Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

GANGGUAN NUTRISI

OLEH:
DWI PERMATA SARI
(P00320222014)

DOSEN PENGAMPU:
LINA, SKM. M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN ACEH
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN LANGSA
TAHUN 2023
A. Gangguan Penyakit yang Berhubungan dengan Mineral
Mineral adalah ion anorganik esensial untuk tubuh karena peranannya sebagai
katalis dalam reaksi biokimia. Mineral dan vitamin tidak menghasilkan energy, tetapi
merupakan elemen kimia yang berperan dalam mempertahankan proses tubuh.
Adapun salah satu gangguan penyakit yang berhubungan dengan mineral adalah
gagal ginjal kronik. Berikut penjelasanya:
1. Pengertian
Gagal ginjal kronis (GGK) atau merupakan kerusakan ginjal progresif yang
berakibat fatal dan ditandai dengan uremia (urea dan limbah nitrogen lainnya yang
beredar dalam darah serta komplikasinya jika tidak dilakukan dialisis atau transplatasi
ginjal (Nursalam, 2011).
2. Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tanda dan gejala yang ditunjukan oleh gagal ginjal kronis.
a. Kardiovaskuler : hipertensi, pitting edema (kaki,tangan dan sacrum, edema
periorbital, gesekan pericardium, pembesaran vena-vena di leher,
perikarditis, temponade pericardium, hiperkalemia, hiperlipidemia.
b. Integumen: warna kulit keabu-abuan, kulit kering dan gampang terkelupas,
pruritus berat, ekimisis, purpura, kuku rapuh, rambut kasar dan tipis.
c. Paru-paru: ronkhi basah kasar (krekels, spuntum yang kental dan lengket,
penurunan reflex batuk, nyeri pleura, sesak napas, takipnea, pernapasan
kussmaul, pneumonitis uremik.
d. Saluran cerna: bau ammonia ketika bernapas, pengecapan rasa logam,
ulserasi dan perdarahaan mulut, anoreksia, mual dan muntah.
e. Cegukan konstipasi, atau diare, perdarahan pada saluran cerna.
f. Neurologik: kelemahan dan keletihan, konfusi, ketidakmapuan
berkonsentrasi, disorientasi, tremor, kejang, asteriksia, tungkai tidak
nyaman, telapak kaki terasa terbakar, perubahan perilaku.
g. Muskuluskeletal: kram otot, kehilangan kekuatan otot, osteodigrafi ginjal,
nyeri tulang, fraktur, tungkai kaki.
h. Reproduksi: amenorea, atrofi testis, ketidaksuburan, penurunan libido.
i. Hematologi : anemia, trombositopenia (Brunner & Suddarth, 2013)
3. Penyebab
Penyebab PGK yang menjalani hemodialisis di Indonesia menurut Penefri
tahun 2003 yaitu Glomerulonefritis 46,39%, Diabetes Mellitus 18,65%, Obstruksi
dan infeksi 12,85%, Hipertensi 8,46%, dan Sebab lain 13,65%. Penyebab lainnya
yaitu infeksi, penyakit peradangan, penyakit vaskuler hipersensitif, gangguan
jaringan penyambung, gangguan kongenital dan herediter, gangguan metabolisme,
nefropati toksik, nefropati obstruksi dan intoksikasi obat (Priyanto Innike,
Budiwiyono Imam, 2018).
4. Penatalaksanaan
Pengobatan pada penyakit ginjal kronik bertujuan untuk memperlambat
perkembangan penyakit menjadi End-Stage Renal Disease (ESRD). kontrol tekanan
darah menggunakan Angiotensin- Converting Enzyme (ACE) Inhibitors atau
Angiotensin II Receptor Blockers (ARBs) secara efektif dapat membantu
memperlambat perkembangan dari penyakit ginjal kronik. Selain itu kontrol
glikemik pada pasien dengan diabetes dapat menghambat perkembangan dari GGK.
Penatalaksanaan penyakit ginjal kronik meliputi, terapi spesifik terhadap
penyakit yang mendasarinya, penecegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid,
pencegahan dan terapi terhadap penyakit kardiovaskuar, pencegahan dan terapi
terhadap komplikasi, terapi pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi
ginjal. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya diberikan ketika sebelum terjadi
penurunan LFG, sehingga perburukan fungsi ginjal tidak terjadi. Jika sudah terjadi
penurunan LFG maka terapi terhadap penyakit dasarnya ini sudah tidak banyak
bermanfaat. Pencegahan dan terapi terhadap kondisi komorbid juga penting.
Sedangkan untuk terapi pengganti ginjal dilakukan pada penyakit ginjal kronik
stadium 5, yaitu pada LFG kurang dari 15 ml/menit (Suwitra, 2010).

B. Gangguan Penyakit yang Berhubungan dengan Karbohidrat


Menurut (Yazid & Nursanti, 2015), Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang
banyak dijumpai sebagai penyusun utama jaringan tumbuh-tumbuhan. Nama lain
karbohidrat adalah sakarida (berasal dari bahasa latin saccharum = gula). Senyawa
karbohidrat adalah polihidroksi aldehida atau polihidroksi keton yang mengandung
unsur-unsur karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O) dengan rumus empiris total
(CH2O)n.
Adapun salah satu gangguan penyakit yang berhubungan dengan karbohidrat
adalah obesitas. Berikut penjelasanya:
1. Pengertian
Marasmus adalah suatu kondisi dimana anak mengalami penurunan berat
badan sehingga mengalami penciutan atau pengurusan otot generalisata dan tidak
adanya lemak subkutis (Rudolph, 2014). Marasmus adalah suatu bentuk kurang
kalori-protein yang berat. Keadaan merupakan hasil akhir dari interaksi antara
kekurangan makanan dan penyakit infeksi. Selain faktor lingkungan, ada beberapa
faktor lain pada anak sendiri yang dibawa sejak lahir, diduga berpengaruh terhadap
terjadinya marasmus (Nurarif, 2013).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala marasmus yaitu:
a. Berat badan sangat rendah,
b. Kemunduran pertumbuhanotot (atrophi),
c. Wajah anak seperti orang tua (old face),
d. Ukuran kepala tidaksebanding dengan ukuran tubuh,
e. Cengeng dan apatis (kesadaran menurun),
f. Mudah terkena penyakit infeksi,
g. Kulit kering dan berlipat-lipat karena tidak ada jaringan lemak di bawah
kulit,
h. Sering diare,
i. Rambut tipis danmudah rontok.
3. Penyebab
Penyebab utama marasmus menurut yaitu :
a. Faktor psikologis seperti adanya penolakan ibu dan penolakan yang
berhubungan dengan anoreksia.
b. Asupan kalori dan protein yang tidak memadai akibat diet yang tidak
cukup.
c. Kebiasaan makan yang tidak tepat seperti hubungan antara orang tua dan
anak yang terganggu atau tidak harmonis.
d. Adanya kelainan metabolik, atau malformasi kongenital.
4. Penatalaksanaan
Penyebab utama kematian pada gizi buruk meliputi infeksi, dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, dan gagal jantung; Selain itu, terdapat risiko
kematian akibat timbulnya refeeding syndrome. Pengobatan marasmus mungkin
dilakukan di rumah sakit atau di masyarakat, namun telah terbukti bahwa
pengobatan berbasis masyarakat pada anak-anak dengan malnutrisi berat tanpa
komplikasi memiliki hasil yang lebih baik dibandingkan dengan perawatan di
rumah sakit.
Penatalaksanaan marasmus dibagi menjadi tiga fase utama (Grover Z, 2009):
a. Resusitasi dan stabilisasi
b. Rehabilitasi nutrisi
c. Tindak lanjut dan pencegahan kekambuhan

C. Gangguan Penyakit yang Berhubungan dengan Lemak


Lemak adalah zat organik hidrofobik yang bersifat sukar larut dalam air, tetapi
dapat larut dalam pelarut organik seperti kloroform, eter, dan benzen. Unsur penyusun
lemak antara lain adalah Karbon(C), Hidrogen (H), Oksigen(O), dan kadang-kadang
Fosforus (P) serta Nitrogen (N) (Hardinsyah, 2014).
Adapun salah satu gangguan penyakit yang berhubungan dengan lemak adalah
penyakit jantung. Berikut penjelasanya:
1. Pengertian
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung yang terjadi akibat
penyempitan pembuluh darah koroner, penyakit jantung pembuluh darah koroner
sering disebabkan obstruksi arteri koroner pleh plak ateroma. Maka dari itu
menyebabkan ketidaksesuaian antara aliran farah koroner dan homeostasis adenosin
trifosfat ketidakseimbangan suplai dan kebutuhan.
2. Tanda dan Gejala
Manifestasi klinik penyakit jantung koroner adalah angina pektoris merupakan
suatu sindroma klinis yang timbul nyeri dada pada saat melakukan aktivitas karena
adanya iskemik miokard, dari hal tersebut menunjukkan terjadinya penyempitan
pembuluh darah koronaria. Kondisi ini semakin lama akan menyebabkan sindroma
koroner akut yang biasanya dikenal dengan serangan jantung mendadak. Biasanya
berupa nyeri seperti tertekan benda berat, rasa tercekik, ditikam, atau rasa terbakar
pada daerah dada. Umunya nyeri di rasakan dibelakang tulang dada (sternum)
disebelah kiri yang menyebar keseluruh dada. Rasa nyeri juga bisa menjalar ke
tengkuk leher, rahang, bahu, punggung dan lengan kiri. Sebagian kasus biasanya
disertai mual dan muntah, sesak nafas, keringat, bahkan kesadaran menurun (Kabo,
2014).
3. Penyebab
Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya penyempitan, penyumbatan
arteri koroner disebabkan zat lemak kolesterol dan trigliserida yang semakin lama
semakin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam endothelium dari
dinding pembuluh arteri. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah ke otot jantung
menjadi berkurang ataupun berhenti, sehingga mengganggu kerja jantung sebagai
pemompa darah dan dapat merusak system pengontrol irama jantung dan berakhir
dengan kematian. Efek dominan dari jantung coroner adalah kehilangan oksigen ke
jantung karena aliran darah ke jantung berkurang. Pembentukan plak lemak dalam
arteri memengaruhi pembentukan bekuan aliran darah yang akan mendorong
terjadinya serangan jantung.
Proses pembentukan plak yang menyebabkan pergeseran arteri tersebut
dinamakan arteriosclerosis. Hal ini biasa terjadi karena adanya pergeseran gaya
hidup, kondisi lingkungan dan profesi masyarakat yang memunculkan tren penyakit
baru yang bersifat degenerative. Sejumlah perilaku dan gaya hidup yang ditemui
pada masyarakat perkotaan antara lain: mengkonsumsi makanan siap saji yang
mengandung kadar lemak jenuh tinggi, kebiasaan merokok, minuman beralkohol,
kerja berlebihan, kurang berolahraga, dan stress.
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Smellzer dan Barre dengan medikamentosa dan
perubahan pola hidup, sebagai berikut :
a. Nitrat (Nitrogliserin sublingual atau spray) untuk mengatasi angina dengan
cepat.
b. Penyekat beta, dimulai dan dilanjutkan untuk selamanya pada pasien
pascainfark miokard.penghambat ACE atau Angiotensin receptor blocker,
dimulai dan dilanjutkan bagi selamanya pada pasien dengan fraksi ejeksi
ventrikel kiri. Pasien dengan hipertensi, diabetes, penyakit ginjal kronis,
atau pasien yang beresiko tinggi.
c. Antagonis kalsium, diberikan bila pengobatan dengan penyekat beta tidak
dapat mengatasi angina atau terdapat kontraindikasi merupakan obat
pilihan pada kasus spasme koroner.
d. Obat antiplatelet, dimulai dengan aspirin seumur hidup, kecuali ada
kontraindikasi.
e. Manajemen lipid, diet rendah lemak jenuh, asam lemak trans, dan
kolesterol.
f. Manajemen diabetes, target terapi dengan terapi obat dan perubahan gaya
hidup.
g. Kendalikan tekanan darah, target 140/90 mmHg atau kurang 130.80
mmHg untuk pasien dengan diabtes melitus atau penyakit ginjal kronis.
h. Aktivitas fisik, dilakukan 30-45 menit/hari - Sesuaikan berat badan : target
indeks massa tubuh (IMT) 18,5-24,9 kg/m2 dan ukuran lingkar pinggang
kurang 80cm untuk perempuan dan kurang 90cm untuk laki-laki - Berhenti
merokok dan hindari paparan asap rokok.

D. Gangguan Penyakit yang Berhubungan dengan Zat Besi


Zat besi merupakan unsur yang sangat penting untuk membentuk Hemoglobin
(Hb). Dalam tubuh, zat besi mempunyai fungsi yang berhubungan dengan
pengangkutan, penyimpanan dan pemanfaatan oksigen dan berada dalam bentuk
hemoglobin, mioglobin, atau cychrom. Untuk memenuhi kebutuhan pembentukan
hemoglobin sebagian besar zat besi yang berasal dari pemecahan sel darah merah akan
dimanfaatkan kembali dan kekurangannya harus dipenuhi dan diperoleh melalui
makanan. Taraf gizi besi seseorang sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsi
makanannya. Bagian yang diserap melalui saluran pencernaan, cadangan besi dalam
jaringan, ekskresi dan kebutuhan tubuh (Merryana 2016).
Adapun salah satu gangguan penyakit yang berhubungan dengan zat besi adalah
anemia. Berikut penjelasanya:
1. Pengertian
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh kurangnya zat besi
dalam tubuh sehingga kebutuhan besi untuk eritropoesis tidak cukup ditandai
dengan gambaran sel darah merah yang hipokrom mikrositik, kadar besi serum dan
saturasi (jenuh) transferrin menurun, mampu ikat besi total (TIBC) meninggi dan
cadangan besi dalam sumsum tulang dan tempat lain sangat kurang atau tidak sama
sekali.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Natalia Erlina Yuni (2015) gejala anemia sebagai berikut:
a. Kulit pucat;
b. Detak jantung meningkat;
c. Sulit bernafas;
d. Kurang tenaga atau cepat lelah;
e. Pusing terutama saat berdiri;
f. Sakit kepala;
g. Siklus menstruasi tidak menentu;
h. Lidah yang bengkak dan nyeri;
i. Kulit mata dan mulut berwarna kuning;
j. Limpa atau hati membesar;
k. Penyembuhan luka atau jaringan yang terganggu.
3. Penyebab
Beberapa jenis anemia dapat diakibatkan oleh defisiensi zat besi, infeksi atau
ganguan genetik.Yang paling sering terjadi adalah anemia yang disebabkan oleh
kekurangan asupan zat besi.Kehilangan darah yang cukup banyak, seperti saat
menstruasi, kecelakaan dan donor darah berlebihan jugadapat menghilangkan zat
besi dalam tubuh.Wanita yang mengalami menstruasi setiap bulan berisiko
menderita anemia. Kehilangan darah secara perlahan-lahan di dalam tubuh, seperti
ulserasi polip kolon dan kanker kolon juga dapat menyebabkan anemia.
4. Penatalaksanaan
a. Meningkatkan konsumsi makanan bergizi.
b. Makan makanan yang banyak mengandung zat besi dari bahan makanan
hewani (daging, ikan, ayam, hati, telur) dan bahan makanan nabati (sayuran
berwarna hijau tua, kacang-kacangan, tempe).
c. Makan sayur-sayuran dan buah-buahan yang banyak mengandung vitamin
c (daun katuk, daun singkong, bayam, jambu, tomat, jeruk dan nenas)
sangat bermanfaat untuk meningkatkan penyerapan zat besi dalam usus. d.
d. Menambah pemasukan zat besi kedalam tubuh dengan minum Tablet
Tambah Darah (TTD). Mengobati penyakit yang menyebabkan atau
memperberat anemia seperti: kecacingan, malaria, dan penyakit TBC.

E. Gangguan Penyakit yang Berhubungan dengan Protein


Protein merupakan makromolekul yang terbentuk dari asam amino yang tersusun
dari atom nitrogen, karbon, dan oksigen, beberapa jenis asam amino yang mengandung
sulfur (metionin, sistin dan sistein) yang dihubungkan oleh ikatan peptida. Dalam
makhluk hidup, protein berperan sebagai pembentuk struktur sel dan beberapa jenis
protein memiliki peran fisiologis (Bintang, 2010).
Adapun salah satu gangguan penyakit yang berhubungan dengan protein adalah
obesitas. Berikut penjelasanya:
2. Pengertian
Kwashiorkor adalah defisiensi protein yang disertai defisiensi nutrien lainnya
yang biasa dijumpai pada bayi masa disapih dan anak prasekolah (balita)
(Ngastiyah, 2005). Penyakit kwashiorkor pada umumnya terjadi pada anak dari
keluarga dengan status sosial ekonomi yang rendah karena tidak mampu
menyediakan makanan yang cukup mengandung protein hewani seperti daging,
telur, hati, susu dan sebagainya. Makanan sumber protein sebenarnya dapat
dipenuhi dari protein nabati dalam kacang-kacangan tetapi karena kurangnya
pengetahuan orang tua, anak dapat menderita defisiensi protein.
3. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala klinis Kwashiokor antara lain:
a. Pertumbuhan terganggu (merupakan gejala terpenting). Selain berat
b. badan badan juga tinggi badan kurang di banding anak sehat
c. Perubahan mental, biasanya pasien cengeng atau apatis
d. Ditemukan odema ringan maupun berat
e. Terjadi gangguan gastrointestinal. Anoreksia yang hebat hingga cara
pemberian makannya harus personde, diare dan muntah karena terjadinya
intoleransi makanan
f. Perubahan rambut, tampak kusam, kering, halus, jarang dan berubah
g. Kulit mengalami perubahan yaitu hiperplementasi,
h. bersisik,
i. menunjukkan garis kulit yang dalam dan lebar, kelainan khas pada
j. Kwashiorkor ini di sebut “Crazy Payment Dermatosis”
k. Pembesaran hati karena adanya perlemakan hati
l. Anemia juga selalu ditemukan
m. Kelainan kimia darah: Kadar albumin serum rendah, kadar globulin
n. normal atau sedikit lebih tinggi, kadar kolesterol serum rendah
o. Hampir semua organ mengalami perubahan seperti: degenerasi otot
jantung, osteoporosis tulang dan sebagainya.
4. Penyebab
Selain oleh pengaruh negatif faktor sosio-ekonomi-budaya yang berperan
terhadap kejadian malnutrisi umumnya, keseimbangan nitrogen yang negatif dapat
pula disebabkan oleh diare kronik, malabsorpsi protein, hilangnya protein melalui
air kemih (sindrom nefrotik), infeksi menahun, luka bakar dan penyakit hati.
5. Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan kwashiorkor adalah:
a. Memberikan makanan yang mengandung banyak protein bernilai biologi
tinggi, tinggi kalori, cukup cairan, vitamin dan mineral
b. Makanan harus mudah dicerna dan diserap
c. Makanan diberikan secara bertahap, karena toleransi terhadap makanan
sangat rendah
d. Penanganan terhadap penyakit penyerta
e. Tindak lanjut berupa pemantauan kesehatan penderita dan penyuluhan gizi
terhadap keluarga.
F. Gangguan Penyakit yang Berhubungan dengan Zat Besi
Vitamin merupakan senyawa organik yang digunakan untuk mengatalisasi
metabolisme sel yang berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan serta pertahanan
tubuh anak (Hidayat, 2008). Vitamin adalah bahan kimia yang dibutuhkan untuk fungsi
tubuh manusia yang semestinya namun tidak dapat dibuat di dalam tubuh (More, 2014).
Jenis vitamin berdasarkan kelarutannya ada dua macam, yaitu vitamin yang larut dalam
air (yaitu Vitamin B dan C) dan vitamin yang larut dalam lemak (yaitu Vitamin A, D, E,
K) (Marmi, 2013).
Adapun salah satu gangguan penyakit yang berhubungan dengan vitamin A, B, C,
D, E, K adalah sebagai berikut penjelasanya:
Penyakit yang berhubungan dengan Vitamin A adalah ISPA
1. Pengertian
Infeksi saluran pernapasan akut sering disalah artikan sebagai infeksi saluran
pernapasan atas, yang benar adalah ISPA singkatan dari infeksi saluran pernapasan
akut. Infeksi Saluran Pernapasan Akut meliputi saluran pernapasan bagian atas dan
saluran pernapasan bagian bawah. Infeksi saluran pernapasan akut adalah infeksi
saluran pernapasan yang berlangsung sampai 14 hari, yang dimaksud dengan
saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung sampai gelembung paru, beserta
organ-organ disekitarnya seperti sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru
(Depkes RI, 2012).
2. Tanda dan Gejala
Penyakit ISPA pada balita dapat menimbulkan bermacam-macam tanda dan
gejala seperti batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, sakit telinga dan
demam. Berikut gejala ISPA dibagi menjadi 3 antara lain sebagai berikut:
a. Gejala dari ISPA ringan
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu
atau lebih gejala-gejala sebagai berikut :
1) Batuk
2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (pada
waktu berbicara atau menangis)
3) Pilek, yaitu mengeluarkan lendir atau ingus dari hidung
4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 37°C atau jika dahi anak diraba
dengan punggung tangan terasa panas (Hersoni, 2015).
b. Gejala dari ISPA sedang
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala
mdari ISPA ringan disertai satu atau lebih gejalagejala sebagai berikut :
Pernapasan cepat (fast breathing) sesuai umur yaitu : untuk kelompok
umur kurang dari 2 bulan frekuensi nafas 60 kali per menit atau lebih untuk
umur 2-< 5 tahun.
1) Suhu tubuh lebih dari 39°C
2) Tenggorokan berwarna merah
3) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak
4) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga
5) Pernapasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur) atau berbunyi
menciut-ciut.
c. Gejala dari ISPA Berat
Seseorang balita dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-
gejala ISPA ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala
sebagai berikut :
1) Bibir atau kulit membiru
2) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun
3) Pernapasan berbunyi seperti mengorok dan anak tampak gelisah
4) Sela iga tetarik ke dalam pada waktu bernafas
5) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba
6) Tenggorokan berwarna merah.
3. Penyebab
Faktor penyebab insiden ISPA adalah umur < 2 bulan, laki-laki, gizi kurang,
berat badan lahir rendah, tidak dapat ASI memadai, polusi udara, kepadatan tempat
tinggal, imunisasi yang tidak memadai, membendung anak (menyelimuti
berlebihan), defisiensi vitamin A, pemberian makanan tambahan terlalu dini,
ventilasi rumah kurang (Depkes RI, 2012).
4. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terapi ISPA tidak hanya bergantung pada penggunaan
antibiotik, ISPA yang disebabkan oleh virus tidak memerlukan terapi antibiotik,
cukup didukung dengan terapi suportif. Terapi suportif berperan dalam mendukung
keberhasilan terapi antibiotik, karena dapat mengurangi gejala dan meningkatkan
performa pasien. Obat yang digunakan pada terapi suportif umumnya merupakan
obat bebas yang bisa didapat di apotek, dengan berbagai macam variasi.

Penyakit yang berhubungan dengan Vitamin B adalah Neuropati


1. Pengertian
Neuropati adalah gangguan saraf dengan gejala umum berupa kram kaki,
kesemutan dan baal (mati rasa). Neuropati Perifer adalah kondisi medis yang
ditandai dengan kerusakan pada saraf-saraf sistem saraf tepi (Bruner & Suddarth.,
2013).
2. Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala yang muncul tergantung pada jenis saraf yang dikenai yaitu
sensorik motorik ataupun otonom.
a. Perubahan sensasi. Kerusakan pada saraf sensori akan mengakibatkan
perubahan sensasi perasaan terbakar, nyeri, geli, kebas atau mati rasa atau
ketidakmampuan untuk membedakan posisi yang dapat mengakibatkan
gangguan kordinasi.
b. Kesulitan untuk bergerak. Kerusakan pada saraf motorik menyebabkan
gangguan dalam mengontrol sistem otot yang akhirnya dapat
menyebabkan kelemahan, atropi, dan kehilangan ketangkasan.
c. Gejala otonom. Saraf otonom berfungsi untuk mengontrol gerakan
involunter atau semi volunter, seperti kontrol terhadap gerakan organ
dalam dan tekanan darah
3. Penyebab
a. Trauma atau cedera.
b. Diabetes
c. Penyakit autoimun
d. Infeksi
e. Penyakit keturunan
f. Obat-obatan,
g. Kelebihan vitamin B 6 dengan dosis tinggi (lebih besar dari 2 g/hari),
namun juga dosis lebih rendah (50 mg/hari) melebihi dosis yang
ditentukan. periode yang lama. (Bruner & Suddarth. 2013).
4. Penatalaksanaan
a. Terapi Medis
Pengobatan neuropati akan bergantung terhadap penyebabnya atau
komplikasi yang telah ditimbulkan. Beberapa obat-obatan dapat digunakan
untuk mengatasi gejala neuropati, namun tidak sepenuhnya mengobati
penyebab dasar dari neuropati. Obat-obatan seperti pereda nyeri (analgesik)
yang dijual bebas, obat saraf (gabapentin atau pregabalin), dan obat luar dapat
membantu meredakan nyeri.
Terapi atau prosedur tertentu yang dapat membantu meredakan gejala
neuropati antara lain adalah transcutaneous electrical nerve
stimulation (TENS), terapi fisik untuk mengatasi kelemahan otot, dan operasi
jika terdapat suatu kelainan yang menekan atau menjepit saraf seperti tumor.
b. Perawatan Diri di Rumah
Merawat kaki, terutama jika anda mengalami diabetes, olahraga, berhenti
merokok, konsumsi makanan yang sehat. Konsumsi buah-buahan, sayuran, dan
biji-bijian dapat membantu anda memenuhi kebutuhan mineral dan vitamin
harian, kurangi konsumsi alkohol, dan pantau gula darah anda secara berkala.

Penyakit yang berhubungan dengan Vitamin C adalah Skorbut


1. Pengertian
Skorbut atau scurvy adalah penyakit langka yang terjadi akibat tubuh
kekurangan vitamin C. Vitamin C atau asam askorbat tidak dapat diproduksi oleh
tubuh. Oleh sebab itu, manusia memerlukan asupan vitamin C yang cukup dari
makanan.
2. Tanda dan Gejala
Kekurangan vitamin C dapat menimbulkan gejala yang bervariasi. Kondisi ini
mulanya tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Namun, apabila kekurangan
vitamin C sudah terjadi setidaknya selama 4 minggu, baru akan muncul gejala
skorbut.
Beberapa gejala skorbut pada orang dewasa adalah:
a. Lelah dan lemah sepanjang waktu
b. Hilang nafsu makan
c. Lebih mudah tersinggung dan uring-uringan
d. Nyeri di kaki
Jika berlanjut, skorbut akan menimbulkan gejala lain, seperti:
a. Pembengkakan dan perdarahan di gusi
b. Bintik kebiruan dan kemerahan di kulit
c. Memar
d. Nyeri dan pembengkakan di sendi
e. Sesak napas
f. Sulitnya luka untuk sembuh
Pada anak-anak, gejala skorbut yang dapat muncul meliputi:
a. Demam
b. Berat badan sulit bertambah
c. Diare
d. Lebih rewel
e. Tidak nafsu makan
Anak-anak yang mengalami skorbut juga lebih rentan mengalami pergeseran
tulang (dislokasi) dan patah tulang.
3. Penyebab
Skorbut disebabkan oleh kekurangan asupan vitamin C dalam jangka panjang.
Kondisi ini jarang terjadi, karena vitamin C cukup mudah ditemui pada berbagai
jenis makanan, terutama buah dan sayur.
Skorbut dapat terjadi pada siapa saja. Namun, ada beberapa faktor yang dapat
meningkatkan risiko seseorang mengalami skorbut, yaitu:
a. Menerapkan pola makan atau diet yang sangat minim asupan vitamin C
b. Menderita gangguan makan, seperti anoreksia nervosa
c. Menderita penyakit yang mengganggu penyerapan nutrisi, seperti diare
kronis, kolitis ulseratif, atau penyakit Crohn
d. Menjalani pengobatan yang dapat menimbulkan mual dan tidak nafsu
makan, misalnya kemoterapi
e. Sedang hamil atau menyusui sehingga membutuhkan asupan vitamin C
lebih banyak
f. Mengonsumsi minuman beralkohol secara berlebihan dalam jangka
panjang
g. Memiliki kebiasaan merokok, karena rokok dapat memengaruhi
kemampuan tubuh dalam menyerap vitamin C
h. Berusia lanjut, karena pada lansia sering terjadi penurunan asupan
sehingga berisiko kekurangan vitamin C
4. Penatalaksanaan
Skorbut dapat diatasi dengan mencukupi kebutuhan vitamin C melalui
makanan dan pemberian suplemen vitamin C oleh dokter. Pemberian suplemen
tersebut bertujuan untuk meredakan gejala skorbut. Jika kekurangan vitamin C
teratasi, pasien dapat sembuh dalam waktu sekitar 2 minggu. Namun, setelah
sembuh, pasien harus selalu menjaga pola makan agar asupan vitamin C tetap
terjaga.
Pasien juga mungkin membutuhkan penanganan lanjutan untuk mengatasi
kondisi yang memicu terjadinya skorbut. Misalnya, pada skorbut yang dipicu oleh
gangguan makan seperti anorexia, mungkin diperlukan konsultasi gizi atau
konseling dengan psikolog (Pittara, 2022).

Penyakit yang berhubungan dengan Vitamin D adalah Osteoporosis


1. Pengertian
Osteoporosis adalah penyakit kesehatan masyarakat yang paling umum di
kalangan wanita. Osteoporosis juga merupakan penyakit penurunan kepadatan
mineral tulang yang mempengaruhi individu terhadap cedera, termasuk jatuh atau
luka ringan. Osteoporosis adalah kelainan tulang yang umum, terjadi akibat
ketidakseimbangan antar tulang resorpsi dan pembentukan tulang, dengan
kerusakan tulang melebihi pembentukan tulang. Resorpsi tulang inhibitor,
misalnya bifosfonat, telah dirancang untuk mengobati osteoporosis, sedangkan
agen anabolik seperti teriparatide merangsang pembentukan tulang dan mengoreksi
perubahan karakteristik pada trabekuler mikroarsitektur (Lowery, 2018).
2. Tanda dan Gejala
Osteoporosis biasanya berkaitan dengan lokasi patah tulang. Kemampuan
fisiologis tubuh orang lanjut usia sudah menurun sehingga mereka mudah
mengalami kecelakaan, misalnya tergelincie dikamar mandi dan terjatuh ketika
menyebrang jalan. Oleh karena itu, kaum usia lanjut penderita osteoporosis,
terutama kaum perempuan, mudah menderita patah tulang meskipun oleh trauma
ringan atau bahkan oleh trauma yang biasanya tidak berbahaya. (Hermayudi,2017)
a. Patah Tulang Belakang
b. Patah Kolumna Femoris
3. Penyebab
Osteoporosis terjadi karena adanya interaksi yang menahun antara faktor
genetik dan faktor lingkungan.
a. Faktor genetik meliputi : Usia, jenis kelamin, ras keluarga, bentuk tubuh,
tidak pernah melahirkan.
b. Faktor lingkungan meliputi : Merokok, alkohol, kopi, defisiensi vitamin
dan gizi, gaya hidup, mobilitas, anoreksia nervosa, dan pemakaian obat-
obatan.
Kedua faktor diatas akan menyebabkan melemahnya daya serap sel terhadap
kalsium dari darah ke tulang, peningkatan pengeluaran kalsium bersama urin, tidak
tercapainya masa tulang yang maksimal dengan resobsi tulang menjadi lebih cepat
yang selanjutnya menimbulkan penyerapan tulang lebih banyak dari pada
pembentukan tulang baru sehingga terjadi penurunan assa tulang total yang disebut
osteoporosis.
4. Penatalaksanaan
a. Pengobatan:
1) Meningkatkan pembentukan tulang, obat-obatan yg dapat meningkatkan
pembentukan tulang adalah Na-fluorida dan steroid anabolic
2) Menghambat resobsi tulang, obat-obatan yang dapat mengahambat
resorbsi tulang adalah kalsium, kalsitonin, estrogen dan difosfonat.
Penatalaksanaan keperawatan:
1) Membantu klien mengatasi nyeri.
2) Membantu klien dalam mobilitas.
3) Memberikan informasi tentang penyakit yang diderita kepada klien.
4) Memfasilitasikan klien dalam beraktivitas agar tidak terjadi cedera.
b. Pencegahan
Pencegahan sebaiknya dilakukan pada usia pertumbuhan/dewasa muda, hal ini
bertujuan:
1) Mencapai massa tulang dewasa Proses konsolidasi) yang optimal
2) Mengatur makanan dan life style yang menjadi seseorang tetap bugar
seperti:
 Diet mengandung tinggi kalsium (1000 mg/hari)
 Latihan teratur setiap hari
 Hindari : Makanan tinggi protein, minum alkohol, merokok ,minum kopi,
minum antasida yang mengandung aluminium.

Penyakit yang berhubungan dengan Vitamin E adalah Demensia


1. Pengertian
Demensia adalah penyakit yang menyebabkan penurunan daya ingat dan cara
berpikir. Kondisi ini berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi,
hingga aktivitas sehari-hari penderitanya.
2. Tanda dan Gejala
Gejala utama demensia adalah penurunan memori dan perubahan pola pikir
yang tampak pada perilaku dan cara bicara. Gejala tersebut dapat memburuk seiring
waktu.
a. Pada tahap 1 ini, kemampuan fungsi otak penderita masih dalam tahap
normal, sehingga belum ada gejala yang terlihat.
b. Gangguan yang terjadi pada tahap 2 ini mulai memengaruhi aktivitas
sehari-hari. Contohnya, penderita menjadi sulit melakukan beragam
kegiatan dalam satu waktu, sulit membuat keputusan atau memecahkan
masalah, mudah lupa akan kegiatan yang belum lama dilakukan, dan
kesulitan memilih kata-kata yang tepat.
c. Pada tahap 3 ini, mulai terjadi gangguan mental organik. Penderita dapat
tersesat saat melewati jalan yang biasa dilalui, sulit mempelajari hal baru,
suasana hati tampak datar dan kurang bersemangat, serta mengalami
perubahan kepribadian dan penurunan kemampuan saat bersosialisasi.
d. Ketika memasuki tahap 4 ini, penderita mulai membutuhkan bantuan
orang lain dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seperti berpakaian dan
mandi. Penderita juga mengalami perubahan pola tidur, kesulitan dalam
membaca dan menulis, menjadi apatis, menarik diri dari lingkungan sosial,
berhalusinasi, mudah marah, dan bersikap kasar.
e. Ketika sudah masuk ke tahap 5 ini, seseorang dapat dikatakan mengalami
demensia berat. Demensia pada tahap ini menyebabkan penderita tidak
dapat hidup mandiri. Penderita akan kehilangan kemampuan dasar, seperti
berjalan atau duduk, tidak mengenali anggota keluarga, dan tidak
memahami bahasa.
3. Penyebab
Selain penyakit Alzheimer dan demensia vaskular, ada juga kondisi-kondisi
lain yang bisa menimbulkan gejala demensia, tetapi sifatnya sementara. Kondisi
tersebut meliputi:
a. Kelainan metabolisme atau endrokrin
b. Multiple sclerosis
c. Subdural hematoma
d. Tumor otak
e. Efek samping obat, seperti obat penenang dan obat pereda nyeri
f. Kekurangan vitamin dan mineral tertentu, seperti kekurangan vitamin B1,
vitamin B6, vitamin B12, vitamin E, dan zat besi dalam tubuh
g. Keracunan akibat paparan logam berat, pestisida, dan konsumsi minuman
beralkohol
4. Penatalaksanaan
Pengobatan demensia bertujuan untuk membantu penderita beradaptasi dengan
kondisinya, menghambat gejala yang muncul, dan menghindari komplikasi. Berikut
adalah prosedur yang dapat digunakan adalah terapi khusus. Beberapa terapi yang
dapat dilakukan untuk menangani gejala dan perilaku yang muncul akibat demensia
adalah:
a. Terapi stimulasi kognitif.
b. Terapi okupasi
c. Terapi mengingat
d. Rehabilitasi kognitif (Pittara, 2022).

Penyakit yang berhubungan dengan Vitamin K adalah ISPA


1. Pengertian
Epistaksis adalah satu keadaan pendarahan dari hidung yang keluar melalui
lubang hidung akibat sebab kelainan lokal pada rongga hidung ataupun karena
kelainan yang terjadi di tempat lain dari tubuh.
Pada umumnya ini terjadi pada anak-anak karena pembuluh darahnya masih
tipis dan sensitif, selain karena pilek. Gangguan mimisan umumnya berkurang
sesuai dengan pertambahan usia. Semakin tambah usia, pembuluh darah dan selaput
lendir di hidungnya sudah semakin kuat, hingga tak mudah berdarah. Epistaksis
bukan suatu penyakit melainkan gejala suatu kelainan.
Epistaksis adalah perdarahan dari hidung yang dapat terjadi akibat sebab lokal
atau sebab umum (kelainan sistemik). Epistaksis bukan suatu penyakit, melainkan
gejala suatu kelainan (Mansjoer, Arif. 2001)
2. Tanda dan Gejala
Gejala utama mimisan adalah keluarnya darah yang berasal dari hidung. Darah
dapat keluar dari kedua lubang hidung atau hanya satu lubang hidung. Jika mimisan
terjadi saat berbaring, biasanya terasa seperti ada cairan di belakang tenggorokan
sebelum darah keluar dari hidung.
Mimisan yang parah perlu penanganan medis segera. Hal-hal yang harus
diperhatikan adalah:
a. Perdarahan berat
b. Detak jantung tidak teratur
c. Tertelan darah mimisan dalam jumlah besar yang menyebabkan muntah
d. Sesak napas
e. Wajah menjadi pucat
3. Penyebab
Penyebab Mimisan depan :
a. mengorek-ngorek hidung
b. Terlalu lama menghirup udara kering, misalnya pada ketinggian atau
ruangan berAC.
c. Terlalu lama terpapar sinar matahari
d. Pilek atau sinusitis
e. Membuang ingus terlalu kuat
Beberapa penyebab mimisan belakang:
a. Hipertensi
b. Demam berdarah
c. Tumor ganas hidung atau nasofaring
d. Penyakit darah seperti leukemia, hemofilia, thalasemia dll. 5. Kekurangan
vitamin C dan K.
e. Dan lain-lain
4. Penatalaksanaan
Prinsip dari penatalaksanaan epistaksis yang pertama adalah menjaga ABC
a. A airway pastikan jalan napas tidak tersumbat/bebas, posisikan duduk
menunduk
b. B breathing: pastikan proses bernapas dapat berlangsung, batukkan atau
keluarkan darah yang mengalir ke belakang tenggorokan
c. C circulation: pastikan proses perdarahan tidak mengganggu sirkulasi
darah tubuh, pastikan pasang jalur infus intravena (infus) apabila terdapat
gangguan sirkulasi. posisikan pasien dengan duduk menunduk untuk
mencegah darah menumpuk di daerah faring posterior sehingga mencegah
penyumbatan jalan napas
Tiga prinsip utama penanggulangan epistaksis:
a. Hentikan perdarahan
1) tekan pada bagian depan hidung selama 10 menit
2) tekan hidung antara ibu jari dan jari telunjuk
3) jika perdarahan berhenti tetap tenang dan coba cari tahu apa faktor
pencetus epistaksis dan hindari
b. Jika perdarahan berlanjut :
1) dapat akibat penekanan yang kurang kuat
2) bawa ke fasilitas yang lengkap dimana dapat diidentifikasi lokasi
3) perdarahan
4) dapat diberikan vasokonstriktor (adrenalin 1:10.000, oxymetazolin-
semprot hidung) ke daerah perdarahan
5) apabila masih belum teratasi dapat dilakukan kauterisasi
elektrik/kimia (perak nitrat) atau pemasangan tampon hidung
c. Mencegah komplikasi
Pemasangan tampon hidung anterior dilakukan dapat menggunakan kapas
yang ditetesi oleh obat-obatan vasokonstriktor (adrenalin), anastesia (lidocain
atau pantocain 2%) dan salap antibiotik/vaselin atau menggunakan kassa yang
ditetesi dengan obat vasokonstriktor dan anastesia dan salap antibiotik/vaselin.
Apabila terdapat keadaan dimana terjadi tempat perdarahan yang multipel,
perembesan darah yang luas/difus maka diperlukan pemeriksaan profil darah
tepi lengkap, protrombin time (PT), activated partial thromboplastin time
(aPTT), golongan darah dan crossmatching.
DAFTAR PUSTAKA

Adriani, Merryana dkk. (2016). Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Amin Huda Nurarif, Hardhi Kusuma. (2013). Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis &NANDA NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 1. Jogjakarta:
Mediaction Publishing.
Bintang, Maria. (2010). Biokimia Teknik Penelitian. Erlangga, Jakarta.
Brunner dan Suddarth. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8.
Jakarta: EGC
Depkes RI. (2012). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta:
Dirjen Pengendalian Penyakit Penyehatan lingkungan.
Grover Z, Ee LC. (2009). Malnutrisi energi protein. Klinik Pediatr Utara
Am. Oktober; 56 (5):1055-68.
Hardinsyah, MS. (2017). Ilmu Gizi : Buku Kedoteran. Jakarta.
Kabo. P. (2014). Penyakit jantung koroner : penyakit atau proses alamiah. Badan
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014.
Lowery, J. W., Baker, J., Gebharadt, G. P., & Gorbis, S. (2018). Osteopathic Medicine
and the Osteoporosis Management Gap. Journal of the American Osteopathic
Association, 120(9), 626–627.
Mansjoer, Arif. (2001). Kapita Selekta Kedokteran Jilid I. Jakarta: Media.
Marmi. (2013). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Natalia Erlina Yuni. (2015). Buku Saku Personal Hygiene. Yogyakarta: Nuha. Medika.
Ngastiyah. (2005). Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Edisi I. Jakarta: EGC.
Nursalam. (2011). Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Sistem
Perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Pittara. (2022). Demensia, dalam Alodokter, https://www.alodokter.com/demensia
Pittara. (2022). Skorbut, dalam Alodokter, https://www.alodokter.com/skorbut
Priyanto Innike, Budiwiyono Imam, S. N. (2018). Hubungan Kadar Kreatinin Dengan
Formula Huge (Hematocrit, Urea, Gender)Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronik.
Media Medika Muda, 3 (September), 1–6.
Rudolph A., Hoffman., et al. (2014). Buku Ajar Pediatri Rudolph. Jakarta : EGC.
Suwitra. (2006). Penyakit Ginjal Kronik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta :
Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI
Yazid Estien dan Lisda Nursanti. (2015). Biokimia Praktikum Analis Kesehatan.
Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai