TINJAUAN TEORETIS
Berdasarkan gambar 2.1 batang tanaman berbentuk segi empat atau segi
lima, tergantung pada varietasnya. Batang tanaman berbuku-buku, berongga,
dan tidak berkayu, namun agak keras bila dipijat. Diameter batang kecil
dengan tinggi dapat mencapai 50-120 cm, tumbuh menjalar. Warna batang
hijau kemerah-merahan atau hijau keungu-unguan. Batang tanaman berfungsi
sebagai jalan zat-zat hara dari tanah ke daun dan untuk menyalurkan hasil
fotosintesis dari daun ke bagian tanaman yang lain (Rukmana, 2001).
b) Bunganya berwarna kuning keputihan atau ungu, tumbuh di ketiak daun
teratas, dan berjenis kelamin dua. Benang sarinya berwarna kekuning-
kuningan dan melingkari tangkai putik. Putik ini biasanya lebih cepat masak.
5. Granola
Umur panen : Sedang (100-120 hari)
Daya hasil : Tinggi
Kandungan pati : Tinggi
Umbi : Oval, besar, mata agak dalam, kulit kuning kotor,
daging umbi kuning
Batang : Tegap, kekar, daun konopi tumbuh sedang
Resistensi : Tahan terhadap Phytophtora infestans dan virus Y
6. Cipanas
Umur panen : Genjah (100-120 hari)
Daya hasil : Tinggi
Kandungan pati : Sedang
Umbi : Oval, besar, kulit merah, daging kuning, dan mata
dangkal
Batang : Agak tegap, kekar, dan daun konopi tumbuh sedang
Resistensi : Agak tahan terhadap Phytophtora infestans dan agak
tahan terhadap layu bakteri
Varietas kentang yang digunakan dalam penelitian ini adalah granola.
Jenis Granola merupakan varietas unggul karena tahan terhadap penyakit kentang
umumya, misalnya bila daya serang penyakit terhadap varietas kentang lain bisa
30%, tetapi granola hanya 10% (Setiadi & Nurulhuda, 2003).
Menurut (Zulkarnain, 2013) Deskripsi Kentang Varietas Granola, yaitu:
Golongan varietas : Seleksi tipe simpang dari Granola
Umur tanaman : 130-135 hari setelah tanam
Warna batang : Hijau
Bentuk penampang batang : Segi lima
Bentuk daun : Oval
Ujung daun : Runcing
Tepi daun : Bergerigi
Permukaan daun : Berkerut
Warna daun : Hijau
Ukuran daun : Panjang ±9,2 cm; lebar ±5,9 cm
Panjang tangkai daun : 6,3-7,8 cm
Bentuk bunga : Bulat bergelombang
Warna putik : Putih
Warna benangsari : Kuning
Bentuk umbi : Bulat lonjong
Ukuran umbi : Tinggi ±6,64 cm; diameter ±4,12 cm
Berat per umbi : ±127,28 g
Warna kulit umbi : Kuning keputihan
Warna daging umbi : Kuning
2.1.3.4 Media MS
Dalam teknik kultur in vitro di perlukan adanya media sebagai salah satu
faktor keberhasilan kultur in vitro. Menurut Yuwono (2016) “medium yang
digunakan untuk kultur in vitro tanaman dapat berupa medium padat atau cair,
yang mengandung lima komponen utama, yaitu: senyawa anorganik, sumber
karbon, vitamin, zat pengatur tumbuh dan suplemen organik”.
Media MS (Murashige and Skoog) adalah medium padat yang biasanya
digunakan untuk menghasilkan kalus yang selanjutnya di induksi membentuk
tanaman yang lengkap (planlet) (Setiawati et al, 2018). Media MS merupakan
media yang sangat luas pemakaiannya karena mengandung unsur hara makro dan
mikro yang lengkap sehingga dapat digunakan untuk berbagai spesies tanaman.
Komposisi untuk membuat media MS adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1 Komposisi medium Murashige and Skoog
Komponen Komposisi
Makronutrien
NH4NO3 1.650 mg
KNO3 1.900 mg
CaCl2. 2H2O 332,2 mg
MgSO4. 7H2O 370 mg
KH2PO4 170 mg
Mikronutrien
KI 0,83 mg
H3BO3 6,2 mg
MnSO4. H2O 16,9 mg
ZnSO4. 7H2O 8,6 mg
Na2MoO4. 2H2O 0,25 mg
CuSO4. 5H2O 0,025 mg
CoCl2. 6H2O 0,025 mg
Na2EDTA 37,3 mg
FeSO4. 7H2O 27,8 mg
Vitamin dan Asam Amino
Thiamin HCL 0,1 mg
Asam nikotinic 0,5 mg
Pyridoxin HCL 0,5 mg
Glycine 2,0 mg
Myo-inositol 100 mg
Sukrosa 20 gr/l
Agar 8 gr/l
Sumber: Zulkarnain (2009)
2.1.3.5 Kepentingan Kultur In Vitro Untuk Pendidikan
Mengembangkan teknik kultur in vitro tanaman pada proses kegiatan
belajar mengajar selaras dengan kompetensi dasar kelas XII yaitu KD. 3.1
(Menjelaskan pengaruh faktor internal dan faktor eksternal terhadap pertumbuhan
dan perkembangan makhluk hidup) dan KD. 4.1 (Menyusun laporan hasil
percobaan tentang pengaruh faktor eksternal terhadap proses pertumbuhan dan
perkembangan tanaman). Sehingga peserta didik dapat menjelaskan faktor yang
berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangkan kultur in vitro seperti
media tanam, zat pengatur tumbuh, suhu, eksplan, sterilisasi dan peserta didik
juga dapat meyusun laporan hasil percobaan tentang pengaruh faktor eksternal
terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Menurut Zulkarnain (2009) teknik kultur jaringan bermanfaat dalam
beberapa hal, yaitu: dapat mengaplikasikan perbanyakan massal dari tanaman
yang sifat genetiknya identik satu sama lain, stok tanaman mikro, lingkungan
terkendali, pelestarian plasma nutfah, produksi tanaman sepanjang tahun,
memperbanyak tanaman yang sulit diperbanyak secara vegetatif konvensional.
Oleh karena itu, setelah mempelajari teknik kultur in vitro peserta didik dapat
menganalisis prinsip-prinsip Bioteknologi khususnnya tentang kultur jaringan lalu
disajikan dalam bentuk laporan hasil percobaan sehingga mencapai kompetensi
dasar kelas XII yaitu KD. 3.10 (Menganalisis prinsip-prinsip Bioteknologi dan
penerapannya sebagai upaya peningkatan kesejahteraan manusia) dan KD. 4.10
(Menyajikan laporan hasil percobaan penerapan prinsip-prinsip Bioteknologi
berdasarkan scientific method).
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari, et al (2018)
tentang pengujian eksplan kentang dengan penggunaan konsentrasi BAP yang
berbeda. Dari penelitian tersebut menyimpulkan bahwa konsentrasi BAP 1 mg L-1
merupakan perlakuan yang lebih baik terhadap pertumbuhan tunas meriklon
kentang secara in vitro dalam menghasilkan jumlah tunas, cabang, daun dan buku
pada ekplan meristem interkalar.
Selain itu, berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari, et al
(n.d.) tentang induksi tunas kentang menggunakan BAP. Dari penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa BAP pada konsentrasi 0,5 mg L-1 berpengaruh terhadap
pembentukan tunas tanaman kentang sehingga konsentrasi tersebut tunas dapat
bermultifikasi dengan baik. Sedangkan Pada parameter jumlah daun, tinggi tunas,
jumlah akar dan panjang akar, berat planlet yang tertinggi yaitu konsentrasi BAP
1 mg L-1.