Anda di halaman 1dari 33

TEORI DIRI

presented by
Kelompok 1
Psikologi Sosial - 3A
ANGGOTA KELOMPOK

Alnaznabila Aghnii Aura Ratu Aulia Dinda Aisyah Febryantika Dwi Cahyani
2209986 2209227 2204210 2209912
TOPIK
PEMBAHASAN
Konsep Diri
Self Esteem
Kesadaran Diri
Presentasi Diri
Teknik Persepsi Diri
MEMAHAMI DIRI SENDIRI?

Menurut Leary dan Tangney (2003), kompleksitas


manusia hanya mungkin dipahami dengan baik jika
kemampuan manusia dalam memikirkan dan
memahami dirinya sendiri terlebih dahulu dipahami.
KONSEP DIRI
SELF CONCEPT
Brehm dan Kassin (1996), Taylor, Peplau,
dan Sears (1997), konsep diri ini merupakan

KONSEP DIRI kumpulan keyakinan tentang diri sendiri dan


atribut-atribut personal yang dimiliki.

Branden (1983) dalam bukunya Honoring The


Self yaitu sebagai pikiran, keyakinan, dan
Pengertian Konsep Diri. Usaha kita kesan seseorang tentang sifat dan
memahami diri sendiri kemudian karakteristik dirinya, keterbatasan dan
menghasilkan beragam kapabilitasnya, serta kewajiban dan aset-
aset yang dimilikinya.
pengetahuan mengenari diri kita
sendiri (self knowledge) Konsep diri bersifat ideografik. Artinya, setiap
prang mempunyai konsepsi dan keyakinan
unik mengenai dirinya sendiri.
Dewasa ini, konsep diri lebih banyak
dipandang sebagai konstruk psikologis yang
PROSES
dinamis dan multifacet
PEMBENTUKAN
Dinamis berarti konsep diri itu bersifat “aktif,
fowerful, dan bisa berubah”. Konsep diri selalu
berproses dan terus berprosestanpa akhir --
KONSEP DIRI
never ended proses.
Seiring dengan waktu, interaksi
Multifacet berarti konsep diri itu tidak satu, antara faktor bawaan genetik,
tapi memiliki banyak rupa yang berbeda-
beda. bawaan psikologis, pengalaman
yang dilalui, dan pemrosesan
Konsep diri kita tidaklah kaku dan akan terus
berproses. Interaksi dengan orang-orang kognitif akhirnya membentuk
melalui komparasi sosial, ataupun feedback konsep diri kita (Tesser, 2002,
dari orang lain akan berdampak pada
perkembangan konsep diri. seperti dikutip Michel dan Morf,
2003)
Menurut Michel dan Morf (2003), kita mengkonstruksi
konsep diri kita sedemikian rupa sehingga sesuai
dengan apa yang diinginkan.
Menurut Harter (2003), konstruksi kognitif terhadap KONSEP DIRI
konsep diri itu tidak terelakan. Kita dianggapnya secara
aktif dan terus-menerus membentuk teori mengenai SEBAGAI
diri kita sendiri.
PRODUK
Konsep diri juga merupakan produk dari konstruksi
sosial. Pengalaman sosial yang kita alami, ketika
berinteraksi dengan orang tua, saudara, teman sebaya,
KONSTRUKSI
guru, dan lain-lain, pada akhirnya akan mengkonstruksi
diri kita (Harter, 2003)
Secara umum, dipahami bahwa konsep diri
terbentuk melalui konstruksi diri (self construction)
dan juga melalui konstruksi sosial (social
construction).
Konsep diri berisi berbagai self representation yang
beragam (Markus dan Wurf, 1987). Self
Representation ini merujuk pada “atribut atau
karakteristik diri yang secara sadar dikenali seorang
individu melalui bahasa” (Harter, 2003)
ISI DAN
Representasi diri ada yang bersitat deskriptif
ataupun evaluatif dan kognitif (cold aspect) STRUKTUR
ataupun nonkognitif (hot aspect).
KONSEP DIRI
Menurut Markus dan Wurf (1987), representasi diri
yang membentuk konsep diri itu, strukturnya tidak
sama. Berdasarkan tingkat kepentingannya, ada
representasi diri yang utama (core self concept) dan
representasi diri yang periperal ( working self
concept)
SELF
CONCEPT Menurut Campbell (dalam Kernis dan
Goldman, 2003), satu faktor penting yang

CLARITY berpengaruh besar terhadap perubahan


konsep diri adalah self concept clarity,
yaitu sejauh mana konsep diri seseorang
itu secara internal konsisten, stabil, dan
dipegang dengan penuh keyakinan.
SELF ESTEEM
Harga Diri atau Self Esteem
SELF ESTEEM Self esteem juga dipahami sebagai evaluasi
terhadap konsep diri kita. Evaluasi tersebut
dilakukan dengan cara membandingkan
antara konsep diri (perceived self) dengan
Menurut Branden (1992), self esteem merupakan ideal self.
kecenderungan seseorang untuk merasa mampu
di dalam mengatasi suatu masalah dan merasa Konsep diri merupakan hasil persepsi yang
berharga. Dengan kata lain, self esteem cenderung sebjektif dan personal. Ideal self
merupakan integrasi dari kepercayaan pada diri pun sama, merupakan hasil persepsi. Oleh
sendiri (self confidance) dan penghargaan pada karena itu, tinggi rendahnya harga diri tidak
diri sendiri (self respect) tergantung realitas objektif, melainkan lebih
banyak dipengaruhi oleh persepsi.
KESADARAN DIRI
Self awareness atau kesadaran
diri merupakan kondisi ketika
KESADARAN kita memberikan fokus
DIRI perhatian kepada diri sendiri
dan orang lain.

Menurut Myers (2017), hal


tersebut dapat membuat kita
menjadi lebih sensitif dan
memperhatikan sikap maupun
keputusan yang kita ambil.
KESADARAN DIRI
Menurut Goleman (1996), terdapat tiga
aspek dalam kesadaran diri (self
awareness), yaitu:

Mengenali emosi dan Pengakuan diri yang


pengaruhnya akurat

Kemampuan
mempercayai diri
Self regulation :

Suatu upaya untuk mengendalikan


pikiran, perasaan, dan perilaku dalam
rangka mencapai suatu tujuan.
REGULASI DIRI
Ada tiga bentuk pengaturan diri yang
harus dilakukan, yaitu covert
regulation, behavioral regulation, dan
enviromental regulation.
PRESENTASI
DIRI

“All the world is a stage, and all the men and women merely players.”
– William Shakespeare
DEFINISI

Tindakan mengekspresikan diri


dan berperilaku dalam cara-cara PRESENTASI
yang dirancang untuk
menciptakan kesan yang baik DIRI
atau sesuai dengan kesan ideal
seseorang.

Singkatnya, presentasi diri adalah usaha-usaha


kita untuk mengontrol kesan yang kita berikan
pada orang lain.
Self-presentation berkaitan dengan Impression
Management, yaitu usaha untuk mengatur kesan
yang orang lain tangkap mengenai kita baik secara
sadar maupun tidak (Schlenker, 1980).
Sebagai bagian dari impression management, kita
melakukan presentasi diri sesuai yang kita inginkan.
MENGAPA KITA MELAKUKAN
PRESENTASI DIRI?

Sebagai makhluk sosial, pengalaman social inclusions / penerimaan


sosial menjadi sangat penting bagi manusia. Sedemikian pentingnya,
hingga tanda-tanda social exclusions menjadi salah satu kondisi
yang sangat stressful untuk dialami (Eisenberger, et. al, 2003).

Oleh karena itu, salah satu aspek penting dalam interaksi sosial
adalah keinginan untuk mengatur kesan yang kita buat pada orang
lain.
Dalam situasi yang familiar, presentasi diri bisa
terjadi secara otomatis, tanpa usaha sadar.
Sedangkan pada situasi yang tidak familiar,
seringkali kita sangat self-concious terkait kesan
yang kita buat pada orang lain.
5 STRATEGI PRESENTASI DIRI (Jones & Pittman, 1982)

Self- promotion (untuk dianggap kompeten)


Memberikan informasi positif tentang diri kita. baik
melalui tindakan atau secara verbal.
Ingratitaion (untuk disukai)
Menyanjung, memuji lawan bicara. Menampilkan diri
sebagai orang yang ingin membuat orang lain
senang.
+ Self-deprecating
Menunjukkan kita tidak sebaik orang lain.
mengisyaratkan kekaguman atau merendahkan
ekspektasi orang lain pada kemampuan kita.
5 STRATEGI PRESENTASI DIRI (Jones & Pittman, 1982)

Intimidation (agar ditakuti)


Menampilkan diri sebagai orang yang berbahaya &
menakutkan.
Supplication (agar dikasihani)
Menampilkan diri sebagai orang yang lemah dan
bergantung.
Exemplification (agar dianggap memiliki
integritas moral yang tinggi)
Menampilkan diri sebagai orang yang rela berkorban
untuk orang lain.
Self-handicapping :

Segala tindakan yang dilakukan agar


dapat mengeksternalisasi jika
mendapat hasil negatif dan
menginternalisasi saat mendapat hasil
STRATEGI-STRATEGI
positif (Berglas & Jones, 1978).
LAINNYA Tujuannya untuk melindungi harga diri
sebagai antisipasi hasil yang tidak
sesuai haraapan.
Terbagi menjadi behavioral self-
handicapping dan self-reported
handicaps.
Bask in Reflected Glory :

Individu mengasosiasikan dirinya


dengan keberhasilan orang lain. Bukan
STRATEGI-STRATEGI keberhasilan diri sendiri.
LAINNYA Tujuannya adalah untuk meningkatkan
harga diri.
Contohnya mengasosiasikan diri
dengan orang-orang sukses.
SELF-MONITORING &
SELF-PRESENTATION

Orang dengan skor self-monitoring yang tinggi akan bertindak seperti


“bunglon” sosial, mereka menyesuaikan perilaku mereka sebagai respon
terhadap situasi eksternal. (Gangestad & Snyder, 2000). Mereka cenderung
tidak bertindak berdasarkan sikap (attitudes) mereka sendiri. Diri yang
mereka kenal sering berbeda dengan diri yang mereka tunjukkan.

Sedangkan orang yang mendapat skor rendah dalam self


monitoring, kurang peduli dengan apa yang dipikirkan orang lain.
Mereka lebih diarahkan secara internal dan lebih mungkin untuk
berbicara dan bertindak sesuai dengan yang mereka rasakan &
percaya. (McCann &; Hancock, 1983)
RTANT NOTES
OTHER IMPO

aspek penting dalam presentasi diri adalah mengetahui audiens.


bagaimana kita menyesuaikan perilaku kita dari situasi ke situasi
lain, tergantung pada tujuan dan audiens yang kita hadapi.
presentasi diri mencakup verbal dan non-verbal. paling
meyakinkan saat pesan verbal dan nonverbal itu selaras.
social interaction is careful balance of looking good while not
looking too good.
untuk membuat yang kesan yang baik — tampil sederhana namun
kompeten— membutuhkan social skills
TEKNIK
PERSEPSI DIRI
Brehm dan Kassin (1995), dan Taylor, Peplau, dan Sears (1997)
PERBANDINGAN SOSIAL
Menurut Festinger (1954), untuk mengetahui seperti apa dirinya,
orang akan melakukan perbandingan dengan orang lain karena tidak
adanya patokan yang objektif untuk menilai.
Kita dapat melakukan perbandingan dengan orang lain yang lebih
baik (upward social comparison) maupun yang lebih tidak baik
(downward social comparison).
Motif dasar melakukan perbandingan dengan orang lain adalah
karena kita ingin memperoleh gambaran yang positif tentang diri
kita, bukan gambaran yang akurat tentang diri kita (Baumeister,
1998).
INTROSPEKSI PENGAMATAN TERHADAP
Melakukan peninjauan ke dalam diri PERILAKU DIRI SENDIRI
sendiri, pikiran atau perasaan kita. Kita Daryl Bem percaya bahwa cara kita
menggali memori tentang kejadian yang memahami diri sama saja dengan cara
pernah dialami, dan berdialog dengan kita memahami orang lain. Cara ini
diri sendiri. Introspeksi akan disebut Bem dengan self-perception
menghasilkan pemahaman yang cukup theory. Orang tidak akan menyimpulkan
akurat pada perilaku yang cognitively tentang keadaan internalnya dari hasil
driven daripada perilaku yang pengamatan perilaku jika saat itu
affectively driven. terdapat tekanan situasional.
PENILAIAN
ORANG LAIN
Kita membutuhkan orang lain
bukan saja untuk mengetahui
sesuatu yang luput dari
perhatian kita, tapi juga untuk
REFLEKSI
membantu meningkatkan
objektivitas pemahaman kita.
TERHADAP REAKSI
ORANG LAIN
Charles Horton Cooley pada 1902
yang dikenal sebagai symbolic
interactionist berpendapat bahwa
orang lain berfungsi sebagai
cermin sehingga kita bisa melihat
diri sendiri melalui orang lain
(looking-glass self).
SOSIALISASI
Sebagian pemahaman kita mengenai diri kita terbentuk
melalui sosialisasi dalam kelompok atau masyarakat. Kita pun
mengidentifikasikan diri kita dengan kelompok tertentu, atau
yang biasa disebut dengan identitas sosial. Al Ghazali seperti
halnya Charles Chorton Cooley dengan looking-glass self-
nya, menganggap bahwa seseorang merupakan cermin bagi
yang lainnya. Pergaulan di masyarakat akan membuat kita
belajar tentang karakter yang disukai dan dibenci orang-orang,
serta membandingkannya dengan karakter yang dimiliki diri
sendiri.
THANK YOU
I hope you can get helpful
knowledge from this presentation.
Good luck!

Anda mungkin juga menyukai