Anda di halaman 1dari 3

Nama : Salwa Dhia Tisani

Kelas : XI MIPA 1
Absen : 29

CARI YANG HALAL, JAUHI YANG HARAM

Hadirin sidang Jumat Rohimakumulloh

Sungguh nikmat Allah kepada kita begitu melimpah tak terkira. Di antara nikmat-nikmat tersebut
adalah Allah memberikan anugerah kepada para hamba-Nya berupa banyak jalan yang baik
dalam menjemput rezeki untuk memenuhi kebutuhan kita sehari-hari. Allah Ta’ala berfirman,

“Sesungguhnya Kami telah menempatkan kamu sekalian di muka bumi dan Kami adakan
bagimu di muka bumi (sumber) penghidupan. Amat sedikitlah kamu bersyukur.” (QS. Al-A’raf:
10)

Wajib bagi setiap muslim untuk memahami hakikat dari permasalahan rezeki ini dan meyakini
bahwa Allah Yang Maha Dermawan, Maha Pemberi rezeki, dan Maha Baik telah menyediakan
berbagai macam bentuk profesi yang halal sebagai alat untuk mendapatkan rezeki dan Dia
menyediakan banyak jalan bagi manusia. Allah Jalla wa ‘Ala berfirman,

“Dialah Yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya
dan makanlah sebahagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.” (QS. Al-Mulk: 15)

Perhatikan firman Allah “Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan”
kalimat ini menjelaskan bahwa kehidupan kita ini adalah kehidupan yang fana dan waktu yang
kita miliki terbatas, kita akan menuju kepada Allah, berdiri di hadapan-Nya, dan Dia akan
menanyakan tentang segala sesuatu yang telah kita lakukan.

Di antara hal yang akan ditanyakan oleh Allah kepada kita adalah tentang harta, tentang
makanan dan minuman. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Tidak akan bergeser kaki seorang hamba di hari kiamat kelak, hingga ia ditanya tentang empat
permasalahan… (disebutkan di antaranya) ditanya tentang hartanya dari mana ia dapatkan dan
untuk apa ia keluarkan?”

Oleh karenanya mari bermuhasabah, mari berpandai-pandai menasehati diri kita di dunia ini
sebelum kita berdiri di hadapan Allah Jalla wa ‘Ala.Persiapkan segala sesuatunya dengan
mencari yang halal dan menjauhi yang haram, karena kita semua pasti ditanya dan dimintai
pertanggung-jawaban di sisi Allah Jalla wa ‘Ala kelak.

Hadirin kaum Muslimin Rohimakumulloh

Sesungguhnya di antara nikmat Allah untuk para hamba-Nya adalah Dia telah menyediakan
berbagai bentuk mata pencarian yang baik, yang menguntungkan, dan halal. Dia telah
menjadikan perkara yang halal itu jelas demikian pula yang haram itu jelas. Coba renungkan
hadits berikut ini, dari Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu –yang saat meriwayatkan hadits ini
beliau masih kecil- mengatakan, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,

“Sesungguhnya perkara yang halal itu jelas, yang haram itu jelas, dan di antara keduanya ada
perkara-perkara yang samar (syubhat), yang tidak diketahui oleh banyak manusia. Barangsiapa
yang menghindari syubhat itu berarti dia telah membersihkan diri untuk agama dan
kehormatannya. Dan siapa yang terjerumus ke dalam syubhat itu berarti dia terjerumus ke
dalam perkara yang haram, seperti seorang penggembala yang menggembalakan (binatang
ternaknya) di sekitar daerah terlarang, hampir-hampir dia akan masuk menggembalakan
(binatang ternaknya) di daerah tersebut. Ketahuilah, bahwa setiap raja memiliki daerah
terlarang. Ketahuilah bahwa daerah terlarang milik Allah adalah perkara-perkara yang haram.
Ketahuilah, bahwa dalam tubuh ada segumpal daging, jika baik maka akan menjadi baik
seluruh tubuh, dan jika buruk menjadi buruklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa itu adalah
hati.” (Riwayat al-Bukhari dan Muslim).

Ibadallah,

Betapa agungnya hadits ini dan betapa mendalam makna yang dikandungnya dan muatan nasihat
di dalamnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengelompokkan setiap perkara ke dalam
tiga golongan:

Pertama, sesuatu yang halal yaitu setiap muslim mengetahui dan dapat memastikan bahwa hal
itu halal dengan senyatanya tidak ada kerancuan di dalamnya.

Kedua, sesuatu yang haram yaitu suatu hal yang dapat dipastikan dengan yakin akan
keharamannya, tidak ada seorang pun yang merasa bingung tentang status haramnya.
Keharamannya telah dijelaskan di dalam Alquran dan sunnah secara gamblang dan lugas.

Ketiga, sesuatu yang mutasyabihat (yang masih samar). Namun kesamaran ini tidak berlaku bagi
setiap muslim, hanya saja berlaku bagi sebagian besar umat Islam. Nabi bersabda “perkara yang
samar (syubhat), yang tidak diketahui oleh banyak manusia”. Maksudnya, orang-orang awam
dari umat Islam tidak mengetahuinya dan di sinilah kita bisa melihat kedudukan para ulama,
sebuah kemuliaan yang Allah berikan kepada mereka, mereka mampu mengungkap hakikat
sesuatu yang samar tersebut, sosok mereka sangat dibutuhkan umat, dan umat tidak pernah
merasa kenyang akan petuah mereka. Inilah keagungan mereka sebagai pewaris para nabi.

Ibadallah,

Dalam hadits ini Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi pengajaran yang jelas tentang
bagaimana sikap kita ketika berhadapan dengan permasalahan yang masih samar. Beliau
bersada, “Barangsiapa yang menghindari syubhat itu berarti dia telah membersihkan diri untuk
agama dan kehormatannya”. Orang-orang yang menjauhi perkara yang samar beliau katakan
telah membersih diri untuk agama dan kehormatannya.
Dari sini kita mengetahui untuk memperoleh kehormatan diri dan agama diperoleh dengan cara
menjauhkan diri dari perkara yang masih samar (syubhat). Apabila seseorang bermudah-
mudahan dan sering menganggap remeh permasalah syubhat, maka suatu hari nanti ia akan
terjatuh pada perkara yang sudah jelas keharamannya. Sebagaimana sabda nabi “siapa yang
terjerumus ke dalam syubhat itu berarti dia terjerumus ke dalam perkara yang haram”.

Sabda beliau “siapa yang terjerumus ke dalam syubhat itu berarti dia terjerumus ke dalam
perkara yang haram, seperti seorang penggembala yang menggembalakan (binatang
ternaknya) di sekitar daerah terlarang, hampir-hampir dia akan masuk menggembalakan
(binatang ternaknya) di daerah tersebut. Ketahuilah, bahwa setiap raja memiliki daerah
terlarang.
Ketahuilah bahwa daerah terlarang milik Allah adalah perkara-perkara yang haram”. Daerah
terlarang Allah ‘Azza wa Jalla adalah segala sesuatu yang Dia haramkan dan larang untuk para
hamb-Nya. Dengan demikian, orang yang cerdas adalah mereka yang berusaha keras menjauhi
daerah terlarang Allah tersebut dan berhati-hati agar tidak terjatuh ke dalamnya gara-gara
mendekati perkara-perkara yang samar.

Hadirin sidang Jumat Rohimakumulloh,

Pemahaman dalam permasalahan rezeki yang halal merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan
untuk hidup di zaman sekarang ini dimana begitu banyak perkara samar yang memiliki
kerancuan. Wajib bagi setiap muslim, dimanapun dan kapanpun untuk mejaga kehormatan dan
agama mereka sehingga ketika kelak berjumpa dengan Allah mereka dikenal sebagai orang yang
menjauhi perkara-perkara yang haram dan wasilah-wasilah yang mengantarkan menuju kesana.

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka
sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. Ibrahim: 7).

Anda mungkin juga menyukai