KELAS VIII-3
BAB I
PENDAHULUAN
Jalan cepat atau biasa disebut race walking ini merupakan salah satu cabang olahraga
atletik. Meskipun hampir sama dengan cabang olahraga lari, tetapi kedua olahraga ini memiliki
banyak perbedaan. Perbedaan antara jalan cepat dengan lari yang paling kentara yakni terletak
pada gerakan kakinya. Pada race walking, salah satu kaki akan tampak selalu menyentuh atau
berada di atas tanah. Sementara itu, pada lari, dalam beberapa momen kedua kaki akan
tampak melayang di atas tanah. Selain itu, pada saat melakukan race walking, tubuh dari orang
tersebut tidak boleh terasa kaku, terlebih pada bagian pinggul. Pinggul diketahui menjadi
bagian penentu yang paling utama dalam gerakan jalan cepat. Gerakan pinggul yang nyaman
dan rileks dapat menjadi gerakan olahraga jalan cepat menjadi sempurna.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jalan cepat bisa dipahami sebagai salah
satu cabang olahraga atletik yang dilakukan dengan cara melangkah cepat ke depan dan kaki
tidak pernah terputus dari menyentuh tanah. Cabang olahraga ini sudah biasa dilombakan
dalam berbagai kompetisi, dari kancah daerah, nasional, hingga internasional. Sementara itu,
berdasarkan dari buku Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan Kesehatan (2017) karangan Muhajir,
jalan cepat dapat didefinisikan sebagai gerak maju langkah kaki yang dilakukan sedemikian
rupa, sehingga kontak dengan tanah tidak terputus dan tetap terjaga. Sebagai cabang olahraga
atletik yang dilombakan, olahraga race walking termasuk ke dalam tanggung jawab dari
organisasi atletik dunia atau biasa dikenal dengan International Amateur Athletic
Federation (IAAF). Dilansir dari laman resmi IAAF, nomor jalan cepat yang dilombakan pada
ajang olahraga terbesar di dunia, Olimpiade musim panas antara lain, yaitu jalan cepat 20
kilometer (putra dan putri) serta 50 kilometer (putra).
BAB II
ISI
Jalan cepat termasuk dalam cabang olahraga atletik yang bisa juga disebut sebagai “ibu
atau induk” dari segala macam cabang olahraga. Hal ini dikarenakan olahraga ini
menitikberatkan pada pergerakan badan menggunakan kaki ini dan merupakan olahraga paling
tua di dunia. Gerakan atletik pada dasarnya sudah tampak sejak dimulainya kehidupan manusia
purba. Aktivitas jalan, lari, lompat, dan lempar secara tidak sadar merupakan usaha manusia
dalam melakukan adaptasi dengan lingkungan. Bisa jadi, aktivitas tersebut digunakan dalam
usaha untuk menyelamatkan diri dari gangguan yang ada di sekitarnya. Pada tahun 390 SM,
pembinaan suatu bangsa dipusatkan pada peningkatan kekuatan fisik terutama perkembangan
menuju bentuk tubuh yang serasi dan harmonis. Sama halnya dengan perpaduan antara
beberapa kegiatan seperti, gimnastik, gramika, dan musika. Meskipun demikian, olahraga race
walking diketahui cukup susah untuk dibedakan dengan olahraga lari. Olahraga jalan cepat
sendiri mulai tumbuh dan berkembang pada tahun 1867 di London, Inggris. Seiring berjalannya
waktu, olahraga race walking 10 Km mulai dipertandingkan di lintasan salah satu cabang
olahraga dalam ajang olahraga terbesar di dunia, yakni Olimpiade tahun 1912.
Sementara itu, pada tahun 1956, olahraga jalan cepat telah sukses menjadi cabang olahraga
resmi dan dipertandingkan dalam Olimpiade. Selanjutnya, pada Olimpiade tahun 1976, ada
cabang olahraga race walking 20 km. Tidak berhenti di situ, pada Olimpiade tahun 1980 di
Moskow, jalan cepat 50 km ditambahkan dalam nomor perlombaan.
Di Indonesia sendiri, perlombaan race walking mulai ada sebagai nomor yang diperlombakan
pada kejuaraan nasional atletik tahun 1978. Pada saat itu, jarak yang diperlombakan untuk
putri, yaitu 5 km dan 10 km, sementara untuk putra yaitu 10 km dan 20 km.
1. Peserta harus menunggu suara atau arahan “bersedia” di belakang garis start
2. Peserta harus memposisikan kaki kiri tepat di belakang garis start dan kaki kanan
berada di belakang kaki kiri
3. Selanjutnya, badan peserta harus dicondongkan ke depan dengan kedua tangan
dalam posisi rileks
4. Pada saat terdengar “bunyi pistol” atau suara “ya” dari petugas, maka peserta dapat
secepat mungkin melangkahkan kaki kanan sembari terlebih dahulu sembari disusul
kaki kiri secepat mungkin serta dengan ayunan tangan dan pinggul yang rileks.
Setelah mengetahui empat teknik dasar olahraga jalan cepat yang ideal. Gerakan jalan
cepat dapat dilakukan dengan gerak yang lebih spesifik. Nah, berikut ini adalah fase gerak
spesifik jalan cepat yang dikutip dari buku PJOK SMP Kelas VIII (2018), di antaranya yaitu:
1. Fase Topang Tunggal
Fase topang tunggal bisa dipahami sebagai sebuah fase persiapan untuk melakukan percepatan
dan penempatan kaki dari tungkai yang bebas. Dalam melakukan fase ini, peserta dapat
menggunakan dua cara, yaitu:
1. Kaki depan mendarat dengan lembut pada tumit. Semenatra, kaki belakang berada di
posisi tumit yang diangkat.
2. Selanjutnya, ayunkan kedua lengan secara bergantian.
2.4. Fase-Fase Aktivitas Teknik Jalan Cepat
Selain fase gerak spesifik jalan cepat, ada juga empat fase aktivitas teknik jalan cepat yang perlu
diketahui, antara lain sebagai berikut:
penjasorkes.com
2. Fase Tarikan
Selanjutnya, fase gerakan tarikan yang kedua bisa mulai dilakukan setelah gerakan sebelumnya
selesai. Gerakan tarikan ini dilakukan dengan kaki depan melalui kerja tumit dan koordinasi
semua bagian badan. Gerakan ini bisa selesai pada saat posisi badan berada di atas kaki
penopang.
3. Fase Relaksasi
Fase gerakan relaksasi ini terletak antara selesainya fase tarikan dan awal dari fase dorongan
kaki. Posisi pinggang harus berada pada bidang yang sama dengan bahu atau lengan vertikal
dan paralel di samping badan.
4. Fase Dorongan
Fase keempat atau fase dorongan dapat dilakukan ketika fase sebelumnya sudah selesai. Pada
saat titik pusat gravitasi badan difokuskan pada kaki tumpu, maka kaki yang baru saja
menyelesaikan tarikan bisa memulai gerakan dorongan. Selanjutnya, kaki yang lain dapat
bergerak maju dan diluruskan.
Setelah itu, pada saat melangkah ke depan dengan jangkauan gerak yang lebar, pinggang akan
berada pada sisi yang sama dan maju searah, sehingga menjadi suatu leksibilitas yang besar.
Hal ini semakin memberikan dorongan ke tubuh dan kaki dengan tujuan untuk mempercepat
langkah pada jalan cepat.
Berikutnya, lengan dapat berfungsi sebagai penyeimbang secara diametris atau wajar dan
berlawanan dengan kaki.
1. Jalan cepat harus dilakukan dengan kaki depan menginjak tanah saat kaki bagian belakang
diangkat untuk melangkah.
2. Jika atlet tidak melakukan hal tersebut maka atlet dianggap melanggar.
3. Peserta didiskualifikasi jika mendapat tiga kartu merah dari tiga juri yang berbeda. Kartu
merah diberikan oleh ketua juri. Jika baru pelanggaran awal, atlet hanya diberi kartu
kuning.
4. Saat memulai awalan atau start harus dilakukan dengan berdiri. Atlet tidak boleh
menyentuh tanah dengan tangannya.
5. Atlet dianggap memenangkan pertandingan jika tubuh atlet (bukan kepala, lengan atau
kaki) berhasil melewati garis finish.
BAB III
KESIMPULAN
Manfaat Jalan Cepat Bagi yang bosan dengan olahraga berlari, olahraga jalan cepat bisa
menjadi salah satu alternatifnya. Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan pada saat
melakukan jalan cepat. Aturan olahraga ini pun cukup mudah, setiap satu kilometer dalam 12
menit atau jarak 5 kilometer ditempuh dalam waktu 1 jam. Kamu bisa menggunakan ponselmu
atau jam tangan untuk menghitung kecepatan jalannya.
Berikut ini adalah beberapa manfaat yang bisa didapatkan dari olahraga jalan cepat dikutip dari
situs Mayo Clinic, yaitu: