Anda di halaman 1dari 22

Kebijakan Transformasi Pelayanan

Kesehatan Rujukan
(Layanan PIE)

Direktorat Pelayanan Kesehatan Rujukan

Disampaikan pada Sosialisasi KMK RS Jejaring Pengampuan Layanan Penyakit Infeksi Emerging
Jumat, 11 Agustus 2023
2
Akses layanan rujukan terbatas, terutama di daerah luar Jawa
Kalimantan Sulawesi
1.19 1.46
15.92 Juta Populasi 19.22 Juta Populasi

Tempat Tidur RS/1,000 populasi Sumatera


1.28 Maluku
56.95 Juta Populasi
Indonesia 1.18 1.18
2.95 Juta Populasi

Rerata Asia 3.3 DKI Jakarta


Rerata negara OECD 4.8 2.24
10.37 Juta Populasi

Jawa & Bali Nusa Tenggara Papua


1.10 0.76 1.20
152.42 Juta Populasi 10.24 Juta Populasi 4.18 Juta Populasi

Sedangkan, mutu RS di Indonesia juga perlu ditingkatkan


Setiap tahunnya,.. … terutama ke 3 negara tujuan

600ribu – 1juta
WNI berobat ke luar negeri
Malaysia RRT Thailand
~70% transaksi wisatawan ~300 ribu WNI berobat untuk Biaya pengobatan cukup
US$11.5 miliar medis Indonesia penyakit komplikasi bersaing dibanding Malaysia
untuk pelayanan kesehatan ke luar negeri
2
Indonesia mengalami krisis penyakit katastrofik
yang menyebabkan kematian tinggi Terdapat hambatan
dalam peningkatan
pelayanan penyakit
katastrofik
2,5 dari 1000 1 dari 1000
orang beresiko mengalami stroke orang beresiko mengalami  Kurangnya akses ke
per tahun, dimana 15% beresiko serangan jantung, dimana ~11% layanan rumah sakit
meninggal beresiko meninggal rujukan, terutama di
daerah terpencil
 Kurangnya kualitas
4-12 bulan ~50,000 layanan rumah sakit
 Waktu tunggu yang
waktu tunggu antri operasi jantung anak dengan Penyakit Jantung lama untuk
Bawaan tidak tertangani
mendapatkan
layanan
 Kurangnya
~70% +70% pemerataan alat dan
dokter spesialis di
pasien kanker terlambat datang ke kenaikan jumlah kasus Penyakit seluruh Indonesia
rumah sakit Ginjal Tahap Akhir di tahun 2019

3
3
Pelayanan pada penyakit yang menjadi layanan prioritas

Perubahan pola penyakit penyebab kematian tertinggi selama 10 Penyakit Katastrofik → Layanan Prioritas
tahun terakhir

Jantung Stroke Kanker

Sumber: Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME)

Kelompok penyakit tersebut menimbulkan beban pembiayaan


terbesar
Uronefrologi Kesehatan Ibu Tuberkulosis
& Anak

Infeksi Gastro- Diabetes


Emerging hepatologi Mellitus
Sumber: BPJS Kesehatan, 2021 4
Kemenkes berkomitmen untuk melakukan transformasi sistem kesehatan
6 pilar transformasi penopang kesehatan Indonesia

Visi
Sejalan dengan visi Presiden untuk mewujudkan masyarakat yang sehat, produktif, mandiri dan berkeadilan

Outcome Meningkatkan kesehatan ibu, Memperkuat sistem


RPJMN bidang anak, keluarga berencana Mempercepat perbaikan gizi Memperbaiki Gerakan Masyarakat kesehatan & pengendalian
kesehatan dan kesehatan reproduksi masyarakat pengendalian penyakit Hidup Sehat (GERMAS) obat dan makanan

1 Transformasi layanan primer 2 Transformasi layanan 3 Transformasi sistem ketahanan


rujukan kesehatan

a b c d a b
Edukasi Pencegahan Pencegahan Meningkatkan Meningkatkan akses Meningkatkan Memperkuat
6 kategori penduduk primer sekunder kapasitas dan dan mutu layanan ketahanan sektor ketahanan
utama kapabilitas sekunder & tersier farmasi & alat tanggap darurat
7 kampanye utama: Penambahan Skrining 14 penyakit
imunisasi, gizi imunisasi rutin penyebab kematian layanan primer kesehatan
Pembangunan RS di Jejaring nasional
seimbang, olah raga, menjadi 14 antigen tertinggi di tiap sasaran Pembangunan Kawasan Timur, jejaring Produksi dalam negeri
anti rokok, sanitasi & dan perluasan usia, skrining stunting, & Puskesmas di 171 kec., pengampuan layanan 14 vaksin rutin, top 10 surveilans berbasis lab,
cakupan di seluruh peningkatan ANC untuk penyediaan 40 obat unggulan, kemitraan obat, top 10 alkes by tenaga cadangan
Indonesia. kesehatan ibu & bayi. esensial, pemenuhan dengan world’s top volume & by value. tanggap darurat, table
kebersihan lingkungan, healthcare centers.
SDM kesehatan primer top exercise
skrining penyakit,
kesiapsiagaan krisis.
kepatuhan pengobatan

4 Transformasi sistem 5 Transformasi SDM 6 Transformasi


pembiayaan Kesehatan teknologi kesehatan
kesehatan Penambahan kuota mahasiswa, Pengembangan dan pemanfaatan teknologi,
beasiswa dalam & luar negeri, digitalisasi, dan bioteknologi di sektor kesehatan.
Regulasi pembiayaan kesehatan dengan 3
tujuan: tersedia, cukup, dan berkelanjutan; kemudahan penyetaraan nakes lulusan
alokasi yang adil; dan pemanfaatan yang luar negeri.
efektif dan efisien.
Stratifikasi dan jejaring Pengampuan Layanan Prioritas
Identifikasi kompetensi RS dalam pelayanan 10 penyakit prioritas dan pembentukan jejaring pengampuan

Masalah Kesehatan Prioritas: Kompetensi rumah sakit belum merata


• Jantung Sistem rujukan belum optimal Penurunan:
• Stroke Terbatasnya sarpras & alat kesehatan • Angka kesakitan
• Kanker
• Angka kematian
• Ginjal
• Ibu dan Anak AKSES DAN MUTU • Biaya pelayanan
• TB
• PIE Peningkatan:
• DM
STRATIFIKASI & PEMBENTUKAN JEJARING • Produktifitas
• Gastrohepatologi • Kualitas hidup
• Keswa PENGAMPUAN

Pembentukan Meningkatnya
Pemetaan • Penentuan
Penentuan RS jejaring kompetensi RS yg
kompetensi RS ke target
pengampu pengampuan diampu dalam
dalam strata pengampuan
utama sesuai strata penanganan
kompetensi • Pelaksanaan
kompetensi penyakit prioritas

Pararel dengan penyiapan SDM di Ditjen Nakes : Beasiswa pendidikan, pelatihan dan penempatan
6
Pemerataan layanan rujukan melalui optimalisasi jejaring RS untuk 4 penyakit
(jantung, kanker, stroke dan uro-nefro) ditargetkan mencapai 100% kab/kota di 2027

ILUSTRATIF

Percepatan peningkatan cakupan


pelayanan RS rujukan untuk 4
penyakit katastropik utama,
dengan visi:
• 34 provinsi memiliki minimal 1 RS
tingkat Paripurna / Utama
• 507 kab/kota memiliki minimal 1
RS tingkat Madya*

Target
50% kabupaten/kota sebelum 2025 dan
50% 100%
100% sebelum 2028 2022 2024 2027

*507 Kab/kota yang sudah memiliki RSUD


7
Rumah Sakit Jejaring Pengampuan Layanan Kanker, Jantung, Stroke
dan Ginjal di Indonesia
Tahap I (2022 – 2024) Tahap II (2025 – 2027)
RS Utama di seluruh provinsi + RS Madya di 50% RS Utama di seluruh Provinisi + RS Madya di 100 %
Kabupaten/Kota Kab/Kota diseluruh Provinsi

RS Utama  1 provinsi memiliki 1RS Utama,  1 provinsi memiliki 1RS Utama,


(Jika Provinisi memiliki lebih dari 1 RS, maka dipilih 1 (Jika Provinisi memiliki lebih dari 1 RS, maka dipilih 1
RS yang dikembangkan) RS yang dikembangkan)

RS Madya  Dipilih dari 50 % Kabupaten/Kota yang ada di 1  Dipilih dari 50 % sisanya dari Kabupaten/Kota
Provinsi berdasarkan pendekatan: yang ada di 1 Provinsi
▪ Populasi terbesar yang ada
▪ Pendekatan Geospasial
▪ Rumah Sakit milik pemerintah daerah tipe
tertinggi di Kab/Kota
▪ Pertimbangan rekomendasi Dinas Kesehatan
 Jika di Kab/Kota dengan 50 % populasi terbanyak
memiliki 1 RS Madya maka dipilih hanya 1 RS
 Contoh dari 10 kabupaten di Provinsi A maka pada
tahap 1 dipilih 5 kab/kota
8
Payung Hukum Program Pengampuan dituangkan dalam Keputusan Menteri
Kesehatan tentang RS Jejaring Pengampuan Pelayanan Prioritas

Kanker Kardiovaskular Stroke

Uronefrologi KIA DM TB & Respirasi

Gastrohepatologi Kesehatan Jiwa PIE


9
Dokumen Keputusan Menteri Kesehatan tentang Jejaring Pengampuan Pelayanan Prioritas dapat diakses melalui : https://link.kemkes.go.id/KMKPengampuan
Juknis Pengampuan Rumah Sakit Jejaring Layanan Prioritas

10
1 RS pengampu nasional sebagai koordinator pengampuan untuk
masing-masing penyakit, dan diturunkan ke RS regional

Skema
pengampuan Kriteria Rumah Sakit Contoh
RS Pengampu  RS Kelas A dengan strata Paripurna  RSJPD Harapan Kita
Nasional
 RS Pendidikan  RS Kanker Dharmais
(Koordinator  Pelayanan spesialistik dan subspesialistik di lingkup  RSK Pusat Otak Nasional
Pengampu)
yang diampu  RSUPN Cipto Mangunkusumo
RS Pengampu  RS milik Pemerintah Pusat / Daerah dengan strata  RSUP Dr. Sardjito
Regional minimal Utama  RSUP Prof. Ngoerah
 RS Pendidikan  RSUP Dr. Hasan Sadikin
 Pelayanan spesialistik dan/atau subspesialistik  RSUD Dr. Soetomo
dilingkup yang diampu
RS Diampu  Memiliki pelayanan dasar dari program pelayanan
prioritas
 Belum sesuai target strata dalam hal: standar
pelayanan, SDM, sarana prasarana, alat kesehatan

11
1. Jejaring RS dan Fasilitas

Program jejaring rujukan mengelompokkan RS menjadi Madya, Utama,


dan Paripurna, di mana masing-masing memiliki kapabilitas yang
berbeda
RS Madya RS Utama RS Paripurna

Jantung dan  Mampu diagnostik invasif dan  Mampu melakukan bedah jantung  Mampu melakukan pelayanan
intervensi non-bedah, misal pasang terbuka dan bedah syaraf bedah dan intervensi non-bedah
Stroke ring dan trombektomi/coiling terbuka/clipping jantung dan saraf advanced

 Mampu melakukan bedah tumor  Mampu melakukan terapi radiasi,  Mampu melakukan terapi kanker
Kanker dasar dan kemoterapi bedah kanker stadium lanjut, dan komprehensif dan mutakhir, misal
kemoterapi microsurgery, proton therapy

 Mampu melayani hemodialisis dan  Mampu melayani hemodialisis  Mampu melakukan transplantasi
Ginjal CAPD dengan teknik khusus ginjal
 Mampu melakukan terapi batu  Mampu skiring calon transplantasi  Mampu pelayanan bedah kelainan
saluran kemih dewasa dengan ginjal kongenital ginjal
teknik invasif minimal
 Mampu terapi keganasan urologi
 Mampu skrining dan diagnosis
keganasan urologi

 Minimal mampu melakukan  Minimal mampu melakukan  Mampu melakukan tindakan


Kesehatan persalinan Caesar dengan berat persalinan Caesar dengan berat bendah jantung anak kompleks
Ibu & Anak bayi >1800 gr atau usia kehamilan bayi >1000 gr atau usia kehamilan
 Mampu memberikan bantuan
>34 minggu, bantuan napas non >28 minggu, bantuan napas invasif,
invasif & penunjang pernapasan
invasif, bedah sederhana bedah kompleks
 Mampu pelayanan kelainan
 Minimal mampu melakukan  Minimal mampu melakukan
metabolik bawaan (rare disease)
pelayanan kehamilan dengan pelayanan kehamilan dengan 12
masalah obstetrik kelainan medis lain
Program jejaring rujukan mengelompokkan RS menjadi Madya, Utama,
dan Paripurna, di mana masing-masing memiliki kapabilitas yang
berbeda
RS Madya RS Utama RS Paripurna
 Mampu melakukan pelayanan  Mampu melakukan pelayanan  Mampu melakukan pelayanan
Diabetes Layanan DM Dasar, perawatan kaki komplikasi DM intervensi KV bedah, transplantasi ginjal, metabolic surgery,
DM, HD dan intervensi KV non bedah terapi laser mata dan prostesa kaki DM layanan DM presisi & stem cell*

 Mampu melakukan pelayanan • Mampu melakukan terapi suportif  Mampu melakukan terapi suportif
Infeksi promotif preventif, deteksi cepat minimal optimal, biorepositori komprehensif, deteksi berbasis
biomolekuler terbatas patogen genomic
 Mampu melakukan terapi suportif
standar, deteksi berbasis kultur
 Mampu melakukan pelayanan TB  Mampu melakukan pelayanan  Mampu melakukan pelayanan
Tuberkulosis sensitif obat rawat jalan dan rawat intervensi paru non bedah dan komprehensif dan pelayanan
inap bedah mikrobiologi (lab. mandiri)
 Mampu melakukan pelayanan TB
resisten obat rawat jalan dan rawat
inap
 Minimal mampu melakukan  Minimal mampu melakukan  Mampu melakukan transplantasi
Gastro- diagnostik lanjut dan dan intervensi diagnostik dan intervensi lanjut hati
hepatologi dasar hepatitis, sirosis, & kanker hepatitis, sirosis, & kanker

 Minimal mampu melakukan layanan  Minimal mampu melakukan 2 ▪ Minimal mampu melakukan 3
Kesehatan rawat jalan, IGD & rawat inap Psikiatri layanan subspesialis psikiatri, lay. layanan subspesialistik psikiatri,
Jiwa akut, hotline service, CLP Rehab psikososial, keswamas, anak layanan khusus ansietas depresi, CLP
remaja, psikogeriatri, napza

13
*RSCM
8 RS Vertikal sebagai koordinator jejaring pengampuan 10 layanan prioritas

RSCM sebagai Pengampu Layanan DM, RSAB Harapan Kita sebagai Pengampu
Ginjal, Hepar, dan KIA* Layanan KIA*

RS Kanker Dharmais sebagai RSUP Persahabatan sebagai Pengampu


Pengampu Layanan Kanker Layanan Respirasi dan Tuberkulosis

RS PON sebagai Pengampu Layanan RSPI Sulianti Saroso sebagai Pengampu


Stroke Layanan Penyakit Infeksi Emerging

RSJPD Harapan Kita sebagai RSJ Marzoeki Mahdi sebagai


Pengampu Layanan Jantung Pengampu Layanan Kesehatan Jiwa

* RSAB dan RSCM menjadi Pengampu Nasional Bersama pada Layanan KIA 14
Kegiatan pengampuan dilakukan dengan metode: daring, luring, dan
kombinasi
Metode Jenis Kegiatan Deskripsi
Daring Sosialisasi • Pemaparan penelitian/ registry layanan/ perkembangan guideline/ jurnal/ materi
lain yang menunjang dalam pelayanan prioritas
• Setidaknya 1 kali sebulan di W2

Pelatihan/ peningkatan kompetensi • Kegiatan webinar/ guest lecture

Diskusi kasus • Pembahasan kasus dengan narasumber yang kompeten


‒ Kriteria kasus yang didiskusikan terdapat di juknis
‒ Diskusi kasus kecil: dipimpin oleh Rumah Sakit Pengampu; setidaknya 1 kali
sebulan W3
‒ Diskusi kasus besar: dipimpin oleh Koordinator Rumah Sakit Pengampu;
setidaknya 1 kali sebulan W4

Sistem rujukan terintegrasi • Menggunakan Sisrute


Konsultasi kasus • Melalui telemedicine
Luring Pendampingan pelayanan • Supervisi dan konsultasi langsung
• Bisa dilakukan pelayanan rawat jalan, rawat inap maupun unit gawat darurat
Pendampingan pelaksanaan tindakan • Proctorship secara bertahap hingga mencapai target kompetensi yang diampu
Kombinasi Workshop, pelatihan, fellowship • Untuk Nakes dalam pelayanan (dokter, perawat, Nakes lain)
• Dilakukan oleh RS Pengampu Utama atau RS Pengampu dengan berkoordinasi
• Menggunakan modul yang ditetapkan oleh RS Pengampu Nasional

15
Tahapan Kegiatan Pengampuan

2 4

Visitasi
dan MoU/PKS Pelaksanaan Perlu komitmen dan peran
dengan Pengampuan
Pemerintah
Daerah + RS aktif berbagai stake holder
Diampu
terutama RS jejaring untuk
mencapai target dan juga

Pra Visitasi clinical outcome program


Penyusunan
Daring/Luring Monitoring pengampuan.
Program
Kemenkes + RS Pengampuan & Evaluasi
Pengampu

1 3 5

16
Dukungan pemenuhan kebutuhan SDM, SPA, dan
Kegiatan Pengampuan

Jangka Pendek Jangka Pendek


SDM • Pemenuhan SDM melalui SPA • Investasi alkes dan
fellowship/pelatihan (3 – 12 pengembangan infrastruktur Tindak lanjut
bulan) RS milik Pusat/Daerah melalui
• Penambahan center dana PEN, DAK, BLU/BLUD,
APBD (DAU), pinjaman, dsb
❑ Perlu dukungan
fellowship/pelatihan
Pemerintah Daerah
• Penugasan dokter residen
• Penugasan dokter melalui PDGS/ untuk mempercepat
Pendayagunaan Nakes WNI LN pemenuhan kebutuhan
• Program Proctorship dari RS SDM & SPA
Pengampu ❑ Perlu dukungan
percepatan regulasi
Jangka Panjang Jangka Panjang terutama untuk
• Program pendidikan dokter • Investasi alkes RS milik TNI/Polri
pembukaan fellowship
spesialis dan subspesialis (2 – 5 untuk mendukung baru
tahun) melalui beasiswa Ditjen pemerataan akses layanan
Nakes dan LPDP
❑ Perlu dukungan
rujukan Organisasi Profesi
• Penambahan center pendidikan
terutama untuk
dokter spesialis dan subspesialis
penempatan lulusan
baru
17
Progress penandatanganan MOU dengan Kepala Daerah
Provinsi J K S U KIA TB DM GH PIE KJ Provinsi J K S U KIA TB DM GH PIE KJ
1 Aceh 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 22 Sulawesi Utara 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹
2 Sumatera Utara 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 23 Gorontalo 🗹
3 Sumatera Barat 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 24 Sulawesi Barat 🗹
4 Riau 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 Sulawesi
25 🗹 🗹 🗹
Tengah
Kepulauan
5 🗹 🗹 Sulawesi
Riau 26 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹
Selatan
6 Bengkulu 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 27 Maluku Utara 🗹
7 Jambi 🗹 🗹 🗹 28 DI Yogyakarta 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹
Sumatera
8 🗹 🗹 🗹 🗹 29 Jawa Timur 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹
Selatan
Kep. Bangka Kalimantan
9 🗹 30
Belitung Utara
10 Lampung 🗹 Sulawesi
31
Tenggara
11 Banten 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 32 Maluku
12 DKI Jakarta 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 33 Papua
13 Jawa Barat 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 34 Papua Barat
14 Jawa Tengah 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 TOTAL 29 23 21 18 11 15 9 9 13 9
15 Bali 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹
Persentase 85% 68% 62% 53% 32% 44% 26% 26% 38% 26%
Nusa Tenggara
16 🗹
Timur
Nusa Tenggara
Kendala:
17 🗹 🗹 🗹
Barat
Kalimantan
● Kemenkes melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi untuk
pembuatan MOU, selanjutnya dari Dinas Kesehatan yang Highlights:
18 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 akan berkoordinasi dengan Biro Pemerintah Daerah
Barat ● Untuk mengatasi potensial permasalahan tersebut • Dukungan dari Plt. Dirjen
Kalimantan
19
Timur
🗹 🗹 🗹 🗹 Kemenkes telah didukung Kemendagri melalui Surat Edaran
dari PLT Dirjen OTDA untuk percepatannya
Otonomi Daerah untuk
20
Kalimantan
🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹 🗹
● Pembuatan MOU di Biro Pemerintahan Daerah melibatkan percepatan pembuatan MoU
Selatan Biro Otda dan Biro Kerjasama, sehingga pembahasan draft
Kalimantan MOU harus disetujui sebelum ditandatangani oleh Kepala
21 🗹 🗹 Daerah
Tengah 18
● Birokrasi administrasi harus ±10 hari sejak disetujui
KMK Pengampuan Pelayanan Penyakit Infeksi Emerging (PIE)
Implementasi transformasi layanan rujukan untuk mendekatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan sekunder
dan/atau tersier bagi seluruh masyarakat Indonesia dibutuhkan upaya pengembangan manajerial dan klinis rumah
sakit melalui jejaring pengampuan pelayanan rumah sakit

TUGAS KOORDINATOR
1. Merangkap sebagai rumah sakit pengampu 6. Menyusun standar prosedur operasional pengampuan pelayanan
penyakit infeksi emerging, yang diacu oleh rumah sakit jejaring
2. Menyusun rencana strategis jejaring pengampuan dan upaya
pengampuan pelayanan penyakit infeksi emerging disesuaikan dengan
pencapaianya sesuai dengan indikator keberhasilan pengampuan.
strata pelayanannya.
3. Melakukan koordinasi dan fasilitasi terhadap penguatan pelayanan,
7. Melakukan koordinasi registry terkait penyakit infeksi emerging yang
Pendidikan, dan penelitian translasional, termasuk kemitraan dengan
berbasis rumah sakit dan surveilans berbasis sindrom melalui sistem
pihak ketiga.
pencatatan terpadu.
4. Melakukan kajian dan memberikan rekomendasi kepada Kementerian
8. Melakukan monitoring evaluasi proses pelaksanaan pengampuan
Kesehatan terhadap: a. Target tahunan; b. Kebutuhan sumber daya
manusia termasuk peningkatan kompetensinya; dan c. Perencanaan jejaring sesuai target pengampuan secara berkala melalui sistem
pengampuan terpadu.
sarana, prasarana, dan peralatan, pengampuan pelayanan penyakit
infeksi emerging. 9. Memberikan feedback dan rekomendasi kepada rumah sakit diampu
terkait progres pengampuan pelayanan penyakit infeksi emerging.
5. Pemenuhan sumber daya manusia direncanakan rumah sakit dengan
road map per tahun sampai mencapai target stratifikasi. Rumah sakit 10. Melakukan koordinasi kegiatan Pencegahan, Deteksi, Respon, dan
berkoordinasi dengan koordinator rumah sakit pengampu dan rumah Pemulihan dengan Direktorat Jenderal P2P, Direktorat Jenderal
sakit pengampu di wilayahnya. Perencanaan road map tersebut dapat Kesehatan Masyarakat, dan Dinas Kesehatan wilayah setempat dan
berkoordinasi dan diawasi kesesuaiannya oleh Kementerian Kesehatan Laboratorium Kesehatan Masyarakat dalam pelaksanaan program
bersama Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau Kabupaten/Kota. Hasil pengampuan pelayanan penyakit infeksi emerging.
pengawasan tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam proses 11. Menyampaikan laporan pelaksanaan pengampuan pelayanan penyakit
akreditasi rumah sakit. infeksi emerging secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada Menteri
melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, atau sewaktu-waktu
apabila diperlukan.

19
KMK Pengampuan Pelayanan Penyakit Infeksi Emerging (PIE)
TUGAS RS PENGAMPU TUGAS RS DIAMPU
1. Melakukan pengampuan kepada rumah sakit jejaring pengampuan 1. Menerima pengampuan dari rumah sakit pengampu dan
pelayanan penyakit infeksi emerging sesuai dengan kewilayahan yang melaksanakan pelayanan penyakit infeksi emerging secara
telah ditetapkan. komprehensif.
2. Melakukan pembinaan pelayanan penyakit Infeksi emerging termasuk
2. Melakukan penguatan dan/atau pengembangan pelayanan penyakit
bidang manajemen, pelayanan, pendidikan, pelatihan, dan penelitian
infeksi emerging termasuk bidang manajemen, pelayanan,
pelayanan penyakit infeksi emerging.
pendidikan, pelatihan, dan penelitian pelayanan penyakit infeksi
3. Melakukan pengembangan pelayanan penyakit infeksi emerging secara emerging yang berkoordinasi dengan rumah sakit pengampu.
komprehensif sesuai dengan strata dan standar pelayanan.
4. Melakukan pengembangan kemitraan dan usaha dalam rangka 3. Melakukan pengembangan kemitraan dan usaha dalam rangka
peningkatan pelayanan, pendidikan, dan penelitian pelayanan peningkatan pelayanan, pendidikan dan penelitian setelah
penyakit infeksi emerging. berkoordinasi dengan rumah sakit pengampu.
5. Melakukan kajian dan memberikan rekomendasi kepada koordinator 4. Melakukan registry terkait penyakit infeksi emerging yang berbasis
terhadap: a. Pemenuhan target tahunan. b. Kebutuhan sumber daya rumah sakit dan surveilans berbasis sindrom melalui sistem pencatatan
manusia termasuk peningkatan kompetensinya. c. Sarana, prasarana, terpadu.
dan peralatan yang dibutuhkan dalam pengampuan pelayanan 5. Menyediakan data penyakit penyakit infeksi emerging yang menjadi
penyakit infeksi emerging. kebutuhan dan analisis pelayanan penyakit infeksi emerging untuk
6. Menyusun rencana operasional dan strategis bisnis dalam rekomendasi kebijakan menyediakan data beban penyakit infeksi
pengembangan pelayanan penyakit infeksi emerging. emerging yang menjadi kebutuhan dan analisis pelayanan penyakit
7. Melakukan registry terkait penyakit infeksi emerging yang berbasis infeksi emerging untuk rekomendasi kebijakan.
rumah sakit dan surveilans berbasis sindrom melalui sistem pencatatan
6. Menyampaikan laporan pelaksanaan pengampuan pelayanan
terpadu.
penyakit infeksi emerging secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada
8. Menyediakan data penyakit-penyakit infeksi emerging yang menjadi rumah sakit pengampu yang ditembuskan ke Direktur Jenderal
kebutuhan dan analisis pelayanan penyakit infeksi emerging untuk Pelayanan Kesehatan dan Koordinator Pengampuan Pelayanan
rekomendasi kebijakan. Penyakit Infeksi Emerging.
9. Memberikan feedback dan rekomendasi kepada rumah sakit diampu
terkait progress pengampuan pelayanan penyakit infeksi emerging.
10. Menyampaikan laporan pelaksanaan pengampuan pelayanan
penyakit infeksi emerging secara berkala setiap 3 (tiga) bulan kepada
Koordinator Pengampuan Pelayanan Penyakit Infeksi Emerging yang 20
ditembuskan ke Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan.
RUMAH SAKIT JEJARING PENGAMPUAN PELAYANAN PIE
Koordinator Strata Strata Utama Strata Madya Provinsi
Paripurna
RS Penyakit RSUP H. RS Umum Haji RS Umum Sumatera
Infeksi Prof. Adam Malik Medan Daerah Utara
Dr. Sulianti Medan Djasamen
Saroso Saragih
Target Strata Provinsi letak
Jakarta RS Umum
Cara Pembacaan Utama di RS berada
Daerah
Daftar RS Jejaring Koordinator
Provinsi Kabanjahe
Pengampuan Tersebut RS Umum
Daerah
Tarutung
Strata Paripurna
RS Umum
di Provinsi Tersebut
Daerah Drs.
(Regionalisasi Terpisah) H. Amri
Tambunan

Target Strata Madya


di Provinsi Tersebut

Anda mungkin juga menyukai