Anda di halaman 1dari 3

2.

Individu
Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring mengenai pengertian individu
yaitu; orang seorang; pribadi orang (terpisah dari yang lain): ..., maka contoh dari
individu adalah manusia. Manusia bisa didefinisikan sebagai makhluk individu,
karena memiliki unsur jasmani dan rohani, unsusr fisik dan psikis, unsur jiwa dan raga
yang menyatu dalam diri (Mujahidatul Musfiroh)

Individu ini hidup, karena ia memiliki unsur jasmani dan rohani, unsusr fisik dan
psikis, unsur jiwa dan raga yang menyatu dalam diri (Mujahidatul Musfiroh). Maka
dari itu, individu ini pasti menjalani kehidupan dalam hidupnya.
3. Kehidupan
Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring mengenai pengertian
kehidupan yaitu, cara (keadaan, hal) hidup: ....
Berdasarkan pengertian kehidupan di atas; dapat disimpulkan bahwa kehidupan
adalah cara (keadaan, hal) hidup yang dijalani oleh individu dalam menjalani
hidupnya. Maka dalam menjalani hidupnya ini, individu pasti akan mengalami
persoalan hidup dalam hidupnya.
4. Persoalan Hidup
Dewasa ini, kehidupan manusia berlangsung menjadi lebih kompleks. Merujuk
kepada Bastaman, 1996 (dalam Baldi Bukhori, 2006: 93) mengungkapkan:
“Modernisasi, industrialisasi, dan kemajuan Ilmu pengetahuan-teknologi (iptek) telah
menciptakan peradaban yang menjanjikan kemajuan dan kemudahan bagi
pemenuhan kebutuhan manusia. Namun di balik itu, hal-hal di atas mengakibatkan
beban psikologis dalam kehidupan pribadi, keluarga, dan masyarakat semakin
meningkat, sehingga kegelisahan seakan-akan melanda masyarakat modern baik di
kota maupun desa. Kehidupan modern yang materialistik cenderung menuntut pola
pandang serba rasional, kerja efisien efektif, dan kesibukan mencari nafkah, sehingga
mengabaikan hal-hal yang mengandung kebermaknaan hidup, seperti kekhusukan
ibadah, kebersamaan hidup, kepasrahan diri, kesabaran, dan sikap-sikap etik religius
lainnya.”
Berdasarkan keterangan di atas; dapat dismpulkan, dengan adanya modernisasi,
industrialisasi dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek), tidak dapat
dinafikan lagi bahwa kehidupan manusia berlangsung menjadi lebih kompleks.
Jadi, ditambah dengan kehidupan yang bertambah kompleks, tidak bisa dinafikan lagi
bahwa individu dalam menjalani hidupnya ini pasti akan mengalami yang namanya
persoalan hidup.
Akan tetapi, persoalan hidup yang dialami tidak boleh membuat individu depresi
atau bahkan sampai menyerah dalam menjalani hidupnya. Ia harus meyakini bahwa
ini adalah ujian dari Allah SWT. Yang harus dijalani dengan segenap hati, supaya
hidupnya bisa selamat di dunia maupun di akhirat nanti.
Maka dari itu, diperlukan sarana yang baik supaya bisa menjalani hidup ini dengan
segenap hati, yaitu dengan menerapkan sabar khususnya ketika sedang mengalami
persoalan hidup.
5. Sabar Ketika Mengalami Persoalan Hidup
a) Dalam Perspektif Agama Islam
Untuk menjelaskannya, merujuk kepada penelitian Subandi, 2011, yang mana Bapak
Subandi dalam penelitiannya ini melakukan penelusuran kata sabar di dalam Al
Qur'an dengan menggunakan software Al Quran dan Terjemahannya. Hasilnya,
Beliau menemukan 46 ayat yang memuat kata sabar dan 19 ayat untuk kata
kesabaran. Misalnya dalam surat Al-Baqarah ayat 153 disebutkan bahwa Allah
berfirman:
" Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai
penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.
Ayat ini secara eksplisit menyebutkan bahwa kondisi sabar dapat digunakan sebagai
suatu bentuk usaha untuk memecahkan masalah (problem solving).
b) Dalam Perspektif Psikologi
Merujuk kepada Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring bahwa ‘psikologi’ dijelaskan
sebagai: ilmu yang berkaitan dengan proses mental, baik normal maupun abnormal
dan pengaruhnya terhadap perilaku; ilmu pengetahuan tentang gejala dan kegiatan
jiwa.
Untuk menjelaskan sabar dalam perspektif psikologi ketika individu menghadapi
persoalan hidup, merujuk lagi kepada penelitian Subandi, 2011: 225. Dijelaskan
dalam kesimpulan penelitian Beliau, bahwasanya terdapat lima kategori yang
tercakup dalam konsep sabar yaitu:
1. Pengendalian diri: menahan emosi dan keinginan, berpikir panjang,
memaafkan kesalahan, toleransi terhadap penundaan.
2. Ketabahan: bertahan dalam situasi sulit dengan tidak mengeluh.
3. Kegigihan: ulet, bekerja keras untuk mencapai tujuan dan mencari pemecahan
masalah.
4. Menerima kenyataan pahit dengan ikhlas dan bersyukur.
5. Sikap tenang, tidak terburu-buru.
Jadi bila individu menerapkan sabar, maka akan berpengaruh terhadap keadaan
psikologisnya yang akan tergambar melalui perilakunya. Gambaran perilakunya
seperti: dapat mengendalikan diri, tabah, gigih, dapat menerima kenyataan pahit
dengan ikhlas, bersyukur, dapat bersikap tenang, dan tidak terburu-buru. (Subandi,
2011: 225)
6. Keadaan Psikologis
Setelah dijelaskan pada nomor 5 (lima) mengenai sabar ketika mengalami persoalan
hidup dalam perspektif agama Islam dan psikologi, maka dapat disimpulkan bahwa
dengan menerapkan sabar dapat berpengaruh kepada keadaan psikologis individu
yang akan tergambarkan melalui perilakunya seperti; dapat mengendalikan diri,
tabah, gigih, dapat menerima kenyataan pahit dengan ikhlas, bersyukur, dapat
bersikap tenang, dan tidak terburu-buru. (Subandi, 2011: 225).
Sehingga pengaruhnya sabar pada psikologis individu adalah, dapat membuat
keadaan psikologisnya merasakan secara postif kebahagiaan dan kemampuan diri.
(Daradjat, 2001 dalam Baldi Bukhori, 2006: 3).
Keadaan psikologis ini dibagi menjadi dua yaitu; keadaan psikologis yang baik dan
keadaan psikologis yang kurang baik. Yang mana masing-masing dari kedua keadaan
psikologis ini akan mempengaruhi kepada kesehatan mental individu, yaitu:
1. Keadaan psikologis yang baik akan mewujudkan mental yang sehat yaitu, dapat
membuat keadaan psikologisnya merasakan secara positif kebahagiaan dan
kemampuan diri. (Daradjat, 2001 dalam Baldi Bukhori, 2006: 3)
2. Keadaan psikologis yang kurang baik kemungkinan besar tidak akan
mewujudkan mental yang sehat, sehingga akan menimbulkan peyakit pada
kesehatan mental seperti; gangguan kecemasan (anxiety disorder), gangguan
suasana hati, gangguan psikotik, gangguan makan, gangguan kontrol impuls dan
kecanduan, gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca trauma, gangguan
kepribadian. (Amelia Riskita, 2021)

Anda mungkin juga menyukai