Anda di halaman 1dari 27

Proposal Penelitian Tesis

PENGARUH DURASI SOLARISASI TERHADAP


DIVERSITAS NEMATODA PADA LAHAN
TUMPANGSARI BAWANG MERAH DAN
CABAI

diajukan oleh
Luluk Meila
21/490316/PPN/04834
Program Studi Ilmu Hama Tanaman

Kepada PROGRAM
PASCASARJANA
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2023
Proposal Penelitian Tesis
PENGARUH DURASI SOLARISASI TERHADAP
DIVERSITAS NEMATODA PADA LAHAN
TUMPANGSARI BAWANG MERAH DAN
CABAI MERAH

Diajukan oleh
Luluk Meila
21/490316/PPN/04834

telah disetujui oleh

Pembimbing Utama Tanda Tangan Tanggal

Dr. Ir. Siwi Indarti, M.P. …………………..

Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Ir. Fransiscus Xaverius …………………..


Wagiman, S.U

Penguji

Dr. Ir. Nugroho Susetya Putra, M.Si …………………..

Mengetahui
Ketua Program Magister Ilmu Hama Tumbuhan
Fakultas Pertanian
Universitas Gadjah Mada
Tanggal

Dr. Suputa, S.P., M.P.


DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN…………………………………………………………….…. 1
A. Latar Belakang…………………………………………………………….... 1
B. Tujuan Penelitian……………………………...……………………………. 2
C. Manfaat Penelitian …………………………………………………………. 3
D. Keaslian Penelitian………………………………………………………..... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………………… 4
A. Bawang Merah …………………………………………………………….. 4
B. Tumpangsari Tanaman Bawang Merah dan Tanaman Cabai Merah… 4
C. Kelimpahan Nematoda pada Lahan Pertanian………………………….. 5
D. Solarisasi Tanah………………………….……………………………….... 7
E. Hipotesis ……………………………………………………………………. 10
III. METODE PENELITIAN ………………………………………………………. 11
A. Waktu Dan Tempat Penelitian…………………………………………..... 11
B. Bahan dan Alat……………………………………………………………… 11
C. Rancangan Percobaan ……………………………………………………. 11
D. Bagan Alir Penelitian ………………………………………………………. 12
E. Prosedur Peneltian……………………………………………………........ 13
1. Pengolahan tanah……………………………………………………….. 13
2. Solarisasi tanah………………………………………………………..... 13
3. Pengamatan …………………………………………………………….. 13
a. Suhu, Kelembaban dan pH ……………………………………………. 13
b. Populasi Nematoda …………………………………………………….. 14
(1) Sampling Tanah…………………………………………………………. 14
(2) Ekstraksi tanah dan isolasi nematoda………………………………… 14
(3) Identifikasi nematoda …………………………………………………... 14
F. Analisis Data ……………………………………...................................... 15
1. Kelimpahan Nematoda………………………………………………… 15
2. Analisis keanekaragaman genus nematoda berdasarkan durasi
solarisasi…………………………………………………………………... 16
3. Hubungan antara pengaruh solarisasi dan kelimpahan nematoda ... 16
4. Faktor produksi bawang merah dan cabai ……………………………. 17
IV. JADWAL PENELITIAN …………………………………………………... 18
DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK
Solarisasi merupakan salah satu teknik budidaya olah tanah yang dapat
meningkatkan suhu tanah dan mempengaruhi keberadaan nematoda dilahan
pertanian. Suhu yang extreme dapat menghambat aktivitas biologis nematoda seperti
penetasan telur, mobilitas, invasi, dan menghambat pertumbuhan nematoda.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi solarisasi terhadap suhu
tanah, kelimpahan dan diversitas nematoda, serta pengaruhnya terhadap produksi
bawang merah dan cabai. Penelitian akan dilakukan pada sistem budidaya
tumpangsari bawang merah dan cabai. Penelitian dilakukan pada bulan Februari
hingga Mei 2022 di Desa Gotakan, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo,
DIY. Metode yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok Lengkap dengan
tiga perlakuan solarisasi dan lima ulangan. Perlakuan terdiri dari durasi solarisasi
(dalam hari) pada tanah yang meliputi A (14), B (30), dan C (kontrol, tanpa
solarisasi). Metode yang digunakan untuk isolasi nematoda adalah metode whitehead
tray. Hipotesis yang diajukan adalah teknik solarisasi berpengaruh signifikan
terhadap suhu, kelimpahan dan diversitas nematoda, serta terhadap produksi bawang
merah dan cabai.

Kata Kunci : Durasi Solarisasi, Suhu, Kelimpahan, Diveritas Nematoda

ABSTRACT

Solarization is a tillage cultivation technique that can increase soil


temperature and affect the presence of nematodes on agricultural land.
Extreme temperatures can inhibit nematode biological activities such as egg
hatching, mobility, invasion, and inhibit nematode growth. This study aims to
determine the effect of the duration of solarization on soil temperature, the
abundance and diversity of nematodes, and the effect on shallot and chili
production. The research will be conducted on shallot and chili intercropping
cultivation systems. The research was conducted from February to May 2022
in Goakan Village, Panjatan District, Kulonprogo Regency, DIY. The method
used was Complete Randomized Block Design with three solarization
treatments and five replications. The treatment consisted of the duration of
solarization (in days) on the soil which included A (14), B (30), and C (control,
without solarization). The method used for nematode isolation is the
whitehead tray method. The hypothesis proposed is that the solarization
technique has a significant effect on temperature, abundance and diversity of
nematodes, as well as on shallot and chili production.

Keywords: Solarization Duration, Temperature, Abundance, Nematode


Diversity
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Berdasarkan data BPS Provinsi DIY 2021, produksi bawang merah di DIY
sebesar 298.087 kuintal. Peningkatan produksi bawang merah di DIY tahun 2021
ini sebesar 58,47% dibanding tahun 2020 188.100 kuintal. Produksi bawang merah
di DIY pada tahun 2021, sebesar 298.087 kuintal. Peningkatan produksi bawang
merah di DIY ini dikarenakan permintaan yang cukup tinggi di pangsa pasar
setempat. Kabupaten dengan potensi penanaman bawang merah yang besar di
provinsi DIY adalah Kabupaten Kulon Progo dan Bantul. Pada tahun 2021,
produksi bawang merah sebanyak 169.008 kuintal diproduksi di Kabupaten
Bantul, sedangkan di Kabupaten Kulonprogo sebesar 108.772 kuintal. Konsumsi
bawang merah sektor rumah tangga ini diperkirakan akan terus mengalami
peningkatan.
Tumpang sari adalah sistem di mana dua atau lebih jenis tanaman yang
berbeda ditanam bersama-sama pada waktu yang relatif sama atau pada waktu
yang berbeda (Mousavi dan Eskandari 2011 cit. Firdaus et al., 2020). Penanaman
ganda dilakukan dengan tanaman dari famili yang berbeda karena tanaman
tersebut akan memiliki hama dan penyakit yang berbeda, sehingga dapat
mengurangi serangan serangga hama dan penyakit (Firdaus et al., 2020). Menurut
Castellanos et al. (2017), tanaman cabai merah merupakan komoditas sayuran
penting di seluruh dunia, mengingat nilai komersial dan nilai ekonominya yang
tinggi. Tanaman cabai merah dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain yang
berbeda famili, seperti bawang merah (Allium ascalonicum L.).
Nematoda memiliki peran penting dalam pertanian. Kendala dalam usaha
budidaya berbagai jenis tanaman termasuk bawang merah adalah adanya serangan
nematoda parasitik tanaman. Nematoda parasit tanaman bertanggung jawab atas
hampir 10% kehilangan hasil di seluruh dunia, yang mengakibatkan kerugian
ekonomi lebih dari USD 125 miliar per tahun (Chitwood, 2003 cit. Keçici et al.,
2022 ). Namun, kehilangan hasil yang terkait dengan PPN (Plant Parasitic
Nematodes) umumnya tidak

1
diperhatikan oleh sebagian besar petani karena sifat sebagian besar PPN (Plant
Parasitic Nematodes) yang tinggal di tanah dan kesamaan gejala dengan faktor
penyebab penyakit biotik dan abiotik lainnya. Bahkan meskipun ditetapkan bahwa
masalahnya berasal dari nematoda, masih cukup sulit untuk dilakukan
membedakan spesies PPN (Plant Parasitic Nematodes) karena kemunculan
bersama spesies PPN (Plant Parasitic Nematodes) yang berbeda di lapangan
dan kompleksitas karakteristik diagnostik (Keçici et al., 2022).
Solarisasi tanah merupakan alternatif cara yang lebih aman daripada
fumigasi untuk pengendalian masalah tular tanah (Stapleton,2008 cit. Olson,
2021). Menurut Candido et al. (2011), solarisasi tanah merupakan teknik yang
memanfaatkan radiasi matahari dan bertujuan untuk meningkatkan suhu tanah
dengan menggunakan lembaran polietilen bening. Selanjutnya, Candido et al.,
(2008) menyatakan bahwa rekolonisasi nematoda dapat terhambat jika solarisasi
tanah dilakukan setiap dua sampai tiga tahun. Oleh karena itu, perlakuan solarisasi
secara berkelanjutan secara progresif dapat mengurangi kepadatan populasi dan
mencegah rekolonisasi nematoda dalam tanah.
Berbagai hasil penelitian tentang pengaruh durasi waktu solarisasi terhadap
kelimpahan nematoda pada lahan tumpang sari bawang merah dan cabai merah di
daerah Panjatan Kulon Progo belum tersedia. Dengan demikian, penelitian ini
menyelidiki pengaruh durasi solarisasi sebagai alternatif pengendalian nematoda
dan mengetahui pengaruhnya terhadap kelimpahan nematoda pada lahan tumpang
sari bawang merah dan cabai merah di daerah Panjatan Kulon Progo.
Permasalahan yang akan diteliti adalah suhu yang extreme dapat
menghambat perkembangan populasi nematoda dengan menyelidiki pengaruh
durasi solarisasi terhadap peningkatan suhu serta terhadap kelimpahan dan
diversitas nematoda pada lahan tumpangsari bawang merah dan cabai.

2
B. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh durasi solarisasi tanah
terhadap:
1. Kelimpahan dan diversitas nematoda pada lahan tumpang sari bawang merah
dan cabai.
2. Hubungan antara peningkatan waktu solarisasi dan suhu tanah terhadap
kelimpahan dan diversitas nematoda pada lahan tumpang sari bawang merah
dan cabai.
3. Hasil panen bawang merah dan cabai.

C. Manfaat Penelitian
1. Memberikan informasi mengenai pengaruh durasi solarisasi terhadap
diversitas nematoda pada lahan tumpang sari bawang merah dan cabai.
2. Memberikan informasi mengenai hubungan antara peningkatan waktu
solarisasi dan suhu tanah terhadap diversitas nematoda pada lahan tumpang sari
bawang merah dan cabai.
3. Memberikan informasi mengenai pengaruh durasi solarisasi tanah terhadap
hasil produksi bawang merah.

D. Keaslian Penelitian
Matahari adalah sumber energi yang hemat biaya dan ramah lingkungan di
bidang pertanian. Pemanfaatan energi matahari dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan suhu tanah. Perlakuan solarisasi diduga mempengaruhi keberadaan
populasi, dan keragaman nematoda di lahan pertanian tumpangsari bawang merah
dan cabai. Di Panjatan Kulon Progo belum tersedia informasi terkait pengaruh
durasi solarisasi terhadap kelimpahan nematoda pada lahan bawang merah,
sehingga penelitian ini merupakan penelitian yang pertama kali dilakukan di
Panjatan Kulon Progo.

3
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Bawang Merah
Bawang merah (Allium cepa L.) merupakan komoditas hortikultura yang
tergolong sayuran rempah. Bawang merah merupakan tanaman semusim yang
termasuk klasifikasi tumbuhan berumbi lapis atau siung yang bersusun
(Firmansyah & Bhermana, 2019). Bawang merah mengandung gizi seperti fosfor,
besi, kalsium, protein, lemak, dan minyak atsiri sehingga lebih banyak digunakan
untuk menambah cita rasa masakan serta bahan ramuan obat tradisional. Bawang
merah selain sebagai bumbu penyedap masakan (Risfaheri et al., 2019 cit.
Purwaningsih et al., 2021) juga berperan penting dalam hal kesehatan
(Darmawidah et al., 2010 cit. Purwaningsih et al., 2021).
Budidaya bawang merah dilakukan pada kondisi agroklimat yang ideal di
antaranya, ketinggian tempat antara 0 – 1.000 mdpl, tipe tanah aluvial (pH tanah
5,6 – 6,5), kelembapan udara 50 - 70%, suhu udara 25 – 32 ⁰C (Rahmawati, 2021).
Umur panen memegang peranan penting untuk memperoleh kuantitas bawang dan
kualitas bawang merah yang baik (Ismail, 2019 cit. Purwaningsih et al., 2021).
Pada umumnya bawang merah akan dipanen setelah berumur 60-90 hari setelah
tanam.

B. Tumpangsari Tanaman Bawang Merah dan Tanaman Cabai Merah


Tanaman cabai merah dapat ditumpangsarikan dengan tanaman lain yang
berbeda famili, seperti bawang merah (Allium ascalonicum L.). Bawang merah
digunakan sebagai tanaman pendamping karena merupakan tanaman yang cocok
pada kondisi lahan kering serta memiliki pola perakaran, kanopi dan serapan hara
yang berbeda dari cabai merah, sehingga akan tercipta sistem tumpang sari yang
sinergis. Penanaman ganda dilakukan dengan tanaman dari famili yang berbeda
karena tanaman tersebut akan memiliki hama dan penyakit yang berbeda,
sehingga dapat mengurangi serangan serangga hama dan penyakit (Firdaus, 2020).
Menurut Getahun et al., (2018), multiple cropping memiliki beberapa

4
keunggulan antara lain fleksibilitas, maksimalisasi keuntungan, minimalisasi
risiko, konservasi lahan, dan peningkatan kesuburan tanah. Selain itu, penanaman
berganda juga penting untuk mengurangi biaya produksi, meningkatkan
keuntungan, dan mempertahankan sumber daya lahan. Budidaya dengan sistem
tanam ganda harus memperhatikan beberapa faktor, diantaranya adalah
pengaturan jarak tanam.
Keberadaan nematoda predator termasuk dalam salah satu pengendalian
hayati yang dapat digolongkan sebagai hiperparasitisme. Menurut Altieri dan
Nicholls (2004) cit. Rosya & Winarto (2013) kombinasi tanaman yang sesuai pada
pola tanam akan meningkatkan keragaman mikroorganisme dalam tanah. Selain
itu menciptakan keseimbangan ekosistem dan menstimulasi kehadiran agens
hayati. Koshy et al (2005) cit Rosya & Winarto (2013) menyatakan bahwa pola
tanam memiliki pengaruh besar dalam menentukan hubungan antara inang dan
nematoda parasitik. Tanaman inang yang ditanam bersama tanaman bukan inang
dapat menekan, mengurangi penyebaran dan reproduksi nematoda

C. Kelimpahan Nematoda pada Lahan Pertanian


Mikroba (jamur, bakteri, dan alga), mikrofauna (protozoa), dan mesofauna
(arthropoda dan nematoda) termasuk organisme tanah yang paling beragam
(Neher, 2001 cit. Cesarz et al., 2015), dipengaruhi terutama oleh faktor vegetasi
dan faktor edafik (sifat tanah) (Nielsen et al., 2014). Nematoda adalah hewan
multisel yang paling melimpah di bumi. Empat dari setiap lima metazoa di bumi
adalah nematoda, tetapi sering diabaikan karena kebanyakan berukuran
mikroskopis. Sejauh ini hanya 3 persen dari semua spesies nematoda yang telah
dipelajari dan diidentifikasi. Satu meter kubik tanah dapat mengandung jutaan
nematoda individu yang termasuk dalam beberapa kelompok taksonomi yang
berbeda (Soomro et al., 2022).
Kelimpahan dan distribusi populasi nematoda di berbagai ekosistem
menunjukkan bahwa nematoda memiliki kemampuan beradaptasi yang

5
tinggi karena variasi morfologinya, seperti struktur kepala, dan alat mulut yang
memungkinkan nematoda memiliki variasi makanan yang luas; perilaku makan
dan respons terhadap kondisi lingkungan. Selain itu, panjang tubuh, stadia telur,
larva (juvenil) dan dewasa masing-masing memiliki karakteristik morfologi dan
adaptasi yang berbeda menyebabkan nematoda memiliki kemampuan
memanfaatkan sumber makanan yang berbeda dan hidup di berbagai lingkungan
(Mulyadi, 2009). Komposisi komunitas nematoda dapat digunakan sebagai
indikator perubahan lingkungan dan fungsi ekosistem. Komunitas nematoda tanah
dapat secara langsung memengaruhi biomassa komunitas mikroba dan aktivitas
mikroba dengan memakan jamur dan bakteri, sehingga mendorong sirkulasi dan
metabolisme bahan tanah (Grabau & Chen, 2016). Hal ini diklasifikasikan
menurut kebiasaan makan dan karakteristik fisiologis, serta dapat mencerminkan
fungsi dan status ekosistem tanah (Cesarz et al., 2015). Sebuah studi
membandingkan jenis tanah dan ekosistem di lintang yang berbeda menunjukkan
bahwa ekosistem yang berbeda, jenis tanah, dan interaksi dari kedua faktor ini
memiliki dampak yang cukup besar terhadap perubahan komposisi komunitas
nematoda (Reno et al., 2020).
Perkembangan nematoda dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan
seperti suhu, kelembaban tanah, pH tanah, kandungan bahan organik, tanaman
inang, umur tanaman, dan ukuran partikel tanah. Berdasarkan penelitian
Wulandari & Indarti (2020), suhu berkorelasi positif dengan populasi nematoda D.
dipsaci di umbi dan tanah. Suhu mempengaruhi perkembangan nematoda seperti
penetasan telur, reproduksi, pergerakan dan laju pertumbuhan. Kondisi tanah yang
meliputi tekstur, aerasi, kelembaban, pH, sifat tanah organik dan anorganik, juga
dapat mempengaruhi perkembangan nematoda. Tekstur tanah merupakan faktor
abiotik yang dapat mempengaruhi potensi kerusakan pada tanaman kopi yang
disebabkan oleh nematoda parasit tanaman (Mutalaliah et al., 2018).

6
Kelimpahan nematoda meningkat dengan peningkatan curah hujan,
sedangkan peningkatan nitrogen mengurangi kelimpahan komunitas nematoda di
permukaan tanah di hutan beriklim Gunung Changbai (Sun et al., 2013 cit. Zhang
et al., 2021). pH tanah merupakan faktor kunci untuk menjelaskan perubahan
komposisi komunitas nematoda tanah (Li et al., 2010 cit. Matute, 2013 cit. Zhang
et al., 2021). Tanah asam, yaitu pH < 5,0, memiliki efek merugikan pada
kelangsungan hidup dan reproduksi nematoda tanah (Matute et al., 2012 cit. Han´
ˇel erevkova, 2010 cit. Zhang et al., 2021). pH merupakan salah satu faktor
penting dalam tanah yang mempengaruhi sifat fisik, kimia dan biologinya serta
dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan kehidupan organisme di dalam
tanah seperti nematoda. pH tanah meninggalkan pengaruh yang beragam pada
beberapa genera nematoda. Setiap genus nematoda memiliki pH optimal untuk
tumbuh. (Calanska et al., 2016).
Nematoda batang dan umbi, Ditylenchus dipsaci, adalah salah satu kendala
biotik terpenting untuk produksi bawang merah, dengan distribusi di seluruh dunia
(Sturhan & Brzeski, 1991 cit. Mennan & Ecevit, 2002 cit. Yavuzaslanoglu et al.,
2015 cit. Yavuzaslanoğlu et al. 2019). Nematoda simpul akar, Meloidogyne
chitwoodi, M. hapla, M. incognita dan M. javanica, nematoda lesi akar,
Pratylenchus penetrans, dan nematoda akar pendek, Paratrichodorus allius,
P. minor dan P. porosus, adalah nematoda parasit tanaman yang penting secara
ekonomi dilaporkan dari daerah-daerah penghasil bawang merah di dunia (Stirling
et al., 1992 cit. Hafez & Palanisamy, 2016). Selain itu, Tylenchus spp. dan
Aphelenchoides fragariae ditemukan melimpah di daerah penanaman bawang
di Filipina; namun, potensi kerusakan ekonominya rendah (Pedroche et al., 2013).
Hasil isolasi sampel terhadap tanah dan akar pada tanaman bawang merah di Niten
Bantul ditemukan nematoda dari sampel tanah terdiri dari 3 spesies yaitu:
Helicotylenchus sp., Scutellonema sp., dan Saprofage sp.. Sedangkan yang
ditemukan dari sampel akar terdiri dari 2 spesies yaitu: Meloidogyne sp. dan
Saprofage sp. (Prabowo, 2012).

7
Indeks keanekaragaman umumnya digunakan untuk menggambarkan jenis
dan pola persebaran organisme, termasuk nematoda parasit tanaman pada suatu
lokasi. Indeks ini juga dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh faktor
lingkungan, seperti jenis tanah, komposisi jenis inang, atau faktor lain, terhadap
populasi nematoda (Zhang et al., 2021).

D. Solarisasi Tanah
Menurut Candido et al. (2011), solarisasi tanah adalah teknik yang
memanfaatkan radiasi matahari dan bertujuan untuk meningkatkan suhu tanah
dengan menggunakan lembaran polyethylene bening. Teknik dasarnya
memerlukan peletakan plastik bening di atas tanah yang digarap dan dibasahi
selama kira-kira enam sampai delapan minggu. Panas matahari terperangkap oleh
plastik, menaikkan suhu tanah (Guerena, 2006). Penting untuk dicatat bahwa
untuk efisiensi tinggi, mulsa plastik harus berupa polietilen transparan (tebal 1
mili) dengan penghambat ultraviolet (Wang & Sipes, 2009). Solarisasi tanah
adalah salah satu metode pengendalian nematoda parasit tanaman yang paling
menjanjikan (Stapleton & Devay, 1986 cit. Bakr et al., 2013). Solarisasi tanah
dapat digunakan untuk mengendalikan banyak spesies nematoda (Elmore et al.,
1997).
Pengaruh solarisasi tanah terhadap pengendalian tanaman patogen
bergantung terutama pada radiasi matahari, frekuensi tutupan awan selama
perawatan, serta kelembaban udara. Solarisasi tanah cukup memadai dalam
mengontrol telur M. incognita, di kedalaman 40 cm setelah 6 hari perlakuan
(Nico et al., 2003). Solarisasi tanah pada kedalaman maksimum 40 cm
memberikan > 95% pengendalian telur M. incognita dan massa telur di tanah
setelah perlakuan 10 hari (Whitehead, 1998 cit. Nico et al., 2003). Pola tanam
yang berbeda akan menyebabkan perbedaan iklim pertanian dan kondisi iklim
mikro tanah yang pada akhirnya mempengaruhi kelimpahan nematoda (Sikora &
Fernández, 2005).

8
Hari-hari yang panas, dan cerah diperlukan untuk mencapai suhu tanah yang
diperlukan untuk membunuh hama tular tanah, sehingga mendorong pertumbuhan
yang efisien (Hartman, 2002 cit. Ijoyah & Koutatouka, 2009). Suhu tercatat
umumnya dari plot mulsa secara signifikan lebih tinggi dari yang dicatat dari plot
non-mulsa. Jumlah galls akar yang dihasilkan pada akar selada dari plot mulsa
lebih rendah dibandingkan dengan yang dihasilkan dari petak yang tidak diberi
mulsa. Plot mulsa solarisasi juga menghasilkan lebih besar panjang daun dan lebar
daun untuk kedua tahun. Temperatur tinggi yang tercatat untuk plot mulsa
solarisasi telah menghasilkan efek mematikan pada hama tular tanah, sehingga
menjadikan lingkungan yang kondusif untuk pemanfaatan sumber daya
pertumbuhan (Ijoyah & Koutatouka, 2009).
Suhu dapat membahayakan perkembangan embrio yang merupakan faktor
penting dalam ekologi dan distribusi nematoda. Suhu ini bisa menjadi faktor
penting dalam keseluruhan pergerakan nematoda dan kemampuannya untuk
memperluas jangkauan distribusinya (Sikora & Fernández, 2005). Suhu
mempengaruhi aktivitas biologis nematoda, seperti penetasan telur, mobilitas,
invasi, dan pertumbuhan. Tingkat aktivitas nematoda bervariasi sesuai dengan
suhu lingkungan dan mampu tetap aktif antara 5ºC–40ºC. Aktivitas cenderung
meningkat pada suhu 25ºC, turun pada 30ºC, dan menjadi tidak aktif pada suhu
40ºC (Mulyadi, 2009). Secara umum, nematoda parasit tanaman tidak aktif pada
suhu di bawah 15ºC dan suhu di atas 30ºC, sedangkan suhu optimum adalah 25–
28ºC untuk perbanyakan dan peningkatan angka puru (Cook & Noel, 2002). Hasil
penelitian Glazer & Salame (2000) membuktikan nematoda entomopatogen dapat
bertahan pada suhu hingga 450C. Kematian EPN lengkap terjadi setelah sembilan
minggu pada suhu 30 °C, dan setelah 18 minggu pada suhu 15 °C dan 25 °C
(Aryal, 2022).
Kira-kira 14 jam pada suhu lebih dari 42°C sudah cukup untuk membunuh
semua nematoda puru akar, tetapi pada suhu sublethal (40°C hingga 42°C)
setidaknya diperlukan 46 jam untuk membunuh mereka

9
semua (Wang & McSorley, 2008 cit. Wang & Sipes, 2009). Pada suhu 42°C
dapat mematikan bagi nematoda reniform (Wang & Sipes, 2009). Perawatan
solarisasi yang dilakukan selama musim panas (Mei–Juli) di Stasiun Eksperimen
Whitmore di O'ahu mempertahankan suhu di atas 42°C di 5 cm teratas tanah
selama 174 jam. Sayangnya, lapisan tanah yang lebih dari 15 cm (lebih dalam)
tidak dapat mencapai suhu yang cukup tinggi untuk membunuh nematoda parasit
tanaman (Wang & Sipes, 2009). Pengendalian dengan solarisasi paling besar
dilakukan pada 12 inci (30 cm) bagian atas tanah. Nematoda yang lebih dalam di
profil tanah dapat bertahan dari solarisasi dan merusak tanaman dengan sistem
perakaran yang dalam. Pengendalian nematoda parasit tanaman dengan solarisasi
biasanya cukup untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman berakar dangkal dan
musim pendek. Solarisasi juga bermanfaat untuk sistem kontrol nematoda yang
terintegrasi. Misalnya, kontrol yang sangat baik terhadap nematoda simpul akar
(Meloidogyne incognita) diperoleh di Lembah San Joaquin dengan
menggabungkan solarisasi dengan aplikasi pupuk kandang ayam kompos (Gamliel
& Stapleton 1993 cit. Elmore et al., 1997).
Dalam penelitian Zhang et al. (2021), cover crop berkurang pada
ketinggian yang lebih tinggi, menghasilkan suhu permukaan tanah yang lebih
tinggi karena langsung mendapatkan cahaya sinar matahari, sehingga
menyebabkan nutrisi yang lebih tinggi untuk ketersediaan (NH4+-N dan NO3
- -N) dan nutrisi yang larut dalam air. Namun, kelimpahan relatif semua nematoda
menurun kecuali nematoda parasit. Nematoda cenderung berpindah ke lapisan
tanah yang lebih dalam untuk menghindari permukaan yang relatif lebih panas.

E. Hipotesis
Durasi solarisasi berpengaruh signifikan terhadap kelimpahan dan diversitas
nematoda serta terhadap produksi bawang merah dan cabai.

10
III. METODE PENELITIAN

A. Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada bulan Desember hingga Maret 2022 di Desa
Gotakan, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo, DIY. Pengamatan genus,
keanekaragaman, dan kelimpahan nematoda dilakukan di Laboratorium
Nematologi, Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,
Universitas Gadjah Mada.

B. Bahan dan Alat


Alat yang digunakan sekop kecil, kantung plastik, spidol, tali, alat
ekstrasksi-isolasi (screen nilon, nampan dasar dan nampan penyangga (dasar
nampan berlubang) ), mikroskop, counter dish, gelas benda, lampu bunsen, gelas
ukur, pipet, pancing nematoda, korek api, kaca objek, kamera, dan laptop. Bahan
yang digunakan pada penelitian ini yaitu sampel tanah, plastik transparan, benih
bawang merah, benih cabai merah, tisu, air, FAA.

C. Rancangan percobaan
Rancangan acak kelompok lengkap (RAKL) digunakan sebagai metode
penelitian Data dianalisis keragamannya menggunakan Sidik Ragam atau
Analysis of Variance (ANOVA) pada taraf α = 5%. Apabila ada pengaruh nyata
perlakuan terhadap parameter yang diamati maka dilanjutkan menggunakan Uji
Jarak Berganda Duncan (DMRT) pada taraf 5%. Setiap perlakuan diulang
sebanyak lima kali. Notasi untuk setiap perlakuan diberikan sebagai C untuk
kontrol tanpa solarisasi dan A untuk perlakuan durasi solarisasi 14 hari dan B
untuk perlakuan durasi solarisasi 30 hari, sedangkan tata letak plot (1,2 x 4 m2)
dilakukan secara acak di lapangan.

11
D. Bagan alir penelitian
Pengolahan Tanah & Pembentukan
Pengambilan

Setiap perlakuan diambil 5 Sampel dimasukkan ke dalam plastik


titik sampel secara acak untuk dilakukan analisis laboratorium

Bedengan di siram Bedengan ditutup dengan Pengamatan Suhu, pH dan


dengan air plastic polietilen bening kelembaban diamati setiap hari pada
pukul 14.00 WIB

Pada
Hari Perlakuan
ke-30 mulsa Pengambilan Bedengan
Pengambilan

Pengambilan sampel tanah


ketiga pada waktu sebelum Pada saat bawang merah
tanam umur 30 HST, dilakukan
penanaman tumpangsari
Cabai

Pengambilan sampel hasil Pengambilan sampel tanah ke


produksi bawang merah empat pada waktu panen
bawang merah

Ekstraksi dan data


Analisis Dikelimpahan
inkubasi dan

12
E. Prosedur Penelitian
1. Pengolahan tanah
Tanah dibuat bedengan berukuran 1,2 m x 4 m, tinggi kurang lebih 20 cm.
Jarak antar bedengan 50 cm, sekaligus dijadikan parit sedalam 50 cm. Penyiapan
lahan dilakukan dengan mengolah tanah denga mencangkul bedengan sedalam 20
cm serta menggemburkan tanahnya. Kemudian membentuk permukaan atau
bagian atas bedengan rata, tidak melengkung. Kemudian bedengan disiram
sebelum ditutup dengan mulsa.

2. Solarisasi Tanah
Solarisasi dilakukan melalui tanah bedengan yang digemburkan, di airi, dan
ditutup dengan plastik polietilen transparan. Plastik transparan dipasang dengan
menutupi seluruh petak tanah sebagai unit percobaan. Durasi waktu solarisasi
tanah adalah 14 hari, 30 hari dan tanpa perlakuan solarisasi sebagai kontrol.
Durasi penutupan disesuaikan dengan durasi perawatan solarisasi. Setelah
pengambilan sampel selesai dilakukan kemudian bedengan disiram dengan air
sebelum ditutup dengan mulsa/plastic bening. Pengambilan sample tanah
dilakukan sebelum perlakuan solarisasi, kemudian pada hari ke 14 mulsa dibuka
dan dilakukan pembalikan tanah dan dilakukan pengambilan sampel kedua serta
pengambilan sampel berikutnya pada hari ke 30 (sebelum tanam).

3. Pengamatan
a. Suhu, Kelembaban dan pH.
Suhu, kelembaban, dan pH diukur setelah tanah ditutup dengan mulsa.
Parameter tersebut diukur dengan alat survey tanah (Mediatech Soil Survey
Instrument Digital 5 in 1 Backlight) dengan cara ditancapkan pada tanah yang
telah diberi perlakuan selama 20 detik. Alat tersebut pertama- tama diperbaiki dan
kemudian ditancapkan ke tanah secara vertical kurang lebih 5 cm; karenanya,
suhu, kelembaban, dan pH akan muncul.

13
b. Populasi Nematoda
Pengamatan populasi nematoda meliputi :
(1) Sampling Tanah
Pengambilan sampel dilakukan dengan pola zigzag dengan mengambil
sampel inti tanah dengan menggunakan sekop kecil sedalam kurang lebih 20 cm
dari permukaan kemudian dicampur secara merata. Tanah diambil dari lahan
setiap perlakuan sebanyak kurang lebih 500 gram dengan 5 titik yang berbeda.
Sampel tanah kemudian dimasukkan kedalam plastik bening berlabel dengan
ukuran 20 x 34 cm2, kemudian dibawa ke laboratorium nematoda untuk dilakukan
ekstraksi. Setelah pengambilan sampel selesai dilakukan kemudian bedengan
disiram dengan air sebelum ditutup dengan mulsa/plastic bening sesuai dengan
durasi solarisasi.

(2) Ekstraksi dan Isolasi Nematoda


Isolasi dan ekstraksi nematoda dari sampel tanah dilakukan dengan
menggunakan modifikasi metode Whitehead Tray (Bezooijen, 2006). Nampan
disiapkan kemudian screen nilon dipasang di atas baki filter dan diatasnya
diletakkan kertas saring (tissue tanpa parfum) hingga permukaan nampan
penyangga tertutup. Selanjutnya tanah dari lapangan (100 g) diletakkan di atas
baki filter dan diratakan. Kemudian di rendam dengan air hingga menyentuh
permukaan kertas saring. Tanah yang telah terendam air dibiarkan selama 24 jam
pada suhu ruang. Selanjutnya air rendaman hasil isolasi nematoda dibuat suspensi
dan diendapkan selama 15 menit. Hasil suspensi diendapkan dalam air yang berisi
nematoda dengan volume yang dikurangi secara bertahap hingga suspensi
mencapai 50 ml.

(3) Identifikasi Nematoda


Nematoda tanah diklasifikasikan menurut kebiasaan makannya pada tingkat
genus (Yeates et al., 1993 cit. Zhang et al., 2021). Sebanyak 5 mL suspensi
diambil dan dipindahkan ke counting dish. Pengamatan dilakukan sebanyak tiga
kali. Kelimpahan populasi nematoda dihitung dengan mengalikan rata-rata
jumlah nematoda dari 5 mL dalam 50 mL populasi nematoda (Rahman et al.,
2014). Setiap genus nematoda dipindahkan dari counting dish ke kaca preparate

14
menggunakan pengait nematoda di bawah mikroskop. Nematoda yang berhasil
dipindahkan ke kaca preparate kemudian dipanaskan dengan Bunsen dan ditetesi
FAA agar tidak mudah mengering, kemudian ditutup menggunakan cover glass.
Nematoda diamati di bawah mikroskop (Olympus CX-22). Keanekaragaman dan
kelimpahan nematoda dihitung dengan cara pengambilan suspense nematoda
sebanyak 5 mL yang dituangkan di counter dish kemudian diamati dibawah
mikroskop dan setiap perlakuan diulang sebanyak tiga kali. Identifikasi nematoda
sampai tingkat genus dilakukan berdasarkan ciri morfologi yang mengacu pada
Kunci Genera Nematoda Parasit Tumbuhan (Mai dan Peter, 1996), pendekatan
pustaka buku A Guide to The plant and Soil Nematodes of South Africa Juan
Heynes, 1971, buku Plant Parasitic Nematode in Subtropical and Tropical
Agriculture (Luc et al.2005, serta jurnal penelitian terbaru. Genera nematoda
dikelompokkan ke dalam kelompok trofik yang terdiri dari pemakan tumbuhan
(PF), pemakanjamur atau hifa (FF), pemakan bakteri (BF), predator (AF), dan
omnivora (Om).

F. Analisis Data
1. Kelimpahan Nematoda
Perhitungan kelimpahan populasi nematoda pada durasi solarisasi 14 hari,
30 hari dan tanpa solarisasi dilakukan dengan menggunakan rumus berikut (Rosya
& Winarto 2013):
Kelimpahan populasi nematoda (K)
jumlah individu dari setiap genus
(K) = jumlah volume unit sampel x volume total suspense

15
2. Analisis keanekaragaman genus nematoda berdasarkan durasi
solarisasi
Keanekaragaman nematoda bawang merah pada berdasarkan durasi
solarisasi dianalisis menggunakan indeks keanekaragaman Shannon (Ifo et al.,
2016), dijelaskan pada Persamaan (1).
H’ = - ∑〖Pi ln Pi〗 (1)
Di mana;
H’ = indeks keragaman Shanon; Pi
= Indeks kelimpahan; Tercatat:
Pi=ni/N,
ni = jumlah individu tiap genus nematoda; N
= jumlah total semua genera nematoda.
Keanekaragaman nematoda dihitung dengan Indeks dominansi Simpson (D)
untuk mengetahui dominasi jenis nematoda.
D =  (ni/N)2
Keterangan:
D = Indeks Dominansi Simpson
Ni= Jumlah Individu tiap genus
N = Jumlah Individu seluruh genus
Indeks dominansi berkisar antara 0 sampai 1, dimana semakin kecil nilai
indeks dominansi menunjukan bahwa tidak ada genus yang mendominasi,
sebaliknya semakin besar dominansi maka menunjukkan ada genus tertentu yang
mendominasi (Odum, 1993 cit. Sirait et al., 2018).

3. Hubungan antara pengaruh solarisasi dan kelimpahan nematoda


Hubungan antara faktor durasi solarisasi seperti suhu, pH, dan kelembaban
dengan kelimpahan dan diversitas nematoda dianalisis menggunakan analisis
multiregresi linier (Y= a + bX1 + cX2) melalui program Ms. Excel.

16
4. Faktor produksi bawang merah dan cabai
Analisis faktor produksi bawang merah yang diamati adalah panjang
tanaman sampel (cm), jumlah anakan per rumpun tanaman, bobot basah umbi p
(g), dan bobot kering umbi (g). Analisis tanaman cabai dilakukan dengan
mengukur tinggi tanaman (cm) .

17
IV. JADWAL PENELITIAN

18
DAFTAR PUSTAKA
Aryal, S., Nielsen, U.N., Sumaya, N.H. et al. 2022. Effect of temperature on
survival of Australian entomopathogenic nematodes and their virulence against
the Queensland fruit fly, Bactrocera tryoni. BioControl 67, 617– 628.
https://doi.org/10.1007/s10526-022-10166-2
Badan Pusat Statistik.2021. Produksi Tanaman Sayuran 2021. Retrieved from
Badan Pusat Statistik: https://www.bps.go.id/indicator/55/61/1/ produksi-
tanaman-sayuran.html
Bakr, Ramadan & Mahdy, Marwa & Mousa, M.. 2013. Efficacy of soil
solarization and post-planting mulch on root-knot nematodes control. 31. 71-
76.
Bezooijen, J. 2006. Methods & techniques for nematology. Nematologia.
Wageningen. Netherland.
Calanska, A., G. Labanowski & D. Sas. 2016. Root lesio nematodes
(Pratylenchus spp.) in ornamental plant nurseries-influenceof soil texture,
acidity, salinity, and organic matter content. Commun. Biometry Crop. Sci.,
11(2):98−104.
Candido V, d’Addabbo T, Basile M, Castronuovo D, Miccolis V. 2008.
Greenhouse soil solarization: effect on weeds. nematodes. and yield of tomato
and melon. J Agro Sustain Dev 28 (2): 221-230. DOI: 10.1051/agro: 2007053.
Candido V, D’Addabbo T, Miccolis V, Castronuovo D. 2011. Weed control and
yield response of soil solarization with different plastic films in lettuce. J Sci
Hortic 130 (3): 4 91-497. DOI: 10.1016/j.scienta.2011.08.002
Castellanos, J.Z., Cano-Rios, P., Gracia-Carrillo, E.M., OlaldePortugal, V.,
Preciado-Rangel, P., Rios-Plaza, J.L. & Gracia-Hernandez, L. (2017). Hot
papper (Capsicum annum L.) growth, fruit yield and quality using organic
sources of nutrients. Journal Taylor and Francis Crop. 25(S1): 70-77.
Elmore, Clyde & Stapleton, James & Bell, Carl & DeVay, James. (1997). Soil
Solarization: A Non-pesticidal Method for Controlling Diseases, Nematodes,
and Weeds
Firdaus, M.J., Aini, L.Q., Yamika, W.S.D., Aini, N. 2020 . The Effect Of Plant
Spacing and Planting Model on Multiple Cropping of Red Chili (Capsicum
annuum L.) and Shallot (Allium ascalonicum L.) under Saline Soil
Conditions. Indian Journal of Agriculture Research (54) 3:349-354.
Firmansyah, A & Bhermana, A. 2019. ’The growth, production, and quality of
shallot at inland quartz sands (Quarzipsamments) in the off season. Ilmu
Pertanian (Agricultural Science), vol. 4, no. 3, p. 110-116.
Getahun, D., Getaneh, M. and Habte, B. (2018). Companion crops for
intercropping with onion production in the dry season at Fogera District of
South Gondar Zone in Ethiopia. International Journal of Research Studies in
Agricultural Sciences. 4: 17-24.
Glazer I, Salame L. 2000. Osmotic survival of the entomopathogenic nematode
Steinernema carpocapsae. Biol Cont 18 (3): 251-257. DOI:
10.1006/bcon.2000.0814.

19
Grabau Z.J., & Chen. 2016. Influence of long-term corn–soybean crop sequences
on soil ecology as indicated by the nematode community. Soil Ecology., 100,
pp. 172-185
Guerena, Martin.2006. Nematodes: Alternative Controls. A Publication of
ATTRA - National Sustainable Agriculture Information Service.
Hafez, S.L. & Palanisamy, S. 2016. Nematodes associated with onion in Idaho
and eastern Oregon. University of Idaho Extension Bulletin 909, 1- 8.
Hoar B.M., Ruckstuhl K., Kutz S. Development and availability of the free- living
stages of Ostertagia gruehneri, an abomasal parasite of barrenground caribou
(Rangifer tarandus groenlandicus), on the Canadian tundra. Parasitology.
2012;139:1093–1100.
Ifo S.A., J.M. Moutsambote, F. Koubouana, J. Yoka, S.F. Ndzai, L.N.O.B.
Kadilamio, H. Mampouya, C. Jourdain, Y. Bocko, A.B. Mantota, M. Mbemba,
D.M. Sokath, R. Odende, L.R. Mondzali, Y.E.M. Wenina, B.C. Ouissika and
L.J. Joel. 2016. Tree species diversity, richness, and similarity in intact and
degraded forest in the tropical rainforest of the Congo basin: case of the forest
of Likouala in the Republic of Congo. Int. J. For. Res., 2:1–12.
https://doi.org/10.1155/2016/7593681
Ifo S.A., J.M. Moutsambote, F. Koubouana, J. Yoka, S.F. Ndzai, L.N.O.B.
Kadilamio, H. Mampouya, C. Jourdain, Y. Bocko, A.B. Mantota, M. Mbemba,
D.M. Sokath, R. Odende, L.R. Mondzali, Y.E.M. Wenina, B.C. Ouissika and
L.J. Joel. 2016. Tree species diversity, richness, and similarity in intact and
degraded forest in the tropical rainforest of the Congo basin: case of the forest
of Likouala in the Republic of Congo. Int. J. For. Res., 2:1–12.
https://doi.org/10.1155/2016/7593681
Ijoyah, M & Koutatouka, M. 2009. Effect of soil solarization using plastic mulch
in controlling root-knot nematode (Meloidogyne spp.) infestation and yield of
lettuce at Anse Boileau, Seychelles. African Journal of Biotechnology. 8.
Kanaan, H. Frenk, S., Raviv, M., Medina, S., Minz,D. 2018. Long and Short Term
Effect of Solarization On Soil Microbiome And Agricultural Production. Soil
Ecology. 124:54-61.
Kaya HK, Stock SP. 1997. Techniques in insect nematology. In: L. A. Lacey (eds)
Manual of Techniques in Insect Pathology. Academic Press. London, UK.
Keçici, A.˙I.; Bozbu ˘ga, R.; Öcal, A.; Yüksel, E.; Özer, G.; Yildiz, ¸S.; Lahlali,
R.; Slaats, B.; Dababat, A.A.; ˙Imren, M. 2022 . Diversity and Identification of
Plant-Parasitic Nematodes in Wheat-Growing Ecosystems. Microorganisms.
10: 1534.
Krebs CJ. 1989. Ecological Methodology. Second Edition. An Imprint of
Addition Wesley Longmen, New York.
Mutalaliah, Indarti, S., & Putra, N.S. 2018. Short Comunication: Abundance and
Diversity of Plant Parasitic Nematode Associated with BP 308 and BP 42
Clones of Robusta Coffee in Java, Indonesia. Biodiversitas, 19(1), 67–70.
http://doi.org/10.13057/biodiv/d190111

20
Nico, A.I., Jiménez-Díaz, R.M., & Castillo, P. 2003. Solarization of soil in piles
for the control of Meloidogyne incognita in olive nurseries in southern Spain.
Plant Pathology, 52, 770-778.
Nielsen, U.N, Ayres, E., Wall, D.H., Li, G., Bardgett, R.D., Wu, T., Garey,
J.R. 2014. Global-scale patterns of assemblage structure of soil nematodes in
relation to climate and ecosystem properties. Global Ecol. Biogeog., 23(9): 968
– 978. DOI: 10.1111/ geb.12177
Olson, Jennifer. 2021. Soil Solarization for Control of Soilborne Diseases.
Oklahoma Cooperative Service :7640.
Pedroche, N.B., Villaneuva, L.M. & De Waele, D. 2013. Plant-parasitic
nematodes associated with semi-temperate vegetables in the highlands of
Benguet Province, Philippines. Archives of Phytopathology and Plant
Protection 46, 278- 294. DOI: 10.1080/03235408.2012.739928
Prabowo, Heri. 2012. Jenis Nematoda Yang Ditemukan Pada Tanaman Bawang
Merah (Allium ascalonicum) dan Rhizosfer Sekitarnya Di area Persawahan
Niten, Bantul, Yogyakarta. Agrovigor. Vol. 5 No. 2.
Purwaningsih, Heni & Wiranti, Endang & Kristamtini, NFN & Indrasari, Siti.
2021. Produksi, Karakteristik Fisik, dan Organoleptik Varietas Unggul Spesifik
Lokasi “Srikayang” Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Hortikultura. 30. 153.
10.21082/jhort.v30n2.2020.p153-158.
Rahman, S.A., S.N.M. Zain, M.Z.B. Mat, A.K. Sidam, R.Y. Othman and Z.
Mohamed. 2014. Population distribution of plant parasitic nematodes of
banana in Peninsular Malaysia. Sains Malaysiana, 43(2):175–183
Rahmawati, Annisa .2021. Varietas Bawang Merah Unggul Spesifik dari Daerah
Isrimewa Yogyakarta. Kementrian Pertanian Direktorat Jenderal Hortikultura.
Jakarta Selatan.
Reno. M, E. Gmryová, A. Erevková. 2020. The effect of soil type and ecosystems
on the soil nematode and microbial communities. Helminthologia, 57 (2) pp.
129-144
Rosya, Amallia & Winarto, Winarto. 2013. Keragaman Komunitas Fitonematoda
pada Sayuran Lahan Monokultur dan Polikultur di Sumatera Barat. Jurnal
Fitopatologi Indonesia. 9. 71-76. 10.14692/jfi.9.3.71.
Sirait, Marlenny & Rahmatia, Firsty & Pattulloh, P. 2018. Komparasi Indeks
Keanekaragaman Dan Indeks Dominansi Fitoplankton Di Sungai Ciliwung
Jakarta (Comparison Of Diversity Index And Dominant Index of
Phytoplankton At Ciliwung River Jakarta). Jurnal Kelautan: Indonesian Journal
of Marine Science and Technology. 11. 75. 10.21107/jk.v11i1.3338.
Soomro,M.H., Iqbal, E., Kazi, F. 2022. Textbook of Plant Nematology. Pakistan
Society of Nematologists, National Nematological Research Centre, University
of Karachi, Karachi-75270, Pakistan. pp330.
Wang, K., & Sipes, B.S. 2009. Solarization and Cover Cropping as Alternatives
to Soil Fumigants for Nematode Management in Hawai ‘ i ’ s Pineapple Fields.
College of Tropical Agriculture and Human Resources University of Hawai.

21
Wulandari, A.S. & Indarti, S. 2020. Distribution and Abundance of a New Pest
“Root and Bulb Parasitic Nematode” at Different Altitude Levels and Soil
Abiotic Factors in Garlic Growing Centres in Central Java. Key Engineering
Materials, 840,124130.https://doi.org/10.4028/www. scientific.
net/KEM.840.124
Yavuzaslanoğlu, Elif & Ateş Sönmezoğlu, Özlem & Genç, Nimet & Akar, Z.
M. & Ocal, Atilla & Karaca, Mehmet & Elekcioğlu, Halil & Özsoy, Volkan
Soner & Aydogdu, Metin. 2019. Occurrence and abundance of nematodes on
onion in Turkey and their relationship with soil physicochemical properties.
Nematology. 21. 1063–1079. 10.1163/15685411-00003275
Zhang Y., Ji Li, & Yang L. 2021. Abundance and diversity of soil nematode
community at different altitudes in cold-temperate montane forests in northeast
China.Global Ecology and Conservation.Volume 29.
Zhang, Min & Zhang, Xiaoke & Liang, W.-J. 2012. Soil Nematode Abundance
and Diversity in Different Forest Types at Changbai Mountain, China.
Zoological Studies. 51. 619-626.

22

Anda mungkin juga menyukai