Anda di halaman 1dari 43

TRACER STUDY

SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN


QnA/refreshment Tracer Study dengan Dinas Pendidikan, Pengawas & UPT
Bekasi, 5 Juli 2023

Direktorat Kemitraan dan Penyelarasan DUDI


Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi
Kementerian Pendidikan, Kebudayan, Riset dan Teknologi
Dasar Hukum Tracer Study

Perpres nomor 68 tahun 2022 pasal 17 ayat


(1) Dalam rangka memperkuat penjaminan mutu Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi, lembaga
penyelenggara Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi bekerja sama dengan dunia usaha, dunia industri,
dan dunia kerja melaksanakan proses penelusuran lulusan secara berkala.
(2) Hasil penelusuran lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada kementerian yang
bertanggung jawab membina lembaga penyelenggara Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi.

Lampiran Permendikbudristek nomor 63 tahun 2022 tentang Petunjuk Teknis Pengelolaan Dana Bantuan Operasional Satuan
Pendidikan yang disebutkan pada huruf “k” bahwa:
Penyelenggaraan kegiatan dalam mendukung keterserapan lulusan SMK dan SMALB meliputi pembiayaan untuk:
1) penyelenggaraan bursa kerja khusus SMK atau SMALB termasuk perjalanan dinas pengelola bursa kerja khusus SMK
atau SMALB untuk pengembangan kerjasama, verifikasi, pendampingan ke industri, dan/atau evaluasi;
2) pemantauan kebekerjaan lulusan (tracer study) SMK atau SMALB termasuk perjalanan dinas; dan/atau
3) pembiyaan lain yang relevan dalam rangka menunjang penyelenggaraan kegiatan yang dapat mendukung keterserapan
lulusan.

Peraturan Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Nomor 29 tahun 2022 tentang Perubahan Peraturan Direktur Jenderal
Pendidikan Vokasi Nomor 23 tahun 2022 tentang Pedoman Pelaksanaan Tracer Study Tahun 2022 Bagi Sekolah Menengah
Kejuruan

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi


2
Definisi Tracer Study

“Survei terukur terhadap lulusan pendidikan vokasi (SMK, kursus &


pelatihan, PTPPV) yang dilakukan setelah mereka lulus”

TRACER STUDY
1 BERKELANJUTAN
Tracer study wajib dilaksanakan setiap
tahunnya secara berkelanjutan
(sustainable) oleh seluruh satuan
pendidikan vokasi (menjadi bagian
tugas pokok satuan diksi).

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi


3
Definisi Operasional
1. Penyerapan lulusan adalah persentase lulusan satuan pendidikan vokasi yang bekerja, berwirausaha, atau
melanjutkan pendidikan.
2. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh lulusan satuan pendidikan vokasi dengan maksud
memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit satu jam (tidak terputus)
dalam seminggu yang lalu. Kegiatan tersebut termasuk pola kegiatan pekerja tak dibayar yang membantu dalam
suatu usaha/kegiatan ekonomi.
3. Berwirausaha adalah aktivitas lulusan satuan pendidikan vokasi dengan membangun usaha atau menciptakan
lapangan kerja secara mandiri atau bersama- sama, dengan didasari inovasi dan kreativitas yang unik, baik secara
konvensional maupun memanfaatkan teknologi sehingga dapat menghasilkan keuntungan finansial.
4. Melanjutkan pendidikan adalah kegiatan lulusan satuan pendidikan vokasi untuk meningkatkan kualifikasi ke
jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan/atau menambah/melengkapi kompetensi melalui kursus dan pelatihan.
5. Menganggur adalah keadaan lulusan satuan pendidikan vokasi yang tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan,
mempersiapkan usaha, merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (putus asa), atau sudah diterima bekerja
tetapi belum mulai bekerja.
6. Sekolah dan menganggur adalah lulusan satuan pendidikan vokasi yang melanjutkan sekolah dan sedang mencari
pekerjaan atau sedang mempersiapkan rintisan usaha.
7. Kegiatan Lainnya adalah melakukan kegiatan lainnya di luar bekerja, berwirausaha, melanjutkan studi, studi sambil
bekerja, studi sambal berwirausaha dan menjadi penganggur. Kategori ini adalah lulusan yang mengurus rumah
tangga, mengikuti pelatihan/kursus keterampilan, mempersiapkan diri untuk melanjutkan studi, terlibat dalam
organisasi sosial kemasyarakatan, pengurus RT/RW/Dawis, pengurus tempat ibadah atau oraganisasi/kegiatan sosial
lainnya.
4
Tujuan Tracer Study

Tujuan Umum: “Mengetahui dampak berbagai program pendidikan vokasi


terhadap lulusan; Bekerja, Melanjutkan studi, Wirausaha,)

01 Mendapatkan informasi
penyerapan lulusan 04 Mendapatkan informasi
kepuasan Industri sebagai
pengguna lulusan SMK

Tujuan Khusus
02 Mendapatkan informasi umpan
balik dari lulusan untuk
meningkatkan kualitas program
pendidikan vokasi 05 Mendapatkan informasi
pendapatan lulusan

03 Mendapatkan informasi tentang


tingkat keselarasan antara
kompetensi lulusan pendidikan
dengan kebutuhan
ketenagakerjaan pada dunia kerja;
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi
5
Apa Yang Diukur dalam Tracer Study

01 Penyerapan lulusan pendidikan vokasi


03 Ketenagakerjaan dan dunia kerja
1. Lulusan yang bekerja 1. Daya serap tenaga kerja lulusan pendidikan vokasi oleh
2. Lulusan yang melanjutkan pendidikan industri
3. Lulusan yang berwirausaha
4. Lulusan yang sedang mencari pekerjaan

04 Kompetensi (hard skills dan soft skills)


yang dibutuhkan oleh dunia kerja
02 Umpan balik dari lulusan untuk
meningkatkan kualitas program pada
satuan pendidikan vokasi 1. Keselarasan kualifikasi dan kompetensi yang dikuasai
lulusan pendidikan vokasi dengan bidang pekerjaan
1. Kurikulum di satuan pendidikan 2. Tingkat kepuasan pengguna lulusan pendidikan vokasi
2. Metode pembelajaran
3. Sarana praktik
4.
5.
Penilaian
Kepuasan proses pembelajaran
5 Pendapatan Lulusan

1. Rata-rata pendapatan dibandingkan UMP

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi


6
Manfaat Tracer Study

Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan 01
• Menyediakan informasi pendukung 03 Satuan Pendidikan
untuk Rapor Pendidikan ; Vokasi
• Menyediakan informasi pendukung Memberikan informasi untuk
untuk merumuskan kebijakan perbaikan kinerja satuan
pendidikan

Dinas Pendidikan
Provinsi
02 04
Dunia Kerja
Memberikan informasi tentang
potensi kerja sama dunia kerja
• Menyediakan informasi pendukung untuk sebagai pengguna lulusan dengan
Rapor Pendidikan bagi Provinsi;
satuan pendidikan vokasi
• Menyediakan informasi pendukung untuk
merumuskan kebijakan di daerah masing-
Lulusan/alumni
05
masing • Memberikan umpan balik untuk
peningkatan kualitas satuan pendidikan
vokasi
BBPPMPV/BPPMPV • Memberikan bahan untuk branding
06 • Menyediakan informasi pendukung untuk pendidikan vokasi
pengembangan program penjaminan mutu Diksi
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi
7
Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi
8
Indikator Rapor Pendidikan

1 Keterserapan lulusan (A4)


• Melanjutkan studi (A4.1)
• Bekerja (A4.2)
• Berwirausaha (A4.3)

2 Pendapatan lulusan (A5)


• Melanjutkan studi sambil bekerja/ berwirausaha (A5.1)
• Bekerja (A5.2)
• Berwirausaha (A5.3)

3 Kompetensi lulusan (A6)


• Lulusan dengan sertifikat kompetensi (A6.1)
• Kepuasan dunia kerja pada budaya kerja lulusan (A6.2)

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi


9
Sasaran Tracer Study SMK 2022

Dunia Kerja (DUDI)


Lulusan SMK
Satuan Pendidikan
Vokasi • Telah bekerja sama dengan
Seluruh lulusan SMK satuan Diksi
Seluruh SMK minimal 1 kohort • Telah merekrut lulusan
• Dunia Kerja umum

Negeri; 3.621
; 25%
Populasi (seluruh) lulusan
SMK. 1 kohort
(lulusan tahun ajaran
Swasta; 10.924
2021/2022)
; 75%
Negeri Swasta

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi


10
Populasi dan Sampel

Populasi lulusan SMK


2021 sebesar
1.622.208 orang.

Sampel yang
ditargetkan sebesar
475.489 (29.31% dari
populasi).

Response rate Tracer


Study adalah 228.187
(47.9%) dari sampel.

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi


11
Gambaran Populasi
JUMLAH LULUSAN

SMK Swasta 531,403 376,699

SMK Negeri 392,802 321,349

0 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 700,000 800,000 900,000 1,000,000
Laki-laki Perempuan

JUMLAH JURUSAN SMK


Jumlah SMK
23,542
12,000

15,161 10,000 10,151


8,000

6,000
3,588
4,000

2,000

SMK Negeri SMK Swasta SMK NEGERI SMK SWASTA

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi


12
Penentu Jumlah Sampel

Presisi dan tingkat error yang diinginkan


• Semakin kecil tingkat error yang ditoleransi, jumlah sampel yang dibutuhkan semakin besar

Variasi dalam populasi


• Populasi yang heterogen membutuhkan jumlah sampel yang lebih besar daripada populasi yang homogen

Jumlah domain/level penyajian


• Semakin detail level penyajian hasil survei, sampel yang dibutuhkan semakin besar
• Misalnya: survei yang hasilnya hanya akan dianalisis sampai tingkat provinsi membutuhkan sampel yang lebih besar dibandingkan jika level analisis
hanya dilakukan pada level nasional

Metode sampling yang diterapkan


• Survei yang didesain dengan pendekatan klaster memerlukan sampel yang lebih besar dibandingkan elemen sampling

Resources (tenaga, waktu, biaya)


• Ketersediaan sumber daya seringkali menjadi kendala dalam penentuan jumlah sampel.
• Kompromi antara cost efficiency dan sampling efficiency menjadi penting

Sampel digunakan untuk estimasi rapor propinsi, rapor


Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi
nasional & rapor setiap sekolah. 13
Kerangka Sampel

1) Daftar SMK di seluruh


Indonesia tahun 2021 yang
2) Daftar seluruh
dilengkapi dengan informasi
lulusan tahun 2021
jumlah lulusan, status sekolah
di SMK terpilih
(negeri/swasta), program
studi, dsb

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi


14
Unsur Yang Terlibat

Direktorat Dinas Satuan


Jenderal Pendidikan Pendidikan Lulusan Dunia Kerja BBPPMPV/
Pendidikan Provinsi Vokasi SMK BPPMPV
Vokasi (SMK)

q Kolaborasi dan sinergi antara enam unsur tersebut akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan
tracer study berkelanjutan.
q Penanggung jawab tracer study di SMK adalah kepala sekolah. Dalam pelaksanaannya, kepala sekolah
menugaskan pengelola Pusat Pengembangan Karier Sekolah (PPKS) atau pengelola Bursa Kerja Khusus
(BKK).

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi


15
Platform Yang Digunakan

1. Tracer Study di SMK dilaksanakan menggunakan platform sistem informasi tracer study melalui laman
https://tracervokasi.kemdikbud.go.id yang terintegrasi dengan DAPODIK.
2. Platform Tracer Study memuat:
a. Instrumen tracer study yang diisi secara daring;
b. Analisis data hasil tracer study;
c. Laporan hasil tracer study yang disajikan untuk tingkat:
1) Satuan pendidikan (SMK);
2) Provinsi;
3) Nasional;
3. Pengelola data dalam platform sistem informasi tracer study adalah Direktorat Jenderal Pendidikan
Vokasi, BBPPMPV/BPPMPV, Dinas Pendidikan Provinsi dan SMK. Pengelola data wajib menjaga
kerahasiaan dan validitas data tracer study untuk menjamin akurasi hasil tracer study sehingga dapat
digunakan sebagai data pendukung dalam perumusan kebijakan dan pengambilan keputusan bagi
pemerintah pusat (Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi), BBPPMPV/BPPMPV, pemerintah daerah
(Dinas Pendidikan Provinsi), dan SMK.

Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi


16
HASIL ANALISIS
TRACER STUDY PENDIDIKAN VOKASI
Tahun 2022
KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET, DAN TEKNOLOGI
Keterserapan Lulusan Secara Nasional
4.2. Kebekerjaan Lulusan SMK
Keterserapan Lulusan SMK secara Nasional
HASIL ANALISIS TRACER STUDY
Response rate lulusan Secara Nasional
4.1.1. Profil Responden Lulusan (Sampel) – berdasarkan instrument lulusan

Jumlah Satpen Jumlah Lulusan


No Responden
T S R T S R

1 SMK Negeri 1.579 1.407 89.1% 331.004 172.778 52.20%

2 SMK Swasta 994 750 75.5% 144.485 55.409 38.35%

SMK Negeri dan


3 2.573 2.157 83.8% 475.489 228.187 47.99%
SMK Swasta

Ket: T= target; S = Selesai mengisi; R = response rate (%)


RESPONSE RATE LULUSAN TIAP PROVINSI
Ket: T= target; S = Selesai mengisi; R = response rate (%)

Negeri Swasta Total


No Provinsi SatPen Lulusan SatPen Lulusan SatPen Lulusan
T S R T S R T S R T S R T S R T S R
1 Aceh 85 84 98.8% 12664 7442 58.8% 9 7 77.8% 717 246 34.3% 94 91 96.8% 13381 7688 57.5%
2 Bali 18 18 100.0% 7310 5010 68.5% 20 20 100.0% 6527 4190 64.2% 38 38 100.0% 13837 9200 66.5%
3 Banten 20 20 100.0% 8505 3515 41.3% 49 42 85.7% 10251 1980 19.3% 69 62 89.9% 18756 5495 29.3%
4 Bengkulu 57 53 93.0% 7650 3923 51.3% 21 15 71.4% 1140 206 18.1% 78 68 87.2% 8790 4129 47.0%
5 D.I. Yogyakarta 37 37 100.0% 12861 9155 71.2% 22 21 95.5% 5922 3604 60.9% 59 58 98.3% 18783 12759 67.9%
6 D.K.I. Jakarta 15 15 100.0% 5050 4073 80.7% 46 45 97.8% 9423 3386 35.9% 61 60 98.4% 14473 7459 51.5%
7 Gorontalo 40 40 100.0% 5117 2565 50.1% 16 16 100.0% 874 316 36.2% 56 56 100.0% 5991 2881 48.1%
8 Jambi 62 62 100.0% 11053 3697 33.4% 18 18 100.0% 2253 882 39.1% 80 80 100.0% 13306 4579 34.4%
9 Jawa Barat 18 18 100.0% 7735 2559 33.1% 48 43 89.6% 9412 2842 30.2% 66 61 92.4% 17147 5401 31.5%
10 Jawa Tengah 27 27 100.0% 11510 5003 43.5% 51 45 88.2% 13998 5590 39.9% 78 72 92.3% 25508 10593 41.5%
11 Jawa Timur 56 56 100.0% 26382 23391 88.7% 74 70 94.6% 15801 11114 70.3% 130 126 96.9% 42183 34505 81.8%
12 Kalimantan Barat 53 52 98.1% 12867 4991 38.8% 19 16 84.2% 3374 890 26.4% 72 68 94.4% 16241 5881 36.2%
13 Kalimantan Selatan 41 41 100.0% 12670 10445 82.4% 8 8 100.0% 1572 1207 76.8% 49 49 100.0% 14242 11652 81.8%
14 Kalimantan Tengah 61 51 83.6% 8473 2521 29.8% 25 16 64.0% 1729 355 20.5% 86 67 77.9% 10202 2876 8.2%
15 Kalimantan Timur 47 47 100.0% 13116 4939 37.7% 20 18 90.0% 4095 294 7.2% 67 65 97.0% 17211 5233 30.4%
16 Kalimantan Utara 17 17 100.0% 2414 2067 85.6% 11 10 90.9% 415 264 63.6% 28 27 96.4% 2829 2331 82.4%
17 Kep. Bangka Belitung 30 30 100.0% 6069 3490 57.5% 18 18 100.0% 1690 1219 72.1% 48 48 100.0% 7759 4709 60.7%
18 Kep. Riau 27 26 96.3% 6345 2670 42.1% 51 20 39.2% 3210 366 11.4% 78 46 59.0% 9555 3036 31.8%
19 Lampung 35 34 97.1% 9827 8247 83.9% 41 33 80.5% 6842 3460 50.6% 76 67 88.2% 16669 11707 70.2%
20 Maluku 77 51 66.2% 5354 1429 26.7% 25 14 56.0% 1738 386 22.2% 102 65 63.7% 7092 1815 25.6%
21 Maluku Utara 63 30 47.6% 3164 454 14.3% 69 21 30.4% 2614 297 11.4% 132 51 38.6% 5778 751 13.0%
22 Nusa Tenggara Barat 72 58 80.6% 14978 4553 30.4% 1 0.0% 138 0.0% 73 58 79.5% 15116 4553 30.1%
23 Nusa Tenggara Timur 51 39 76.5% 11587 1798 15.5% 27 22 81.5% 7257 872 12.0% 78 61 78.2% 18844 2670 14.2%
24 Papua 56 35 62.5% 5960 1105 18.5% 39 24 61.5% 3290 836 25.4% 95 59 62.1% 9250 1941 21.0%
25 Papua Barat 32 31 96.9% 3245 1595 49.2% 23 21 91.3% 1207 471 39.0% 55 52 94.5% 4452 2066 46.4%
26 Riau 55 55 100.0% 14344 8104 56.5% 17 15 88.2% 2882 1527 53.0% 72 70 97.2% 17226 9631 55.9%
27 Sulawesi Barat 52 49 94.2% 6139 2992 48.7% 49 33 67.3% 2305 498 21.6% 101 82 81.2% 8444 3490 41.3%
28 Sulawesi Selatan 55 50 90.9% 15845 6860 43.3% 21 11 52.4% 2511 656 26.1% 76 61 80.3% 18356 7516 40.9%
29 Sulawesi Tengah 66 62 93.9% 9103 6169 67.8% 27 26 96.3% 2589 1462 56.5% 93 88 94.6% 11692 7631 65.3%
30 Sulawesi Tenggara 75 60 80.0% 8270 2336 28.2% 25 14 56.0% 1318 148 11.2% 100 74 74.0% 9588 2484 25.9%
31 Sulawesi Utara 57 43 75.4% 10161 3116 30.7% 28 12 42.9% 3344 744 22.2% 85 55 64.7% 13505 3860 28.6%
32 Sumatera Barat 54 53 98.1% 14820 11693 78.9% 5 5 100.0% 278 223 80.2% 59 58 98.3% 15098 11916 78.9%
33 Sumatera Selatan 35 35 100.0% 10704 5115 47.8% 25 21 84.0% 5405 1704 31.5% 60 56 93.3% 16109 6819 42.3%
34 Sumatera Utara 33 28 84.8% 9712 5756 59.3% 46 30 65.2% 8364 3174 37.9% 79 58 73.4% 18076 8930 49.4%
Total 1579 1407 89.1% 331004 172778 52.2% 994 750 75.5% 144485 55409 38.3% 2573 2157 83.8% 475489 228187 48.0%
Keterserapan Lulusan SMK Tingkat Provinsi

Serapan lulusan tertinggi


(Bekerja)
1. Jawa Tengah, 60,7%
2. DI Yogyakarta, 56,5%
3. Jawa Timur, 48,5%
4. Jawa Barat, 48%
5. Kalimantan Barat, 45,6%

Pengangguran terendah
1. Kalimantan Tengah, 2,1%
2. DI Yogyakarta, 3,2%
3. Jawa Tengah, 3,8%
4. Kalimantan Timur, 4,1%
5. Bangka Belitung, 4,6%
• Teknologi &
Rekayasa, angka
bekerjanya paling
tinggi, tetapi angka
penganggurannya
juga cukup tinggi.
• Kesehatan & pekerja
sosial, angka bekerja
dan wirausaha paling
kecil, tetapi angka
melanjutkan studinya
paling tinggi &
penganggurnya
paling kecil.
4.2.1. Lulusan yang Bekerja Menurut Bidang keahlian

• Teknologi &
Rekayasa, angka
bekerjanya paling
tinggi, karena
peluang kerjanya
tersedia paling
banyak.
• Kesehatan &
pekerjaan sosial,
angka bekerja kecil
karena mayoritas
melanjutkan studi.
4.2.2. Lulusan yang Berwirausaha Menurut Bidang keahlian
• Agribisnis &
Agorteknologi, angka
wirausaha paling tinggi,
karena sesuai dengan
kaakter keahliannya yang
diarahkan untuk self-
employed atau usaha
Bersama.
• Kesehatan & pekerjaan
sosial, angka wirausaha
kecil karena banyak yang
melanjutkan studi sambil
wirausaha (12%, paling
tinggi).
4.2.3. Lulusan yang Melanjutkan Studi (Kuliah) Menurut Bidang keahlian

• Kesehatan & pekerjaan


sosial, angka melanjutkan
studi paling tinggi karena
kebutuhan di sector
Kesehatan membutuhkan
kualifikasi diploma.
• Teknologi & rekayasa angka
melanjutkan studi paling
kecil karena mayoritas
berorientasi bekerja, peluang
kerja lebih banyak, atau
kualifikasi operator keahlian
ini cukup lulusan SMK.
Lulusan yang Melanjutkan Studi Menurut Jenjang
Jenjang Studi
Nama Bidang Fakta menarik:
S-1 D-4 D-3 D-2 D-1
• Minat ke jenjang S1
Kesehatan & 61.8 7.6 29.9 0.1 0.6
paling tinggi untuk
Pekerjaan Sosial
Teknologi Informasi & 80.8 6.3 11.1 0.3 1.5 semua keahlian,
Komunikasi sedangkan diploma
Bisnis & Manajemen 83.2 5.3 9.9 0.4 1.3 gap nya sangat jauh
dibandingkan S1.
Seni & Industri Kreatif 84.2 4.9 8.6 0.6 1.7
Pariwisata 63.0 9.4 14.7 3.4 9.5
Energi & 78.1 7.4 9.8 0.5 4.2
Pertambangan
Agribisnis & 78.0 10.0 9.8 0.3 1.8
Agroteknologi
Kemaritiman 67.9 11.9 16.8 1.3 2.1
Teknologi & Rekayasa 70.0 10.4 16.3 0.8 2.5
4.2.4. Lulusan yang melanjutkan studi sambil Bekerja

• Kesehatan & pekerjaan


sosial, angka studi sambil
bekerja paling tinggi, karena
(mungkin) proses magang
lebih tertata dengan baik,
atau sektor kesehatan
membutuhkan tenaga kerja
yang masih aktif studi.
4.2.5. Lulusan yang melanjutkan studi sambil Berwirausaha
4.2.6. Lulusan yang Melakukan Kegiatan Lainnya
Kegiatan lainnya:
• mengurus rumah tangga,
• mengikuti pelatihan/kursus
keterampilan,
• mempersiapkan diri untuk
melanjutkan studi,
• terlibat dalam organisasi
sosial kemasyarakatan,
• pengurus RT/RW/Dawis,
• pengurus tempat ibadah
atau
• organisasi/kegiatan sosial
lainnya.
4.2.7. Pengangguran Menurut Keahlian

Kemungkinan penyebab di
Seni & Industri Kreatif:
• Peluang kerja terbatas
• Masuk kategori “kegiatan
lainnya”

Anomali keahlian Teknologi &


Rekayasa:
• Angka bekerja paling tinggi
(47,2%, tetapi angka
penganggurnya juga cukup
tinggi (9,37%)
4.3. Keselarasan Pendidikan Kejuruan
Keselarasan Pekerjaan Lulusan
Tabel Estimasi Keselarasan Pekerjaan Lulusan Secara Nasional berdasarkan Status SMK

Status Response Estimasi RSE (%) • Tingkat keselarasan SMK swasta lebih tinggi
Rate (%) (%) dibandingkan negeri. Tetapi response rate
Negeri 54,24 62,82 2,57 lebih tinggi negeri dibandingkan swasta.
• Secara keseluruhan, tingkat keselarasan
Swasta 43,26 66,27 3,25 antara bidang keahlian dengan bidang
Total 51,11 64,11 2,20 pekerjaan cukup tinggi (64,11%).
• Tingkat keselarasan tidak hanya dilihat dari
sektor usaha, tetapi lebih ke bidang
pekerjaannya. Mis lulusan keahlian
permesinan bekerja di hotel sebagai
teknisi.
Keselarasan Pekerjaan Lulusan berdasarkan Bidang Keahlian secara Nasional
Bidang Keahlian Estimasi (%) RSE (%) Tingkat keselarasan:
1. Bismen 71,61%
Agribisnis dan Agroteknologi 52,39 4,20 2. Pariwisata 69,95%
Bisnis dan Manajemen 71,61 1,51 3. Teknologi & Rekayasa 63,61%
4. Kesehatan & pekerjaan sosial
Energi dan Pertambangan 47,20 11,98 59,83%
5. Kemaritiman 56,13%
Kemaritiman 56,13 4,46
Kesehatan dan Pekerjaan Sosial 59,83 3,82
Pariwisata 69,95 1,40
Seni dan Industri Kreatif 51,50 8,85
Teknologi dan Rekayasa 63,61 2,29
Teknologi Informasi dan 59,19 2,18
Komunikasi
Rata-rata Masa Tunggu Lulusan mendapatkan Pekerjaan

Rata-rata Masa Tunggu Lulusan Secara Nasional Rata-Rata Masa Tunggu (bulan)
Provinsi

Rata-rata Masa Negeri Swasta Total


Status Response Rate Aceh 3,58 3,09 3,53
Tunggu (bulan) Sumatera Utara 4,09 3,58 3,77
Sumatera Barat 4,20 5,63 4,15

Negeri 54,24% 4,03


Riau 3,73 1,54 2,73
Jambi 3,11 2,17 2,86
Sumatera Selatan 3,79 3,16 3,54

Swasta 43,26% 3,68


Bengkulu 3,39 3,63 4,14
Lampung 4,00 3,69 3,81
Kepulauan Bangka Belitung 3,26 2,34 3,31

Total 51,11% 3,83 Kepulauan Riau


D.K.I. Jakarta
Jawa Barat
3,67
3,44
3,79
5,16
4,43
4,45
4,29
3,82
4,01
Jawa Tengah 3,28 3,66 3,25
D.I. Yogyakarta 3,17 2,92 3,02
Jawa Timur 3,42 3,38 3,41
Banten 4,61 4,15 4,11

Masa tunggu paling singkat Bali


Nusa Tenggara Barat
4,07
4,29
3,98
0,00
4,16
4,34

1. Riau 2,73 bulan Nusa Tenggara Timur


Kalimantan Barat
4,67
3,80
3,99
3,92
4,38
3,82
Kalimantan Tengah 4,24 4,45 4,08
2. Jambi 2,86 bulan Kalimantan Selatan 4,03 3,79 3,97
Kalimantan Timur 3,68 2,96 3,60
3. DI Yogyakarta 3,02 bulan Kalimantan Utara
Sulawesi Utara
2,76
4,50
3,07
4,52
3,98
4,51
4. Jawa Tengah 3,25 bulan Sulawesi Tengah
Sulawesi Selatan
4,33
4,65
4,05
4,34
4,21
4,51
5. Bangka Belitung 3,31 bulan Sulawesi Tenggara
Gorontalo
4,70
3,90
2,88
4,06
4,56
3,75
Sulawesi Barat 3,72 2,50 4,09
Maluku 6,02 3,70 5,66
Maluku Utara 4,52 4,60 4,47
Papua Barat 3,35 4,07 3,90
Papua 4,26 5,35 5,59
Persentase Lulusan Bekerja dengan Pendapatan diatas UMP

Persentase Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Persentase Berdasarkan Bidang Keahlian

Estimasi Bidang Keahlian Estimasi (%) RSE (%)


Status RSE (%)
(%) Agribisnis dan Agroteknologi 24,20 13,98
Negeri 32,21 7,49 Bisnis dan Manajemen 29,53 15,17
Swasta 32,29 7,21 Energi dan Pertambangan 42,42 16,45
Total 38,19 6,32 Kemaritiman 23,11 11,59
Kesehatan dan Pekerjaan Sosial 24,54 22,24
Pariwisata 24,33 15,42
Keahlian paling tinggi > UMP Seni dan Industri Kreatif 26,77 26,41
1. Energi & Pertambangan 42,42%
Teknologi dan Rekayasa 39,31 12,33
2. Teknologi & Rekayasa 39,31%
3. Teknologi Informasi & Komunikasi Teknologi Informasi dan
Komunikasi 32,49 15,82
32,49%
4. Bisnis & Manajemen 29,53%
5. Seni Industri & Kreatif 26,77%

Keahlian Seni dan Indsutri Kreatif angka


RSE nya tinggi.
Persentase Lulusan Berwirausaha dengan Pendapatan diatas UMP

Persentase Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Persentase Berdasarkan Bidang Keahlian

Estimasi RSE (%) Bidang Keahlian Estimasi (%) RSE (%)


Status Agribisnis dan Agroteknologi
(%) 24,43 13,18
Negeri 24,71 9,79 Bisnis dan Manajemen 20,92 11,79
Swasta 23,44 9,73 Energi dan Pertambangan 33,63 10,89
Total 25,33 9,89 Kemaritiman 20,72 11,19
Kesehatan dan Pekerjaan Sosial
16,57 14,46
Keahlian paling tinggi > UMP Pariwisata 16,93 9,42
1. Energi & Pertambangan 33,63%
Seni dan Industri Kreatif 15,82 27,03
2. Teknologi & Rekayasa 28,71%
3. Agribisnis & Agroteknolgi 24,43% Teknologi dan Rekayasa 28,71 10,48
4. Teknologi Informasi & Komunikasi Teknologi Informasi dan
Komunikasi
22,17 8,65
22,17%
5. Bisnis & Manajemen 20,92%

Keahlian Seni dan Indsutri Kreatif angka


RSE nya tinggi.
Persentase Lulusan Melanjutkan Studi Sambil Bekerja dengan Pendapatan diatas UMP
Persentase Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Persentase Berdasarkan Bidang Keahlian

Status Estimasi (%) RSE (%) Bidang Keahlian Estimasi (%) RSE (%)
Negeri 18.28 7.92 Agribisnis dan
Agroteknologi
9.58 23.60
Swasta 17.12 12.29
Total 22.01 6.86 Bisnis dan Manajemen 18.75 14.07
Energi dan Pertambangan 24.44 32.23
Kemaritiman 12.40 22.55
Kesehatan dan Pekerjaan
Sosial
10.17 32.86
Keahlian paling tinggi > UMP
1. Energi & Pertambangan 24,44% Pariwisata 16.46 14.18
2. Teknologi & Rekayasa 23,52% Seni dan Industri Kreatif 14.57 24.34
3. Bisnis & Manajemen 18,75% Teknologi dan Rekayasa 23.52 11.65
4. Pariwisata 16,46% Teknologi Informasi dan
5. Seni & Industri Kreatif 14,57% Komunikasi
17.08 13.32

Beberapa keahlian angka RSE nya


relative tinggi.
Persentase Lulusan Melanjutkan Studi Sambil Wirausaha dengan Pendapatan diatas UMP

Persentase Berdasarkan Status Satuan Pendidikan Persentase Berdasarkan Bidang Keahlian

Estimasi RSE (%) Bidang Keahlian Estimasi (%) RSE (%)


Status Agribisnis dan Agroteknologi
(%) 8.54 27.53
Negeri 14.36 10.66 Bisnis dan Manajemen 14.64 18.96
Swasta 20.74 14.50 Energi dan Pertambangan 18.18 45.01
Total 20.95 12.49 Kemaritiman 15.70 36.44
Kesehatan dan Pekerjaan
Sosial
12.00 17.18
Keahlian paling tinggi > UMP Pariwisata 11.09 19.57
1. Energi & Pertambangan 18,18% Seni dan Industri Kreatif 13.25 29.91
2. Teknologi & Rekayasa 17,30% Teknologi dan Rekayasa 17.30 15.66
3. Kemaritiman 15,70% Teknologi Informasi dan
Komunikasi 14.64 14.43
4. Bisnis & Manajemen 14,64%
5. Teknologi Informasi dan
Komunikasi 14,64%

Beberapa keahlian angka RSE nya


relative tinggi.
Kompetensi tenaga kerja yang dibutuhkan DUDI
Kualifikasi Pendidikan Tenaga Kerja yang
dibutuhkan DUDI
Temuan Tracer Study Nasional
Progress Pengisian Tracer Study Nasional

Jumlah Sekolah Nasional 13.739

Jumlah Sekolah Mengisi ≥20% 4.582

Jumlah Sekolah Mengisi ≥10% hingga <20% 1.027

Jumlah Sekolah Mengisi <10% 2016

Jumlah Sekolah Tidak Mengisi 6.114

Jumlah Sekolah Mengisi, tetapi Alumni Tidak Mengisi 1.536

Jumlah Sekolah yang Alumninya di bawah 10 Orang per Tahun 710

Jumlah Provinsi yang Sampelnya di bawah 20% 2 (NTT dan Maluku Utara)
Hasil Analisis Kualitatif Faktor-Faktor Pendukung
dan Penghambat Pelaksanaan Tracer Study
Faktor Pendukung: Faktor Penghambat:
1) Adanya forum BKK provinsi 1) Kendala informasi
2) Kuatnya koordinasi antar stakeholder sekolah
2) Kendala sosialisasi
3) Adanya forum komunikasi alumni melalui media
3) Kendala partisipasi alumni
sosial

4) Adanya forum/grup/ikatan alumni 4) Kendala komunikasi

5) Adanya website sekolah yang update 5) Kendala teknologi pendukung

6) Adanya kerjasama dengan mitra industri

7) Adanya Grup media sosial orang tua alumni


Temui kami
TERIMA KASIH

mitrasdudi

mitrasdudi

mitrasdudi kemdikbud

mitrasdudi kemdikbud

mitrasdudi@kemdikbud.go.id

Anda mungkin juga menyukai