Anda di halaman 1dari 17

UKARA-UKARA ( KALIMAT )

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Pendidikan Bahasa Daerah SD
Dosen Pengampu Ibu Latifatul Jannah, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Ulfa Fatimah (2186206006)
Diyana Kharisah (2186206029)
Zumrotul Ngafifah (2186206037)
Faizannisa (2186206076)

UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA BLITAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN SOSIAL
PROGAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya serta menganugrahkan kemudahan
sehingga dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “ Ukara-Ukara
(Kalimat) ” untuk memenuhi tugas matakuliah Pendidikan Bahasa Daerah SD.
Dalam menyelesaikan pembuatan makalah ini penulis banyak mendapatkan
bantuan dari beberapa pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Bapak prof. Dr. H Moh. Mukri, M.ag selaku Rektor Universitas Nahdlatul
Ulama Blitar.
2. Ibu Cindya Alfi, M.pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Sosial.
3. Ibu Widyarnes Niwangtika, S.Si,M.pd Selaku Kaprodi Pendidikan.
4. Ibu Latifatul Jannah., M. Pd. selaku dosen pengampu matakuliah
Pendidikan Bahasa Daerah SD.
5. Teman-teman prodi PGSD kelas D21 atas kerjasamanya.
6. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung demi terselesaikannya
makalah ini dengan lancar.
Penulis menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan
yang terdapat di dalamnya, untuk itu penulis sangat mengharapkan adanya kritikan
dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini. Akhir
kata penulis berharap semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi penulis dan
para pembaca.

Blitar, 1 Oktober 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 1
1.3 Tujuan ..................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 2
2.1 Ukara Tanduk dan Ukara Tanggap ......................................................... 2
2.2 Ukara Pakon ............................................................................................... 5
2.3 Ukara Panjaluk dan Ukara Pitakon......................................................... 7
2.4 Ukara Lamba……………………………………………………………..11
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 13
3.2 Saran………………………………………………………….……………13

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sintaksis merupakan ilmu yang membicarakan seluk beluk kata dan
penggabungannya, hasil penggabungan kata yang dibicarakan dalam sintaksis
meliputi frase, klausa dan kalimat. Sintaksis juga sering disebut sebagai ilmu
tentang kalimat. Kalimat itu sendiri merupakan satuan bahasa yang langsung
digunakan sebagai satuan ajaran di dalam komunikasi verbal yang hanya
dilakukan oleh manusia. Kalimat juga merupakan susunan kata-kata yang
teratur yang berisi pikiran yang lengkap merupakan definisi umum yang biasa
kita jumpai.

Kalimat sangatlah penting dalam bahasa apapun, yang kemudian dikaji


dalam Sintaksis, salah satunya Sintaksis Bahasa Jawa. Tentunya akan mengupas
pada hal-hal yang berkenaan dengan kalimat dalam bahasa jawa, ciri-ciri
bahkan jenisnya kaliamat dalam bahasa jawa.

Dalam makalah ini kami membatasi pembahasan kami tentang kalimat


dalam bahasa jawa. Yang akan kami bahas dalam makalah ini adalah ukara
tanduk dan ukara tanggap, ukara pakon (Perintah), ukara panjaluk dan ukara
pitakon, ukara lamba.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa yang di maksud Ukara Tanduk dan Ukara Tanggap?
1.2.2 Apa yang di maksud Ukara Pakon?
1.2.3 Apa yang di maksud Ukara Panjaluk dan Ukara Pitakon?
1.2.4 Apa yang di maksud Ukara Lamba ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Dapat Mengetahui Ukara Tanduk dan Ukara Tanggap.
1.3.2 Dapat Mengetahui Ukara Pakon.
1.3.3 Dapat Mengetahui Ukara Panjaluk dan Ukara Pitakon.
1.3.4 Dapat Mengetahui Ukara Lamba.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Ukara Tanduk dan Ukara Tanggap

Sebelum kita bahas lebih lanjut tentang ukara tanduk, ukara tanggap,
jejer, wasesa, dan lesan, terlebih dahulu kita akan artikan masing-masing
istilah tersebut ke dalam bahasa Indonesia.

1. Ukara Tanduk, di dalam bahasa Indonesia biasa disebut dengan kalimat


aktif.
2. Ukara Tanggap, di dalam bahasa Indonesia biasa juga disebut dengan
kalimat pasif.

Adapun jejer, wasesa, lesan, di dalam bahasa Indonesia kita sebagai subyek,
predikat, dan objek.

A. Jejer, Wasesa, Lesan

• Jejer atau subjek adalah pelaku, atau seseorang yang melakukan


suatu pekerjaan.
• Wasesa atau predikat adalah pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan
oleh subjek/jejer tadi.
• Lesan atau objek, adalah yang dikenai pekerjaan.

Contoh:
Ibu ngunjuk teh.
Jejer: Ibu
Wasesa: ngunjuk
Lesan: teh

Di dalam kalimat, selain terdapat jejer wasesa lesan, lazimnya juga


dilengkapi dengan katrangan (keterangan). Keterangan tersebut bisa berupa
keterangan tempat, keterangan waktu, keterangan cara, keterangan alat, dan
sebagainya.

Contoh:
Susi nyiram kembang sore-sore.
Jejer: Susi
Wasesa: nyiram
Lesan: kembang
Katrangan: sore-sore

2
Contoh Soal !

Tentukan jejer, wasesa, lesan, dan keterangan pada kalimatkalimat di bawah


ini!
1. Budi nggoreng tempe ing pawon.
2. Doni mangan donat ing kantin.
3. Wingi sore, aku badminton ing lapangan.
Jawaban:

1. Budi = jejer, nggoreng = wasesa, tempe = lesan, ing pawon = katrangan.


2. Doni = jejer, mangan = wasesa, donat = lesan, ing kantin = katrangan.
3. Wingi sore = katrangan wektu, aku = jejer, badminton= wasesa, ing
lapangan = katrangan papan/panggonan (tempat).

B. Ukara Tanduk lan Ukara Tanggap

Ukara tanduk lan ukara tanggap, di dalam bahasa Indonesia disebut


sebagai kalimat aktif dan kalimat pasif.

• Ukara Tanduk = kalimat aktif


• Ukara Tanggap = kalimat pasif

Ukara tanduk
Ukara Tanduk (aktif) yaitu apabila subjek/jejer melakukan
pekerjaan. Secara definisi, ukara tanduk sama dengan kalimat aktif yang
artinya adalah kalimat yang wasesane (predikatnya) menggunakan
tembung kriya (kata kerja) yang memiliki awalan anuswara n-, m-, ng-,
ny- dengan jejer (subjek) melakukan sebuah pekerjaan.

Contone:

(m-) waca dadi maca


(n-) tulis dadi nulis
(ng-) gambar dadi nggambar
(ny-) sapu dadi nyapu

Di dalam bahasa Indonesia, ukara tandung adalah istilah untuk


kalimat aktif karena subjeknya melakukan pekerjaan. Adapun tujuan dari
kalimat aktif ini adalah untuk menggambarkan tindakan dan perbuatan
dari sebuah subjek kepada objek.

Ukara tanduk memiliki fungsi untuk menjelaskan sebuah aktivitas


atau tindakan yang telah maupun akan dilakukan oleh seseorang.

Dalam ukara tanduk, terdapat dua jenis yang membedakannya, yaitu:

3
1. Ukara Tanduk Mawa Lesan

Ukara tanduk mawa lesan diartikan sebagai kalimat aktif transitif.


Maksudnya adalah kalimat aktif yang memiliki sebuah objek.

Berikut adalah contoh ukara tanduk mawa lesan:

• Amri nandur jagung (Amri nanam jagung)


• Bapak tuku roti (Bapak beli roti)
• Indri moco buku (Indri baca buku)

2. Ukara Tanduk Tanpa Lesan

Ukara tanduk tanpa lesan merupakan kalimat aktif intransitif yang


menjadi kebalikan dari ukara tanduk mawa lesan. Ukara tanduk jenis ini
adalah kalimat aktif yang tidak memiliki objek.

Berikut adalah contoh ukara tanduk tanpa lesan:

• Alif ngguyu (Alif ketawa)


• Ari turu (Ari tidur)
• Fitri dolan (Fitri main)

Ukara tanggap

Ukara tanggap jika didefinisikan yang sebenarnya adalah kalimat


pasif yang memiliki makna kalimat yang wasesa (predikat) menggunakan
tembung kriya (kata kerja) tanggap yang awal kalimatnya memiliki ater-
ater (awalan) ter-, di-, ter-an, ter-ke-an dan memiliki jejer (subjek) dari
kata kerja. Ukara tanggap sendiri memiliki fungsi untuk memberikan
pemahaman terhadap kalimat pada orang maupun benda yang terdampak.

Conto:
Lombok dipethik Ibu (cabe dipetik oleh Ibu)
Sepeda dikumbah Bagus (Sepeda itu dicuci oleh Bagus)

• Mobile dituku Anggi (Mobilnya dibeli Anggi)


• Roti dipangan Riko (Roti dimakan Riko)
• Sampahe dibuwak bapak (Sampahnya dibuang bapak)
• Gulane dirubung semut (Gulanya ditutupi semut)
• Kuncinge digawa Andre (kucing itu dibawa Andre)

4
• Motorku kosilih? (Motor aku kamu pinjam?)

Tembung tanggap memiliki awalan (ater-ater) tri purusa, yaitu dak-,kok-,


di-

Contoh:
(dak-) gawa dadi dakgawa, contone: buku kui dakgowo menyang sekolah
(buku itu kubawa ke sekolah)
(kok-) simpen dadi koksimpen, contone: buku kui kosimpen ngendi? (buku
itu kausimpan di mana?)
(di-) setrika dadi disetrika, contone: klambimu wes disetrika Mas Agus
(bajumu sudah disetrika oleh Mas Agus)

2.2 Ukara Pakon

A. Pengertian Ukara Pakon

Sama halnya dengan bahasa Indonesia, di dalam bahasa Jawa terdapat


kalimat perintah yang dikenal dengan istilah ukara pakon. Pada
pembelajaran bahasa Jawa, ukara pakon termasuk ke dalam materi penting
yang perlu dipelajari. Sebab, dalam percakapan sehari-hari, kita tidak lepas
dari penggunaan berbagai jenis kalimat, termasuk kalimat perintah.

Dikutip dari Jurnal Leksema Vol. 4 No.2 2019, Ukara Pakon yaiku
wedharing tamuju warang wong kaphindo supaya ngelakoni utawa
nindhake pagawean kang dikarepke sing medhar.

Kalimat perintah itu pernyataan gagasan menuju orang kedua agar


melaksanakan pekerjaan yang diinginkan penutur. Terdapat beberapa ciri-
ciri ukara pakon dalam bahasa Jawa.

1. Menggunakan partikel -a, -en, -ana, dan -na. misalnya,

“Gawa(-nen)tas kuwi!”

(Bawalah tas itu!)

2. Beberapa ada yang tersusun inversi (terbalik), jadi, letak predikat terdapat
di depan subjek. Misalnya,

Jupukna (predikat) buku kuwi! (subjek), yang bila diartikan adalah


“Ambilah buku itu!”

3. Menggunakan tanda seru (!)

4. Pelaku tindakan tidak selalu terungkap. Contohnya, “Wacanen layang

5
kae!” (Bacalah surat itu!). Di dalam kalimat tersebut, kita tidak
mengetahui siapa yang diminta untuk melakukan pekerjaan.

“Ukara pakon dapat dibentuk dengan menggunakan partikel -a, -en, -ana,
-na, serta menggunakan tanda seru.”

B. Jenis-jenis Ukara Pakon

Nah, ukara pakon terdiri dari berbagai jenis, yaitu:

1. Ukara Pakon Lumrah


Ukara pakon lumrah ini berisi kalimat perintah pada umumnya.

Perhatikan contoh di bawah ini!

“Ndang ombenen!” (Cepat minumlah!)

2. Ukara Pakon Paminta


Jenis kalimat perintah ini berisi perintah bagi pendengar untuk
melaksanakan tindakan, akan tetapi disampaikan secara halus.
Penyampaiannya seolah-olah meminta, tetapi sebenarnya
memerintah secara halus. Contoh:

“Na, tulung pintune tutupen!” (Na, tolong tutuplah pintunya!)

3. Ukara Pakon Pangajak


Nah, kalau kalimat perintah atau ukara pakon yang satu ini, berisi
ajakan untuk pendengar agar dapat melakukan suatu kegiatan secara
bersama-sama.

Berikut contoh ukara pakon pangajak.

“Ayo enggal diresiki bareng-bareng omah iki!" (Ayo lekas


dibersihkan bersama-sama rumah ini!)

4. Ukara Pakon Pamenging


Kalimat ini berisi perintah yang ditujukan untuk orang yang diajak
bicara agar tidak melakukan perbuatan yang dilarang oleh penutur.

Contohnya sebagai berikut!

“Kowe ora kena lunga yen during sinau!” (Kamu tidak boleh pergi
kalau belum belajar!).

6
2.3 Ukara Panjaluk dan Ukara Pitakon

A. Ukara Panjaluk

Dalam bahasa Jawa, ukara panjaluk yaiku ukara pangajak kang luwih alus,
ukara iki bisa disebut dadi ukara pangerep-arep.

Artinya, ukara panjaluk merupakan ukara pangajak yang lebih halus,


kalimat ini juga bisa disebut kalimat harapan atau permintaan.

Karena berisi panjaluk atau permintaan, kalimat ini biasanya menggunakan


kata “muga-muga” atau “mugi-mugi”.

Contoh kalimat:

- Muga-muga awake dewe kabeh selamet tekan tujuan.

(Semoga kita semua selamat sampai tujuan.)

- Mugi-mugi bapak enggal waras.

(Semoga ibu segera sehat.)

- Muga-muga aku bisa ketampa ing UGM.

(Semoga aku dapat diterima di UGM.)

B. Ukara Pitakon

Ukara pitakon adalah kalimat yang fungsinya meminta informasi


kepada orang lain, karena ingin mengetahui apa yang tidak di ketahui. jenis
kalimat ini biasanya di awali dengan tembung pitakon (kata tanya) dan di
akhiri dengan tandha tanya (?).

Ciri ciri ukara pitakon

Berikut adalah ciri cirinya:


• Di wiwiti nganggo tembung pitakon yaiku apa, sapa, pira, kepriye,
ana ngendi, kenangapa, kapan. (Di awali dengan kata tanya adalah
apa, siapa, berapa, bagaimana, dimana, kenapa, kapan)
• Dipungkasi nganggo tanda pitakon . (Di akhiri dengan tanda tanya
(?)
• Maca ukarae kanthi intonasi. (Membaca kalimatnya dengan
intonasi)

7
Fungsi Ukara Pitakon
• Kanggo ndolek informasi sajroning tembang utawa crita biasae
nggawe ukara pitakonan. (Untuk mencari informasi pada tembang /
lagu Jawa atau pada suatu cerita biasanya menggunakan kalimat
tanya)
• Kanggo gawe pitakonan kowe butuh tembung pitakonan. (Untuk
membuat pertanyaan kamu butuh kata tanya)

Jenis Jenis Ukara Pitakon


Dalam kalimat tanya, ada kata tanya sebagai cirinya. Kata tanya (tembung
pitakon) memiliki 7 jenis, antara lain:

Ngoko Krama

Sapa Sinten

Apa Menapa

Pira Pinten

Kepriye Kados pundi

Ana ngendi Wonten pundi

Kenangapa Kenging menapa

Kapan Kapan

➢ Opo
Tembung “opo” gunane kanggo takon barang utawa pristiwa utawa
kedadian. (Kata “apa” berfungsi untuk menanyakan bara atau suatu
peristiwa/ kejadian)

Tuladha : Apa sing di gawa Pak Joni menyang sawah? (Apa yang di bawa
Pak Joni ke sawah?)

8
➢ Sapa
Tembung “sapa” gunane kanggo takon wong utawa paraga kang ono ing
dalem crita. (Kata “sapa” berfungsi untuk menanyakan orang atau tokoh
yang ada dalam cerita)

Tuladha : Sapa sing biasae masak ning omahmu? (Siapa yang biasanya
memasak di rumahmu?)

➢ Pira
Tembung “pira” gunane kanggo takon cacahe barang utawa cacahe barang
kang di takokake. (Kata “pira” berfungsi untuk menanyakan jumlah barang
atau jumlah seseuatu yang di tanyakan)

Tuladha : Pira cacahe bocah-bocang ana ing kelas 6? (Berapa jumlah anak-
anak di kelas 6?)

➢ Kepriye
Tembung “kepriye” gunane kanggo takon cara, kahanan, sifat utawa
watak. (Kata “bagaimana” berfungsi untuk menanyakan cara, kejadian, sifat
atau watak.)

Tuladha : Kepriye carane nggawe terompet? (Bagaimana cara membuat


terompet?)

Kepriye kabare adhimu?

➢ Ana ngendi
Tembung “ana ngendi” gunane kanggo takon papan utawa
panggonan. (Kata “Dimana” berfungsi untuk menanyakan tempat)

Tuladha : Ana ngendi umahe mbak Asih? (Dimana rumah mbak Asih?)

➢ Kenangapa
Tembung “kenangapa” gunane kanggo takon sebab utawa jalaran pristiwa
utawa kedadian. (Kata “kenapa” berfungsi untuk menanyakan sebab atau
terjadinya suatu peristiwa)

Tuladha : Kenangapa kowe ora mangkat sekolah? (Kenapa kamu tidak


berangkat sekolah?)

➢ Kapan
Tembung “kapan” gunane kanggo ngandharake wektu kedadeyan
prastawa. (Kata “kapan” berguna untuk menanyakan waktu kejadian
peristiwa)

Tuladha: Kapan pitik jago do kluruk? (Kapan ayam jago berkokok?)


Contoh Ukara Pitakon

9
Berikut ini adalah contohnyq:
• Opo sebabe panjenengan ora sida sowan simbah, Mbak? (Apa
sebabnya kamu tidak jadi ke simbah, mbak?)
• Kelas pira Tono saiki? (Kelas berapa Tono sekarang?)
• Sopo sing mbarengi Pak Dhe marang stasiun? (Siapa yang
menemani Pak Dhe ke stasiun?)
• Pira regane beras sak kiilo? (Berapa harganya beras satu kilo?)
• Opo sebabe omahe Bu Asih kobongan? (Apa sebabnya rumah bu
Asih kebakaran?)
• Sopo sing njaluk lombok? (Siapa yang meminta cabai?)
• Ana ngendi omahe mbahmu? (Dimana rumah nenekmu?)
• Pira regane sepatu model anyar kuwi? (Berapa harga sepatu
model baru ini?)
• Ana ngendi kantor pajak? (Dimana kantor pajak?)
• Pira sangumu? (Berapa uang sakumu?)
• Sopo sing ora kuat poso romadhon? (Siapa yang tidak kuat puasa
ramadhan?)
• Opo sing di hadiahke mbk Ayu marang adhimu? (Apa yang di
hadiahkan mbak Ayuk ke adikmu?)
• Kepriye carane dolan catur? (Bagaimana cara bermain catur?)
• Pira cacahe buku kelas 6? (Berapa jumlah buku kelas 6?)
• Kapan ibumu ono ning omah? (Kapan ibumu ada di rumah?)
• Pira jumlahe adhimu? (Berapa jumlah adikmu?)
• Kapan kowe masuk kampus? (Kapan kamu masuk kampus?)
• Sopo sing ora melu jalan santai? (Siapa yang tidak ikut jalan
santai?)
• Opo sing di masak ibumu? (Apa yang di masak ibumu?)
• Opo sing di doleki mbak Ratna? (Apa yang di cari mbak Ratna?)
• Sopo jenenge kancane mbk Andin? (Siapa nama teman mbak
Andin?)
• Pira jumlahe kancamu kelas 6? (Berapa jumlah temanmu kelas 6?)
• Kenangapa bu lek ndoleki ibu? (Kenapa bu lek mencari ibu?)
• Kepala sekolah nggonmu apa wis ganti maneh ta, Wan? (Kepala
sekolah tempatmu apa sudah ganti lagi, Wan?)
• Sopo sing ono ning kamare Ibu? (Siapa yang ada di kamar ibu?)
• Kepriye watake pandawa lima? (Bagaimana watak pandawa lima?)
• Kenangapa kowe ing sekolahan dino minggu? (Kenapa kamu ke
sekolahan hari minggu?)
• Opo sebabe kowe entuk nilai C? (Apa sebabnya kamu mendapar
nilai C?)
• Sopo sing di ajak ibu tindak pasar? (Siapa yang di ajak ibu ke
pasar?)
• Pira regane salak sing mbok tumbas? (Berapa harga salak yang
kamu beli?)
• Kepriye carane gawe gethuk? (Bagaimana caranya membuat
gethuk?)
• Sopo sing nyusul adhimu? (Siapa yang menjemput adikmu?)

10
• Pira cacahe sapi sing nak omahmu? (Berapa jumlah sapi yang
ada di rumahmu?)
• Kepriye watake gatot kaca? (Bagaimana wataknya gatot kaca?)
• Pira jumlahe guru basa Jawa ing Sekolahmu? (Berapa jumlah
guru bahasa Jawa di sekolahmu?)
• Ana ngendi lapangan sekolah? (Dimana lapangan sekolah?)?
• Kenangapa kowe wingi ora masuk sekolah? (Kenapa kamu
kemarin tidak masuk sekolah?)
• Kepriye carane jawab soal nomer 3? (Bagaimana caranya
menjawab soal nomor 3?)
• Ana ngendi omahe Pak Guru Basa Inggris? (Dimana rumah pak
guru bahasa inggris?)
• Kepriye sifate adhimu? (Bagaimana sifatnya adikmu?)
• Pira cacahe pitikmu? (Berapa jumlah ayammu?)
• Ana ngendi rumah sakit Dr. Soetomo? (Dimana rumah sakit Dr.
Soetomo?)
• Pira cacahe pulpen sing nduk tasmu? (Berapa jumlah pulpen
yang ada di tasmu?)
• Kapan panjenengan tindak menyang Solo? (Kapan kamu pergi ke
Solo?)
• Ana ngendi panggone wong dodol mie ayam? (Dimana tempat
orang jualan mie ayam?)
• Kenangapa Danis merenung wae? (Kenapa Danis merenung saja?)
• Opo ibu sampun nedha dereng? (Apa ibu sudah makan belum?)
• Ana ngendi kemah pramuka SMP 1? (Dimana kemah pramuka
SMP 1?)
• Jam pira kowe tangi? (Jam berapa kamu bangun?)
• Ana ngendi wong dodol wedang ronde? (Dumana orang jualan
wedang ronde?)
• Kenangapa adhimu nangis? (Kenapa adikmu menangis?)
• Ana ngendi Doni lan Andi sinau bareng? (Dimana Doni dan Andi
belajar bersama?)
• Sapa jenenge sepupune Sinta? (Siapa nama sepupunya Sinta?)
• Ana ngendi kantor kepala sekolah? (Dimana kantor kepala
sekolah?)
• Kepriye kabare kanca-kanca alumni SMP 1, Ir? (Bagaimana
kabar teman teman alumni SMP 1, Ir?)

2.4 Ukara Lamba

A. Ukara Lamba

Ketika mempelajari tata Bahasa Indonesia, kita akan mengenal


jenis kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Dalam Bahasa Jawa, istilah
kalimat tunggal dikenal dengan sebutan ukara lamba, sedangkan kalimat
majemuk disebut ukara camboran.

11
Ukara lamba adalah kalimat tunggal atau ukara tunggal, yaitu kalimat yang
hanya memiliki satu gagasan atau klausa saja. Pola susunan ukara lamba ini
terdiri atas satu jejer (subjek) dan satu wasesa (predikat).

Contoh ukara lamba adalah:

• Ibu masak ing pawon (ibu masak di dapur).


Ibu = Jejer (Subjek)
Masak = Wasesa (Predikat)
Ing Pawon = Katrangan panggonan (keterangan tempat)
• Arimbi tuku donat (Arimbi membeli donat).
Arimbi = Jejer (Subjek)
Tuku = Wasesa (Predikat)
Donat = Lesan (Objek)
• Pak guru nerangake pelajaran ing ngarep kelas (Pak guru
menerangkan pelajaran di depan kelas).
Pak guru = Jejer (Subjek)
nerangake = Wasesa (predikat)
Pelajaran = Lesan (Objek)
ing ngarep kelas = Katrangan panggonan (Keterangan tempat)

12
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Dalam kehidupan sehari-hari terutama kita yang berada di pulau jawa


tidak lepas dengan Bahasa yang melekat yaitu Bahasa jawa, ada ngoko lugu,
ngoko alus, kromo lugu dan kromo alus.

Ukara tanduk lan ukara tanggap, di dalam bahasa Indonesia disebut


sebagai kalimat aktif dan kalimat pasif. Contone ukara tanduk yaiku Amri
nandur jagung lan contone ukara tanggep yaiku Mobile dituku Anggi.

Ukara panjaluk yaiku ukara pangajak kang luwih alus, ukara iki bisa
disebut dadi ukara pangerep-arep. Contone Muga-muga awake dewe kabeh
selamet tekan tujuan.

ukara pakon termasuk ke dalam materi penting yang perlu dipelajari.


Sebab, dalam percakapan sehari-hari, kita tidak lepas dari penggunaan
berbagai jenis kalimat, termasuk kalimat perintah. Contone Ayo enggal
diresiki bareng-bareng omah iki

Ukara lamba adalah kalimat tunggal atau ukara tunggal, yaitu kalimat
yang hanya memiliki satu gagasan atau klausa saja. Contone ibu masak ing
pawon.

Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan


makalah ini akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat penulis harapkan sebagai bahan evaluasi kedepannya

13
DAFTAR PUSTAKA

Anna Jestica (2022) “ Pengertian kalimat perintah ukara pakon dalam bahasa jawa
dan jenisny. Diakses pada tanggal 30 September 2023 dari
adjar.grid.id/read/543132502/pengertian-kalimat-perintah-ukara-pakon-
dalam-bahasa-jawa-dan-jenisnya?page=all.

Anna Jestica (2022) “ Ukara pangajak dan ukara panjaluk : pengertian dan contoh-
contohnya. Diakses pada tanggal 29 September 2023 dari
https://adjar.grid.id/read/543309644/ukara-pangajak-dan-ukara-panjaluk-
pengertian-dan-contoh-contohnya?page=all.

Erna Ayu (2016) “ukara lamba”. Diakses pada 28 September 2023 dari
https://id.scribd.com/embeds/348123574/content?start_page=1&view_mo
de=scroll&access_key=key-fFexxf7r1bzEfWu3HKwf.

Mata Lentera (2023) “ contoh ukara pitakon “ Diakses pada tanggal 29 September
2023 dari https://lenteramata.com/ukara-pitakon/.

Syifa. “Ukara Lamba dan Ukara Camboran”. Diakses pada 28 September 2023 dari
https://haloedukasi.com/ukara-lamba-dan-ukara-camboran#Ukara_Lamba.

14

Anda mungkin juga menyukai