Anda di halaman 1dari 2

Filosofi Pendidikan Indonesia

01.01.2-T1-2 Eksplorasi Konsep - Perjalanan Pendidikan Nasional dari Perspektif


Ki Hadjar Dewantara

Nama : Nani Widiawati


NIM : 223174918208
Fakultas : Sekolah Pascasarjana
Prodi : Pendidikan IPS
Kelas : PIPS 01

Tentang gerakan transformasi Ki Hadjar Dewantara dalam perkembangan pendidikan sebelum


dan sesudah kemerdekaan.

Pendidikan sebelum kemerdekaan hanya menginisiasi pendirian sekolah kabupaten


namun hanya khusus mendidik calon-calon pegawai saja seiring berangsurnya waktu berdiri pula
sekolah bumiputera yang terdiri dari 3 kelas. Pada kala itu rakyat juga diberi pendidikan berupa
pengajaran calistung (membabaca, menulis dan menghitung). Pembelajaran tersebut hanya
seperlunya saja dan hanya mendidik orang-orang yang akan membantu Hindia-Belanda untuk
beberapa usaha yang mereka miliki. Jadi pendidikan yang ada semata-mata untuk memperbesar
keuntungan perusahaan mereka sendiri. Pemerintah Hindia-Belanda memberi kelonggaran
kepada anak-anak untuk memasuki Europeesche Lagere School namun tetap saja ada kebijakan
jika yang boleh sekolah disana adalah peserta didik calon dokter Jawa.
Suatu bukti bahwa pemerintah Belanda semata-mata mementingkan pendidikan calon-
calon pegawai negeri (KS PS dan Tendik Kemdikbudristek, 2021). Pendidikan zaman kolonial
hanya untuk kepentingan kolonial saja. Pendidikan kolonial tidak dapat membentuk manusia
merdeka (Syaharuddin & Susanto, 2019). Sehingga, sejak dulu kala Ki Hadjar Dewantara telah
berani menentang Hindia-Belanda sampai kepada kritikannya yang berjudul “Seandainya Aku
Seorang Belanda” dan Ki Hadjar Dewantara diasingkan ke pulau Bangka dan diasingkan lagi ke
Negeri Belanda bersama kedua rekannya (Zuriatin et al., 2021). Namun sebelum itu semua
bersama Cipto Mangungkusomo dan Douwes Dekker membentuk Indische Partij dengan tujuan
mencapai kemerdekaan Indonesia. Pada saat di Belanda Ki Hadjar Dewantara banyak
mempelajari mengenai sistem pendidikan dan pengajaran yang digagas oleh Mario Montessori
dan Rabindranath Tagore (Ora, 2011).
Sekembalinya di Indonesia Ki Hajar mendirikan Taman Siswa di Jogjakarta. Proses
pembelajaran meliputi materi pelajaran dan ditambah pendidikan kebangsaan dan budi pekerti,
hal ini bertujuan untuk meningkatkan jasmani atau rohasi dan sosial. Taman siswa mengusung
konsep baru sistem pendidikan di Indonesia dengan asas Trikon (Kontinu, Konvergen, dan
Konsentris) (KS PS dan Tendik Kemdikbudristek, 2021). Setelah Indonesia meraih
kemerdekaan, Ki Hajar Dewantara ditunjuk oleh presiden Soekarno untuk menjadi Menteri
Pendidikan Pengajar dan Kebudayaan namun itu tidak berlangsung lama dikarenakan hanya
memegang jabatan selama tiga bulan. Setelah tidak menjadi mentri Ki Hajar masih terus
melakukan kritik dan tetap memperjuangan keberlangsungan taman siswa hingga mencapai
posisi aman pasca perang dan setelah perang namun masih ada campur tangan belanda di
Indonesia.
Referensi

KS PS dan Tendik Kemdikbudristek. (2021, April 9). Filosofi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara.
https://www.youtube.com/watch?v=qgsbRba78GE
Ora, F. B. (2011). Perananan Ki Hadjar Dewamtara dalam Memajukan Pendidikan Pribumi
Tahun 1922-1930 [Sanata Dharma]. https://repository.usd.ac.id/25240/2/051314019_Full
%5B1%5D.pdf
Syaharuddin, & Susanto, H. (2019). Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Kolonialisme Nusantara
sampai Reformasi) (1st ed.). Universitas Lambung Mangkurat.
Zuriatin, Z., Nurhasanah, N., & Nurlaila, N. (2021). Pandangan Dan Perjuangan Ki Hadjar
Dewantara Dalam Memajukan Pendidikan Nasional. JURNAL PENDIDIKAN IPS, 11(1),
48–56.

Anda mungkin juga menyukai