Anda di halaman 1dari 1

Rihlatul Lillah

Suatu hari Ali melalui suatu kuburan seraya ia berkata :


"Semoga kedamaian dicurahkan padamu wahai penghuni rumah sunyi, tempat
duka nestapa, kalian telah mendahului kami, kami pasti akan menyusul, tak lama
lagi kita akan berjumpa. Ya Allah ampunilah kami dan juga mereka, Ya Allah
hapuskanlah kesalahan - kesalahan kami dan juga mereka"

Berbahagialah orang yang senantiasa mengingat maut, lalu ia beramal untuk


menghadapi hari perhitungan, kemudian beliau menlanjutkan :

"Wahai para penghuni kubur Istri - istri mu telah dinikahi orang, rumah - rumah mu
telah dihuni, harta kekayaanmu telah dibagi - bagi, itulah berita yang dapat kami
sampaikan kepadamu, lalu kabar apa yang ada padamu ? Kenapa kalian tak juga
bicara, kenapa kalian membisu seribu bahasa, lalu beliau menengok kepada kawan
- kawan Ali.

Seandainya mereka berbicara niscaya mereka akan mengatakan, telah kami temui
di sini bahwa bekal yang paling baik hanyalah takwa lalu beliau dalam sahabat -
sahabatnya menangis.

Saudaraku jangan terpedaya dengan bisunya para penghuni kubur. Setiap jiwa
dihisap di dalamnya, berapa banyak yang merasakan malapetaka di dalamnya,
berapa banyak yang disiksa di dalamnya, berapa banyak kubur yang menghimpit
penghuninya, hingga tulang belulangnya hancur luluh, andai kubur itu mampu
berbicara niscaya ia akan berkata :

"Aku rumah yang sarat malapetaka, aku rumah gulita, aku rumah kesendirian, aku
rumah yang sepi, aku rumah keterasingan, aku rumah tanah pengap, aku rumah
cacing - cacing tanah dan kenistaan.

Aku mencopot telapak tangan dari pangkal lengannya, aku memisahkan paha dari
lututnya, lutut dari betisnya, betis dari telapak kakinya. Andai kalian lihat orang
berbaring di pangkuanku setelah 3 hari, niscaya engkau takut melihatnya, bola
matanya keluar di pipi, kedua bibirnya terpisah dari gigi, nanah dan darah,
mengalir dari kerongkongan dan mulut, perut menggembung, dada membusung,
semoga Allah merahmatimu"

Anda mungkin juga menyukai