Anda di halaman 1dari 8

Tugas Idividu

Analisi Struktural Genetik Novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode”

Oleh:

Dita Andriani

A1D114008

Jurusan Pedidikan Bahasa Indonesia

Fakultas keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Halu Oleo

Kendari

2015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengantar serta refleksinya
terhadap gejala-gajala sosial di sekitarnya (Ismanto, 2003: 59). Oleh karena itu, kehadiran karya
sastra merupakan bagian dari kehidupan masyarakat. Pengarang mencoba menghaslkan
pandangan dunianya tentang realitas sosial di sekitarnya untuk menunjukkan sebuah karya sastra
berakar pada kultur tertentu dan masyarakat tertentu.
Pernyataan di atas sesungguhnya mengandung implikasi bahwa sastra adalah sebagai
lembaga sosial yang menyuarakan pandangan dunia pengarangnya. Pandangan dunia ini bukan
semata-mata fakta empiris yang bersifat langsung, tetapi merupakan suatu gagasan, aspirasi dan
perasaan yang dapat mempersatukan kelompok sosial masyarakat.
Strukrural genetik memiliki implikasi yang lebih luas dalam kaitannya dengan
perkembangan ilmu-ilmu kemanusiaan pada umumnya. Sebagai seorang strukturalis, Goldmann
sampai pada kesimpulan bahwa struktur mesti disempurnakan menjadi struktur bermakna, dimana
setiap gejala memiliki arti apabila dikaitkan dengan struktur yang lebih luas, demikian sterusnya
sehingga setiap unsur menopang totalitasnya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana fakta individual dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode”?


b. Bagaimana fakta kolektif dala novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode”?
c. Bagaimana strukturasi dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode”?
d. Bagaimana pandangan dunia dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode”?

1.3 Tujuan

Tujuan dari analisis ini untuk mengetahui struktural genetik dalam novel “Di Bawah Bayang-
bayang Ode” karya Sumiman Udu.
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Teori Strukturalisme Genetik

Strukturalisme genetik adalah sebuah pendekatan di dalam penelitian sastra yang lahir sebagai
reaksi dari pendekatan strukturalisme murni yang antihistoris dan kausal. Untuk itu, maka sebelum
berbicara tentang strukturalisme genetik terlebih dahulu akan dibicarakan mengenai strukturalisme
murni dengan berbagai kelemahannya.
Pendekatan strukturalisme dinamakan juga pendekatan objektif, yaitu pendekatan dalam
penelitian sastra yang memusatkan perhatiannya pada otonomi sastra sebagai karya fiksi. Artinya,
menyerahkan pemberian makna karya sastra tersebut terhadap eksistensi karya sastra itu sendiri tanpa
mengaitkan unsur yang ada di luar struktur signifikansinya (Iswanto, 2003: 59-60).
Karena pandangan keotonomian karya di atas, di samping juga pandangan bahwa setiap karya
sastra memiliki sifat keunikannya sendiri, analisis terhadap sebuah karya pun tak perlu dikaitkan
dengan karya-karya lain.
Penelitian strukturalisme genetik memandang, karya sastra dari dua sudut yaitu intrinsik dan
ekstrinsik. Studi diawali dari kajian unsur intrinsik (kesatuan dan koherensinya) sebagai data
dasarnya. Selanjutnya, penelitian akan menghubungkan berbagai unsur dengan realitas
masyarakatnya. Karya dipandang sebagai refleksi jaman, yang dapat mengungkapkan aspek sosial,
budaya politik, ekonomi. Peristiwa-peristiwa penting dari zamannya akan dihubungkan langsung
dengan unsur-unsur intrinsik karya sastra (suwardi, 2003: 56).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Sinopsis

Novel ini mengisahkan tentang dua anak manusia yaitu Imam dan Amalia Ode, yang terpaksa
merelakan cinta mereka demi adat yang dijunjung tinggi oleh keluarga dan masyarakatnya. Gelar
‘ode’ yang melekat pada nama Amalia membuatnya tidak berdaya untuk menentang keinginan ibu
dan keluarga besarnya. Sebagai seorang yang bergelar ‘ode’, Amalia dipaksa menikah dengan
sepupunya yang kaya raya agar anak keturunannya nanti juga mendapatkan gelar ‘ode’ dan
mendapatkan jaminan kesejahteraan.
Amalia tak kuasa menolak keinginan keluarga setelah ibunya sujud dihadapannya dan usaha
melarikan diri untuk menemui kekasihnya Imam berhasil digagalkan oleh keluarga calon suaminya
yang mempunyai pengaruh yang sangat besar di kampungnya. Amalia akhirnya pasrah pada nasib
terlebih setelah menyadari dirinya bahwa ia sedang menunggu Anastasia yang pernah ditemuinya di
dalam mimpi.
Imam yang mengetahui pernikahan Amalia dengan sepupunya tidak mungkin dihalangi karena dia
bukanlah seorang yang bergelar ‘ode’ juga pasrah menerima nasib. Imam sangat menyadari prinsip
keluarganya bahwa gelar ‘ode’ bukanlah sesuatu yang diwariskan melainkan anugrah atas satu
perjuangan yang dilakukan untuk kepentingan negara sebagaimana kakeknya dahulu mendapatkan
gelar tersebut. Imam akhirnya memantapkan diri untuk melanjutkan studinya hingga meraih gelar
doktor dan mengabdi di Universitas Halu Oleo. Imam bertekad melalui pendidikan dapat
mencerdaskan generasi Wakatobi dari kungkungan adat dan kebiasaan yang hanya berorientasi
menjadi buruh dan pekerja kasar di daerah Maluku.
Keinginan Imam untuk mengubah pandangan masyarakat akan arti penting pendidikan bagi generasi
muda terlihat dalam diri Anastasia yang cantik dan enerjik. Anastasia tumbuh menjadi gadis yang
cerdas dan berani walaupun tidak pernah mengenal ibu kandungnya Amalia Ode. Amalia berpesan
pada ibunya sebelum meninggal dunia, “satu pesanku, ibu. Kalau suatu saat nanti lahir anakku, jangan
sisipkan kata ‘ode’ di namanya. Namai saja ia Anastasia, nanti sejarahlah yang akan memberikan
‘ode’ itu di depan namanya, kalau memang itu perlu…”

Kisah di dalam Novel Di Bawah Bayang-Bayang Ode ini meninggalkan bekas di hati pembaca yang
terkoyak-koyak karena cinta yang kandas dari sepasang anak manusia ini berakhir dengan kematian.
Kedua insan ini menjalani nasib dan penderitaan masing-masing. Kesedihan yang mendalam dan
kepasrahan dari tokoh Imam yang tidak pernah menikah ini sangat teresapi ketika cerita diakhiri oleh
pengarang dengan sekuen peristiwa berpulangnya Imam menghadap Illahi. Imam yang mengidap
kanker dilepas oleh Anastasia yang tidak mengetahui bahwa dosen kesayangannya itu adalah ayah
kandungnya sendiri.

3.2 Biografi Pengarang

Sumiman Udu lahir di Desa Longa, Kecamatan Wangi-Wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi
Sulawesi Tenggara, pada 1 Desember 1975. Dosen di Universitas Halu Oleo Kendari ini, sejak kecil
telah di lelapkan oleh lantunan sastra lisan masyarakat Wakatobi, kabanti, yang kemudian membuat ia
tertarik memilihnya menjadi objek kajian dalam tesisnya di pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang telah terbit menjadi buku berjudul “Perempuan dalam
kabanti, Tinjauan Sosiofeminis,” (Dianndra 2009). Sekretaris Pusat Penelitian Budaya dan Pariwisata
Lembaga Penelitian Universitas Halu Oleo ini, adalah kandidat doktor ilmu humaniora di Universitas
Gadjah Mada, yang aktif menjadi pemakalah di berbagai seminar di tingkat lokal, nasional, maupun
internasional. Novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” ini, adalah novel pertamanya yang menunjukan
perhatiannnya yang serius terhadap adat tradisi tanah kelahirannya. Selain dapat pula dibaca dalam
berbagai penelitian ilmiah yang telah dikerjakannya. Novel yang di tulis sejak tahun 2003 ini,
diterbitkan pertama kali setelah dua belas tahun proses penulisannya.

3.3 Analisis Struktural Genetik

a. Fakta Individual
Fakta indifidual dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” karya Sumiman Udu
teerdapat pada kutipan di bawah ini
“Amalia bergelar Ode,” Nak. Berasal dari keluarga yang baik-baik. Kaya raya pula.
Keluarganya itu ibarat tanah yang subur, bibit yang baik. Mereka itu hampir sama dengan
leluhurmu. Mereka merasa sebagai bangsawan. Bedanya, keluarga Amalia Ode masih terus
memakai gelar kebangsawannya. Tapi leluhurmu tidak setuju dengan gelar banngsawan itu.
Bapakmu, dulu, pernah bilang, ia lebih mengikuti ajaran agama yang memandang manusia
dari takwanya. Selain itu, bapakmu sadar, adat Buton hanya memberikan gelar ‘Ode’ untuk
orang yang berjasa, bukan untuk orang yang berdarah biru.
b. Fakta kolektif
Fakta kolektif dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” karya Sumiman Udu yaitu
perbedaan khasta antara Imam dan Amalia Ode, seperti yang terdapat dalam kutipan berikut
ini.
“Mulai hari ini kau tidak boleh lagi keluar, sebab kalau kau keluar itu artinya kau telah
mempermalukan keluarga, menginjak-injak adat dan martabat kebangsawanmu. Kau anak
bangsawan, Lia, kau tidak boleh mempermalukan keluarga dan kebangsawananmu” kata
ibunya sambil menatap Lia dengan tajam.
c. Strukturasi
Tokoh-tokoh dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” karya Sumiman Udu, Imam,
Amalia Ode, Wa Ode (Ibu Amalia Ode) dan La Ode Halimu. Selain toloh tersebut, ada tokoh
ayah dan ibu Imam, Wa Ambe, Yanti dan lain-lain.
Setiap tokoh dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” karya Sumiman Udu memiliki
hubungan yang tidak hanya menimbulkan keterkaitan dalam cerita saja tetapi juga
menimbulkan masalah satu dengan lainnya. Si tokoh utama dalam novel “Di Bawah Bayang-
bayang Ode” karya Sumiman Udu, berpacaran dengan denagan Amalia Ode, seorang gadis
keturunan Buton yang mendapat gelar “Ode”. La Ode Halimu adalah sepupu Amalia Ode
memberikan nuansa cinta segitiga di antara ketiga tokoh. Wa Ode ibu dari Amalia Ode sangat
menantang hubungan Amalia dan Imam. Dan menjodohkan Amalia dengan La Ode Halimu.
Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini.

“Untuk itu, ibu dan paman-pamanmu, telah menerima La Ode Halimu sebagai calon
suamimu. Keluarganya memiliki status sosial yang sama dengan kita, Lia”.

Tetapi, Lia menatang keputusan ibu beserata keluarganya yang menjodohkannya dengan La
Ode Halimu yang tidak ia cintai.

“Siapa yang mau menikah?” jawab .Lia agak ketus, “Lia mau menikah jika menikah dengan
orang yang Lia cinta, jika tidak, Lia belum mau menikah.”

Tokoh lain ayah dan ibu Imam. Imam merupkan orang yang bukan golongan bangsawan.
Ttetapi ia sangant mencintai Amalia Ode dan menyuruh ayah dan ibunya untuk datang
melamar Amalia Ode. Ayah dan ibu Imam yang paham dengan masalah adat kebangsawanan
tidak berani melamar Amalia.
“Bagi ibu itu sangat berat Nak! Bukankah kau tahu bahwa kita hanyalah golongan maradika,
sementara mereaka adalah golongan kaomu atau walaka? Mereka golongan bangsawan Nak!”

d. Pandangan Dunia
Pandangan dunia yang ditampilkan pengarang melalui problematik adat istiadat masyarakat
Buton yang masih terikat. Sehingga penderitaan masyarakat Buton belum terbebaskan dengan
tidak mendapatkannya pendidikan dan kehidupan yang layak. Masalah novel ini juga
menceritakan cinta terlarang yang di alami tokoh dlam cerita karna perbedaaan khasta.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Struktural genetik adalah cabang penelitian sastra secara structural yang tak murni. Ini
merupakan bentuk penggabungan antara struktural dengan metode penelitian sebelumnya.
Konvergensi penelitian structural dengan penelitian aspek-aspek internal karya sastra,
dimungkinkan lebih demokrat. Paling tidak, kelengkapan makna teks sastra akan semakin
utuh.
Analisis novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” karya Sumiman Udu dengan menggunakan
teori strukturalisme genetik di lakukan dalam empat tahap. Tahap pertama adalah analisi fakta
individual, kedua analisis fakta kolektif, ketiga menganalisi strukturasi melalui hubungan antar tokoh
dan tokoh dengan lingkungannya. Simpulan yang dapat ditarik adalah novel “Di Bawah Bayang-
bayang Ode” merefeksikan pandangan Sumiman Udu tentang situasi budaya masyarakat Buton.

4.2 Saran

Pertama, bagi para sastrawan atau pemerhati sastra diharapkan agar hasil penelitian ini dapat
dimanfaatkan sebagai bahan acuan dalam menganalisi karya sastra yang lain untuk mengembangkan
dan memperluas wawasan tentang karya sastra khusunya novel.
Kedua, menyadari betapa pentingnya analisis hasil karya sasrta sebagai media pengungkapan
nilai-nilai estetik alam kehidupan, maka diharapkan adanya analisis lebih mendalam guna
mengungkapkan orisinalitas karaya sastra khususnya novel.
Ketiga, penelitian berupa analisis strukturalisme genetik sangat perlu dikembangkan secara
berkesinambungan agar terwujud keseimbangan antara dunia pengarang dan dunia penikmat.

Anda mungkin juga menyukai