Analisis Struktural Genetik pada Cerpen Uda dan Dara karya Usman Awang
Sinopsis:
Percintaan Uda dan Dara akhirnya kandas lantaran perbedaan status sosial. Lamaran Uda yang
miskin, ditolak Ibu Dara, karena keadaan keluarga Uda yang miskin tidak sebanding dengan
keadaan keluarga Dara yang kaya.
Penolakan itu membuat Uda bertekad pergi ke kota untuk mengubah taraf hidupnya. Tetapi,
karena terlalu payah bekerja keras, Uda jatuh sakit. Ia kembali ke desanya dalam keadaan sakit
parah. Kematian pun segera menjemputnya, tanpa sempat berjumpa dengan Dara untuk yang
terakhir kalinya.
Kematian Uda tentu saja membuat Dara, tidak hanya merasa sangat bersalah, tetapi juga
membuatnya kehilangan gairah hidup. Ia mengabaikan pertunangannya dengan lelaki kaya,
mengabaikan masa depannya. Dara pun sakit hingga maut menjemputnya. Pesan terakhirnya, ia
dimakamkan di samping kuburan Uda. Kematian Uda dan Dara sebagai pelambang cinta kasih
yang teguh dan murni.
Unsur Intrinsik
1. Tema
Cerpen ini bertema kisah cinta tak sampai. Dalam sebuah kisah cinta terdapat kebagiaan juga
kepahitan yang akan dirasakan bagi setiap pelakunya. Setiap orang pastinya memilih selalu
merasakan kebahagiaan, namun apa daya jika terkadang cinta itu berakhir dengan
menyedihkan. Jalinan cinta antara Uda dan Dara yang awalnya terasa bahagia namun
berakhir juga dengan sebuah perpisahan, yaitu kematian.
2. Alur
Cerpen ini memiliki alur maju. Dimana dimulai dengan pengenalan keseharian Uda sebagai
pesilat, romantisme Uda dan Dara, penolakan restu Ibunda Dara, kerja keras Uda di kota,
hingga kematian keduanya.
Latar tempat, di suatu perguruan silat (dibuktikan dengan adegan Uda, sedang berlatih
silat)
Latar tempat, di tebat (tempat bernaung di tepi sawah)
Latar tempat, di rumah Dara (dibuktikan dengan adegan Mak Long, menyampaikan
pesan dari Uda. Untuk melamar Dara)
Latar tempat, di kota, (dibuktikan dengan adegan saat Uda sudah berdiam diri di Kota
untuk mencari peruntungan.)
2) Latar Waktu
Latar waktu, malam hari (dibuktikan dengan adegan di tempat perguruan silat)
Latar waktu,pagi hari (dibuktikan dengan adegan Uda dan Dara serta tokoh yang lainnya,
sedang memanen padi.)
3) Latar Suasana
Latar suasana gembira (dibuktikan dengan adegan Uda dan tokoh lainnya. Saat sedang
menuai padi, saling bersenda gurau.
Latar suasana sedih (dibuktikan dengan adegan, Uda akan meminta izin pada ibunya
untuk pergi merantau)
Latar suasana sedih (dibuktikan dengan adegan, Uda berpamitan kepada Dara yang akan
pergi merantau. Dara menangis.
Latar suasana sedih (pada adegan terakhir cerpen. Dikisahkan pasangan sejoli yang tak
direstui ini. Akhirnya keduanya yaitu Uda dan Dara meninggal dunia.
5. Sudut Pandang
Cerpen “Uda dan Dara” ini diceritakan dengan sudut pandang orang ketiga. Hal ini bisa
terlihat karena penyajian cerita tidak ditemukan kata pengganti “Aku” ataupun “Saya”,
tetapi menggunakan penyebutan nama tokoh secara langsung.
6. Amanat
Selayaknya kita sebagai manusia senantiasa memiliki sifat rendah hati, dan tidak terlalu
mengukur semua hal dari sisi materi/kekayaan saja. Pun dengan apa yang dilakukan oleh
Uda, kita memang boleh berusaha keras, tetapi kita juga harus mengetahui porsi diri
masing-masing, jangan terlalu memaksakan kehendak.
UNSUR EKSTRINSIK
”Pada suatu hari yang baik berkunjunglah Mak Long bersama Kak Saodah, seorang
jirannya, ke rumah Ibu Dara. Kedatangan mereka disambut baik, dipelawa menurut
patutnya serta dilayani menurut adatnya. Sambil bersimpuh menghadapi tepak sirih,
maka tetamu dan tuan rumah pun berbuallah ke hulu ke hilir dengan riangnya.”
“…sebagian petani-petani yang miskin di kampung itu apabila sampai musim turun ke
sawah, ibu Uda pun berkunjunglah ke rumah besar Tuan Haji Alang memohon pinjaman
wang bagi belanja turun ke sawah dan belanja sementara padi berbuah”