Anda di halaman 1dari 12

TUGAS

“MENGANALISIS NOVEL “DI BAWAH BAYANG-BAYANG ODE”


DENGAN PENDEKATAN MIMESIS

NAMA : ERNI
NIM : A1M119032

DOSEN PEMBIMBING : SUMIMAN UDU

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO KENDARI
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang telah memberikan rahmatNya sehingga kami
dapat menyelesaikan tugas Analisis Novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” menggunakan
pendekatan mimesis tepat pada waktunya.
Dan harapan kami semoga hasil analisis ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah ini agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin dalam
pembuatan tugas dalam menganalisis novel, masih banyak ditemukan kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan tugas ini.

Raha, 27 Oktober 2020


BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” merupakan hasil karya Sumiman Udu, beliau
adalah dosen di Universitas Halu Oleo di kota Kendari. Novel “Di Bawah Bayang-bayang
Ode” adalah novel pertamanya yang menunjukkan perhatiannya yang serius terhadap adat
tradisi tanah kelahirannya. Novel ini ditulis sejak tahun 2003, dan menerbitkan novelnya
setelah dua belas tahun lamanya.
Dalam menganalisis novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” karya Sumiman Udu
digunakan pendekatan mimesis. Menurut Abrams (1976:8-9) mengatakan teori mimesis
adalah pendekatan pendekatan estetis dalam studi satra yang paling sederhana dan kuno,
karena adanya diskusi yang diadakan oleh filosuf plato dengan murid-muridnya lebih dari
2000 tahun yang lalu. Mimesis berasal bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam
hubungannya dengn kritik sastra mimesis diartikan sebagai pendekatan yang dalam mengkaji
karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan.
teori mimesis menganggap karya sastra sebagai pencerminan, peniruan, atau pembayangan
realitas. Pendapat ini kebanyakan dianut oleh peneliti sastra aliran Marxis sosiologi sastra dan
peneliti lain yang menganggap karya seni sebagai dokumen social. Sarana yang terkuat dalam
pengarahan manusia pada penafsiran kenyataan ialah bahasa. Bahasa tidak saja
mengintegrasikan berbagai bidang pengalaman menjadi keseluruhan yang berarti, tetapi juga
memungkinkan mengatasi kenyataan sehari-hari.
Novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” karya Sumiman Udu, menceritakan seorang gadis
cantik bernama Amalia Ode dan pemuda bernama Iman yang menjalin kasih, tetapi harus
merelakan cintanya demi adat yang di junjung tinggi oleh keluarganya. Gelar “Ode” yang
melekat pada namanyalah sehingga ia tidak berdaya menentang Keinginan ibu dan
keluarganya. Amalia Ode dijodohkan dengan sepupunya yang bernama La Ode Halimu untuk
mendapatkan kesejahteran dan gelar Ode akan tetap melekat pada keturunannya kelak.

1. Desain
1.1. Identifikasi Novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode”

• Sampul : Mata Laut

• Pengarang : Sumiman Udu

• Penerbit : Seligi Press

• Isi dan tata letak : S. Arimba

• Jumlah : 260 halaman


• ISBN : 978-602-73713-4-7

1.2. Sinopsis
Novel merupakan karangan prosa panjang yang mengandung rangkaian cerita kehidupan
seseorang dengan orang yang berada di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat
setiap pelaku dalam kisah yang diceritakan. Novel terdiri dari bab dan sub-bab tertentu sesuai
dengan kisah ceritanya.
Novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” merupakan sebuah novel kontroversial yang
ditulis Oleh Sumiman Udu sejak tahun 2003 dan di terbitkan tahun 2015.
Dalam novel ini, di kisahkan dua anak manusia yang terpaksa merelakan cinta mereka
demi adat yang dijunjung tinggi oleh keluarga dan masyarakatnya. Gelar ‘ode’ yang melekat
pada nama Amalia membuatnya tidak berdaya untuk menentang keinginan ibu dan keluarga
besarnya. Amalia Ode dipaksa menikah dengan pemuda bernama La Ode Halimu yang
merupakan sepupunya sendiri, agar kelak gelar Ode akan tetap melekat pada keturunannya,
dan harta La Ode Halimu tidak lari kemana-mana serta mendapatkan kesejahteraan.
Amalia Ode tak kuasa menolak keinginan keluarga setelah ibunya sujud dihadapannya dan
usaha dalam melarikan diri untuk menemui kekasihnya Imam berhasil digagalkan oleh
keluarga calon suaminya yang mempunyai pengaruh yang sangat besar di kampungnya.
Amalia akhirnya pasrah pada nasib terlebih setelah bertemu Anastasia dalam mimpi. Imam
yang mengetahui pernikahan Amalia dengan sepupunya tidak mungkin dihalangi karena dia
bukanlah seorang yang bergelar ‘Ode’ juga pasrah menerima nasib.
Imam sangat menyadari prinsip keluarganya bahwa gelar ‘Ode’ bukanlah sesuatu yang
diwariskan melainkan anugrah atas satu perjuangan yang dilakukan untuk kepentingan negara
sebagaimana kakeknya dahulu mendapatkan gelar tersebut. Imam akhirnya memantapkan diri
untuk melanjutkan studinya hingga meraih gelar doktor dan mengabdi di Universitas Halu
Oleo. Imam bertekad melalui pendidikan dapat mencerdaskan generasi Wakatobi dari
kungkungan adat dan kebiasaan yang hanya berorientasi menjadi buruh dan pekerja kasar di
daerah Maluku.
Keinginan Imam untuk mengubah pandangan masyarakat akan arti penting pendidikan
bagi generasi muda terlihat dalam diri Anastasia yang cantik dan enerjik. Anastasia tumbuh
menjadi gadis yang cerdas dan berani walaupun tidak pernah mengenal ibu kandungnya
Amalia Ode. Amalia Ode pernah berpesan pada ibunya sebelum meninggal dunia, “satu
pesanku, ibu. Kalau suatu saat nanti lahir anakku, jangan sisipkan kata ‘ode’ di namanya.
Namai saja ia Anastasia, nanti sejarahlah yang akan memberikan ‘ode’ itu di depan namanya,
kalau memang itu perlu”.
Anastasia bertemu dengan Dr. Iman dan mulai akrab, bahkan Dr. Iman selalu hadir dalam
pentas yang diikuti Anastasia. Suatu ketika Dr. Iman jatuh sakit dan harus dilakukan
pencangkokan tulang sumsum, Anastasia mendonorkan tulang sumsumnya untuk Dr. Iman,
dan hasil laboratorium menyatakan bahwa tulang sumsum Anastasia cocok dengan Dr. Iman,
maka bertambah yakinlah Iman bahwa Anastasia adalah anak yang dimaksud Amalia Ode
dalam mimpinya.
1.3. Unsur Intrinsik
a) Tema
Tema yang ada dalam novel “Bayang-bayang Ode” yaitu Perjuangan Seorang Wanita
Dalam Memperpanjangkan Cinta Sucinya.

b) Tokoh utama
Tokoh utama merupakan pelaku yang ada dalam cerita tersebut. Adapun pelaku tokoh
utama dalam novel yaitu Amalia Ode dan Iman. Adapun tokoh pembantu dalam novel
tersebut adalah Wa Ode (ibu Amalia Ode), La Ode Halimu (sepupu Amalia Ode),
Yanti (sahabat Amalia Ode), ibu dan ayah iman, paman Amalia Ode, dan Anastasia.

c) Penokohan
1) Amalia Ode, karakternya baik, penurut, penyabar, setia pada Iman
2) Iman, karkternya baik, setia pada Amalia Ode, gigih
3) Wa Ode, karakternya, Keras, penyayang, tetap pada pendirian untuk
menikahkan Amalia Ode
4) Yanti, karakternya baik, suka menolong Amalia Ode dan Iman
5) La Ode Halimu, karakternya sombong
6) Ibu dan ayah Iman, karakternya baik, penyayang
7) Paman Amalia Ode, karakternya keras
8) Anastasia, karakternya cerdas, berani

d) Latar Tempat
Yaitu pantai, rumah Amalia Ode, rumah iman, rumah yanti, warung bakso

e) Latar Waktu
Yaitu pagi, sore, siang, malam, subuh

f) Latar suasana
Yaitu galau, sedih, istimewa, diam, sunyi, bahagia

g) Alur/plot
Alur yang digunakan dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” adalah alur
campuran

h) Gaya Bahasa
Bahasa yang di gunakan dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” adalah bahasa
yang digunakan penulis dalam meneliti.

i) Amanat
Adapun amanat yang diambil dalam analisis novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode”
adalah jadikanlah sejarah itu sebagai pelajaran hidup, jangan menyimpang pada
kehidupan sejarah yang masih memegang teguh adat, budaya, dan tahta, yang akan
membuat seseorang tetap berada pada zaman itu.

1.4. Tentang Pengarang


Penulis novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” adalah Sumiman Udu, Beliau lahir di Desa
Longa kecamatan wangi-wangi, Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, pada
tanggal 1 Desember 1975. Beliau merupakan Dosen di Universitas Halu Oleo Kota Kendari.
Sejak kecil beliau telah digelapkan oleh lantunan sastra lisan masyarakat Wakatobi, kabari,
sehingga membuat beliau tertarik memilihnya menjadi objek kajian dalam tragisnya di
pascasarjana Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
2. Desolen
Das Sollen adalah segala sesuatu yang mengharuskan kita untuk berpikir dan
bersikap.Contoh : dunia norma, dunia kaidah dan sebagainya. Das sollen dapat diartikan
sebagai kaidah dan norma serta kenyataan normatif seperti apa yang seharusnya dilakukan.
Das Sein adalah segala sesuatu yang merupakan implementasi dari segala hal yang
kejadiannya diatur oleh das sollen dan mogen.Dapat dipahami bahwa das sein merupakan
peristiwa konkrit yang terjadi. Das Sein adalah sebuah realita yang telah terjadi Das Sollen
adalah apa yang sebaiknya dilakukan yaitu sebuah impian dalam dunia utopia yang menjadi
keinginan dan harapan singkatnya arti dari keduanya adalah “yang ada dan yang seharusnya”
Atau, dapat disimpulkan: kesenjangan antara kenyataan dan harapan.
Dimana dalam analisis novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” yaitu dimana Amaila Ode
mempunyai mimpi sewaktu kecil untuk menjadi dokter dan melanjutkan sekolahnya
diperguruan tinggi, ketika beranjak dewasa semua impiannya lenyap, karena ibunya
melarangnya dan berpikir Amalia Ode nantinya akan memasak di dapur dan mengabdi sama
suami.
Desolen atau das sollen merupakan segala sesuatu yang merupakan keharusan, atau yang
mengharuskan kita dalam bepikir dan bersikap tindak dalam menghadapi masalah. Misalnya,
didalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” Amalia Ode dan iman berjanji akan
memperjuangkan cinta suci mereka, walaupun Amalia Ode telah ditunangkan dengan
sepupunya La Ode Halimu. Bahkan setelah menikahpun Amalia Ode tetap mencintai Iman,
walaupun raganya ada bersama La Ode Halimu tapi jiwanya akan bersama cinta sucinya.

3. Masalah
Adapun perumusan masalah dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” yaitu :
3.1. Menganalisis novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” dengan menggunakan
pendekatan mimesis.
3.2. Menentukan fakta-fakta cerita dalam novel
3.3. Menentukan fakta-fakta dalam masyarakat atau diluar novel
3.4. Perbandingan fakta itu untuk melihat kesejajaran konsep, apakah sejajar atau refleksi
atau bukan?

4. Tujuan
Adapun tujuan dalam menganalisis novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” yaitu :
untuk mendeskripsikan makna simbolik dalam novel dan menyadarkan masyarakat bahwa
gelar itu tidak didapatkan atas dasar adat, budaya, dan tahta, melainkan gelar itu bisa
didapatkan dengan usaha dan kerja keras seseorang, serta dukungan dari cinta dan kasih
sayang.

5. Manfaat
Adapun manfaat dalam membaca novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” yaitu :
Bagi pembaca dan mahasiswa:
a) Mampu menganalisis novel yang telah dibaca
b) Mampu melahirkan karya-karya yang luar biasa
c) Menjadikan pelajaran, dimana pendidikan itu penting
Bagi masyarakat
a) Tidak mudah terpengaruh oleh adat yang masih mempercayai takhayul
b) Menjadikan pelajaran bahwa tahta bukan segalanya
c) Membantu menyadarkan masyarakat dari kepercayaan-kepercayaan terhadap
takhayul.

6. Teori
6.1. Pendekatan Mimesis
Secara umum pendekatan mimesis adalah pendekatan yang mendasarkan pada hubungan
karya sastra dengan semesta atau lingkungan sosial budaya yang melatar belakangi lahirnya
ekarya sastra itu. Sasaran yang diteliti adalah sejauh mana novel mempresentasikan dunia
nyata dengan realitan dalam kehidupan manusia.
Pendekatan yang pertama kali lahir dalam dunia kritik sastra. Diawali oleh kritik yang
dilontarkan oleh Plato dan Aristoteles terhadap karya Sastra.
Ada beberapa pendapat para pakar pengenai pendekatan ini, yaitu :
Menurut plato, mimesis itu sebuah Karya seni dan sastra hanya tiruan dari kenyataan. Jadi
nilainya lebih rendah daripada kenyataan. Sumber lebih tinggi daripada tiruan.
Sementara menurut Aristoteles, Mimesis yaitu dimana para seniman tidak semata-mata
menjiplak, melainkan sebuah proses kreatif.

6.2. Fokus
Berdasarkan uraian diatas, adapun rumusan masalah dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang
Ode, yaitu :
• Bagaimana fakta cerita dalam novel tersebut?
• Jelaskan Fakta yang dapat menguatkan pembaca dalam masyarakat atau diluar novel?
• Perbandingan fakta itu untuk melihat kesejajaran konsep, apakah sejajar atau refleksi
atau bukan?
Teori yang digunakan dalam Novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” adalah adalah
teori interaksional simbolik.

7. Metodologi
• Jenis penelitian metode
Ini adalah penelitian kepustakaan, dengan objek kajian berupa novel “Di Bawah
Bayang-bayang Ode” karya Sumiman Udu. Metode yang digunakan dalam penelitian
novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode adalah deskriptif analisis.

• Sumber data
Data yang digunakan dalam penelitian novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” karya
Sumiman Udu adalah berupa teks cerita yang menggambarkan fakta-fakta cerita
dalam novel tersebut, yang meliputi tokoh, alur, dan latar. Sumber data dalam analisis
novel ini adalah karya Sumiman Udu yang diterbitkan oleh Seligi Press Oceania
Press, kota Kendari, cetakan pertama edisi terbaru, 2015.

• Teknik pengumpulan data


Teknik penelitian data dalam analisis ini adalah teknik baca dan catat yaitu dengan
cara membaca analisis novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode”, membaca buku-buku
relevan, serta mencatat data atau informasi yang terdalam dalam novel

• Teknik analisis data


Menggunakan pendekatan mimesis

• Analisis novel
Berdasarkan analisis dalam penelitian novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” yang
telah di baca, maka ditemukan masalah yang mana :
a) Adanya perbedaan aspek sosial dalam novel
b) Terbukti bahwa aspek sosial sebagai bentuk penipuan dalam kehidupan nyata
dalam novel
c) Aspek sosial dalam novel tersebut dihubungkan dalam dunia nyata

• Hasil analisis

Adapun hasil analisis dalam novel yaitu :
a) adanya pemaksaan adat dan budaya yang sudah tidak relevan, mengantarkan
individu menolak dan melawan adat budaya.
b) Penolakan adat yang dilakukan dengan cara melanggar norma.
c) Penolakan adat dilakukan dengan cara tidak melakukan ritual adat.
d) Penolakan adat dilakukan dengan cara menghapus gelar pada nama.
e) penolakan adat dilakukan dengan cara mengejar ilmu pengetahuan.
BAB II PEMBAHASAN

A. FAKTA CERITA DALAM NOVEL


Fakta cerita dalam novel merupakan unsur-unsur instrinsik yang berpengaruh terhadap
karya sastra. Fakta cerita ini tidak terjadi didalam novel saja tetapi, juga terjadi didalam
kehidupan dunia nyata dalam masyarakat buton yang ditulis oleh penulisnya. Adapun fakta
cerita dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” yaitu tentang fakta sosial, adat,
budaya, ,tahta, dan gelar Ode.
Contoh fakta sosial dalam cerita novel yaitu : Masyarakat Buton masih menjunjung tinggi
gelar Ode dan menganggap gelar itu hanya dimiliki oleh orang-orang mempunyai kedudukan
tinggi seperti bangsawan, kesultanan, dan darah biru.
Contoh fakta lain dari dalam novel tersebut yaitu mengenai perjodohan yang terikat oleh
adat, budaya, dan tahta. Mereka menjodohkan anak-anaknya yang bergelar ode, agar gelar
tersebut tetap melekat pada nama keturunan-keturunanya.
Masyarakat Buton menjunjung tinggi adat istiadat mereka, dan menganggap gelar ode
adalah orang yang berasal dari bangsawan, kesultanan, dan berdarah biru. Sehingga
masyarakat buton menderita dengan adat istiadat yang membelenggu pemikiran-pemikiran
mereka, sehingga kebanyakan dari mereka bekerja atau merantau di negeri orang.
Inilah pemikiran-pemikiran pada masyarakat yang masih menyimpang pada tradisi yang
dianut oleh leluhur mereka. Sehingga mereka terjebak dalam penderitaan tradisi mereka
sendiri.

B. FAKTA DALAM MASYARAKAT ATAU LUAR NOVEL


Adapun fakta yang terjadi dalam masyarakat atau diluar novel yaitu fakta sosial. Dimana
fakta sosial merupakan perilaku yang dilakukan oleh seseorang dalam masyarakat, yang lebih
banyak melihat pada kondisi serta kenyataan yang sedang berkembang melalui serangkain
observasi dan pengamatan yang dilakukan. Tindakan inilah mengidikasikan bahwa fakta
sosial akan senantiasanya memberikan pengengaruh pada pemerataan struktur lembaga
sosial, ekonomi, sistem pemerintahan, dan juga agama.
Contoh Fakta Sosial yang ada dalam masyarakat atau diluar novel yaitu di dalam
kehidupan masyarakat tentu saja setiap perilaku idividu akan dipengaruhi pada fakta sosial
ini, contohnya saja ketika melakukan gotong royong maka pola pola yang dijalankan
senantiasa berhubungan pada penilaian kebutuhan akan penting kebersihkan.
Tindakan gotong royong yang dilakukan masyarakat bisa disebut sebagai salah satu contoh
fakta sosial yang berkembang atas dasar penilaian kebutuhan, sehingga keadaan ini
menimbulkan persepsi untuk menjadi budaya yang patut dilasterikan sehari-hari
Contoh lainnya tentang fakta sosial dalam keseharian, misalnya saja ketika melakukan
kegitaan berupa pemakaian seragam, yang dijalankan oleh Pelajar SD dengan setiap seninnya
mempergunakan Baju Putih dan Celana Merah. Kondisi ini disadari atau tidak sudah menjadi
bagian daripada fakta sosial yng kemudian dijadikan sebagai pedoman atau aturan hidup.
Contoh lainnya yang berhubungan erat dengan lembaga agama, terutama tentang fakta
sosial ini misalnya saja proses penjalananan Sholat yang dilakukan oleh Umat Islam. Prilaku
Sholat bagian daripada kepercyaan yang tidak bisa untuk ditinggalkan.
Sehingga pada proses penilaian yang dilakukan seseorang dalam cangkupan ini, apabila
seseorang tidak menjalankan ritual ibdah, berupa sholat maka ia akan menjadi inividu yang
tidak taat dan mendapatkan ganjaran di akhirat kelak. Selengkapnya, baca; Pengertian
Lembaga Agama, Ciri, Fungsi, dan Contoh

C. PERBANDINGAN FAKTA DILIHAT DARI KESEJAJAN DALAM NOVEL


Dimana berdasarkan analisis yang dilakukan dalam novel “Di Bawah Bayang-bayang
Ode” dilihat dari kesejajaran konsep bahwa refleksi, dimana munculnya pantulan atau
kesadaran sebagai jawaban atas suatu hal atau kegiatan yang datang dari luar.
Contohnya Amalia Ode menerima perjodohan yang dilakukan oleh ibunya dengan syarat
jika suatu saat nanti lahir anaknya, beri nama dia Anastasia, rawatlah dia, berikan dia
kebebasan, dan jangan sisipkan nama ‘Ode’ di depan atau di belakang namanya, nanti
sejarahlah yang memberikan gelar itu bila perlu.
Berdasarkan contoh diatas merupakan fakta yang dilihat dari kesejajaran refleksi, dimana
perkataan Amalia berasal dari jiwa yang seakan tidak lama lagi ada di dunia.
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dalam menganalisis novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” karya Sumiman Udu
digunakan pendekatan mimesis. Menurut Abrams (1976:8-9) mengatakan teori mimesis
adalah pendekatan pendekatan estetis dalam studi satra yang paling sederhana dan kuno,
karena adanya diskusi yang diadakan oleh filosuf plato dengan murid-muridnya lebih dari
2000 tahun yang lalu. Mimesis berasal bahasa Yunani yang berarti tiruan. Dalam
hubungannya dengn kritik sastra mimesis diartikan sebagai pendekatan yang dalam mengkaji
karya sastra selalu berupaya untuk mengaitkan karya sastra dengan realitas atau kenyataan.
teori mimesis menganggap karya sastra sebagai pencerminan, peniruan, atau pembayangan
realitas. Pendapat ini kebanyakan dianut oleh peneliti sastra aliran Marxis sosiologi sastra dan
peneliti lain yang menganggap karya seni sebagai dokumen social. Sarana yang terkuat dalam
pengarahan manusia pada penafsiran kenyataan ialah bahasa. Bahasa tidak saja
mengintegrasikan berbagai bidang pengalaman menjadi keseluruhan yang berarti, tetapi juga
memungkinkan mengatasi kenyataan sehari-hari.
Novel “Di Bawah Bayang-bayang Ode” karya Sumiman Udu, menceritakan seorang gadis
cantik bernama Amalia Ode dan pemuda bernama Iman yang menjalin kasih, tetapi harus
merelakan cintanya demi adat yang di junjung tinggi oleh keluarganya. Gelar “Ode” yang
melekat pada namanyalah sehingga ia tidak berdaya menentang Keinginan ibu dan
keluarganya. Amalia Ode dijodohkan dengan sepupunya yang bernama La Ode Halimu untuk
mendapatkan kesejahteran dan gelar Ode akan tetap melekat pada keturunannya kelak.
Secara umum pendekatan mimesis adalah pendekatan yang mendasarkan pada hubungan
karya sastra dengan semesta atau lingkungan sosial budaya yang melatar belakangi lahirnya
ekarya sastra itu. Sasaran yang diteliti adalah sejauh mana novel mempresentasikan dunia
nyata dengan realitan dalam kehidupan manusia.
Pendekatan yang pertama kali lahir dalam dunia kritik sastra. Diawali oleh kritik yang
dilontarkan oleh Plato dan Aristoteles terhadap karya Sastra.
Ada beberapa pendapat para pakar pengenai pendekatan ini, yaitu :
Menurut plato, mimesis itu sebuah Karya seni dan sastra hanya tiruan dari kenyataan. Jadi
nilainya lebih rendah daripada kenyataan. Sumber lebih tinggi daripada tiruan.
Sementara menurut Aristoteles, Mimesis yaitu dimana para seniman tidak semata-mata
menjiplak, melainkan sebuah proses kreatif.

B. SARAN
Saran yang dapat disajikan yaitu janganlah memandang kebahagiaan itu berasal dari
segi materi, tahta, dan gelar.

DAFTAR PUSTAKA

Udu, Sumiman, 2015. “Di Bawah Bayang-bayang Ode”.Seligi Press:Kendari

https://alawialbantani.blogspot.com/2018/07/pengertian-das-sein-versus-das-
sollen.html?m=1

https://www.slideshare.net/nnDudud/pendekatan-mimetis-kel-1

Anda mungkin juga menyukai