Anda di halaman 1dari 3

REFLEKSI JURNAL

Oleh :
Eka Amelia Safitri
NIM. P1337420615026

PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
2019
REFLEKSI JURNAL

Selama praktik klinik keperawatan 7 (Keperawatan Gerontik dan Keperawatan Keluarga)


selama dua minggu di Puskesmas Pudak Payung, saya menemukan sebuah masalah kesehatan
pada balita dengan diagnosis TB paru. Balita tersebut bernama Anak A berusia 25 bulan dan
jenis kelamin perempuan. Orangtua dari Anak A yaitu Bapak D dan Ibu A memeriksakan Anak
A ke Puskesmas Pudak Payung untuk kontrol satu bulan sekali. Ibu A mengeluhkan jika Anak A
sering batuk-batuk dan berat badannya tidak naik selama dua bulan terakhir. Anak A tubuhnya
tampak kurus dengan BB 9,5 kg dan PB 81 cm.

Anak A diketahui terkena TB Paru baru dua bulan yang lalu. Awalnya orangtua Anak A
tidak begitu peduli dengan kondisi kesehatan anak, kemudian melihat kondisi Anak A yang
sangat memprihatinkan dengan berat badan dibawah normal kemudian orangtua dari Anak A
memeriksakan ke pelayanan kesehatan yaitu di Puskesmas Pudak Payung. Dokter menyarankan
untuk cek dahak Anak A di laboratorium Puskesmas. Hasil dari tes laboratorium menyatakan
bahwa Anak A positif terkena TB Paru. Dokter menganjurkan jika Anak A melakukan
pengobatan rutin selama 6 bulan. Keluarga dari Anak A sebelumnya tidak percaya jika Anak A
sakit TB Paru. Dulu sebelum sakit, Anak tampak sehat badannya dan jarang batuk-batuk.

Kondisi rumah dan lingkungan sekitar tempat tinggal Anak A sangat memprihatinkan,
ventilasi udara yang kurang, keadaan rumah yang lembab sehingga menjadi salah satu faktor
lingkungan yang kurang sehat. Selain itu, kurangnya pengetahuan keluarga tentang penyakit TB
Paru pada anak merupakan salah satu hal yang penting bagi keluarga Anak A. Keluarga Anak A
sebelumnya beranggapan bahwa penyakit TB Paru merupakan penyakit yang biasa dan dapat
sembuh dengan sendirinya. Keluarga Anak A kurang mengetahui tanda dan gejala, penyebab,
dan cara mengobati penyakit TB Paru.

Ibu A berharap sekali jika Anak A segera sembuh dari sakitnya dengan menjalani
pengobatan secara teratur sampai 6 bulan. Kini pengobatan yang sudah dijalani oleh Anak A
berjalan satu bulan. Kondisinya mulai ada perubahan, batuk-batuk yang dirasakan Anak A mulai
berkurang dan terjadi kenaikan berat badan 100 gram. Keluarga Anak A sangat senang dan
bersyukur sekali dengan menjalani pengobatan rutin ada perkembangan untuk Anak A. Keluarga
Anak A akan berusaha dengan sungguh-sungguh secara telaten dalam mengatur jadwal minum
obat, agar Anak A dapat segera sembuh dari sakitnya.

Perawat memberikan pendidikan kesehatan untuk keluarga Anak A tentang TB Paru pada
anak, mulai dari pengertian, tanda dan gejala, cara penularan, pengobatan, penghentian
pengobatan, cara pencegahan dan komplikasi TB. Keluarga mulai mengerti dan memahami
informasi yang dijelaskan oleh perawat, khususnya tentang pengobatan TB yang tidak cukup
diberikan 3 jenis obat anti tuberculosis (OAT) selama 6 bulan. Selain itu keluarga mulai
mengerti dan memahami tentang penghentian obat. Jika selama 6 bulan evaluasi pada Anak A
membaik seperti batuk-batuk hilang, keadaan membaik, anak menjadi lebih aktif, berat badan
meningkat dan foto dada membaik.

Dari pengalaman praktik selama dua minggu di Puskesmas Pudak Payung saya belajar
banyak hal tentang Keperawatan Keluarga dan Gerontik. Refleksi jurnal diatas merupakan salah
satu pengalaman menarik bagi saya dengan kasus TB Paru pada anak.

Anda mungkin juga menyukai