Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

SKRINING PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL DAN SKRINING


KANKER SERVIKS DENGAN IVA TEST

Dosen Mata Kuliah : Sukmawati, SST.,M.Keb

Disusun Oleh

Kelompok 2

Dhelvy Nurpratiwi (PFB22002)

Koleng Nursifa (PFB22013)

Retno Martianingsih (PFB22024)

Salsa Bila Almayanti Hamsah (PFB22035)

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
PELITA IBU KENDARI
TAHUN 2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya kepada kami selaku penulis makalah sehingga dapat menyelesaikan tugas
makalah kami dengan judul ”Skrining Penyimpangan Perilaku Seksual dan Skrining
Kanker Serviks dengan IVA test”. Dan tak lupa pula kami selaku penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu.

Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat bagi pembaca sehingga
dapat membantu menunjangnya proses belajar para pembaca dan menjadi referensi bagi
pembaca.

Kami sadar bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari
kesempurnaan,untuk itu kami selaku penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun sehingga tercipta pendidikan yang sempurna.

Kendari, Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….iii
DAFTARGAMBAR ………………………………………………………………iv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………….............................................................1
B. Rumusan Masalah……………………………………………………….…...2
C. Tujuan…………………………………..........................................................2
D. Manfaat……………………………………………........................................2
BAB II. PEMBAHASAN
A. PERILAKU PENYIMPANGAN SEKSUAL…………………………….…...3
1. Definisi Penyimpangan seksual..........................................................................3
2. Bentuk-Bentuk Penyimpangan Seksual ...............................................3
3. Faktor Penyebab Penyimpangan Seksual…………………………..…9
4. Dampak Perilaku Penyimpangan Seksual……………………….........9
5. Usaha-usaha pencegahan.............................................................10
B. KANKER SERVIKS ……………………………………………………...12
1. Pengertian Kanker Serviks..............................................................................12
2. Klasifikasi Kanker Serviks ………………………………..........................12
3. Gejala Klinis Kanker Serviks.........................................................................13
4. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks...................................14
5. Epidemiologi Kanker Serviks …………………………………………….16
6. Patologi Kanker Serviks ………………………………………………….16
7. Penyebaran Kanker Serviks ………………………………………………17
8. Diagnosa Kanker Serviks …………………………………………………18
9. Pengobatan Kanker serviks ……………………………………………….20
10. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks..............................................22
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan…………..……………………………….…………..………..25
B. Saran………………..………………………………...................................25
DAFTAR PUSTAKA

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Klasifikasi Kanker Serviks ………….…………………………..13

Gambar 2 Virus HPV ……………………………………………………….14

Gambar 3 Lokasi Kanker Serviks …………………………….…………….16

Gambar 4 Perbandingan Gambaran Serviks yang Normal dan

Abnormal ……………………………………………………….17

Gambar 5 Pemeriksaan Pap Smear …………………………………………19

Gambar 5a Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher

Rahim …………………………………………………………19

Gambar 6 Colposcopy untuk Mengambil Jaringan yang abnormal ………..19

Gambar 7 Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim) ……………………20

Gambar 8 Kategori Portio pada Pemeriksaan IVA test …………………...,,22

iv
1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia itu diciptakan Tuhan sebagai makhkluk sempurna, sehingga mampu mencintai
dirinya (autoerotik), mencintai orang lain beda jenis (heteroseksual) namun juga yang sejenis
(homoseksual) bahkan dapat jatuh cinta makhluk lain ataupun benda, sehingga kemungkinan
terjadi perilaku menyimpang dalam perilaku seksual amat banyak.
Manusia tidak selamanya lurus dan normal, karena pasti ada saja yang memiliki
kecenderungan tidak normal/tidak wajar dalam menjalani hidup di dunia. Salah satu
ketidakwajaran manusia dapat dilihat dari perilaku seksual menyimpang yang ada pada
dirinya. Kelainan seks terjadi pada batin atau kejiwaan seseorang walaupuan dari segi fisik
penderita penyakit seks batin tersebut sama dengan orang-orang normal yang lain.
Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan di kalangan
wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal
sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang perlahan-
lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila
program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap
tahun dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia dan umumnya terjadi di
negara berkembang.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker
payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di negara
berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama kematian
wanita dan kasusnya turun secara drastik semenjak diperkenalkannya teknik skrining pap
smear oleh Papanikolau. Namun, sayang hingga kini program skrining belum lagi
memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker
serviks masih tetap tinggi.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang
menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi
progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu
1
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi
karsinoma in -situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi
karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in -situ menjadi
karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya seperti
deteksi dini kanker leher rahim pada perempuan usia 30 sampai 50 tahun dengan
menggunakan metode Inspeksi Visual dengan Asam Asetat (IVA) untuk leher rahim.

B. Rumusan Masalah
1. Skrining penyimpangan perilaku seksual ?
2. Skrining kanker serviks dengan IVA test ?

C. Tujuan
Penulisan makalah ini betujuan untuk memberikan pengetahuan tentang Skrining
penyimpangan perilaku seksual dan skrining kanker serviks dengan IVA test sehingga
meningkatkan pengetahuan untuk mahasiswa.

D. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah agar mahasiswa/i dapat memahami Skrining
penyimpangan perilaku seksual dan skrining kanker serviks dengan IVA test

2
3
BAB II
PEMBAHASAN

A. PERILAKU PENYIMPANGAN SEKSUAL

1. Definisi Penyimpangan Seksual

Dalam bahasa medis, penyimpangan seksual disebut parafilia. Asalnya dari bahasa
Yunani, para = samping, philia = cinta. Parafilia digunakan untuk menyebut sifat dan
perilaku serta ketertarikan seksual yang di luar kebiasaan serta di luar kewajaran.
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang
untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya,
cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan objek seks yang
tidak wajar. (Abdullah, 2008)
Yang dimaksud penyimpangan seksual adalah pemenuhan nafsu biologis
dengan cara dan bentuk yang menyimpang dari syariat, fitrah dan akal sehat. ( Farhan,
2002 ). Ketidakwajaran seksual mencakup perilaku -perilaku seksual atau fantasi-
fantasi seksual yang diarahkan pada pencapaian orgasme lewat relasi di luar
hubungan kelamin heteroseksual, dengan jenis kelamin yang sama, atau
dengan partner yang belum dewasa, dan bertentangan dengan norma-norma tingkah laku
seksual dalam masyarakat yang bisa diterima secara umum.
Penyebab penyimpangan seksual dapat menjadi salah satu faktornya adalah
penyalahgunaan obat dan alkohol. Obat-obatan tertentu memungkinkan seseorang yang
memiliki potensi perilaku seks menyimpang melepaskan fantasi tanpa hambatan kesadaran.
Kemudian, faktor lingkungan, keluarga, dan budaya di mana seorang anak dibesarkan ikut
memengaruhi perilaku seksnya. Anak yang orangtuanya sering mendapat hukuman fisik dan
mendapat kontak seksual yang agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara
seksual terhadap orang lain di saat dewasa.

2. Bentuk-Bentuk Perilaku Penyimpangan Seksual

Macam-macam jenis Parafilia yang paling umum yakni :


a. Homoseksual
Homoseksual merupakan kelainan mengacu pada interaksi seksual antara pribadi yang
berjenis kelamin sama secara situasional atau berkelanjutan. Istilah gay adalah suatu istilah

3
tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada pria homoseks. Sedangkan Lesbian adalah suatu
istilah tertentu yang digunakan untuk merujuk kepada wanita homoseks.
Faktor hormoal termasuk yang mempengaruhi seseorang berperilaku sebagai lesbian
maupun gay. Kondisi hormone ini tidak dapat dilihat dengan kasat mata, hanya kaum mereka
yang tahu dan dapat merasakannnya. Ada yang berpendapat bahwa homoseksual adalah suatu
pilihan hidup yang dibuat -buat sementara sebagian kalangan menganggap bahwa salah satu
penyebab seorang menjadi lesbian ataupun gay karena masalah psikis. Tapi kebanyakn faktor
lingkungan mempengaruhi seseorang untuk menjadi gay atau lesbian. (Hastaning, 2008).

b. Sadomasokisme
Sadomasokisme termasuk kelainan seksual. Dalam hal ini kepuasan seksual diperoleh
bila mereka melakukan hubungan seksual dengan terlebih dahulu menyakiti atau menyiksa
pasangannya maupun membiarkan dirinya disakiti pasangannya
Ada beberapa bagian dari penyimpangan sadomasokisme, diantaranya sebagai berikut

 Masokisme Seksual

Masokisme seksual (sexual masochism), berasal dari nama seorang Novelis Austria,
Leopold Ritter von Sacher- Masoch (1836-1895), yang menulis cerita dan novel tentang pria
yang mencari kepuasan seksual dari wanita yang memberikan rasa nyeri/sakit pada dirinya,
sering dalam bentuk flagellation (dipukul atau dicambuk). Masokisme seksual melibatkan
dorongan kuat yang terus menerus dan fantasi yang terkait dengan tindakan seksual yang
melibatkan perasaan dipermalukan, diikat, dicambuk, atau dibuat menderita dalam bentuk
lainnya.
Pada sejumlah kasus masokisme seksual, orang tersebut tidak dapat mencapai
kepuasan seksual jika tidak ada rasa sakit atau malu. Ekspresi masokisme yang paling
berbahaya adalah hipoksifilia (hypoxyphilia), dimana partisipan merasa terangsang secara
seksual dengan dikurangi konsumsi oksigennya, misalnya dengan menggunakan jerat, kantung
plastic, bahan kimia, atau tekanan pada dada saat melakukan aktivitas seksual, seperti
masturbasi. Pengurangan oksigen biasanya disertai dengan fantasi sesak napas atau dengan
dibuat sesak napas oleh pasangan. Orang yang melakukan aktivitas ini biasanya
menghentikannya sebelum mereka kehilangan kesadaran, tetapi terkadang kematian karena
kehabisan napas juga terjadi akibat salah perhitungan. (Blanchard & Hucker, 1991)

4
 Sadisme Seksual

Sadisme seksual (sexual sadism) dinamai berdasarkan nama Marquis de Sade (1740-
1814), pria Prancis pada abad ke-18 yang terkenal, yang menulis cerita tentang kenikmatan
mencapai kepuasan seksual dengan memberikan rasa sakit atau rasa malu pada orang lain.
Sadisme seksual ditandai dengan preferensi mendapatkan atau meningkatkan kepuasan seksual
dengan cara menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun mental. Berbeda dengan pada
sadisme,

Objek yang disakiti pada orang dengan masokisme seksual adalah diri sendiri. Sadisme
seksual adalah sisi kebalikan dari masokisme seksual. Sadisme seksual melibatkan dorongan
yang kuat dan berulang serta fantasi terkait untuk melakukan suatu tindakan dimana
seseorang dapat terangsang secara seksual dengan menyebabkan penderitaan fisik atau rasa
malu pada orang lain.

 Sadomasokisme Seksual

Kata sadomasokis itu adalah gabungan dari sadis dan masokis. Masokisme adalah
kecenderungan yang tidak normal untuk mendapatkan kesenangan karena disakiti orang lain.
Masokis adalah orang yang mendapat kesenangan karena atau dengan cara disakiti orang
lain. Karena pada pelaksanaan hubungan seksual itu berpasangan (antara pria dan wanita),
maka disebutlah sadomasokisme. Artinya, lebih pada wanita yang jadi korbannya. Banyak
orang memiliki fantasi sadistik atau masokistik pada saat-saat tertentu atau melakukan
permainan seks yang melibatkan simulasi atau bentuk ringan sadomasokisme
(sadomasokchism) dengan pasangan mereka. Sadomasokisme menggambarkan interaksi
seksual yang secara mutual memuaskan yang melibatkan baik tindakan sadistik dan
masokistik. Kelainan ini bisa juga disebut S-M, yaitu sebutan untuk penderita sadisme yang
melakukan hubungan seksual dengan masokisme.

c. Ekshibisionisme

Ekshibisionisme adalah penyimpangan yang ditandai adanya dorongan


seksual untuk memperlihatkan alat kelamin di depan umum, terutama pada
orang yang tidak dikenal. Pelaku ekshibisionisme disebut eksibisionis yang kebanyakan adalah
pria. Pelaku ekshibisionisme akan memperoleh kepuasan seksualnya dengan memperlihatkan
alat kelamin mereka kepada orang lain yang sesuai dengan kehendaknya. Bila korban terkejut,
jijik dan menjerit ketakutan, ia akan semakin terangsang. Namun eksibisionis umumnya tidak

5
menginginkan kontak seksual dengan korbannya sehingga jarang melakukan serangan fisik.
Beberapa faktor pemicu antara lain ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan
sosial, disfungsi seksual seperti impotensi, ataupun gangguan kepribadian (antisosial atau
narsistik)

d. Voyeurisme
Voyeurisme adalah sebuah kelainan jiwa, di dunia kedokteran dikenal sebagai istilah
skopofilia. Ciri utama voyeurisme adalah adanya dorongan yang tidak terkendali untuk secara
diam-diam mengintip atau melihat seseorang yang berlainan jenis atau sejenis tergantung
orientasi seksual berbeda yang sedang telanjang, menanggalkan pakaian atau melakukan
kegiatan seksual. Dari ini, penderita biasanya memperoleh kepuasan seksual.

e. Fetishisme
Fetishism / Fetishme adalah sebuah hasrat seksual terdahap suatu bagian tubuh, objek, atau
kegiatan / gerakan pada tubuh. Ini merupakan sebuah "penyakit" psikologi yg membuat
penderita fetishism (Fetishist) terobsesi pada bagian tubuh/objek /gerakan, mencintai hanya
bagian tubuh itu, dan peningkatan hasrat seksual pada bagian bagian tertentu itu. Misalnya :
1. Bagian Tubuh : Mata, Hidung, Bibir, Ketiak, Pusar, dll

2. Objek Pada Tubuh : kacamata, stocking, lingerine, korset, behel, dll

3. Gerakan Atau Kegiatan : mengibas rambut, berkeringat, anal, dll


Pelaku penyimpangan fetis ini dapat kesulitan orgasme jika melakukan aktivitas seksual tanpa
me;ibatkan objek yang menjadi ketertarikan seksualnya.
Faktor yang mempengaruhi belum diketahui secara pasti. Namun, fetisisme umumnya berasal
dari lingkungan yang melarang atau menekan ekspresi maupun keinginan seksual individunya.

Tingkatan Fetishism / Fetisme

Ada lima tingkatan Fetishist dilihat dari tindakan atau seberapa jauh hasrat Fetishist kepada
parts / objek / kegiatan yang dicintainya, berikut :
1. Tingkat I : Pemuja (Desires)

Tidak terlalu terpengaruh atau tidak terlalu mengganggu pikiran seseorang. Contohnya adalah
saat seorang pria mengidamkan wanita dengan payudara yg besar, rambut pirang, atau berbibir
tipis. Namun bila pria ini tidak mendapatkan wanita yang diimpikannya itu, dia tidak akan
terlalu mempermasalahkannya dan hubungan seksual dengan wanita itu tetap berjalan normal.

6
2. Tingkat II : Pecandu (Cravers)[/B]
Ini adalah tingkatan lanjutan dari tingkat awal. Saat seseorang Fetishist telah mencapai tahap
ini, psikologi orang ini akan membuat dirinya "amat membutuhkan" pasangan dengan fetish
tertentu yang didambakannya. Bila hal itu tidak dapat terpenuhi, akan mengganggu hubungan
seksual orang ini, misalnya hilang hasrat seksual atau tidak tercapainya organsme / climaks.
3. Tingkat III : Fetishist Tingkat Menengah[/B]
Ini termasuk tingkat yg berbahaya, Fetishist akan melakukan apapun demi mendapakan fetish
yang dia inginkan dengan menculik, menyiksa, atau hal sadis lainnya. Hasrat seksual
Fetishist ini hanya akan terlampiaskan dengan seseorang yang memiliki bagian yg dia
inginkan tidak peduli itu lawan jenis ataupun sejenis.
4. Tingkat IV : Fetishist Tingkat Tinggi
Lebih sadis dari tingkat III, pada tingkat ini seseorang tidak akan peduli dengan hal lain
diluar fetish-nya. Misal Fetish seseorang adalah stocking wanita, maka dia tidak membutuhkan
wanita itu, hanya stockingnya saja Dan yang lebih parah adalah bila Fetish seseorang adalah
bagian tubuh, dia hanya membutuhkan bagian tubuh orang itu saja dan tidak peduli dengan orang
yang memiliki bagian tubuh itu sendiri.
5. Tingkat V : Fetishistic Murderers
Singkat kata, tingkatan ini sudah sangat parah. Bahkan rela membunuh, memutilasi, demi
mendapatkan fetish yg dia inginkan.

f. Pedophilia / Pedophil / Pedofilia / Pedofil

Pedofilia didefinisikan sebagai gangguan/penyimpangan seksual pada orang dewasa


atau remaja yang telah mulai dewasa (pribadi dengan usia 16 atau lebih tua) biasanya
ditandai dengan minat seksual utama pada anak-anak prapuber (umumnya usia 13 tahun atau
lebih muda). Pelaku pedofilia yang menyebabkan pemaksaan atau manipulasi tindakan
seksual pada anak-anak juga termasuk ke dalam kelainan (paraphilic disorder) sehingga
membutuhkan penanganan medis.

g. Bestially
Bestially adalah bentuk penyimpangan seksual pada manusia yang mempunyai hasrat
seksual dengan binatang seperti kambing, kerbau, sapi, kuda, ayam, bebek, anjing, kucing,
maupun makhluk lainnya yang dikategorikan sebagai binatang, baik secara anal, vaginal,
maupun oral.

7
h. Incest
Incest adalah bentuk penyimpangan seksual yang ditandai dengan hubungan saling
mencintai yang bersifat seksual yang dilakukan oleh pasangan yang memiliki ikatan
keluarga (kekerabatan) yang dekat, biasanya antara ayah dengan anak perempuannya, ibu
dengan anak laki-lakinya, atau antar sesama saudara kandung atau saudara tiri.

i. Necrophilia/Necrofil
Necrophilia yang juga disebut dengan thanatophilia dan necrolagnia, adalah kelainan
seksual dimana pelakunya memiliki ketertarikan untuk berhubungan seksual dengan mayat
(orang mati).

j. Zoophilia
Zoophilia merupakan perilaku seksual menyimpang yang membuat seseorang tertarik
melakukan hubungan seksual dengan hewan atau keinginan abnormal untuk memiliki
kontak dengan binatang.

k. Sodomi
Sodomi adalah prilaku menyimpang seksual yang dilakukan oleh pria yang suka
berhubungan seks melalui dubur pasangan seks baik pasangan sesama jenis (homo) maupun
dengan pasangan perempuan

l. Frotteurisme/Frotteuris
Frotteurisme adalah salah satu penyimpangan seksual untuk mendapatkan kepuasan
seksual dari menyentuh, meraba, atau ,enggesekkan bagian tubuh tertentu ke bagian tubuh
orang lain.
Frotteurisme umunya dialami oleh laki-laki dan biasa menjadi kelainan seksual
kaerena kerap menyebabkan pelecehan seksual di temapt umum. Salah satu contohnya yaitu
menggesek-gesek/ menggosok-gosok alat kelaminnya ke tubuh perempuan di tempat
publik / umum seperti di kereta, pesawat, bis, dll.

m. Gerontopilia
Gerontopilia adalah suatu perilaku penyimpangan seksual dimana sang pelaku jatuh
cinta dan mencari kepuasan seksual kepada orang yang sudah berusia lanjut (nenek-nenek
atau kakek-kakek). Gerontopilia termasuk dalam salah satu diagnosis gangguan seksual, dari
sekian banyak gangguan seksual seperti voyurisme, exhibisionisme, sadisme, masochisme,
pedopilia, brestilia, homoseksual, fetisisme, frotteurisme, dan lain sebagainya. Gairah
8
seksualnya bisa bangkit lagi jika ia telah bertemu dengan idamannya (kakek/nenek).

3. Faktor Penyebab Perilaku Penyimpangan Seksual


Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perilaku penyimpangan seksual
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Pengaruh lingkungan keluarga
Keluarga merupakan unit social terkecil yang memberikan pondasi primer bagi
perkembangan anak. Kualitas rumah tangga atau kehidupan kelaurga jelas memainkan
peranan penting dalam membentuk kepribadian remaja di lingkungan. Baik buruknya
struktur keluarga memberikan dampak baik dan buruknya perkembangan jiwa jasmani
anak.
b. Pengaruh lingkungan di sekolah
Kondisi sekolah juga yang tuidak menguntungkan juga mempengaruhi terjadinya
penyimpangan seksual. Kondisi tersebut antara lain minimnya fasilitas ruang belajar
sedang jumlah murid yang banyak yang menyebabkan mereka harus berdesak-desakkan
duduk dalam kelas. Kurikulum selalu berubah-ubah tidak menentu. Anak sangat merasa
dibatasi gerak-geriknya dan merasa tertekan batinnya.
c. Pengaruh lingkungan masyarakat
Semakin dewasa anak semakin banyak kesempatan mereka bergaul dilingkungan
masyarakat. Lingkungan sekitarnya tidak selalu baik dan menguntungkan bagi pendidikan
dalam perkembangan anak.

4. Dampak Penyimpangan Seksual

Salah satu akibat yang ditimbulkan dari aktivitas seksual yang tidak sehat adalah
penyakit menular seksual (PMS). Penyakit ini disebut juga Venereal berasal dari kata Venus
yaitu dewi cinta dari Rumawi Kuno. Sebagai konsekuensi logis dari perilaku seks
menyimpang adalah munculnya berbagai penyakit kelamin (veneral diseases, VD).
Dari berbagai penyakit itu ang paling terkenal, paling berbahaya dan paling banyak
diderita oleh pelaku penyimpangan seks adalah sipilis, gonorea, herpes progenitalis dan
AIDS.

5. Usaha-usaha pencegahan

Untuk mencegah agar tidak muncul perilaku seksual yang menyimpang, apalagi

9
menjadi predator seksual, yang dibutuhkan tak pelak ialah langkah-langkah yang sifatnya
preventif. Artinya, fokus penanganan seyogianya bukan pada upaya penanganan setelah anak
terlanjur tumbuh besar dan berpotensi menjadi pelaku tindakan seksual yang menyimpang.
Studi yang dilakukan Dervishi et al (2017) menemukan bahwa risiko munculnya perilaku
yang menyimpang mau tidak mau memang harus dilacak pada pengalaman masa lalu,
terutama masa kanak-kanak.
Dengan memahami dan berempati pada arti penting proses tumbuh-kembang anak,
peluang mencegah terjadinya praktik perilaku seksual yang menyimpang akan lebih mungkin
dilakukan.

a. Sikap dan pengertian orang tua


Pencegahan abnormalitas masturbasi sesungguhnya bisa secara optimal diperankan
oleh orang tua. Sikap dan reaksi yang tepat dari orang tua terhadap anaknya yang melakukan
masturbasi sangat penting. Disamping itu, orang tua perlu memperhatikan kesehatan
umum dari anak-anaknya juga kebersihan di sekitar daerah genitalia mereka. Orang tua
perlu mengawasi secara bijaksana hal-hal yang bersifat pornografis dan pornoaksi yang
terpapar pada anak. Menekankan kebiasaan masturbasi sebagai sebuah dosa dan pemberian
hukuman hanya akan menyebabkan anak putus asa dan menghentikan usaha untuk
mencontohnya. Sedangkan pengawasan yang bersifat terang-terangan akan menyebabkan
sang anak lebih memusatkan perhatiannya pada kebiasaan ini; dan kebiasaan ini bias
jadi akan menetap. Orang tua perlu memberikan penjelasan seksual secara jujur,
sederhana dan terus terang kepada anaknya pada saat- saat yang tepat berhubungan dengan
perubahan-perubahan fisiologik seperti adanya ereksi, mulai adanya haid dan fenomena
sexual secunder lainnya.
Secara khusus, biasanya anak remaja melakukan masturbasi jika punya kesempatan
melakukannya. Kesempatan itulah sebenarnya yang jadi persoalan utama. Agar tidak
bermasturbasi, hendaklah dia (anak) jangan diberi kesempatan untuk melakukannya.
Kalau bisa, hilangkan kesempatan itu. Masturbasi biasanya dilakukan di tempat-tempat
yang sunyi, sepi dan menyendiri. Maka, jangan biarkan anak untuk mendapatkan
kesempatan menyepi sendiri. Usahakan agar dia tidak seorang diri dan tidak kesepian. Beri
dia kesibukan dan pekerjaan menarik yang menyita seluruh perhatiannya, sehingga ia tidak
teringat untuk pergi ke tempat sunyi dan melakukan masturbasi. Selain itu, menciptakan
suasana rumah tangga yang dapat mengangkat harga diri anak, hingga ia dapat merasakan
harga dirinya. Hindarkan anak dari melihat, mendengar dan membaca buku-buku dan
10
gambar-gambar porno. Suruhlah anak-anak berolah raga, khususnya olah raga bela diri,
yang akan menyalurkan kelebihan energi tubuhnya. Atau membiasakan mereka aktif dalam
organisasi kepemudaan dan keolahragaan.

b. Pendidikan seks
Sex education (pendidikan seks) sangat berguna dalam mencegah remaja pada
kebiasaan masturbasi. Pendidikan seks dimaksudkan sebagai suatu proses yang seharusnya
terus-menerus dilakukan sejak anak masih kecil. Pada permulaan sekolah diberikan sex
information dengan cara terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran lainnya, dimana diberikan
penjelasan-penjelasan seksual yang sederhana dan informatif. Pada tahap selanjutnya dapat
dilanjutkan dengan diskusi-diskusi yag lebih bebas dan dipimpin oleh orang-orang
yang bertanggung jawab dan menguasai bidangnya.
Hal penting yang ingin dicapai dengan pendidikan seks adalah supaya anak ketika
sampai pada usia adolescent telah mempunyai sikap yang tepat dan wajar terhadap seks.

c. Pengobatan
Biasanya anak-anak dengan kebiasaan masturbasi jarang dibawa ke dokter, kecuali
kebiasaan ini sangat berlebihan. Masturbasi memerlukan pengobatan hanya apabila sudah ada
gejala-gejala abnormal, bias berupa sikap yang tidak tepat dari orang tua yang telah banyak
menimbulkan kecemasan, kegelisahan, ketakutan, perasaan bersalah/dosa, menarik diri atau
adanya gangguan jiwa yang mendasari, seperti gangguan kepriadian neurosa, perversi
maupun psikosa.

d. Psikoterapi
Psikoterapi pada kebiasaan masturbasi mesti dilakukan dengan pendekatan yang cukup
bijaksana, dapat menerima yang penuh pengertian terhadap keluhan penderita. Menciptakan
suasana di mana penderita dapat menumpahkan semua masalah yang ditutup-tutupi merupaka
tujuan awal psikoterapi.

e. Hipnoterapi
Self-hypnosis (auto-hynosis) dapat diterapkan pada penderita dengan masturbasi
kompulsif, yaitu dengan mengekspos pikiran bawah sadar penderita dengan anjuran-anjuran
mencegah masturbasi.

11
B. KANKER SERVIKS

1. Pengertian Kanker Serviks


Kanker leher rahim (serviks) atau karsinoma serviks uterus merupakan kanker
pembunuh wanita nomor dua di dunia setelah kanker payudara. Di Indonesia, kanker leher
rahim bahkan menduduki peringkat pertama. Kanker serviks yang sudah masuk ke
stadium lanjut sering menyebabkan kematian dalam jangka waktu relatif cepat.
Kanker serviks uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan
wanita. Penyakit ini merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal
sampai menjadi Ca invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang perlahan-
lahan dan mengambil waktu bertahun-tahun.
Serviks atau leher rahim/mulut rahim merupakan bagian ujung bawah rahim yang
menonjol ke liang sanggama (vagina). Kanker serviks berkembang secara bertahap, tetapi
progresif. Proses terjadinya kanker ini dimulai dengan sel yang mengalami mutasi lalu
berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia.
Dimulai dari displasia ringan, displasia sedang, displasia berat, dan akhirnya menjadi
karsinoma in -situ (KIS), kemudian berkembang lagi menjadi karsinoma invasif. Tingkat
displasia dan KIS dikenal juga sebagai tingkat pra-kanker. Dari displasia menjadi
karsinoma in-situ diperlukan waktu 1-7 tahun, sedangkan karsinoma in -situ menjadi
karsinoma invasif berkisar 3-20 tahun.
Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang
menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap
lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ -organ lain di seluruh tubuh penderita.

2. Klasifikasi Kanker Serviks


Ada beberapa klasifikasi tapi yang paling banyak penganutnya adalah yang dibuat
oleh IFGO (International Federation of Ginekoloi and Obstetrics) yaitu sebagai berikut :
Stage 0 : Casrsinoma insitu = Ca intraepithelial = Ca preinvasif
Stage 1 : Ca terbatas pada cerviks.
Stage 1a :Disertai invasi daro stoma (preclinical-Ca) yang hanya diketahui secara
histology.
Stage 1b : Semua kasus-kasus lainnya dari stage 1.

12
Stage 2 : Sudah menjalar keluar serviks tapi belum sampai ke panggul, telah
mengenai dinding vagina tapi tidak melebihi 2/3 bagian proximal.
Stage 3 : Sudah sampai dinding panggung dan sepertiga bagian bawah vagina
Stage 4 : Sudah mengenai organ-organ yang lain

Gambar 1. Kalsifikasi Kanker Serviks

3. Gejala Klinis Kanker Serviks


Tidak khas pada stadium dini. Sering hanya sebagai fluos dengan sedikit darah,
pendarahan pastkoital atau perdarahan pervagina yang disangka sebagai perpanjangan
waktu haid. Pada stadium lanjut baru terlihat tanda -tanda yang lebih khas, baik berupa
perdara han yang hebat (terutama dalam bentuk eksofitik), fluor albus yang berbau dan rasa
sakit yang sangat hebat.
Pada fase prakanker, sering tidak ada gejala atau tanda -tanda yang khas. Namun,
kadang bisa ditemukan gejala -gejala sebagai berikut :

o Keputihan atau keluar cairan encer dari vagina. Getah yang keluar dari vagina ini
makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan
o Perdarahan setelah sanggama ( post coital bleeding) yang kemudian berlanjut menjadi
perdarahan yang abnormal.

o Timbulnya perdarahan setelah masa menopause.

o Pada fase invasif dapat keluar cairan berwarna kekuning -kuningan, berbau dan
dapat bercampur dengan darah.
o Timbul gejala-gejala anemia bila terjadi perdarahan kronis.

13
o Timbul nyeri panggul (pelvis) atau di perut bagian bawah bila ada radang panggul.
Bila nyeri terjadi di daerah pinggang ke bawah, kemungkinan terjadi hidronefrosis.
Selain itu, bisa juga timbul nyeri di tempat -tempat lainnya.
o Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah
o (rectum), terbentuknya fistel vesikovaginal atau rektovaginal, atau timbul
gejala-gejala akibat metastasis jauh.

4. Faktor Penyebab dan Faktor Resiko Kanker Serviks

 Faktor Penyebab
HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab terbanyak. Sebagai tambahan
perokok sigaret telah ditemukan sebagai penyebab juga. Wanita perokok mengandung
konsentrat nikotin dan kotinin did alam serviks mereka yang merusak sel. Laki-laki perokok
juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan dapat memenuhi servik selama
intercourse. Defisiensi beberapa nutrisional dapat juga menyebabkan servikal displasia.
National Cancer Institute merekomendasikan bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi
lima kali buah-buahan segar dan sayuran setiap hari. Jika anda tidak dapat melakukan
ini, pertimbangkan konsumsi multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E atau beta

karoten setiap hari.

Gambar 2. Virus HPV


 Faktor Resiko
Walau HPV merupakan penyebab utama kanker serviks, ada beberapa faktor yang
meningkatkan risiko seseorang terkena kanker serviks. Beberapa di antaranya adalah:
1. Pola hubungan seksual

Studi epidemiologi mengungkapkan bahwa resiko terjangkit kanker serviks meningkat


seiring meningkatnya jumlah pasangan. Aktifitas seksual yang dimulai pada usia dini, yaitu

14
kurang dari 20 tahun, juga dapat dijadikan sebagai faktor risiko terjadinya kanker serviks.
Hal ini diduga ada hubungannya dengan belum mantapnya daerah transformas pada usia
tesebut bila sering terekspos. Frekuensi hubungna seksual juga berpengaruh pada lebih
tingginya risiko pada usia tersebut, tetapi tidak pada kelompok usia lebih tua.
(Schiffman,1996).

2. Paritas

Kanker serviks sering dijumpai pada wanita yan sering melahirkan. Semakin sering
melahirkan, maka semakin besar resiko terjamgkit kanker serviks. Penelitian di Amerika
Latin menunjukkan hubungan antara resiko dengan multiparitas setelah dikontrol dengan
infeksi HPV.
3. Merokok

Beberapa peneitian menunukan hubungan yang kuat antara merokok dengan


kanker serviks, bahkan setelah dikontrol dengan variabel konfounding seperti pola
hubungna seksual. Penemuan lain memperhatikan ditemukannya nikotin pada cairan serviks
wanita perokok bahan ini bersifat sebagai kokasinogen dan bersama-sama dengan kasinoge
yang telah ada selanjutnya mendorong pertumbuhan ke arah kanker.

4. Kontrasepsi Oral

Penelitian secara perspektif yang dilakukan oleh Vessey dkk tahun 1983
(Schiffman,1996) mendapatkan bahwa peningkatan insiden kanker serviks dipengaruhi oleh
lama pemakaian kontrasepsi oral. Penelitian tersebut juga mendapatkan bahwa semua
kejadian kanker serviks invasive terdapat pada pengguna kontrasepsi oral. Penelitian lain
mendapatkan bahwa insiden kanker setelah 10 tahun pemakaian 4 kali lebih tinggi
daripada bukan pengguna kontrasepsi oral. Namun penelitian serupa yang dilakukan oleh
Peritz dkk menyimpulkan bahwa aktifitas seksual defisiensi gizi.

5. Sosial ekonomi
Studi secara deskrptif maupun analitik menunjukkan hubungan yang kuat antara
kejadian kanker serviks dengan tingkat social ekonomi yang rendah. Hal ini juga diperkuat
oleh penelitian yang menunjukkan bahwa infeksi HPV lebih prevalen pada wanita dengan
tingkat pendidkan dan pendapatan rendah. Faktor defisiensi nutrisi, multilaritas dan
kebersihan genitalia juga diduga berhubungan dengan masalah tersebut.

6. Pasangan seksual

15
Peranan pasangan seksual dari penderita kanker serviks mulai menjadi bahan yang
menarik untuk diteliti. Penggunaan kondom yang frekuen ternyata memberi resiko yang
rendah terhadap terjadinya kanker serviks. Rendahnya kebersihan genetalia yang dikaitkan
dengan sirkumsisi juga menjadi pembahasan panjang terhadap kejadian kanker serviks.
Jumlah pasangan ganda selain istri juga merupakan factor resiko yang lain.

5. Epidemiologi Kanker Serviks

a. Distribusi Menurut Umur

Proses terjadinya kanker serviks dimulai dari sel yang mengalami mutasi lalu berkembang
menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Displasia dari
ringan, sedang dan bera dan akhirnya menjadi Karsinoma in -Situ (KIS). Kemuadian
berkembang menjadi karsinoma invatif. Tingkatan ini disebut juga tingkat pra-kanker

b. Distribusi Menurut Tempat

Frekuensi kanker rahim terbanyak dijumpai di negara-negara berkembang seperti


Indonesia, India, Bangladesh, Thailand, Vietnam dan Filipina.

Berdasarkan laporan Kementgrian Kesehatan 31 Januari 2019 insiden kanker serviks


mencapai 23,4/100.000 penduduk dengan rata-rata kemtian mencapai 13,9/100.000
penduduk.

6. Patologi Kanker Serviks

Karsinoma serviks timbul dibatasi antara epitel ektoserviks (portio) dan endoserviks
kanalis serviks yang disebut Skuamo kolumnar junction (SCJ) pada wanita muda terletak di
luar OUE, sedang pada wanita di atas 35 tahun di dalam kanalis serviks.

16
Gambar 3. Lokasi Kanker Serviks

Gambar 4.Perbandingan Gambaran Serviks yang Normal dan Abnormal

7. Penyebaran Kanker Serviks

Pada umumnya secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah : a)
ke arah fornices dan dinding vagina, b) ke arah korpus uterus, dan c) ke arah
parametrium dan dalam tingkatan yang lanjut menginfiltrasi septum rektovaginal dan
kandung kemih.
Melalui pembuluh getah bening dalam parametrium kanan dan kiri sel tumor dapat
menyebar ke kelenjar iliak luar dan kelenjar iliak dalam (hipogastrika). Penyebaran
melalui pe mbuluh darah (bloodborne metastasis) tidak lazim. Karsinoma serviks umumnya
terbatas pada daerah panggul saja. Tergantung dari kondisi immunologik tubuh penderita
KIS akan berkembang menjadi mikro invasif dengan menembus membrana basalis dengan
kedalaman invasi <1mm dan sel tumor masih belum terlihat dalam pembuluh limfa atau
darah. Jika sel tumor sudah terdapat >1mm dari membrana basalis, atau <1mm tetapi sudah
tampak dalam pembuluh limfa atau darah, maka prosesnya sudah invasif. Tumor mungkin
sudah menginfiltrasi stroma serviks, akan tetapi secara klinis belum tampak sebagai
karsinoma. Tumor yang demikian disebut sebagai ganas praklinik (tingkat IB-occult).
Sesudah tumor menjadi invasif, penyebaran secara limfogen melalui kelenjar limfa regional
dan secara perkontinuitatum (menjalar) menuju fornices vagina, korpus uterus, rektum, dan
kandung kemih, yang pada tingkat akhir (terminal stage) dapat menimbulkan fistula rektum
atau kandung kemih. Penyebaran limfogen ke parametrium akan menuju kelenjar limfa
regional melalui ligamentum latum, kelenjar-kelenjar iliak, obturator, hipogastrika,
prasakral, praaorta, dan seterusnya secara teoritis dapat lanjut melalui trunkus limfatikus di
kanan dan vena subklavia di kiri mencapai paru-paru, hati , ginjal, tulang dan otak.
Penyebaran karsinoma serviks terjadi melalui 3 jalan yaitu perkontinuitatum ke
17
dalam vagina, septum rektovaginal dan dasar kandung kemih. Penyebaran secara
limfogen terjadi terutama paraservikal dalam parametrium dan stasiun-stasiun kelenjar di
pelvis minor, baru kemudian mengenai kelenjar para aortae terkena dan baru terjadi
penyebaran hematogen (hepar, tulang).
Secara limfogen melalui pembuluh getah bening menuju 3 arah:
1. fornices dan dinding vagina
2. korpus uteri
3. parametrium dan dalam tingkatan lebih lanjut menginfiltrasi septum rektovagina dan
kandung kemih.

8. Diagnosis Kanker Serviks

Diagnosis kanker serviks tidaklah sulit apalagi tingkatannya sudah lanjut. Yang
menjadi masalah adalah bagaimana melakukan skrining untuk mencegah kanker serviks,
dilakukan dengan deteksi, eradikasi, dan pengamatan terhadap lesi prakanker serviks.
Kemampuan untuk mendeteksi dini kanker serviks disertai dengan kemampuan dalam
penatalaksanaan yang tepat akan dapat menurunkan angka kematian akibat kanker serviks.
a. Keputihan. Keputihan merupakan gejala yang paling sering ditemukan, berbau
busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.

b. Pendarahan kontak merupakan 75 -80% gejala karsinoma serviks. Perdarahan

timbul akibat terbukanya pembuluh darah, yang makin lama makin serin g

terjadi diluar senggama.

c. Rasa nyeri, terjadi akibat infiltrasi sel tumor ke serabut saraf.


d. Gejala lainnya adalah gejala -gejala yang timbul akibat metastase jauh.

Tiga komponen utama yang saling mendukung dalam menegakkan diagnosa


kanker serviks adalah:

1. Sitologi.

Bila dilakukan dengan baik ketelitian melebihi 90%. Tes Pap sangat bermanfaat
untuk mendeteksi lesi secara dini. Sediaan sitologi harus mengandung komponen
ektoserviks dan endoserviks.

18
Gambar 5. Pemeriksaan Pap Smear

Gambar 5a. Pemeriksaan Pap Smear untuk Deteksi Dini Kanker Leher
Rahim

2. Kolposkopi.
Kolposkopi adalah pemeriksaan dengan menggunakan kolposkop, yaitu suatu alat
seperti mikroskop bertenaga rendah dengan sumber cahaya di dalamnya.

Gambar 6. Colposcopy Untuk Mengambil Jaringan yang Abnormal


19
Pemeriksaan kolposkopi merupakan pemeriksaan standar bila ditemukan pap smear
yang abnormal. Pemeriksaan dengan kolposkopi, merupakan pemeriksaan dengan
pembesaran, melihat kelainan epitel serviks, pembuluh darah setelah pemberian asam asetat.
Pemeriksaan kolposkopi tidak hanya terbatas pada serviks, tetapi pemeriksaan meliputi
vulva dan vagina. Tujuan pemeriksaan kolposkopi bukan untuk membuat diagnosa
histologik, tetapi untuk menentukan kapan dan dimana biopsi harus dilakukan.

3. Biopsi
Biopsi dilakukan di daerah abnormal dibagian yang telah dilakukan

kolposkopi. Jika kanalis servikalis sulit dinilai, sampel diambil secara konisasi.

Gambar 7. Biopsi Kerucut pada Serviks (Leher Rahim)

9. Pengobatan untuk Kanker Serviks

Pemilihan pengobatan untuk kanker serviks tergantung kepada lokasi dan ukuran
tumor, stadium penyakit, usia, keadaan umum penderita dan rencana penderita untuk hamil
lagi.
a. Pembedahan
Pada karsinoma in situ (kanker yang terbatas pada lapisan serviks paling luar),
seluruh kanker seringkali dapat diangkat dengan bantuan pisau bedah ataupun melalui
LEEP. Dengan pengobatan tersebut, penderita masih bisa memiliki anak.
Karena kanker bisa kembali kambuh, dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ulang
dan Pap smear setiap 3 bulan selama 1 tahun pertama dan selanjutnya setiap 6 bulan. Jika
penderita tidak memiliki rencana untuk hamil lagi, dianjurkan untuk menjalani
histerektomi. Pada kanker invasif, dilakukan histerektomi dan pengangkatan struktur
20
di sekitarnya (prosedur iniisebut histerektomi radikal) serta kelenjar getah bening.
Pada wanita muda, ovarium (indung telur) yang normal dan masih berfungsi tidak
diangkat.

b. Terapi penyinaran
Terapi penyinaran (radioterapi) efektif untuk mengobati kanker invasif yang masih
terbatas pada daerah panggul. Pada radioterapi digunakan sinar berenergi tinggi untuk
merusak sel-sel kanker dan menghentikan pertumbuhannya. Ada 2 macam radioterapi,
yaitu :
o Radiasi eksternal : sinar berasar dari sebuah mesin besar Penderita tidak
perlu dirawat di rumah sakit, penyinaran biasanya dilakukan sebanyak 5 hari/minggu
selama 5-6 minggu.
o Radiasi internal : zat radioaktif terdapat di dalam sebuah kapsul dimasukkan langsung
ke dalam serviks. Kapsul ini dibiarkan selama 1 -3 hari dan selama itu
penderita dirawat di rumah sakit. Pengobatan ini bisa diulang beberapa kali selama 1 -
2 minggu.

Efek samping dari terapi penyinaran adalah :

1) Iritasi rektum dan vagina


2) Kerusakan kandung kemih dan rektum
3) Ovarium berhenti berfungsi.

c. Kemoterapi
Jika kanker telah menyebar ke luar panggul, kadang dianjurkan untuk menjalani
kemoterapi. Pada kemoterapi digunakan obat -obatan untuk membunuh
sel-sel kanker. Obat anti-kanker bisa diberikan melalui suntikan intravena atau
melalui mulut. Kemoterapi diberikan dalam suatu siklus, artinya suatu periode
pengobatan diselingi dengan periode pemulihan, lalu dilakukan pengobatan, diselingi
denga pemulihan, begitu seterusnya.

d. Terapi biologis
Pada terapi biologis digunakan zat-zat untuk memperbaiki sistem kekebalan
tubuh dalam mela wan penyakit. Terapi biologis dilakukan pada kanker yang telah
menyebar ke bagian tubuh lainnya. Yang paling sering digunakan adalah interferon,
21
yang bisa dikombinasikan dengan kemoterapi.

10. Pencegahan dan Penanganan Kanker Serviks

IVA adalah pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan
mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3 sampai
dengan 5%. Dengan cara ini kita dapat mendeteksi kanker rahim sedini mungkin, (Wijaya
Delia, 2010). IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk
mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009)

Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat
dipergunakan adalah:

IVA negative = menunjukkan leher rahim normal.

IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks).

IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi
sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini
mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau
kanker serviks in situ).
IVA Kanker serviks = Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker
serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker
serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini (stadium IB-
IIA).

22
Gambar 8. Kategori portio pada pemeriksaan IVA test

 Syarat Pemeriksaan IVA

Syarat ikut IVA TEST :

a. Sudah pernah melakukan hubungan seksual

b. Tidak sedang datang bulan/haid

c. Tidak sedang hamil

d. 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual

PROGRAM SKRINING

1. Kelebihan Metode Skrining


a. Mudah, praktis dan sangat mampu laksana.
b. Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah.
c. Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi.
d. Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan
oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua
tenaga medis terlatih.
e. Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat sederhana.
f. Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.
2. Program Skrining :
1. Skrining pada setiap wanita minimal 1x dalam 5 tahun pada usia 35-40 tahun
2. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 1 tahun pada wanita usia 35-50 tahun
3. Pelaksanaan Skrining
Untuk melaksanakan skrining dengan metode Iva dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut :
o Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa di daerah vagina dan payudara
o Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi tidur dengan
kedua kaki ditekuk
o Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
o Speculum vagina

23
o Asam asetat (3-5%)
o Swab-lidi berkapas
o Sarung tangan

MANFAAT IVA TEST

1. Dapat melihat, mendeteksi gejala kanker leher rahim, dimana gejala ini dapat di lihat / di
deteksi 5 tahun sebelum terjadinya kanker, sehingga bisa kita mencegah dan menangani
nya sebelum menjadi kanker leher rahim.
2. Dapat melihat keadaan di vagina, seperti apakah ada keputihan, iritasi, polip, jerawat
atau penyakit penyakit kelamin seperti kutil vagina dan penyakit kelamin lainnya, yang
mungkin tidak ibu sadari/ tidak ibu ketahui. Dengan pemeriksaan ini keadaan tersebut bisa
dirawat , diobati, sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya kanker leher rahim nantinya.
3. Dapat merawat organ intim/vagina, karena selama proses pemeriksaan IVA test,
dilakukan membersihkan liang/rongga vagina kita, baru kemudian dilakukan pemulasan
permukaan mulut rahim dengan asam asetat 3 - 5%.
4. Tidak memakan waktu banyak. Setelah mulut rahim dipulas dengan asam asetat 3-5 %
hasil dalam 60 detik sudah bisa kita ketahui.
5. Tidak memakan biaya besar
6. Dapat memberikan kepuasan bathin, hati lebih lega, tenang dan apabila mendapatkan
pengobatan ibu merasa merawat organ intimnya sehingga merasa aman.
7. Banyak wanita yang sudah melakukan pemeriksaan IVA mengatakan, hubungan
intim lebih menyenangkan.
8. Manfaat lainnya, selain melihat keadaan vagina dan mulut Rahim kita, dilakukan juga
pemeriksaan payudara yang disebut SADANIS ( pemeriksaan payudara secara klinis ),
ini untuk melihat gejala kanker payudara, atau benjolan di payudara, sehingga kita bisa
mencegah terjadinya kanker payudara

TEMPAT PELAYANAN

IVA bias dilakukan di temapt-tempat pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan


pemeriksaan dan yang bias melakukan pemeriksaan IVA diantaranya oleh :

1. Bidan
2. Perawat terlatih
24
3. Dokter Umum
4. Dokter Spesialis Obgyn

25
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk
mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan
oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Penyebab terjadinya
kelainan ini bersifat psikologis atau kejiwaan, seperti pengalaman sewaktu kecil, dari
lingkungan pergaulan, dan faktor genetik.
Penyebab penyimpangan seksual dapat menjadi salah satu faktornya adalah
penyalahgunaan obat dan alkohol. Obat-obatan tertentu memungkinkan seseorang yang
memiliki potensi perilaku seks menyimpang melepaskan fantasi tanpa hambatan kesadaran.
Kemudian, faktor lingkungan, keluarga, dan budaya di mana seorang anak dibesarkan ikut
memengaruhi perilaku seksnya. Anak yang orangtuanya sering mendapat hukuman fisik dan
mendapat kontak seksual yang agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara
seksual terhadap orang lain di saat dewasa dewasa.
Kanker serviks merupakan kanker ganas yang terbentuk dalam jaringan serviks (organ
yang menghubungkan uterus dengan vagina).Ada beberapa tipe kanker serviks. Tipe yang
paling umum dikenal adalah squamous cell carcinoma (SCC), yang merupakan 80 hingga
85 persen dari seluruh jenis kanker serviks. Infeksi Human Papilloma Virus (HPV).
IVA (inspeksi visual dengan asam asetat) merupakan cara sederhana untuk mendeteksi
kanker leher rahim sedini mungkin (Sukaca E. Bertiani, 2009) IVA merupakan pemeriksaan
leher rahim (serviks) dengan cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah
memulas leher rahim dengan larutan asam asetat 3-5% (Wijaya Delia, 2010).

B. Saran
Demikianlah makalah yang kami buat tentang Skrining Penyimpangan Perilaku Seksual
dan Skrining Kanker Serviks dengan IVA test, yang meliputi berbagai macam
klasifikasinya.demi kesempurnaan makalah ini kami harapkan kritikan serta saran yang
25
membangun. Saran dari penulis kami harapkan agar pembaca dapat memaknai makalah ini.
Semoga dapat bermanfaat bagi kita semua.

DAFTAR PUSTAKA

Alfian Elwin Zai. 2009. Skripsi : Karakteristik Penderita Kanker leher Rahim Yang
Dirawat Inap Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun
2003-2007. FKM Universitas Sumatera Utara Medan.
(http://www.researchgate.net/publication/42356226_Karakteristik_Penderita_Ka
nker_leher_Rahim_Yang_Dirawat_Inap_Di_Rumah_Sakit_Umum_Pusat_Haji_
Adam_Malik_Medan). Diakses Tanggal 12 Oktober 2022

Arief, Kushartati. 2001. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta :Depdiknas.


(https://mediaindonesia.com/opini/333993/perilaku-menyimpang-dan-upaya-
pencegahannya) diakses tanggal 12 Oktober 2022

Ayu Izza. 2009. Epidemiologi KankerServiks.


(http://ayuizza.blogspot.com/2009/12/epidemiologi -kanker-serviks.html). Diakses
Tanggal 12 Oktober 2022

Junaedi, Didi. 2010. 17+ Seks Menyimpang, Jakarta : Semesta Rakyat Merdeka.
(https://mediaindonesia.com/opini/333993/perilaku-menyimpang-dan-upaya-
pencegahannya) diakses tanggal 12 Oktober 2022

Satyadeng. 2010. Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks).


(http://drvegan.wordpress.com/2010/01/10/kanker -leher-rahim-kanker-serviks/).
Diakses Tanggal 12 Oktober 2022

Kumpulan info sehat. 2009. Kanker Serviks Pembunuh Banyak Wanita.


(http://kumpulan.info/sehat/artikel-kesehatan/48-artikel-kesehatan/237-kanker-
serviks-leher-rahim-pembunuh-wanita.html). Diakses Tanggal 12 Oktober 2022.

Wikipedia. (February 24, 2009). "Human Sexual Behavior." This data


retrieved from http://en.wikipedia.org/wiki/Human_sexual_behavior

26

Anda mungkin juga menyukai