Anda di halaman 1dari 27

Kepaniteraan Klinik Departemen Ilmu Kesehatan Mata

Fakultas Kedokteran Universitas Papua

Case Report

“Kalazion Palpebra Oculus


Dextra et Sinistra”
Oleh:
Mukhlishah Afra Zunairoh

Pembimbing:
dr. Sri Widiastuti, Sp.M
TABLE OF CONTENTS

01 02
ILUSTRASI KASUS TINJAUAN PUSTAKA

03 04
PEMBAHASAN KESIMPULAN
01

ILUSTRASI KASUS
Perolehan Data Identitas Pasien
Anamnesis, pengamatan dan Inisial : Nn. SH
analisis dari RM Nomor RM : 103212
Usia : 23 tahun
Dilakukan pada 03 Juli 2023 di Jenis Kelamin : Perempuan
Poli Klinik Mata RS Kasih Herlina Pekerjaan : Mahasiswa
Kota Sorong. Suku : Bugis
Alamat : Jl. Sungai Mamberamo
Tanggal Pemeriksaan: 03 Juli 2023
Anamnesis
Keluhan Utama:
Benjolan pada kelopak mata kiri dan kanan.
Riwayat Penyakit Sekarang:
• Pasien datang ke poli mata karena timbul benjolan (+) di kedua kelopak mata 3 bulan
SMRS
• Benjolan awalnya muncul pada mata sebelah kanan, ukurannya semakin membesar,
mengakibatkan rasa kurang nyaman, benjolan sempat mengeluarkan nanah
• 1 minggu kemudian benjolan muncul di kelopak mata sebelah kiri
• Benjolan mulai muncul sejak pasien sering mencabut bulu matanya (+) menggunakan
tangan tanpa mencuci tangan
• Penglihatan kabur akibat benjolan (-), nyeri (-), gatal (-), riwayat trauma (-)
Anamnesis Pem. Fisis
Riwayat Penyakit Dahulu:
Keadaan Umum:
● (-) • Baik
Riwayat Penyakit Keluarga: Kesadaran:
• CM, E4V5M6
● Tidak diketahui
Status generalis:
Riwayat Penggunaan Obat: • dalam batas normal
● (-)
Riwayat Sosial dan Kebiasaan:
● Sering mencabut bulu
matanya menggunakan
tangan tanpa mencuci
tangan
Status Oftalomologi
Pemeriksaan Slit Lamp

OD

OS
Dx kerja:
Diagnosis • Kalazion palpebra oculus
dextra et sinistra

Medikamentosa
• Cendoxitrol zalf 3,5 gram 3 x oe ODS
Edukasi
Tatalaksana •

jaga kebersihan mata
hindari menyentuh mata dengan
tangan
• bersihkan tangan jika ingin
menyentuh mata

Prognosis Bonam
02
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Palpebra

M.
Jaringan Konjungtiva
Lapisan kulit orbicularis Tarsus
areolar palpebra
oculi
Kelenjar Meibom
Kalazion
• Kalazion merupakan peradangan lokal granulomatosa, akibat tersumbatnya
kelenjar Meibom
• Penyumbatan kelenjar Meibom disertai infeksi ringan à mengakibatkan
peradangan kronis
• Berkembang dalam beberapa minggu-bulan
• Sebagian besar kalazion mengarah ke permukaan konjungtiva, yang dapat sedikit
memerah atau meninggi.
• Jika ukuran besar à dapat menimbulkan astigmatisme
Epidemiologi
Studi di India:
Frekuensi
kalazion 0,24%

USA:
Umumnya pada
usia 30-50 thn

Brazil:
Dilaporkan
sekitar 0,2-0,3%

• Orang dewasa > anak-anak


• Kejadian secara global à ~0,2-0,7%
• Hasil riset à kejadian pada perempuan > laki-laki, terutama selama masa
pubertas dan kehamilan
Etiologi dan Faktor Risiko
Kalazion terjadi akibat tersumbatnya kelenjar Meibom à dapat secara
idiopatik, akibat infeksi oleh organisme dengan virulensi rendah, iritasi kronis

Hygiene
Acne palpebra Infeksi
Blefaritis rosacea virus/bakteri Vit. A rendah
buruk

Perubahan Trauma Riw. kalazion


Gastritis hormonal Merokok palpebra sebelumnya
Patofisiologi

- Idiopatik kandungan
obstruksi kelenjar
- Infeksi ringan
kelenjar Meibom terinfiltrasi ke
- Iritasi kronis jaringan sekitar

memicu respons
pembentukan gejala radang
inflamasi
lipogranuloma ringan
granulomatosa
Manifestasi Klinis

● Benjolan tidak nyeri selama beberapa minggu-bulan


● Benjolan dapat diraba dengan jari
● Rasa tidak nyaman dan mengganjal pada mata
● Eversi palpebra à konjungtiva hiperemis, atau abu-abu di atas kalazion
● Lebih sering muncul pada palpebra superior
● Ukuran < 1 cm, jika lebih besar à dapat astigmatisme
● Tidak nyeri, tidak berfluktuasi
Diagnosis
Anamnesis
• Benjolan/pembengkakan tanpa rasa sakit pada kelopak mata
• Terjadi beberapa minggu atau bulan, mengganggu kenyamanan
• Pasien mulai berobat ketika semakin memburuk à gangguan penglihatan, semakin
meradang, nyeri dan terinfeksi
• Riw. pembengkakan kelopak mata serupa sebelumnya
Pem. Fisis
• Palpebra à nodul soliter dan tidak nyeri pada lempeng tarsus
• < 1 cm, biasanya 7-8 mm
• Sebagian besar nodul teraba keras, eritematosa (-), berfluktuasi (-), nyeri (-)
• Tekanan manual margin palpebra à sekresi kental seperti pasta gigi dari kel. Meibom
• Temuan kulit lain à jerawat, rosacea
Diagnosis
Pemeriksaan Slit Lamp
• Untuk menyingkirkan madarosis (kehilangan bulu mata), poliosis
(pemutihan bulu mata), ulserasi à kecurigaan etiologi lain

• Kelenjar Meibom à sering terdapat difus kekuningan dari orifisium


tepi kelopak mata
• Hiperemis konjungtiva palpebra dan tarsus
Diagnosis Banding
Hordeolum

Eksternum Internum
Biasanya di kelopak mata anterior, berasal dari kel. Dikaitkan dengan abses purulen yang
Zeis, infeksi Staph.aureus terlokalisir, biasanya akibat Staph.aureus

Keluhan à nyeri tekan, eritema, sekret lebih besar Kelenjar dapat membesar, menyebabkan
dibanding kalazion pembengkakan kelopak mata yang sangat besar

Kelenjar yang meradang menjadi keras, bengkak Terkadang peradangan dapat pecah melalui duktus
dan lunak, dapat segera terbentuk abses atau konjungtiva
Diagnosis Banding

Karsinoma Kelenjar Sebasea


• Paling sering pada orang tua, di kelopak mata atas
• Dapat berasal dari kel. Meibom, kel. Zeis, kel. sebasea
• Klinis à mirip kalazion, blefaritis kronis
• Dapat terjadi kerontokan bulu mata, stimultan terkena kedua kelopak mata pada satu sisi (5%)
• Lesi à nodular tampak seperti jaringan yang berbeda, padat, sering berada di lempeng tarsus
atas, sedikit kekuningan
Tatalaksana
Konservatif

• Kompres hangat 2-4 kali selama 15 menit


• Pembersihan kelopak mata secara berkala dengan sampo bayi, masase kelopak mata

Medikamentosa

• Antibiotik sistemik à dipertimbangkan pada kasus berat/berulang


• Pengobatan akut à tetes atau salep antibiotik-steroid topikal
• Kasus kronis (gagal dengan konservatif) à injeksi intralesi kortikostreroid (0,1-0,2 ml
triamcinolone acetonid 40 mg/ml)

Pembedahan à kalazion berukuran besar (kuretase+drainase)

• Eksisi bedah à melalui insisi vertikal ke dalam kelenjar tarsal dari permukaan
konjungtiva à diikuti kuretase materi gelatinosa dan epitel kelenjar secara hati-hati
Prognosis

● Diharapkan prognosis yang sangat baik


● Kalazion yang tidak diobati à dapat sembuh spontan dalam beberapa minggu
● Kekambuhan cukup sering terjadi à pasien harus diberi konseling tentang
kebersihan kelopak mata
● Jika sering kambuh, pasien usia tua à perlu dicurigai mengarah ke keganasan
03. PEMBAHASAN
04. KESIMPULAN
Pembahasan
Pasien perempuan, 23 tahun à sesuai data epidemiologi kalazion

Anamnesis:

•Benjolan pada kelopak mata kanan dan kiri sejak 3 bulan SMRS yang tidak nyeri, muncul di atas serta bawah
kelopak mata, menyebabkan rasa seperti mengganjal, tidak nyaman à sesuai gejala kalazion
•Muncul benjolan sejak pasien sering mencabut bulu mata menggunakan tangan tanpa mencuci tangan à
faktor risiko kalazion

Pemeriksaan slit lamp:

•edema (+) massa (+) palpebra ODS superior dan inferior, konjungtiva palpebra hiperemis (+) à lesi kalazion

Pada pasien tatalaksana medikamentosa:

•cendoxitrol zalf 3,5 gram, 3 x oe ODS à sesuai teori medikamentosa à kombinasi kortikosteroid dan antibiotik
Kesimpulan
● Kalazion merupakan peradangan granulomatosa, akibat tersumbatnya kel. Meibom
● Gejala à benjolan tanpa nyeri pada kelopak mata, selama beberapa minggu-bulan
● Paling banyak pada usia dewasa, kejadian pada wanita > pria
● Faktor risiko à blefaritis, rosacea, infeksi bakteri, hygiene kelopak mata buruk
● Jika ukuran kalazion cukup besar à dapat astigmatisma
● Pasien yang mengalami rekurensi à perlu dicurigai malignansi
● Tatalaksana à konservatif, medikamentosa, pembedahan
● Perlu dibedakan dengan hordeolum, keganasan kelenjar sebasea
● Prognosis umumnya baik
DAFTAR PUSTAKA
1. Eva-Riordan P, Whitcher JP. Oftalmologi umum (vaughan & asbury’s general ophthalmology) [eBook].
Susanto D, editor. 17th ed. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2007. 16-8, 79 p.
2. Brar VS, Law SK, Lindsey JL, Mackey DA, Schultze RL, Silverstein E, et al, editors. Fundamental and principles of
ophthalmology [eBook]. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2019. 52-65 p.
3. Nema HV, Nema N. Textbook of ophthalmology [eBook]. 5th ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical
Publishers (P) LTD; 2008. 4, 392-3 p.
4. Ilyas S, Yulianti SR. Ilmu penyakit mata [eBook]. 5th ed. Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia; 2014. 94-5 p.
5. Kupcha A, Law J, Feldman BH, Man WL, Raymond Raymond, Goel S, et al. Joseph SS, editor. Chalazion
[internet]. [place unknown]; American Academy of Ophthalmology: 2023 Apr 30 [cited 2023 July 08].
Available from: https://eyewiki.aao.org/Chalazion.
6. Deschênes J. Chalazion [internet]. [place unknown]; Medscape; [updated 2024 Apr 04; cited 2023 July 08].
Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1212709-overview.
7. Alsammahi A, Aljohani J, Jaad N, Daia OA, Aidayhun M, Almutairi M, et al. Incidence and predisposing factors
of chalazion. International Journal of Community Medicine and Public Health. 2018;5(11):4979-4982.
8. Alharbi AS. Chalazion risk factors: a review article. International journal of Medical Research & Health
Sciences. 2021;10(9):118-123.
9. Soebagjo HD. Nurwasis Nurwasis, Lutfi D, Fatmariyanti S, editors. Penyakit sistem lakrimal [eBook]. Surabaya:
Airlangga University Press; 2019. 41-73 p.
10. Schmidt-Erfurth U, Kohnen T, editors. Encyclopedia of ophthalmology [eBook]. Berlin: Springer-Verlag GmBH
Germany; 2018. 374-6 p.
THANKS!
Do you have any questions?
youremail@freepik.com
+91 620 421 838
yourwebsite.com

CREDITS: This presentation template was created


by Slidesgo, including icons by Flaticon and
infographics & images by Freepik

Please keep this slide for attribution

Anda mungkin juga menyukai