PENGEMBANGAN KURIKULUM
Pendidikan merupakan suatu yang sangat urgent bagi kehidupan manusia, karena pendidikan
merupakan sarana untuk mengembangkan karakter serta upaya memberikan ilmu
pengetahuan kepada peserta didik. Dalam pendidikan terdapat ‘’kurikulum’’ yang mencakup
peraturan dan pedoman untuk berjalannya sebuah sistem pendidikan.
Dalam kurikulum tidak hanya berisi sistem peraturan saja. Tetapi mencakup landasan-
landasan umum yang menjadi kerangka utama sehingga membentuk kurikulum. Salah
satunya adalah landasan sosial budaya.
Karena banyaknya budaya suku bangsa. Kita tidak mengharapkan munculnya manusia yang
terasing dari lingkungan masyarakatnya, tetapi justru melalui pendidikan kurikulum yang
berlandaskan sosial budaya ini, diharapkan lahirnya manusia yang dapat lebih mengerti dan
mampu membangun kehidupan masyarakatnya. Oleh karena itu, tujuan, isi, maupun proses
pendidikan harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi, karakteristik, kekayaan dan
perkembangan yang ada di masyakarakat. kurikulum yang dikembangkan juga sudah
seharusnya mempertimbangkan, merespon dan berlandaskan pada perkembangan sosial-
budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global. Yang
mencakup Nilai-nilai dari segala aspek seperti agama, budaya, politik atau segi-segi
kehidupan lainnya.
Implikasi Sosial Kultural Bagi Penyusunan Kurikulum
1) Kurikulum harus disusun berdasarkan kondisi sosial kultural dari masyarakat .
Penyusunan kurikulum tidak semata-mata berdasarkan pada nilai-nilai, adat
istiadat, cita-cita dari masyarakat, namun juga harus berlandaskan pada semua
dimensi kebudayaan, kehidupan keluarga, ekonomi, politik, pendidikan dan
sebagainya.
Apa yang terjadi jika kurikulum tidak sesuai dengan kondisi
masyarakat?
Sistem kurikulum jadi tidak relevan [sekaligus gk nyambung]. Karena jika
tidak relevan dengan kebutuhan dan
karakteristik masyarakat maka kurikulum tersebut tidak bisa membekali para
peserta didik dengan sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap
yang sesuai dengan kondisi masyarakatnya, sehingga mereka tidak dapat
menjadi anggota masyarakat yang baik.
2) Penyusunan kurikulum harus memperhatikan unsur fleksibel dan bersifat
dinamis. sehingga kurikulum tersebut senantiasa mengandung relevansi yang
tepat dengan masyarakat. Upaya merevisi perubahan kurikulum juga harus
mempertimbangkan perkembangan dan perubahan sosial kultural yang ada
pada masa itu. Penerapan prinsip fleksibilitas dalam kurikulum adalah bahwa
suatu kurikulum harus dirancang secara fleksibel atau luwes sehingga pada
saat diimplementasikan memungkinkan untuk dilakukan perubahan untuk
disesuaikan dengan kondisi yang tidak terprediksi saat kurikulum itu
dirangcang.
3) Program kurikulum harus disusun dan mengandung materi sosial budaya
dalam masyarakat. Kurikulum disusun secara sistematis, jelas, dan
rinci dengan tujuan agar mudah dipahami dan digunakan sebagai pedoman
dalam pelaksanaan proses belajar mengajar. Kemajuan dalam bidang
teknologi akan memberikan bahan yang memadai dalam rangka penyampaian
teknologi baru kepada para siswa yang sekaligus mempersiapkan para siswa
agar mampu hidup dalam perubahan teknologi tersebut. Hal itu membuktikan
bahwa sekolah benar-benar bisa mengemban peranan dan fungsinya sebagai
lembaga modernisasi.
4) Kurikulum di sekolah-sekolah harus disusun berdasarkan pada kebudayaan
nasional yang berlandaskan pada falsafah Pancasila. Dalam falsafah Pancasila,
perkembangan kebudayaan daerah telah tercakup di dalamnya. Untuk
melakukan pengembangan kurikulum, pihak pengembang harus berlandaskan
pada suatu pegangan yang jelas sehingga kurikulum dapat terarahkan dengan
baik. Apabila tidak memiliki landasan, akibatnya terjadi pada hasil kurikulum
itu sendiri yaitu sumber daya manusia tidak dapat terbentuk dengan maksimal.
Mengapa pengembangan kurikulum harus didasarkan pada
landasan filsafat?
Filsafat memberikan arah dan metodologi terhadap praktik-praktik pendidikan,
sedangkan praktik- praktik pendidikan memberikan bahan-bahan bagi
pertimbangan filosofis. Keduanya sangat berkaitan erat. Hal inilah yang
menyebabkan landasan filosofis menjadi landasan penting dalam
pengembangan kurikulum
Kehidupan ekonomi pada dasarnya berpangkal pada kegiatan produksi, distribusi, dan
konsumsi. Kehidupan ekonomi yang baik ialah sistem ekonomi yang dipergunakan
bagi masyarakat luas. Karena itu masalah ekonomi tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan sosial, fungsional dan struktural. ciri-ciri tersebut menegaskan nilai-nilai
kultural bangsa yang mendasari ekonomi kita atau dengan kata lain sistem ekonomi
pada dasarnya merupakan suatu dimensi dari kebudayaan nasional. Contohnya
hubungan ekonomi dalam budaya yang memperkenalkan masing-masing budaya, dan
mengedukasi pelajar tentang budaya yang terdapat di negara serta melestarikan
budaya. Oleh karena itu, variabel budaya memiliki peranan yang cukup signifikan
dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara.
5.) Agama sebagai dimensi kebudayaan
Pada hakekatnya Agama berfungsi melayani kebudayaan individual dan kebudayaan
keluarga. Agama membantu individual memahami dirinya, sekitarnya dan kehidupan sesudah
mati. Nilai agama mendasari hidup dan tingkah laku manusia. [stop]
Karena dari agama juga membentuk pola perilaku dan kebudayaan akan norma-norma yang
sesuai dengan ajaran agama.
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum, antara lain:
1. Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan,
keterampilan dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan
lingkungan, budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah/lembaga pendidikan. Oleh
karena itu, sekolah/lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan
pengalaman kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.
2. Kurikulum pada dasarnya mengakomodasi aspek-aspek sosial dan budaya. Aspek sosiologis
adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat beragam. Pendidikan
sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup
berintegrasi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya Hal ini membawa implikasi
bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan bermuatan
kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan
kecakapan.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya peradaban adalah kebudayaan itu
sendiri dan peradaban senantiasa berkembang. Bahkan dalam perkembangan mengandung prinsip
kontinu berkelanjutan dinamis, pertumbuhan dan perubahan dalam periode perkembangan dapat
saja terjadi ketegangan dan konflik antara unsar-unsur kebudayaan dalam peradaban. Dan
Perubahan sosial masyarakat merupakan suatu proses yakni proses yang senantiasa berada dalam
perubahan yang terjadi dalam hubungan sosial masyarakat, baik perubahan yang terjadi secara
menyeluruh maupun pada unsur-unsur bagian dari masyarakat (external maupun internal).
BAB 7, KOMPONEN TUJUAN DALAM KURIKULUM.
Dapat dikatakan bahwa kurikulum adalah jantungnya pendidikan karena kurikulum akan
menentukan jenis dan kualitas pendidikan, sehingga kurikulum harus disusun dan disempurnakan
dengan melihat kondisi sekarang. pendidikan nasional, terlebih pendidikan formal. Berdasarkan
tingkatannya tujuan pendidikan terdiri atas tujuan yang bersifat umum sampai khusus dan dapat
diukur. Tujuan kurikulum dapat dibagi menjadi 4 (empat) yakni ;
Tujuan instruksional ialah kemampuan atau keterampilan yang diharapkan dapat dimiliki
oleh peserta didik setelah mereka melakukan proses pembelajaran dan merupakan syarat
mutlak yang harus dipahami oleh guru. Tujuan pembelajaran atau instruksional ini ialah
tujuan yang paling khusus atau spesifik. tujuan intruksional adalah bagian dari tujuan
kurikuler dan merupakan tujuan yang harus dicapai oleh guru dan peserta didik dalam satu
kali tatap muka atau satu kali pertemuan.
TIU dirumuskan dengan kata-kata tingkah laku yang bersifat umum, sedangkan TIK
menggunakan kata-kata tingkah baku yang bersifat khusus, Dengan kata lain dapat
disebutkan bahwa TIU yang biasanya dinyatakan dengan kata kerja yang operasional,
sehingga memudahkan pengajar dalam mengukur hasil belajar.
dibandingkan bahwa TIK adalah kumpulan dari pernyataan yang lebih sempit dan
terinci.
Komponen Kurikulum
Komponen adalah bagian-bagian yang saling bekerja sama sedemikian rupa sehingga
menghasilkan suatu sistem yang utuh. Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang
mempunyai peranan penting dalam keseluruhan aspek yang berlangsung dalam suatu
proses untuk pencapaian tujuan. kurikulum harus memiliki kesesuaian atau relevansi.
kesesuaian antara kurikulum dengan tuntutan, kebutuhan, kondisi, dan perkembangan
masyarakat. Kedua kesesuaian antar komponen-komponen kurikulum, yaitu antara tujuan,
proses, isi dan evaluasi.
Salah satu fungsi kurikulum ialah sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan
yang pada dasarnya kurikulum memiliki komponen pokok dan komponen penunjang
yang saling berkaitan dan berinteraksi satu sama lainnya dalam rangka mencapai
tujuan tersebut. Komponen merupakan satu sistem dari berbagai komponen yang
saling berkaitan dan tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, sebab kalau satu
komponen saja tidak ada atau tidak berjalan sebagaimana mestinya.
ada lima komponen kurikulum, yakni:
1. komponen tujuan
2. komponen isi/materi
3. komponen media (sarana dan prasarana)
4. komponen strategi [tujuan pembelajaran, bahan pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, guru dan pendidik, siswa, penilaian dan
evaluasi.]
5. komponen proses belajar mengajar.