Yaumul hisab adalah hari diperhitungkannya setiap amal perbuatan manusia. Di yaumul hisab ini,
seluruh manusia akan dimintai pertanggungjawabannya atas apa yang ia lakukan selama hidup di dunia.
Di hari tersebut, manusia tidak dapat berbohong atau membela diri karena mulut mereka akan dikunci
dan anggota tubuhlah yang menjadi saksi.
Keterangan tentang yaumul hisab ini terdapat dalam Al-Qur'an Surat Al-Zalzalah ayat 7-8 yang artinya,
"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya
pula."
Pengertian umum, yaitu seluruh makhluk ditampakkan di hadapan Allah dalam keadaan menampakkan
lembaran amalan mereka. Ini mencakup orang yang dimunaqasyah hisabnya dan yang tidak dihisab.
Pemaparan amalan maksiat kaum Mukminin kepada mereka, penetapannya, merahasiakan (tidak
dibuka dihadapan orang lain) dan pengampunan Allah atasnya. Hisab demikian ini dinamakan hisab yang
ringan (hisab yasir)[7].
Kedua. Munaqasyah (diperiksa secara sungguh-sungguh) dan inilah yang dinamakan hisab (perhitungan)
antara kebaikan dan keburukan[8].
Untuk itulah Syaikhul Islam menyatakan, hisab, dapat dimaksudkan sebagai perhitungan antara amal
kebajikan dan amal keburukan, dan di dalamnya terkandung pengertian munaqasyah. Juga dimaksukan
dengan pengertian pemaparan dan pemberitahuan amalan terhadap pelakunya
“Allah mengumpulkan semua manusia dari yang pertama sampai yang terakhir, pada waktu hari
tertentu dalam keadaan berdiri selama empat puluh tahun. Pandangan-pandangan mereka menatap (ke
langit), menanti pengadilan Allah.” (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi ad-Dunya dan ath-Thabrani.
Dalam Yaumul Hisab, mulut orang-orang ditutup sehingga tidak ada lagi pembelaan bagi mereka. Saat
ini, tangan dan kaki menjadi saksi atas apa yang dilakukan di dunia selama hidup. Pertanyaan ini sesuai
dengan Surat Yasin ayat 65:
“Hari ini Kami akan menutup mulut mereka dan tangan mereka akan berbicara kepada Kami dan kaki
mereka akan menjadi saksi atas apa yang telah mereka lakukan.”
"Memperagakan"
Adapun hikmah seseorang yang meyakini Yaumul Hisab adalah mereka akan merasa takut akan siksa
dari Allah SWT. yang pedih.
Kesimpulan :
Adapun cara kita memaknai yaumul hisab yang dapat kita lakukan:
· Menghindari maksiat
· Memperbanyak sedekah
· Tidak menggunakan mata untuk melihat hal-hal yang tidak baik atau memperbanyak menundukkan
pandangan