Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

FILSAFAT PENDIDIKAN DIMASA DEPAN


Dosen Pengampu:
Dr.Hj.Durrotunnisa, S.Ag., M.Si.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK D
1. Athika Hijrah Lestari (A50120058)
2. Dwiyulia Nurlaily (A50120002)
3. Moh.Safwan (A50120008)
4. Mardatilla (A50120052)
5. Rika Samba' (A50120006)
6. Avril Indah Khaerunisa (A50120016)
7. Rahmat Basit (A50120066)
8. Rachmy Pratiwi M (A50120040)
9. Aulia Rahmadani (A50120081)
10. Fera Febriana (A50120074)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TADULAKO
2021

1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala nikmatnya sehingga
penulis dapat menyusun makalah dengan judul “Filsafat Pendidikan Dimasa Depan”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari dosen
yaitu ibu Dr.Hj.Durrotunnisa, S.Ag., M.Si. pada mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan bagi
pembaca.
Penulis mengucapkan terimah kasih sebesar-besarnya kepada ibu
Dr.Hj.Durrotunnisa, S.Ag., M.Si. selaku dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan.
Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan bagi
penulis. Penulis juga mengucapkan terimah kasih kepada semua pihak yang telah
membantu proses penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini, dan sebagai pembelajaran dimasa depan.

Pasangkayu, 28 April 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Filsafat Pendidikan
B. Problematika Pendidikan
C. Solusi Pemecahan Problematika Pendidikan di Indonesia
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan
E. Filsafat Pendidikan Dimasa Depan
F. Perubahan Filsafat Pendidikan Dimasa Depan
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Problema-problema pendidikan dari masa ke masa menjadi perhatian para
ahli. Pendidikan merupakan usaha manusia meningkatkan kesejahteraan lahir
batin suatu bangsa dan masyarakat. Karena pendidikan sangat mempengaruhi
kemajuan suatu bangsa.
Berfikir secara bijaksana sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan problema-
problema yang ada. Indonesia mempunyai cita-cita yang jelas dalam hal
pendidikan. Untuk mewujudkan cita-cita tersebut dibutuhkan kerjasama lapisan
masyarakat. Guru adalah salah satu lapisan masyarakat yang mempengaruhi
pendidikan anak.
Pada makalah ini penulis akan menguraikan mengenai Problematika
Pendidikan dan filsafat Pendidikan dimasa depan.
B. Rumusan masalah
1. Apa pengertian filsafat Pendidikan?
2. Apa saja problematika Pendidikan?
3. Jelaskan masalah-masalah pokok pendidikan di Indonesia?
4. Bagaimana solusi pemecahan problematika pendidikan di Indonesia?
5. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah
Pendidikan?
6. Bagaimana filsafat pendidikan dimasa depan?
7. Bagaimana perubahan filsafat pendidikan dimasa depan?

C. Tujuan
1. Untuk memenuhi tugas dari ibu Dr.Hj.Durrotunnisa, S.Ag., M.
2. Untuk mengetahui Pengertian Filsafat Pendidikan
3. Untuk mengetahui Problematika Pendidikan
4. Untuk mengetahui Masalah-Masalah Pokok Pendidikan di Indonesia
5. Untuk mengetahui Solusi Pemecahan Problematika Pendidikan di Indonesia
6. Untuk mengetahui Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya
Masalah Pendidikan
7. Untuk mengetahui Filsafat Pendidikan Dimasa Depan
8. Untuk mengetahui Perubahan Filsafat Pendidikan Dimasa Depan

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan


Filsafat pendidikan berasal dari dua kata yaitu kata filsafat dan kata pendidikan.
Filsafat sendiri berasal dari bahasa yunani “Philos” yang memiliki arti kecintaan dan
“sophia yang memiliki arti kebijaksanaan. Jika diterjemahkan dari dua kata ini, maka
filsafat dapat diartikan sebagai kecintaan akan kebijaksanaan. Jika diartikan secara
lengkap maka filsafat dapat diartikan sebagai kajian mendalam yang dilakukan terhadap
ilmu pengetahuan didasarkan atas kecintaan seseorang terhadap ilmu pengetahuan
tersebut.
Jika diterapkan dalam pendidikan, maka lahirlah apa yang disebut dengan filsafat
pendidikan yang artinya adalah sebuah ilmu filsafat yang terfokus pada bidang
pendidikan. Dalam hal ini, filsafat benar-benar difokuskan di setiap bagian dari bidang
pendidikan dari mulai kulit hingga akar-akarnya. Filsafat pendidikan akan membahas ilmu
mengenai pendidikan itu sendiri secara mendalam dan meluas di setiap bagian dari ilmu
pendidikan.

Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat


pelaksanaan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang,
cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang dilakukan adalah dengan
menganalisis secara kritis struktur dan manfaat pendidikan.

B. Problematika Pendidikan di Indonesia


Begitu banyak permasalahan yang sering menjadi penghambat peningkatan
kualitas pendidikan Indonesia secara umum. Keadaan pendidikan Indonesia
dewasa ini, menurut Ahmad Tafsir dalam Filsafat Pendidikan Islami, 3 ditandai
dengan permasalahan sebagai berikut :
1. Sistem Pendidikan kita masih kaku. Suatu sistem yang terperangkap dalam
kekuasaan otoriter yanng sifatnya kaku. Ciri-cirinya adalah birokrasi yang ketat
dan sentralisme. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Indonesia telah memberi ruh baru dalam pendidikan namun juga
tidak banyak merubah pelaksana pendidikan yang terbiasa menunggu petunjuk
dari pusat.
2. Sistem Pendidikan Nasional kita telah diracuni dengan praktek korupsi, kolusi
dan nepotisme. Manipulasi dana yang terjadi ternyata dilakukan oleh orang-
orang di lingkungan pendidikan itu sendiri. Komite sekolah belum mampu
mengontrol secara menyeluruh di lingkungan sekolah sendiri, apalagi

5
mengontrol ke tingkat lebih tinggi sampai ke Dinas Pendidikan. Praktek korupsi
seperti itu yang menjadi kanker yang berjasa memerosotkan kualitas pendidikan
kita.
3. Sistem Pendidikan kita tidak berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. Hal
yang sering terjadi adalah pendidikan yang sering menjadi beban bagi
masyarakat.
4. Sistem Pendidikan kita belum mengantisipasi abad ke-21. Perubahan kurikulum
tidak mampu memberikan kontribusi maksimal, karena hanya terkesan tambal
sulam. Pergantian kebijakan di pemerintahan hampir pasti mengubah tatanan
pendidikan di Indonesia.
5. Biaya / anggaran pendidikan masih terlalu kecil. Kebutuhan pendidikan menuju
persaingan mutu dan kualitas pendidikan sangat besar dari segi anggaran. Kalau
yang terjadi masih terkesan seadanya, maka Indonesia masih terus tertinggal.
6. Daya Saing lulusan yang masih rendah. Secara individu, banyak pelajar
Indonesia yang berprestasi sampai ke tingkat Internasional namun secara global
pendidikan kita tidak menjadi tujuan menimba ilmu minimal di Asia Tenggara.
Berbagai situasi yang digambarkan Tafsir di atas mungkin hanyalah sebagai
kecil dari kompleksitas problematika pendidikan yang kita hadapi. Permasalahan
yang di sebutkan di atas adalah masalah di kulit luarnya pendidikan, belum lagi
jika mencoba masuk lebih jauh dalam proses pendidikan. Kompleksitas
pendidikan akan terlihat secara lebih riil dan variatif. Mulai dari masalah guru
yang tidak memenuhi syarat kompetensi, sehingga kesulitan menerapkan materi
yang terdapat dalam kurikulum. Saran dan prasarana pendidikan yang sangat
minim, disertai dengan administrasi dan manajemen sekolah yang amburadul.
Selain itu, banyak lagi permasalahan yang tidak terlihat secara langsung, tetapi
berkaitan satu sama lain. Oleh karena itu, perlunya memandang problematika
pendidikan secara holistik dan integral
C. Solusi Pemecahan Problematika Pendidikan di Indonesia
Dalam menghadapi masalah ketidak jelasan tujuan pendidikan selama ini,
perlu segera di rumuskan secara jelas variabel-variabel yang harus dicapai untuk
masing-masing jenjang pendidikan mulai dari tingkat dasar hingga perguruan
tinggi, dalam arti penerapan hasil secara realistis yang dapat di rasakan dampaknya
di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat dan bernegara tidak dalam wacana
pencapaian tujuan secara idialistis.

6
Untuk mengatasi ketidak serasian kurikulum , perlu di hilangkan kesan
adanya pengindentikan sekolah hanyalah menanamkan teori-teori ilmu melulu,
perlu menghilangkan kesan bahwa pendidikan itu identik dengan pengajaran, perlu
meminimalisir kekeliruan langkah dalam pembuatan kurikulum yang kurang
berorientasi terhadap kondisi riil pemenuhan kebutuhan masyarakat.
Demikian pula dalam mengatasi ketiadaan tenaga pendidik yang berkualitas
dan yang profesional, perlu merekrut sebanyak-banyaknya tenaga – tenaga dari
lulusan lembaga pendidikan dengan keharusan memiliki kecakapan menguasahi
ilmu-ilmu yang di perlukan bagi pembuatan standard kualitas minimal, tenaga
yang menguasai ilmu-ilmu yang diperlukan untuk melaksanakan menejement
pendidikanyang dapat membawa perubahan ke arah yang lebih maju.
Syarat lainnya yang harus ada pada diri pendidik minimal, memiliki
kedewasaan berfikir, kewibawaan, kekuatan kepribadian, memiliki kedudukan
sosial-ekonomi yang cukup, kekompakan sesama pendidik dalam satu team. Dan
lain sebagainya.
Pengukuran dalam bidang pendidikan sangat menetukan berkualitas atau
tidaknya individu peserta didik, hal itu tergantung bagaimana alat ukur yang di
pergunakan. Dalam kenyataannya masih banyak alat ukur yang di buat secara
sembarangan tanpa melalui proses standardisasi, sehingga alat ukur tersebut tidak
bisa diandalkan , karena tidak valid dan tidak reliabel.Oleh sebab itu perlu
membuat alat ukur yang valid dan reliabel , disertai dengan pemberian nilai-nilai
angka seobyektif mungkin tanpa terpengaruh oleh subyektifitas dan rekayasa,
hanya dengan cara pengukuran seperti inilah yang dapat menjamin mutu hasil
pendidikan yang diharapkan.
Pada akhirnya , untuk mencari solusi terhadap penjenjangan pendidikan,
haruslah di dasarkan pada apa saja yang harus di bentukkan pada anak didik , perlu
melakukan perhitungan secara seksana dengan melakukan experimen yang matang
untuk menemukan fakta-fakta kebenaran baru dalam rangka meninjau kembali
penjenjangan tingkat pendidikan yang selama ini di pedomani.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Masalah Pendidikan


Permasalahan pokok pendidikan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan sosial budaya dan masyarakat. Pembangunan sistem pendidikan tidak
mempunyai arti apa-apa jika tidak sinkron dengan pembangunan nasional. Kaitan
yang erat antara bidang pendidikan sebagai sistem dengan sistem sosial di budaya
sebagai suprasisstem tersebut dimana sistem pendidikan menjadi bagiannya,

7
menciptakan kondisi sedemikian rupa sehingga permasalahan interen sistem
pendidikan itu menjadi sangat kompleks. Artinya, suatu permasalahan interen
dalam sistem pendidikan selalu ada kaitan dengan masalah-masalah di luar sistem
pendidikan itu sendiri. Pada dasarnya ada dua masalah pokok yang di hadapi oleh
dunia pendidikan di tanah air kita dewasa ini yaitu, pertama: Bagaimana semua
warga negara dapat menikmati kesempatan pendidikan, kedua: Bagaimana
pendidikan dapat membekali peserta didik dengan keterampilan kerja yang mantap
untuk dapat terjun ke dalam kehidupan bermasyarakat.
Masalah pemerataan pendidikan adalah persoalan bagaimana pendidikan
sistem dapat menyediakan kesempatan yang luas kepada seluruh warga negara
untuk memperoleh pendidikan,sehingga pendidikan itu menjadi wahana bagi
pembangunan sumber daya manusia untuk menunjang pembangunan. Masalah
pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khusunya anak
usia sekolah yang tidak dapat di tampung di dalam sistem atau lembaga
pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia. Pada awalnya, di
tanah air kita pemerataan pendidikan itu telah di nyatakan di dalam undang-
undang No.4 Tahun 1950 sebagai dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di
sekolah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah pendidikan yaitu:
1. Perkembangan Iptek dan seni perkembangan iptek terdapat hubungan yang
erat antara pendidikan dengan iptek ( ilmu pengetahuan dan teknologi ). Ilmu
pengetahuan merupakan hasil eksplorasi secara sistem dan terorganisasi
mengenai alam semesta,dan teknologi adalah penerapan yang di rencanakan
dari ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
masyarakat.Perkembangan seni kesenian merupakan aktifitas berkreasi
manusia.secara individual ataupun kelompok yang menghasilkan sesuatu yang
indah. Berkesenian menjadi kebutuhan hidup manusia. Melalui
kesenian.manusia dapat menyalurkan dorongan berkreasi atau mencipta yang
bersifat orsinil( bukan tiruan ) dan dorongan spontanitas dalam menemukan
keindahan.
2. Laju pertumbuhan penduduk, masalah kependudukan dan kependidikan
bersumber pada dua hal,yaitu: pertambahan pertumbuhan, dan penyebaran
penduduk.
3. Aspirasi masyaraakat,dalam banyak hal meningkat khususnya aspirasi
terhadap pendidikan hidup yang sehat aspirasi terhadap pekerjaan,
kesemuanya ini mempengaruhi peningkatan aspirasi terhadap pendidikan.
Orang mulai melihat bahwa untuk dapat hidup yang lebih layak dan sehat
harus ada pekerjaan tetap yang menopang, dan pendidikan memberi jaminan

8
untuk memperoleh pekerjaan yang layak dan menetap itu. Pendidikan di
anggap memberikan jaminan bagi peningkatan taraf hidup. Sebagai akibat dari
meningkatnya aspirasi terhadap pendidikan maka orang tua mendorong
anaknya untuk sekolah,agar nantinya anak-anaknyamemperoleh pekerjaan
yang lebih baik dari pada orang tuanya sendiri. Dorongan yang kuat ini juga
terdapat pada anak-anak sendiri. Beberapa hal yang tidak di kehendaki antara
lain ialah seleksi penerimaan siswa pada berbagai jenis dan jenjang
pendidikan menjadi kurang objektif, jumlah murid dan siswa perkelas
melebihi yang semestinya,jumlah kelas setiap sekolah membengkak,di
adakanya kesempatan belajar bergilir pagi dan sore dengan pengurangan jam
belajar,kekurangan sarana belajar,kekurangan guru dan seterusnya.
4. Keterbelakangan budaya, adalah suatu istilah yang di berikan oleh
sekelompok masyarakat yang merasa dirinya sudah maju ke pada masyarakat
lain pendukung suatu budaya. Bagi masyarakat pendukung
budaya,kebudayaanya pasti di pandang sebagai sesuatu yang bernilai dan
baik. Terlepas dan kenyataan apakah kebudayaanya tersebut tradisional atau
sudah ketinggalan jaman. Karena itu penilaian dari masyarakat luar itu di
anggap subjektif.maupun dari lingkungan masyarakat sendiri. Kebudayaan
baru itu baik yang bersifat material seperti peralatan-peralatan pertanian,
rumah tangga, transportasi, telekomunikasi, dan yang bersifat nonmaterial
seperti paham atau konsep baru tentang keluarga berencana, budaya
menabung, penghargaan terhadap waktu dan lain-lain. Keterbelakangan
budaya terjadi karena: letak geografis tempat tinggal suatu masyarakat yang
terpencil, penolakan masyarakat terhadap datangnyaunsur budaya baru karena
tidak di pahami atau karena di khawatirkan akan merusak sendi masyarakat,
ketidakmampuan masyarakat secara ekonomis menyangkut unsur kebudayaan
tersebut.
5. Permasalahan pendidikan aktual, permasalahan pendidika aktual di indonesia
selalu menghadapi masalah, karena selalu terdapat kesenjangan antara apa
yang di harapkan dengan hasil yang dapat di capai dari proses pendidikan.
Permasalahan aktual berupa kesenjangan-kesenjangan yang pada saat ini kita
hadapi dan terasa mendesak untuk di tanggulangi. Beberapa masalah aktual
pendidikan yang akan di kemukakan meliputi masalah-masalah keutuhan
pencapaian sasaran,kurikulum.peranan guru, pendidikan dasar 9 tahun, dan
pendayagunaan teknologi pendidikan. Masalah aktual tersebut ada yang
mengenai konsep dan ada yang mengenai pelaksanaanya. Misalnya
munculnya kurikulum baru adalah masalah konsep. Masalah keutuhan
pencapaian sasaran di dalam undang-undang No.2 tahun 1989 tentang sistem
pendidikan nasional Bab 11 pasal 4 telah di nyatakan bahwa tujuan

9
pendidikan nasional ialah mengembangkan manusia indonesia seutuhnya.
Banyak hambatan yang harus di hadapi dalam pelaksanaan system pendidikan
antara lain: kurikulum sudah terlalu sarat, pendidikan afektif, sulit di
programkan secara eksplisit karena di anggap menjadi bagian dari kurikulum
tersembunyi yang keterlaksananya sangat tergantung kepada kemahiran dan
pengalaman guru, pencapaian hasil pendidikan afektif memakan
waktu,sehingga memerlukan ketekunan dan kesabaran pendidik, menilai hasil
pendidikan tidak mudah.
6. Masalah pendidikan 9 tahun, keberadan pendidikan 9 tahun mempunyai
landasan yang kuat. UU RI no 2 tahun 1989 pasal 6 mengatakan tentang hak
warga negara untuk mengikuti pendidikan sekurang kurangnya tamat
pendidikan dasar. Kemudian PP NO. 28 tahun 1990 tentang pendidikan
dasar,pasal 2 mengatakan bahwa pendidikan dasar merupakan pendidikan 9
tahun terdiri atas program pendidikan 6 tahun di SD dan program pendidikan
3 tahun di SLTP, pasal 3 memuat tujuh pendidikan dasar yaitu: memberikan
bekal kemampuan dasar kepada peserta didik untuk mengembangkan
kehidupannya sebagai pribadi,anggota masyarakat,warga negara, dan anggota
umat manusia, serta mempersiapkan peserta didik untuk mengikuti pendidikan
menengah. Dalam pelaksanaan pendidikan dasar 9 tahun, lebih-lebih pada
tahap awal sudah pastibanyak hambatannya, hambatan tersebut ialah: realisasi
pendidikan dasar yang di atur PP no.28 tahun 1989masih harus di carikan titik
temunya dengan PP no 65 tahun 1951 yang mengatur sekolah dasar sebagai
bagian dari pendidikan dasar, karena PP tersebut belum di cabut, krikulum
yang belum siap.

E. Filsafat Pendidikan Dimasa Depan


Tentu saja perubahan zaman membuat perubahan dalam cara berpikir atau
cara berfilsafat hal ini menyebabkan terjadi perubahan pula dalam filsafat
Pendidikan itu sendiri. Dalam proses perkembangan filsafat pendidikan ke depan,
pendidik harus melihat bagaimana perkembangan filsafat akhir-akhir ini, untuk
melihat gambaran filsafat di masa depan. Gambaran filsafat pendidikan di masa
depan dapat diperoleh dari fakta - fakta yang ada di masa kini, ditambah dengan
kemungkinan - kemungkinan yang masuk akal yang dapat terjadi di masa yang ada
datang.
Adapun untuk melihat fakta-fakta dan kemungkinan-kemungkinan yang ada
dapat kita gunakan konsep-konsep seperti posmodernisasi,vitualisasi, dekonstruksi
pendidikan dan evokusi filsafat pendidikan masa depan.

10
1. Posmodernisasi Apa itu posmodernisasi? Posmodernisasi berasal dari kata
“post” berarti setelah sedangkan “modern” artinya setelah, menurut Jurgen
Habermas mengatakan bahwa konsep posmodern merupakan “proyek yang
belum selesai’’ artinya, konsep-konsep yang menjadi ciri khas modern masih
tetap dipergunakan, yakni akal sehat (Rene Descartes), industrialisasi (Karl
Marx), positivisme dalam ilmu-ilmu social (Auguste Comte). Menurut Jean-
Francois Lyotard berpandangan bahwa konsep posmodern merupakan
penolakan terhadap konsep modern. Hal-hal yang ditolak adalah nilai-nilai
modern yang membuat manusia terjerembab ke dalam kemiskinan, eksploitasi,
kesenjangan, dan dominasi. Menurut Michel Foucault konsep posmodern tidak
berawal dari kontinuitas, tetapi sebaliknya yaitu berasal dari diskontinuitas.
Dimana ia tidak membayangkan kenyataan yang dihadapi sebagai hal yang
teratur, melainkan merupakan hal yang kacau (fraktal). Tiga kutub ini dapat
dikatakan sebagi model-model pemikiran kontemporer dalam mereaksikan
pemikiran-pemikiran sebelumnya, dan dimasa yang akan dating. Tiga sudut ini
akan terus berdialog, dan hasil dialog tersebut tidaklah membentuk satu
kesimpulan final, tetapi tetap sebagai simpulan sementara.
2. Virtualisasi Pendidikan Pendidikan mengalami perubahan realitas, yaitu dari
pendidikan yang bersifat riil atau empiris, menuju ke pendidikan yang bersifat
virtual. Misalnya dalam konsep kosmologi dimana objek berfikir nya
menggunakan benda mati, maka dari sana akan didapati konsep-konsep tentang
alam semesta yang berubah. Lalu dalam konsep ontologi, yakni tentang
pencarian kenyataan yang hakiki, manusia akan dihadapkan pada kenyataan
semu (virtual reality). Contohnya saat ini orang tidak perlu ke toko buku untuk
membeli buku karena didalam dunia internet sudah disediakan berbagai toko
dengan pilihan buku yang lebih lengkap, dan sementara pembeli hanya tinggal
pilih buku yang di inginkan. Fakta-fakta seperti itulah yang menantang filsafat
untuk merumuskan kembali apa yang dimaksud dengan kenyataan dan apa
bedanya dengan imajinasi. Dan terakhir dalam konsep etika, contohnya seperti
munculnya teknologi bayi tabung (IVF; in vitro fertilization), clonning, dan tes
DNA. Semua teknologi tersebut menantang filsafat untuk mendefinisikan
kembali tentang asal-usul dan nilai manusia. Dengan begitu “penciptaan”
manusia melalui sebuah wadah yang dinamakan tabung incubator sudah
mungkin dapat terjadi karena ada nya sebuah teknologi.
3. Dekonstruksi Pendidikan Dekonstruksi pendidikan merupakan bentukan dari
kata “kontruksi” yang berarti bangunan dan diberi imbuhan “de” yang berarti
merusak. Secara ilmiah, dekontruksi memiliki arti yaitu berpandangan bahwa
konsep-konsep postmodern memiliki banyak kelemahan sehingga perlu

11
dibongkar dan ditata ulang. Sehingga dapat disimpulkan bahwa merubah
konsep-konsep filsafat pendidikan itu sendiri kemudian membangun lagi
konsep-konsep filsafat pendidikan adalah arti dari dekonstruksi pendidikan.
4. Evolusi Filsafat Pendidikan Masa Depan Di masa depan filsafat pendidikan
akan ditandai dengan adanya perubahan tatanan konsepsi-konsepsi filsafat
pendidikan itu sendiri. Contoh ketika filsafat dikatakan telah mati, maka secara
otomatis akan melahirkan filsafat yang baru. Klaim matinya filsafat itulah yang
disebut sebagai konsepsi filsafat yang bereaksi terhadap konsepsi-konsepsi pada
filsafat sebelumnya. Karena gagasan matinya filsafat adalah bagian dari konsep
filsafat itu sendiri, sehingga dengan itu filsafat justru akan hidup ketika
dinyatakan mati. Sebab, klaim kematian yang dimaksud adalah konsep filsafat
yang berlaku pada masa lalu, sementara tantangan dan konsep baru filsafat yang
dihadapi itu masih dan akan terus hidup sampai sekarang.
F. Perubahan Filsafat Pendidikan Dimasa Depan
Filsafat itu sangat fleksibel terhadap perubahan dan bersifat terbuka
(open minded) Hal tersebut terjadi karena sudah menjadi naluri manusia untuk
selalu menginginkan perubahan-perubahan dalam hidupnya. Manusia tidak ingin
hanya menerima satu macam keadaan saja, tetapi juga berkeinginan memiliki
keadaan lain yang tidak sama dengan masa sebelumnya. Sebagai contoh ketika
zaman yunani kuno ada banyak filsuf-filsuf yang bermunculnya sebagai contoh
Plato dengan Ariestoteles. Plato adalah filsuf yang beranut paham Idealisme
sedangkan Ariestoteles yang mana adalah anak didik Plato beranut paham
Realisme. Dari sini dapat di tarik bahwa ariestoteles membuktikan ia ingin
menciptakan keadaan yang berbeda atau baru yang mana tidak sama dengan
paham plato walaupun ariestoteles adalah anak didik dari plato. Begitu juga sama
halnya dengan filsafat pendidikan yang akan selalu berubah sesuai dengan
perkembangan zaman. Hal ini lah yang membentuk pola pikir atau filsafat juga
berubah mengikuti kebutuhan sesuai dengan perkembangan. Contohnya, dahulu
orang-orang berlomba untuk mempelajari mesin tik demi membuat sebuah laporan
yang diketik, namun lihatlah saat ini karena adanya perkembangan dan kemajuan
zaman, saat ini semua orang justru berlomba-lomba untuk mempelajari Microsoft
demi membuat laporan.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesinpulan
Filsafat pendidikan merupakan ilmu filsafat yang mempelajari hakikat
pelaksanaan dan pendidikan. Bahan yang dipelajari meliputi tujuan, latar belakang,
cara, hasil, dan hakikat pendidikan. Metode yang dilakukan adalah dengan
menganalisis secara kritis struktur dan manfaat pendidikan.
perubahan zaman membuat perubahan dalam cara berpikir atau cara
berfilsafat hal ini menyebabkan terjadi perubahan pula dalam filsafat Pendidikan
itu sendiri. Dalam proses perkembangan filsafat pendidikan ke depan, pendidik
harus melihat bagaimana perkembangan filsafat akhir-akhir ini, untuk melihat
gambaran filsafat di masa depan. Gambaran filsafat pendidikan di masa depan
dapat diperoleh dari fakta - fakta yang ada di masa kini, ditambah dengan
kemungkinan - kemungkinan yang masuk akal yang dapat terjadi di masa yang ada
datang

13
DAFTAR PUSTAKA
https://pengertiandefinisi.com/pengertian-filsafat-pendidikan/
https://www.bing.com/search?
q=Problematika+Pendidikan&form=EDGSPH&refig=29f5acec8c1a41c4bc3f285
4dd908fc7&mkt=id-id&msnews=1&sp=-
1&pq=problematika+pendidikan&sc=5-
23&qs=n&sk=&cvid=29f5acec8c1a41c4bc3f2854dd908fc7
https://yanugilang.wordpress.com/2011/04/14/problematika-pendidikan-di-
indonesia-dan-solusi-pemecahannya/
https://rhioobetz.wordpress.com/2017/03/25/faktor-yang-mempengaruhi-
permasalahan-pendidikan-dan-upaya-penanggulangannya/
https://www.academia.edu/40562224/
Filsafat_Pendidikan_Filsafat_Pendidikan_di_Masa_Depan_

14

Anda mungkin juga menyukai