Anda di halaman 1dari 8

1‫ث‬.

Ilmu Rijal al Haditst

Ilmu Rijal al Hadits adalah salah satu Ilmu penting dalam cabang Ilmu Hadits. karena Ilmu Hadits adalah
Ilmu yang membahas tentang urusan Sanad dan Matan dan orang-orang yang dibahas dalam sanad
adalah periwayat hadits serta otomatis menjadi bahasan dalam Ilmu ini, maka tidak aneh jika para
ulama memberikan perhatian yang lebih terhadap cabang Ilmu Hadit ini".(Muhammad Ammaj Al-Khatib,
Dasar-Dasar Al-Hasanat, Ilmu Pengetahuan dan Terminologinya, Dar Al-Fikr - 1972 - dari 253) Tujuan
Ilmu ini adalah untuk mengetahui bersambung tidaknya sanad suatu hadits. Maksud persambungan
sanad adalah pertemuan langsung apakah perawi berita itu bertemu langsung dengan gurunya atau
pembawa berita ataukah tidak, atau hanya pengakuannya saja. Semua itu dapat dideteksi melalui ilmu
ini. Muttashilnya sanand ini nantinya dijadikan salahsatu syarat kesahihan hadits dari segi sanad

Ilmu ini adalah senjata yang terbaik bagi para ulama dalam menghadapai para pembohong, Imam
Sufyan ats Tsauri berkata: "ketika ada sebagian perawi yang berbohong maka kami menggunakan Imu
ini untuk menghadapi mereka"(Muhammad Ajaj Al-Salib, Pokok-Pokok Hadits, Ilmu Pengetahuan dan
Terminologinya, Dar Al-Fikr, 1972, hal.10254.) Karena perhatian para ulama pada Ilmu ini sangat besar
maka terkumpullah banyak kitab-kitab yang membahas tentang hal ihwal periwayat hadits. Orang yang
mempekenalkan ilmu ini adalah al Bukhori (256 H) kemudian Ibnu Sa'ad dalam kitab Thobaqot-nya (230
H). lalu pada tahun ke 7 Hijriyah Izzuddin bin Atsir (630 H) mengumpulkan dalam kitab Usud al Al
Ghobah fi Ma'rifah as Shohabah akan tetapi di dalamnya masaih tercampur dengan sebagian nama yang
bukan Shahabat. Maka setelah itu Ibnu Hajar al Atsqolani (852H) mengarang kitab Al Ishobah fi Tamyiz
as Shohabah yang kemudian diringkas oleh salahsatu muridnya, yaitu as Suyuthi (911 H) dalam kitabnya
'Ain al Ishobah(Subhi Saleh, Ilmu Hadits dan Terminologi, Dar Al-Ilm karya Al-Mani, Beirut, Layal, 2009,
hal.111.)

2. Ilmu Jarh wa at Ta'dil

Secara bahasa Jarh(berarti luka mengalirkan darah, ‫ يجرح‬- ‫ جرح‬adalah mashdar dari kalimat yang)‫الجرح‬
dan ta'dil berasal dari Jal yang berarti apa yang terdapat dalam diri yang menyebabkannya menjadi
lurus/ baik(Muhammad Ajaj Al-Khatib, Dasar-Dasar Hadits, Ilmu Pengetahuan dan Terminologinya, Dar
Al-Fikr 1972, hal.2260) "ilmu yang membahas tentang para perawi dari segi apa yang datang dari
keadaan mereka, dari apa yang mencela mereka, atau memuji mereka dengan menggunakan kata-kata
khusus(Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta, AMZAH, 2013, hal 95) Jadi ilmu ini membahas tentang
nilai cacat () atau adilnya (l) seorang perawi dengan ungkapan kata-kata tertentu dan memiliki hierarki
tertentu. Kaidah Syara' menunjukkan bahwa syariah harus dijaga, dan menjelaskan keadaan perawi
adalah jalan yang tepat untuk menjaga Sunnah yang merupakan salahsatu komponen dalam Syariah's.
(Muhammad Ajaj Al-Khatib, Pokok-pokok Hadits, Ilmu-ilmunya dan Mustafaha, Dar Al-Fikr - 1972,
hal.261) Tujuan ilmu ini adalah untuk mengetahui sifat atau nilai keadilan, kecacatan dan atau ke-
dhobit-an (kekuatan daya ingat) seorang perawi hadits. Jika sifatnya adil dan dhobit maka haditsnya
dapat diterima dan jika cacat, tidak ada keadilan dank e- dhobit-an maka haditsnya tertolak(Abdul Majid
Khon, Ulumul Hadis, Jakarta, AMZAH, 2013, hal 95 ) Pada abad ke 2 Hijriyah mulailah terdapat perawi
hadits yang dhoif. Pada masa akhir tabi'in, yaitu sekitar tahun 150 H, bangkitlah para ulama untuk
diantara mereka adalah Yahya bin Sa'id al ,) ‫(الترجيح‬dan cacat )‫(التعدين‬mengungkap para perawi yang adil
Qothan dan Abdurrahman al Mahdi. Kitab-kitab yang membahas tentang ilmu ini diantaranya adalah
Thobaqot ibnu Sa'ad (230 H) yang terdiri dari 15 jilid, Tawarikh Tsalatsah dan Tarikh al Kabir oleh Al
Bukhori (256 H), al Jarhu wat Ta 'dil karya ibnu Hatim dan lain-lain( Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis,
Jakarta, AMZAH, 2013, hal 96)

3. Ilmu Ilal al Hadits

Dalam bahasa al Allah diartikan al Marodh (‫ المرض‬: ‫) العلة‬yang artinya

‫سبب خفي يقدح في الحديث مع ظهور السالمة منه‬

"suatu sebab tersembunyi yang menyebabkan cacat pada hadits, sementara lahirnya tidak tampak
penyebab tersebut".

Ilmu Ilal al Hadits adalah ilmu yang membahas sebab-sebab yang samar yang membuat kecacatan
keshahihan hadits, seperti me-washal-kan hadits yang mungothi, atau memasukkan suatu hadits ke
hadits yang lain. Ilmu ini adalah salahsatu cabang ilmu hadits yang utama, karena tidak dapat terungkap
kecuali oleh para ulama yang memiliki kelimuan yang sempurna tentang tingkatan perawi dan memiliki
indra yang kuat tentang matan dan sanad( Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta, AMZAH, 2013, hal
96-97)

4. Ilmu Gharib al Hadits (e)

Ilmu Ghorib al Hadits adalah:

‫ما وقع في متن الحديث من لفظة غامضة بعيدة من الفهم لقلة استعمالها‬

"ilmu yang mempelajari makna matan hadits dari lafal yang sulit dan asing bagi kebanyakan orang,
karena tidak umum dipakai dalam bahasa arab".

Semasa Rosulullah SAW hidup tentunya hadits-hadits beliau tidaklah sukar dipahami oleh orang arab di
masa itu, Rosulullah SAW merupakan orang yang paling fasih berbahasa arab jika ada perkataan beliau
yang belum dipahami oleh para sahabat mereka akan bertanya kepadanya secara langsung.
Setelah beliau wafat dan Islam dipeluk oleh banyak orang yang bukan arab sangatlah mungkin ada
beberapa atau banyak dari kosakata bahasa arab yang sukar dipahami oleh mereka. Disinilah peran para
ulama hadits dan bahasa yang membantu untuk menjelaskan kosakata yang sukar dipahami orang
dalam mempermudah belajar agama(Muhammad Ajaj Al-Khatib, Pokok-Pokok Hadits, Ilmunya dan
Ilmunya, Dar Al-Fikr, 1972, hlm.280-281) Misalnya hadits tentang sholat: Sholatlah berdiri dan
barangsiapa yang tidak mampu berdiri hendaklah duduk dan jika tidak mampu duduk, hendaklah tiduran
di atas lambung. Tidur diatas lambung termasuk Ghorib karena masih sulit atau kurang jelas dipahami.
Maksud hadits sholat di atas lambung apakah lambung kanan atau kiri? Kemudian dijelaskan oleh
perkataan Ali RA maka atas lambung kanan. Pertama kali yang menulis dalam ilmu ini adalah Abul Hasan
bin An Nadhr bin Syamil al Mazni (203 H) yang merupakan salahsatu Syekh Imam Ishaq bin Ruhawaih
dan Imam al Bukhori(Muhammad Ajaj Al-Khatib, Dasar-dasar Hadits, Ilmu dan Terminologinya, Dar Al-
Fikr. 1972, hal.281)

5.Ilmu Mukhtalif al Hadits

Di dalam kitabnya, Dr.Mahmud Ath Thohhan menjelaskan secara sederhana tentang Mukhtalaf al
Hadits:

‫هو الحديث المقبول المعارض بمثله مع امكان الجمع بينهما‬

"hadits maqbul kontradiksi dengan sesamanya serta memungkinkan dikompromikan antara


keduanya(Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta, AMZAH, 2013, hal 98)

Ilmu Mukhtalaf al Hadits adalah ilmu yang membahas hadits-hadits yang lahirnya terjadi kontradiksi
akan tetapi dapat dikompromikan, baik dengan cara pembatasan (‫ )التقييد‬yang muthlaq, mengkhususkan
yang umum (‫ )تخصيص العام‬atau dengan lainnya.( Sobhi Saleh, Ilmu Hadits dan Konsepnya, Dar Al-Ilm Lil-
Malayin, Perusasan 2009, hal.111) Ilmu ini disebut juga Talfiq al Hadits.

Tujuan ilmu ini adalah mengetahui hadits mana saja yang kontra dengan yang lain dan bagaimana
pemecahnnya atau langkah-langkah apa yang dilakukan para ulam dalam menyikapi hadits tersebut.
Untuk mengkompromikan hadits yang kontradiksi ada beberapa tahapan:

1. Jika memungkinkan disatukan antara dua hadits tersebut maka wajib untuk diamalkan.

2. Jika tidak mungkin disatukan maka:

-Jika diketahui salah satunya Nasikh dan satunya Mansukh maka Nasikh didahulukan atas Mansukh.

-Jika tidak diketahui Nasikh atau Mansukh-nya maka dilakukan Tarjih

(pemilihan yang lebih kuat dari yang lainnya)


-Jika tidak bisa di-tarjih maka berhenti untuk mengamalkannya sampai diketahui factor penguat
salahsatu hadits dari lainnya(Mahmoud Al-Malhan, Memfasilitasi Istilah Hadits, Alexandria - Mesir, Pusat
Kajian Al-Huda, 1415 H, hal. 247.)

6. Ilmu Nasikh wa Mansukh

Menurut ulama Ushul Fiqh, Nasakh adalah:

‫رفع الشارع حكما شرعيا بدليل شرعي متراخ عنه‬

"pembatalah hokum syara' oleh syari' dengan dalil syara' yang datang kemudian".

Ilmu Nasikh dan Mansukh menurut Ahli Hadits adalah:

‫علم يبحث فيه عن الناسخ والمنسوخ من األحاديث‬

"ilmu yang membahas tentang hadits-hadits yang menasakh dan dinasakh" Ilmu Nasakh dan Mansukh
membahas hadits-hadits yang kontradiktif yang tidak mungkin dikompromikan, maka salah satunya yang
datang belakangan sebagai Nasikh dan yang lain datangnya terlebih dahulu sebagai Mansukh Bagaimana
diketahui Nasakh dan MansukhMansukhMansukh(Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis, Jakarta, AMZAH,
2013, hal 99)

Nasikh dapat diketahui dengan salahsatu dari hal berikutberikut:(Mahmoud Al-Malhan, Istilah Hadits
mengacu pada Alexandria - Mesir, Pusat Kajian Al-Huda, 1415 H, hal.49)

1. Penjelasan langsung dari Rosulullah SAW, seperti hadits tentang ziarah kubur.

2. Perkataan sahabat, seperti hadits :

Jabbir bin Abdullah

‫كان آخر األمرين من رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ترك الوضوء مما‬

‫مست النار‬

3.Sejarah, seperti hadits tentang ( ‫ )أفطَر الحاجُم والمحجوم‬yang di naskh kan oleh rasullah SAW ‫احتجم وهو‬
‫ محرم صائم‬yang terjadi ketika haji wada
4. Ijma, seperti hadist

.‫من شرب الخمر فاجلدوه فإن عاد في الرابعة فاقتلوه‬

Nawawi berkata: "Ijma' menyatakan bahwa hadits ini dinasakh"

7. Ilmu Fann al Mubhamat (

Ilmu Fann al Mubhamat:

‫علم يعرف به المبهم الذي وقع في المتن أو في السند‬

"ilmu yang membahas tentang seseorang yang samar namanya dalam matan atau sanad".

Misalnya dalam hadits banyak didapatkan hanya disebutkan seorang laki-laki bertanya kepada
Rosulullah SAW, demikian juga dalam sanad disebutkan seorang laki-laki meriwayatkan, dan seterusnya.
Ibnu Hajar al Atsqolani menjelaskan nama- nama para perawi yang belum disebutkan oleh Shohih Al
Bukhori dalam kitabnya Hidayat as Sari Muqoddimah Fath al Bari.

Tujuan ilmu ini adalah mengetahui siapa sebenarnya nama-nama atau identitas orang-orang yang
disebutkan dalam matan atau sanad hadits yang masih samar atau tersembunyi.

Diantara yang menyusun ilmu ini adalah al Khotib al Baghdadi yang kemudian diringkas dan dibersihkan
oleh an Nawawi dalam kitabnya al Isyarat ila Bayani Asma al Mubhamar(Abdul Majid Khon, Ulumul
Hadis, Jakarta, AMZAH, 2013, hal 100)

8.Ilmu Asbab Wurud al Hadits

Menurut istilah ilmu Asbabul Wurud adalah:

‫علم يعرف به أسباب ورود الحديث ومناسبته‬

"Ilmu yang menerangkan sebab-sebab datangnya hadits dan beberapa munasabah nya (latar belakang)".
Ilmu ini menjelaskan tentang sebab-sebab datangnya hadits, latar belakang, dan waktu terjadinya.
Misalnya, datangnya suatu hadits karena Nabi ditanya oleh seorang sahabat tentang suatu masalah yang
dianggap sulit baginya. Ilmu ini sangat penting untuk memahami makna yang terkandung dalam matan
hadits secara kontekstual seperti ilmu Asbabun Nuzul Al Qur'an bagi pemahaman Al Qur'an.

9.Ilmu Tashhif wa Tahrif

Ilmu Tashhif dan Tahrif adalah:

‫علم يعرف به ما صحف من األحاديث وما حرف منه‬

"ilmu yang membahas hadits-hadits yang diubah titiknya (mushohhaf) atau diubah bentuknya
(muharraf)".

Misalnya:

‫ احتجم‬ditulis ‫ اختجر‬dan ‫ ابن ماجم‬ditulis ‫اْبُن ُمَر اِح م‬

Tujuannya, mengetahui kata-kata atau nama-nama yang salah dalam sanad atau matan hadits dan
bagaimana sesungguhnya yang benar sehingga tidak terjadi kesalahan terus menerus dalam penukilan
dan mengetahui derajat kualitas kecerdasan dan ke-dhobit-an seorang perawi. Diantara kitab yang
membicarakan ilmu ini adalah at Tashhif li ad Daruquini karangan Imam Dar Quthni (385 H).

10.Ilma Mushtholah al Hadits

Ilmu Mushtholah al Hadits adalah:

‫علم يبحث فيه عما اصطلح عليه المحدثون وتعارفوه فيما بينهم‬
"ilmu yang membahas tentang pengertian istilah-istilah ahli hadits dan yang dikenal diantara mereka".

Maksudnya, ilmu ini membicarakan pengertian istilah-istilah yang dipergunakan ahli hadits dalam
penelitian hadits dan disepakati mereka, sehingga menjadi popular di tengah-tengah mereka. Misalnya
sanad, matan, mukhorrij, mutawatir ahad, shohih dhoif, dan lain-lainnya.

Tujuannya, untuk memudahkan parapengkaji dan peneliti hadits dalam mempelajari dan riset hadits,
karena para pengkaji dan peneliti tidak akan dapat melakukan kegiatannya dengan mudah tanpa
mengetahui istilah-istilah yang telah disepakati oleh para ulama.

Diantara ulama yang pertama menulis ilmu ini adalah Abu Muhammad Ar Ramahurmuzi (360 H) yang
menulis Al Muhaddits al Fashil bain ar Rawi wa al Wa I, kemudian diikuti oleh yang lainnya seperti Al
Hakim An Naisaburi (430 H) yang menulis Ma'rifat Ulum al Hadits, dan lainnya.

Daftar Pustaka

Abdul Majid Khon, Ulumul Hadits. (Jakarta: Amzah, 2013).

Muhammad Ajaj Al-Khatib, Dasar-dasar Hadits, Ilmu dan Terminologinya, Dar Al-Fikr - 1972

Mahmoud Al-Tahan, Memfasilitasi Istilah Hadits, Alexandria, Mesir, Pusat Kajian Al-Huda, 1415 H.

Salhi Salih, Ilmu Hadits dan Terminologi, Dar Al-Ilm Limaniyin, Berund-Lasan, 2009, hal.111
Mustafa Saeed Al-Haan dan Nade’ Al-Sayyid Al-Lahham, Al-Ensah fi Ulum Al-Hadits dan Terminologi, Dar
Al-Kalam Al-Tayyib dalam Masqa 2004.

Anda mungkin juga menyukai