Kel 5 Hadits Dakwah
Kel 5 Hadits Dakwah
Segala puji bagi Allah atas setiap kenikmatan yang Dia berikan tanpa terkecuali bagi
setiap mahluk di muka bumi ini baik bagi mereka yang dengan teguh menjalankan perintah-
Nya ataupun yang masih nyaman dengan kemaksiaatan yang dijalankannya karena sifat Allah
yang Maha Rahman. Dan dengan hidayah serta kasih sayang-Nya juga tidak lupa dibarengi
dengan usaha dan doa, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah yang kini telah hadir di
hadapan pembaca semua. Shalawat dan salam kami sampaikan untuk Rasulullah Muhammad
SAW, sang pembawa kebenaran serta suri tauladan bagi seluruh umat manusia untuk berhijrah
dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang.
Selanjutnya, kepada Aan Mohamad Burhanudin, MA yang kami hormati dan Saudara/i
seperjuangan yang kami sayangi. Kami mengucapkan terima kasih karena telah memberikan
kesempatan kepada kami untuk menyusun makalah yang kini telah hadir di hadapan Saudara/i
semua. Selain untuk memenuhi tugas terstruktur yang diberikan Dosen, penyusunan makalah
ini juga adalah sebagai bentuk kerja sama kami dengan Saudara/i semua khususnya Fakultas
Dakwah dan Komunikasi Islam dalam usaha mempelajari mata kuliah Hadits Dakwah agar
lebih mudah difahami sehingga kita semua nantinya mampu mengaplikasikannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Demikian kata pengantar dari kami, namun dalam penyusunan makalah ini kami sadar
bahwa kami hanyalah mahluk Allah yang penuh dengan kekurangan. Untuk itu apabila dalam
penulisan makalah ini apabila terdapat kata-kata baik dari segi isinya, bahasa, analisis dan lain
sebagainya terdapat banyak kekurangan kami mohon maaf serta mengharap saran dan kritik
dari pembaca semua diiringi ucapan terima kasih
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
i. Member informasi kepada pelanggan yang meminta informasi produk-produk baru.
Artinya: Apabila orang-orang yang beriman kepada ayat-ayat Kami itu datang kepadamu,
maka katakanlah: "Salaamun alaikum. Tuhanmu telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang,
(yaitu) bahwasanya barang siapa yang berbuat kejahatan di antara kamu lantaran kejahilan,
kemudian ia bertaubat setelah mengerjakannya dan mengadakan perbaikan, maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kata salam yang merupakan isim mashdar dari kata salima memiliki makna yang cukup
banyak, diantaranya keselamatan, kedamaian, ketenteraman, penghormatan, ketundukan dan
ketaatan. Inilah makna-makna harfiah yang ada dalam salam. Dari kata salima muncul kata
aslama yang artinya menyelamatkan, mendamaikan, menenudukkan, dan seterusnya. Dari kata
aslama inilah muncul kata islam yang kemudian menjadi nama dari agama kita .
Salam dalam Islam merupakan ucapan yang terindah yang sering diucapkan sebagai
bentuk rasa saying, cinta dan doa kita pada sesama. Menyebarkan salam juga termasuk
kewajiban seorang muslim. Dengan mengucapkan salam antara muslim satu dengan yang
lainnya akan menumbuhkan rasa cinta, bukan cinta biasa, namun cinta karena iman, cinta
karena memiliki aqidah yang sama. Itulah indahnya salam. ternyata dengan kebiasaan
mengucapkan salam, bisa menjadi sebab seseorang masuk ke dalam surga.
Islamy menyatakan bahwa sapa ialah suatu bentuk komunikasi awal seseorang dengan
orang lain. Lebih komplit lagi ketika seseorang mengucapkan salam, sapaan dan sambil
3
tersenyum, hal yang tampaknya sepele, namun kadang sulit dilakukan. Tidak sedikit seseorang
mengabaikan betapa pentingnya hal tersebut. Apalagi hal tersebut diberikan oleh seseorang
pimpinan kepada anak buahnya, tentu akan membuahkan rasa gembira, simpatik, dan bahkan
juga kerja menjadi lebih semangat dan giat lagi. mengucapkan salam, sapa disertai senyuman
itu tidak mahal dan tidak sulit, namun hal demikian, ternyata tidak semua orang bisa
melakukannya.
Karena begitu pentingnya isi dari salam , maka Allah memerintahkan kepada orang-
orang yang beriman agar selalu mengucapkan atau menyebarkan salam kepada orang lain yang
seiman.
َ َأوال أدُلُّكُ ْم علَى شيءٍ إذا فَ َع ْلت ُ ُمو ُه تَحا َب ْبت ُ ْم؟ أ ْفشُوا الس، وال تُؤْ مِ نُوا حتَّى تَحابُّوا،ال تَدْ ُخلُونَ ال َجنَّةَ حتَّى تُؤْ مِ نُوا
َّالم ب ْينَ ُك ْم
“Tidak akan masuk surga hingga kalian beriman. Dan kalian tidak dikatakan beriman hingga
kalian saling mencintai. Maukah aku tunjukkan sesuatu yang jika dilakukan akan membuat
kalian saling mencintai? Sebarkan salam diantara kalian” (HR. Muslim, no.54).
Dari Abdullah bin ‘Amr bin Al Ash radhiallahu’anhu, Nabi shallallahu‘alaihi wasallam
bersabda:
Begitu juga ketika masuk dan meninggalkan suatu tempat atau rumah, disunnahkan
untuk mengucapkan salam. Sabda Rasulullah SAW:
4
Artinya : “Apabila seorang di antara kamu masuk ke dalam suatu rumah, maka hendaklah dia
mengucapkan salam. Apabila ia lebih dulu berdiri meninggalkan rumah itu, hendaklah ia
mengucapkan atau memberi salam pula.” (H.R. Al – Baihaqi).
1) Mengucapkan salam merupakan salah satu perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala dan
Rasul-Nya Shallallaahu alaihi wa Sallam, sebagaimana dalam hadits Barra’ bin Azib,
ia berkata: “Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk
melakukan tujuh perkara, yaitu; menjenguk orang yang sakit, mengikuti jenazah,
mendo’akan orang bersin yang mengucapkan alhamdulillah, membantu orang yang
lemah, menolong orang yang dizhalimi, mengucapkan salam dan memenuhi sumpah.”
(Muttafaq alaih).
3) Merupakan amalan yang terbaik dalam Islam. Dari Abdullah bin Amr bin Ash ra,
seorang laki-laki bertanya kepada Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam: “Apakah
amalan yang paling baik dalam Islam?” Beliau menjawab:“Memberi makan dan
mengucapkan salam kepada orang yang telah kamu kenal maupun yang belum kamu
kenal”. (HR. al Bukhari - Muslim).
5) Termasuk di antara perbuatan yang bisa memasukkan pelakunya ke dalam surga. Abu
Yusuf Abdullah bin Salam Radhiallaahu anhu berkata; saya pernah mendengar
Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Sallam bersabda:”Wahai manusia, tebarkanlah salam,
berikanlah makan, lakukan silaturrahim, dan shalatlah ketika orang lain tidur malam,
maka engkau akan masuk ke surga dengan selamat.” (HR. At Tirmidzi, dia berkata:
“hasan shahih”).Pada kesempatan lain, Rasulullah SAW bersabda:
َ َأوال أدُلُّكُ ْم علَى شيء إذا فَعَ ْلت ُ ُموهُتَحابَ ْبت ُ ْم؟ أ ْفشُوا الس، وال تُؤْ مِ نُوا حتَّى تَحابُّوا،ال تَدْ ُخلُونَ ال َجنَّةَ حتَّى تُؤْ مِ نُوا
َّالم ب ْينَكُ ْم
5
“Kalian tidak akan masuk surga sampai kalian beriman, dan kalian tidak dikatakan beriman hingga
kalian bisa saling mencintai. Maukah kalian aku tunjukkan terhadap satu amalan yang bila kalian
mengerjakannya kalian akan saling mencintai? Yaitu sebarkanlah salam di antara kalian.” (HR.
Muslim)
1) Mengucapkan Salam
2) Menjawab Salam
Sedangkan hukum menjawab salam adalah wajib. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, Maka balaslah
penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu
(dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungankan segala sesuatu.”
3) Ucapan Salam
6
Idealnya seorang Muslim mengucapkan salam dengan lengkap, tetapi tetap
diperkenankan seseorang untuk mengucapkan salam:
a. Assalamu’alaikum,
b. Assalaamu’alaikum warahmatullaah
c. Assalaamu’alaikum warahmatullaah wabarakaatuh (lengkap)
Semakin lengkap ucapan salam seorang, maka semakin banyak pula keutamaan yang
diraihnya. Imran Bin Hushain RA menceritakan tentang seseorang yang mendatangi Rasulullah
SAW dan mengucapkan salam: "Assalaamu ‘alaikum!" Rasulullah SAW menjawab salam
tersebut, dan kemudian memberikan komentar: "Sepuluh!" Kemudian datang orang lain yang
mengucapkan salam: "Assalaamu ‘alaikum warahmatullaah!" Rasulullah SAW menjawab dan
kemudian memberikan komentar: "Duapuluh!" Dan datanglah orang ketiga dan mengucapkan
salam: "Assalaamu'alaikum warahmatullahi wabarakaatuh!" Maka Rasulullah SAW
menjawab: "Tigapuluh!" (HR. Abu Daud dan Tirmidzi).
Demikianlah, semakin lengkap ucapan salam seseorang, akan semakin banyak pula
keutamaan yang dia peroleh.
Sedangkan jawaban salam, minimal setara dengan ucapan salam; dan kalau bisa, malah
dilebihkan. Allah Ta'ala berfirman: "Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan,
maka balaslah yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa. Sehingga jawaban salam yang
disyari'atkan adalah:
7
E. Adab Salam
Adapun adab (tata cara) mengucapkan dan menjawab salam telah dijelaskan pula dalam
banyak Hadist, Secara umum, mengucapakan atau memberi salam lebih baik dilakukan tanpa
mempertimbangkan waktu dan tempat, berdasarkan sabda Rasulullah SAW: “Sebaik-baiknya
manusia di sisi Allah ialah orang yang memulai mengucapkan salam.” Hadist lainnya,
“Seseorang bertanya: “Ya Rasulallah, kalau dua orang yang bertemu, manakah di antara
keduanya yang harus mendahului memberi salam?” Rasulullah SAW menjawab: “Ialah orang
yang paling dekat kepada Allah”. Ada beberapa adab yang harus diperhatikan dalam
menyebarkan salam, yaitu :
1. Urutan Salam
Anas Bin Malik RA memberi salam kepada anak-anak ketika dia berjalan di muka
mereka. Kemudian Anas berkata:"Dahulu Rasulullah SAW juga berbuat seperti ini (HR.
Bukhary dan Muslim).Maka berilah salam kepada anak-anak sekaligus mengkondisikan
mereka dengan akhlaq-akhlaq Islami sejak dini.
a. Ketika sedang salat. Membalas ucapan salam ketika salat membatalkan salatnya.
b. Khatib, orang yang sedang membaca Al-Qur’an, atau seseorang yang sedang
mengumandangkan Adzan atau Iqamah, atau sedang mengajarkan kitab-kitab Islam.
c. Ketika sedang buang air atau berada di kamar mandi.
8
Namun demikian, terdapat beberapa hal yang telah di atur di dalam Islam berkenaan
salam, khususnya bagi hal memberi salam kepada salah seorang ahli rombongan yang ramai
ketika saat bertemu dengan rombongan yang ramai tersebut. Sebahagian ulama memakhruhkan
perbuatan tersebut.
1. Mendahului Salam
Terlepas dari urutan dalam memberi salam, Rasulullah SAW mengajarkan untuk
mendahului dalam memberi salam. Diharapkan kita tidak pasif dalam mengucapkan salam,
yaitu sekedar menanti datangnya ucapan salam dari orang lain. Diharapkan pula kita tidak
menjadi orang yang suka menuntut orang lain untuk mengucapkan salam duluan. Rasulullah
SAW mengajarkan, justru yang memulai salam itulah orang yang lebih mulia.
Sabdanya: “Seutama-utama manusia bagi Allah adalah yang mendahului salam” (HR.
Abu Daud dan Tirmidzi).
Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah SAW: “Ya Rasulullah, jika dua orang
bertemu muka, manakah di antara keduanya yang harus terlebih dahulu memberi salam?”
Rasulullah SAW menjawab: “Yang lebih dekat kepada Allah (yang berhak terlebih dahulu
memberi salam)” (HR. tirmidzi).
Apabila ada seseorang yang memberi salam kepada kita, maka idealnya kita
memberikan jawaban yang sama (setara). Misalkan seseorang mengucapkan salam kepada
kita:"Assalaamu ‘alaikum warahmatuulaah!" Minimal kita harus menjawab:
“Wa'alaikumussalaam warahmatullaah!” Lebih utama lagi, apabila kita memberikan jawaban
yang lebih daripada ucapan salam tersebut. Misalkan seseorang mengucapkan salam kepada
9
kita: “Assalaamu ‘alaikum warahmatuulaah” Maka akan lebih baik apabila kita menjawab:
“Wa'alaikumussalaam warahmatullaahi wabaraakatuh!”
Jawaban salam masih kurang setara apabila kita memberi jawaban: “Wa'alaikum
salaam” Harusnya, jawaban itu adalah: “Wa ‘alaikumus salaam” Perbedaan antara keduanya
adalah: salaam dan as salaam. Kata salaam berarti keselamatan, sedangkan kata as salaam
memiliki makna seluruh keselamatan.Tentu saja tidak setara antara keselamatan dan seluruh
keselamatan.Jawaban “Wa'alaikum salaam” mempunyai makna keselamatan atas kalian”
sedangkan jawaban “wa ‘alaikumus salaam” mempunyai makna seluruh keselamatan atas
kalian. Tentu saja jawaban “Wa'alaikum salaam (keselamatan atas kalian)” tidak setara apabila
pemberi salam megucapkan: “Assalaamu ‘alaikum (Seluruh keselamatan atas kalian).”
Tetapi apabila forumnya telah berbaur antara orang Muslim dengan Non Muslim, maka
diperkenankan kita untuk memulai mengucapkan salam. Demikianlah yang dilakukan
Rasulullah SAW ketika melewati suatu majelis yang berbaur antara orang Muslim, “musrikin
penyembah berhala dan Yahudi. Beliau mengucapkan salam kepada mereka” (HR. Bukhary
dan Muslim).
Apabila orang Non Muslim memulai mengucapkan salam, maka jawaban yang
diperkenankan oleh syari'at adalah: “Wa‘alaikum!” (Semoga anda juga). Itu saja, tidak usah
diperpanjang lagi. Rasulullah SAW menasihatkan: “Jika orang-orang Ahli Kitab (Non Muslim)
memberi salam kepada kamu, maka jawablah “Wa‘alaikum” (HR. Bukhary dan Muslim.
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Demikian yang semestinya dilakukan oleh setiap orang tua dan kaum muslimin dalam
menanamkan kebiasaan ini. Begitu pula hendaknya yang ditempuh oleh seorang pengajar yang
mendidik anak-anak. Dinasihatkan oleh Asy-Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu: “Seorang pengajar
apabila memasuki kelas hendaknya mengucapkan salam dengan mengatakan
Beliau menambahkan: “Tidak sepantasnya salam yang diucapkan itu berupa kalimat ‘selamat
pagi’ atau ‘selamat sore’. Namun tidak mengapa bila setelah mengucapkan salam dia ucapkan perkataan
itu dengan sedikit perubahan, seperti misalnya ‘Semoga Allah berikan kebaikan padamu pagi ini’,
sehingga ucapan itu mengandung makna do’a”
Inilah tuntunan Islam dalam mempererat hubungan persaudaraan di antara kaum muslimin.
Tentunya, harus kita tinggalkan kebiasaan-kebiasaan yang jauh dari tuntunan Rasulullah SAW. Sebagai
gantinya, menghidupkan sunnah ini dalam kehidupan kita.
3.2 Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari bahwa masih jauh dari sempurna dan tentunya
banyak sekali kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Hal ini disebabkan karena masih
terbatasnya kemampuan kami. Oleh karena itu, kami selaku pemakalah sangat mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun.
11
DAFTAR PUSTAKA
Islamy, M. Ali Nurhasan (2015). Penerapan Senyum Pustakawan Sebagai Keterampilan Sosial
Di Perpustakaan. Jurnal: Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasl, Vol. XI No. 2
Kusumawati, Tri Indah. (2016). Komunikasi Verbal dan Nonverbal. Jurnal: Pendidikan dan
Konseling, Vol. VI, No. 2
https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/maqoyis/article/download/185/130 Dikutip pada 10
Oktober pukul 03.22
https://www.researchgate.net/publication/335617264_AFSUS_SALAAM_Menyebarluaskan_
Salaam Dikutip pada 10 Oktober 2023 pukul 03.29
12