,
150 kV, 275 kV, dan 500 kV. Sistem distribusi kemudian menyalurkan energi listrik
dengan tegangan menengah (TM) atau tegangan rendah (TR) kepada konsumen.

B. SARAN

Demikian makalah ini kami buat dengan sebenar-benarnya dengan usaha


kelompok kami. Pembaca diharapkan dapat menerima dan mengoreksi setiap
kesalahan pada makalah yang telah kami buat, dikarenakan kurangnya pengalaman
dan pengetahuan kami dalam menyelesaikan makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA

Aas Wasri Hasanah, Andi Makkulau, Zulfahmi Faisal Fadhillah. (2015).


Perencanaan Pengembangan Sistem Pemangkit Listrik di pulau jawa

Abdul Kadir. (1996). Konsep Sistem Tenaga Listrik. Erlangga.

Djiteng Marsudi. (2005). Pembangkit Listrik Tenaga Uap. Erlangga.

H. Supari Muslim. (2008). Teknik Pembangkit Tenaga Listrik.

Pramnamto. (2008). Peran dan Tantangan PLN dalam Mensuplai Kebutuhan Listrik
di Era Modern. Jurnal Energi dan Kelistrikan, 12(2), 75-84.

PT. PLN (Persero). (2023). Vendor Registration Guidelines.

TJB Power Services. (2021). About Us.

18

Anda mungkin juga menyukai