Anda di halaman 1dari 66

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kerajinan anyaman bambu telah menjadi warisan budaya yang tak

ternilai di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah (UMKM) yang bergerak dalam produksi kerajinan

anyaman bambu memainkan peran vital dalam mempertahankan tradisi ini

sambil memberikan peluang ekonomi kepada masyarakat lokal. Dalam

konteks global yang terus berubah, penting untuk mempertimbangkan

prinsip-produksi ekonomi syariah sebagai landasan untuk mengembangkan

industri kerajinan anyaman bambu (Heri, 2015).

Seorang wirausaha atau enterpreuneur tentu harus mempunyai

kemampuan dalam segi manajemen. Menurut Prof. H. Endin Nasrudin,

M.Si (2018) manajemen bagi manusia dapat membantu untuk menangani

masalah waktu dan hubungan dengan manusia lain ketika hal tersebut

muncul dalam organisasi, guna menciptakan masa depan yang lebih baik

dengan mengingat masa lalu dan masa kini.

Prinsip produksi ekonomi syariah mengacu pada pendekatan

ekonomi yang sejalan dengan nilai-nilai dan etika syariah Islam. Prinsip-

prinsip ini mencakup keadilan dalam distribusi pendapatan, penghindaran

riba (bunga), transparansi, etika bisnis, dan pemeliharaan lingkungan.


Konsep ini menawarkan alternatif yang beretika dan berkelanjutan dalam

pengembangan UMKM kerajinan anyaman bambu, yang pada gilirannya

diharapkan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat (Heri,

2015).

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang berfokus pada

produksi kerajinan anyaman bambu merupakan salah satu sektor penting

dalam perekonomian Indonesia. Kerajinan anyaman bambu memiliki nilai

budaya dan seni yang tinggi, dan produk-produk ini memiliki potensi

untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat. Namun, dalam

konteks prinsip produksi ekonomi syariah, masih terdapat sejumlah

tantangan yang perlu diatasi : 1. Rendahnya Pendapatan Masyarakat :

Sebagian besar pengrajin anyaman bambu berada dalam kategori UMKM

dan memiliki pendapatan yang rendah. Hal ini bisa disebabkan oleh

berbagai faktor seperti kurangnya akses modal, keterbatasan pasar, dan

kurangnya pelatihan dalam manajemen usaha, 2. Kepatuhan terhadap

Prinsip Syariah : Dalam produksi ekonomi syariah, terdapat prinsip-prinsip

tertentu seperti larangan riba (bunga), larangan transaksi spekulatif, dan

keadilan sosial. Pengrajin kerajinan anyaman bambu mungkin perlu

menyesuaikan praktik-praktik mereka agar sesuai dengan prinsip-prinsip

ini, 3. Akses ke Pembiayaan Syariah : Untuk meningkatkan produksi dan

mutu produk, UMKM kerajinan anyaman bambu memerlukan akses ke

pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah. Namun, masih terdapat

kendala dalam hal aksesibilitas pembiayaan syariah bagi UMKM, 4.


Sosialisasi dan Pendidikan : Kesadaran akan prinsip-prinsip ekonomi

syariah masih rendah di kalangan pengrajin anyaman bambu. Diperlukan

upaya sosialisasi dan pendidikan agar mereka memahami manfaat

ekonomi syariah dan cara mengimplementasikannya dalam usaha mereka,

5. Kualitas dan Inovasi Produk : Untuk bersaing dalam pasar yang semakin

ketat, pengrajin anyaman bambu perlu meningkatkan kualitas dan inovasi

produk mereka. Namun, hal ini memerlukan investasi waktu, sumber daya,

dan pengetahuan yang mungkin tidak tersedia secara cukup di tingkat

UMKM (Tambunan, 2017).

Adapun ayat al-qur’an yang berkaitan dengan UMKM sebagai

perantara dalam peningkatan pendapatan ekonomi didalam masyarakat

adalah sebagai berikut :

Allah SWT. Berfirman dalam QS. Al-Imran ayat 104

‌ؕ‫َو ۡل َتُكۡن ِّم ۡن ُك ۡم ُاَّم ٌة َّيۡد ُعۡو َن ِاَلى اۡل َخ ۡي ِر َو َيۡا ُم ُر ۡو َن ِباۡل َم ۡع ُر ۡو ِف َو َيۡن َهۡو َن َع ِن اۡل ُم ۡن َك ِر‬

‫۝‬۱۰۴ ‫َو ُاوٰٓلِٕٮَك ُهُم اۡل ُم ۡف ِلُح ۡو َن‬

104. “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari
yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Ayat ini menekankan pentingnya UMKM untuk berperan dalam

masyarakat dengan menyebarkan kebaikan, mendorong praktik-praktik

yang benar dan mencegah tindakan yang buruk. Maka dari itu UMKM
diharapkan dapat menjadi peran perubahan sosial dan ekonomi kreatif

yang positif sesuai dengan prinsip-prinsip ekonomi syariah dalam

meningkatkan pendapatan ekonomi di wilayah masyarakat tersebut.

Mengatasi tantangan-tantangan ini dalam konteks prinsip produksi

ekonomi syariah dapat membantu UMKM kerajinan anyaman bambu

meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat, sambil mempromosikan

prinsip-prinsip keadilan sosial dan keberlanjutan ekonomi (Tambunan,

2017).

Dalam penelitian terdahulu Hartati (2020) dengan judul “Peran

Ekonomi Kreatif Dalam Meningkatkan Pendapatan Pengrajin Ditinjau

Dengan Pendekatan Ekonomi Islam”. Penelitian ini merupakan penelitian

yang bertujuan untuk mengetahui peran secara keseluruhan tentang

ekonomi kreatif dalam meningkatkan pendapatan pengrajin ditinjau

dengan pendekatan ekonomi islam. Terdapat kesamaan dan perbedaan

yang relevan dengan penelitian yang akan penulis teliti. Dilihat dari

persamaannya yaitu sama-sama ingin mengetahui peran ekonomi kreatif

dalam meningkatkan pendapatan ekonomi. Kemudian perbedaannya yaitu

ekonomi kreatif mencakup segala macam kegiatan ekonomi sedangkan

UMKM mengacu pada usaha, mikro, kecil dan menengah.

Berdasarkan dari latar belakang diatas maka peneliti dapat

mengangkat sebuah judul yaitu “KONSEP PRODUKSI UMKM

KERAJINAN ANYAMAN BAMBU DALAM MENINGKATKAN

PENDAPATAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA


KERTARAHARJA DITINJAU DARI PRINSIP PRODUKSI

EKONOMI SYARIAH”.

B. Rumusan Masalah

Dalam konteks konsep produksi UMKM kerajinan anyaman

bambu yang mengintegrasikan prinsip-produksi ekonomi syariah,

sejumlah permasalahan yang menjadi fokus penelitian adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana konsep produksi UMKM kerajinan anyaman bambu dalam

meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di desa kertaraharja ?

2. Bagaimana prinsip produksi UMKM kerajinan anyaman bambu dalam

ekonomi syariah ?

3. Bagaimana konsep produksi UMKM anyaman bambu dalam

meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di desa kertaraharja

ditinjau dari prinsip produksi ekonomi syariah ?

C. Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan konsep

produksi UMKM kerajinan anyaman bambu dalam meningkatkan

pendapatan ekonomi masyarakat dengan berfokus pada prinsip-

produksi ekonomi syariah. Tujuan ini akan dicapai dengan cara:

a. Untuk mengetahui konsep produksi UMKM kerajinan anyaman

bambu dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di desa

kertaraharja.
b. Untuk mengetahui prinsip produksi ekonomi syariah UMKM

kerajinan anyaman bambu di desa kertaraharja.

c. Untuk mengetahui konsep produksi UMKM kerajinan anyaman

bambu dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di desa

kertaraharja ditinjau dari prinsip produksi ekonomi syariah.

2. Kegunaan Penelitian

Penelitian dengan judul "Konsep Produksi UMKM Kerajinan

Anyaman Bambu dalam Meningkatkan Pendapatan Ekonomi

Masyarakat Ditinjau dari Prinsip Produksi Ekonomi Syariah" memiliki

kegunaan secara teoritis dan praktis sebagai berikut:

a. Kegunaan Teoritis

Kontribusi terhadap Ilmu Pengetahuan: Penelitian ini dapat

membantu mengembangkan pemahaman tentang prinsip-prinsip

produksi ekonomi syariah dalam konteks UMKM kerajinan anyaman

bambu, memperkaya literatur akademis, dan mengisi celah

pengetahuan dalam bidang tersebut.

1) Pemahaman Terhadap Ekonomi Syariah: Penelitian ini dapat

membantu akademisi dan peneliti untuk lebih memahami

bagaimana prinsip-produksi ekonomi syariah dapat diaplikasikan

dalam sektor UMKM yang bergerak di bidang kerajinan anyaman

bambu.

2) Peningkatan Kesadaran Masyarakat: Hasil penelitian ini dapat

digunakan sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman


masyarakat tentang prinsip-prinsip ekonomi syariah dan

manfaatnya dalam mengembangkan UMKM.

b. Kegunaan Praktis

1) Panduan bagi Pengusaha UMKM: Hasil penelitian ini dapat

berfungsi sebagai panduan praktis bagi pengusaha UMKM

yang bergerak dalam bidang kerajinan anyaman bambu untuk

menerapkan prinsip-prinsip ekonomi syariah dalam produksi

mereka.

2) Meningkatkan Pendapatan Masyarakat: Dengan menerapkan

prinsip-produksi ekonomi syariah, UMKM kerajinan anyaman

bambu dapat meningkatkan efisiensi produksi dan mendukung

peningkatan pendapatan ekonomi masyarakat secara

berkelanjutan.

3) Sarana Edukasi: Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai

sarana edukasi untuk memberikan pelatihan kepada pemilik

UMKM dan anggota masyarakat dalam hal prinsip-produksi

ekonomi syariah.

Dengan demikian, penelitian ini memiliki nilai penting baik dari

segi pengetahuan teoritis maupun manfaat praktis dalam mendukung

pengembangan UMKM kerajinan anyaman bambu dengan

memperhatikan prinsip-produksi ekonomi syariah.

D. Kerangka Berpikir

1. Konsep Produksi UMKM


a. Konsep

Menurut Singarimbum dan Effendi, konsep adalah sebuah istilah atau definisi

yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak (abstraksi) suatu

kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi objek.

b. UMKM

a. Definisi UMKM

UMKM adalah unit usaha produktif yang berdiri sendiri, yang

dilakukan oleh perorangan atau badan usaha di semua sektor ekonomi.

Sehingga, umkm dapat dijelaskan sebagai perusahaan yang dimiliki dan

dikelola oleh seseorang atau dimiliki oleh sekelompok orang dengan

jumlah kekayaan dan pendapatan tertentu (Tambunan, 2017).

Definisi UMKM menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008

tentang usaha mikro, kecil dan menengah Bab 1 Pasal 1 adalah adalah

usaha produktif milik orang perorangan yang memenuhi kriteria usaha

mikro. Usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri yang

dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha bukan merupakan anak

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau besar yang

memenuhi kriteria usaha kecil. Usaha menengah adalah usaha ekonomi

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau

badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung


maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan

jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan (Tambunan, 2017).

a) Peran UMKM dalam perekonomian

Dalam perspektif dunia UMKM diakui memainkan suatu peranan

penting yang sangat viral didalam pembangunan dan pertumbuhan

ekonomi, tidak saja dinegara-negara sedang berkembang (NSB), tetapi

dinegara-negara maju (NM). UMKM sangat penting tidak saja karena

kelompok usaha tersebut banyak menyerap tenaga kerja, tetapi juga

memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pembentukan atau

pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) paling besar dibandingkan

usaha besar (Abdurohim, 2021).

c. Produksi

Produksi adalah kegiatan manusia untuk menghasilkan barang dan jasa

yang kemudian dimanfaatkan oleh konsumen. Secara teknis, produksi

adalah proses mentransformasikan input menjadi output. M.N Siddiqi

berpendapat, bahwa produksi merupakan penyediaan barang dan jasa

dengan memperhatikan nilai-nilai keadilan dan kemaslahatan bagi

masyarakat (Rozalinda, 2017)

2. Pendapatan Ekonomi

Pendapatan merupakan tujuan utama dari pendirian suatu perusahaan.

Sebagai suatu organisasi yang berorientasi profit maka pendapatan

mempunyai peranan yang sangat besar. Pendapatan merupakan faktor

penting dalam operasi suatu perusahaan, karena pendapatan akan


mempengaruhi tingkat laba yang diharapkan akan menjamin kelangsungan

hidup bersama.

Pendapatan ekonomi masyarakat dari UMKM kerajinan anyaman bambu

adalah konsep yang mencakup pendapatan yang dihasilkan oleh individu

atau kelompok dalam masyarakat dari usaha kerajinan anyaman bambu.

Konsep ini melibatkan berbagai aspek, termasuk sumber pendapatan,

distribusi pendapatan, dan dampaknya terhadap kehidupan ekonomi dan

sosial masyarakat. Berikut adalah beberapa elemen yang relevan dalam

konsep pendapatan ekonomi masyarakat dari UMKM kerajinan anyaman

bambu:

a) Sumber Pendapatan : Penjualan Produk Anyaman Bambu: Pendapatan

utama berasal dari penjualan produk anyaman bambu seperti keranjang,

tas, meja, kursi, dan lainnya.

b) Pendapatan dari Pelatihan : UMKM dapat menghasilkan pendapatan

tambahan dengan memberikan pelatihan atau kursus dalam kerajinan

anyaman bambu.

c) Distribusi Pendapatan : Distribusi yang Merata: Tujuan adalah untuk

menciptakan distribusi pendapatan yang lebih merata di antara para

pengrajin anyaman bambu dan pekerja terkait.

d) Bagi Hasil yang Adil : Bagian dari pendapatan dari penjualan produk

harus didistribusikan secara adil kepada pengrajin dan pekerja.


e) Pendapatan Tambahan : Pendapatan Sekunder: Selain dari penjualan

produk anyaman bambu, UMKM mungkin memperoleh pendapatan

sekunder dari kegiatan terkait seperti pelatihan atau pameran produk.

f) Pengelolaan Keuangan yang Bijak : Pengelolaan Keuangan: UMKM

harus memiliki praktik pengelolaan keuangan yang baik untuk

memaksimalkan pendapatan, mengelola biaya, dan menghindari

pemborosan.

g) Pemberdayaan Masyarakat : Pemberdayaan Ekonomi : UMKM kerajinan

anyaman bambu dapat memberdayakan masyarakat setempat dengan

memberikan pelatihan keterampilan, menciptakan lapangan kerja, dan

mengangkat taraf hidup.

h) Pendapatan Berkelanjutan : Keberlanjutan Bisnis UMKM harus

memastikan bahwa bisnis kerajinan anyaman bambu mereka

berkelanjutan agar pendapatan dapat terus dihasilkan dalam jangka

panjang.

i) Kualitas Produk dan Pemasaran : Kualitas Produk: Produk anyaman

bambu harus memiliki kualitas yang baik untuk mendapatkan

kepercayaan pelanggan. Pemasaran UMKM harus memiliki strategi

pemasaran yang efektif untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

j) Pengembangan Keterampilan : Pelatihan Keterampilan: Pengrajin

anyaman bambu dapat meningkatkan pendapatan mereka dengan

mengembangkan keterampilan dan teknik baru. Konsep pendapatan

ekonomi masyarakat dari UMKM kerajinan anyaman bambu melibatkan


upaya untuk meningkatkan pendapatan individu dan kelompok dalam

masyarakat melalui usaha kerajinan bambu yang berkelanjutan. Dengan

memperhatikan distribusi pendapatan yang adil, pemberdayaan ekonomi,

dan pengelolaan keuangan yang bijak, UMKM dapat berkontribusi pada

kesejahteraan ekonomi masyarakat setempat dan meningkatkan tingkat

hidup (Mulyono, 2005).

3. Prinsip Produksi Ekonomi Syariah

1. Kegiatan produksi dilandasi oleh nilai-nilai islam sesuai dengan

maqashid syariah.

2. Prioritas produksi sesuai dengan prioritas kebutuhan :

Dharuriyah, Hajiyah dan Tahsiniyah.

3. Kegiatan produksi harus memperhatikan keadilan, aspek sosial

kemasyarakatan.

4. Sumber Daya Alam.

5. Distribusi keuntungan

(Rozalinda, 2017)
Skema Kerangka Berpikir

KONSEP PRODUKSI UMKM KERAJINAN ANYAMAN BAMBU DALAM

MENINGKATKAN PENDAPATAN EKONOMI MASYARAKAT DI DESA

KERTARAHARJA DITINJAU DARI PRINSIP PRODUKSI EKONOMI

SYARIAH

Konsep Produksi Pendapatan Prinsip Produksi


UMKM Ekonomi Ekonomi Syariah

a. Definisi
Konsep a. Definisi a. Kegiatan produksi
b. Definisi Pendapatan dilandasi oleh nilai-
Produksi (Rozalinda, nilai islam.
c. Definisi 2017) b. Prioritas produksi
UMKM sesuai dengan
(Tambunan, prioritas
2017) kebutuhan :
Dharuriyah, Hajiyah
dan Tahsiniyah.
c. Kegiatan produksi
harus
memperhatikan
keadilan, aspek
sosial
kemasyarakatan.
d. Sumber Daya Alam.
e. Distribusi
BAB II

KONSEP PRODUKSI UMKM KERAJINAN ANYAMAN BAMBU DALAM

MENINGKATKAN PENDAPATAN EKONOMI MASYARAKAT DAN

PRINSIP PRODUKSI EKONOMI SYARIAH

A. KONSEP PRODUKSI UMKM KERAJINAN ANYAMAN BAMBU


DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN EKONOMI
MASYARAKAT
1. Konsep
Secara etimologis, istilah konsep berasal dari kata conceptum yang

berarti sesuatu yang dipahami. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

konsep adalah ide atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa

konkret. Ia juga berarti sebuah gambaran mental dari obyek, proses,

pendapat, atau apapun yang digunakan oleh akal budi untuk memahami

hal-hal lain.

Menurut Singarimbun dan Effendi, konsep adalah sebuah istilah

atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak

(abstraksi) suatu kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi

obyek. Dengan adanya konsep, seorang peneliti diharapkan dapat

menggunakan suatu istilah untuk beberapa kejadian yang saling berkaitan.

Karena konsep juga berfungsi untuk mewakili realitas yang

kompleks. Tidak jauh berbeda, Kant, sebagaimana dikutip oleh Harifudin

Cawidu, berpendapat bahwa konsep adalah gambaran yang bersifat umum

atau abstrak tentang sesuatu, sehingga ia mudah untuk dimengerti dan


dipahami. Demikian juga Soedjadi, ia memandang bahwa konsep memiliki

hubungan erat dengan definisi. Menurutnya, konsep adalah ide abstrak

yang dapat digunakan untuk menggolongkan sekumpulan obyek, yang

pada umumnya dinyatakan dengan suatu istilah atau rangkaian kata. Lain

halnya dengan definisi, yang hanya bersifat membatasi makna untuk

mengungkapkan keterangan atau ciri dari suatu realitas.

Keberadaan konsep adalah sangat penting dalam suatu penelitian.

Selain karena dapat mempermudah dalam aktivitas generalisasi berbagai

realitas konkrit ataupun abstrak, juga karena ia menghubungkan antara

dunia abstraksi dengan realitas, dan antara teori dengan observasi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep

adalah sebuah ide, pengertian, gambaran mental dalam bentuk istilah atau

rangkaian kata yang mengabstraksikan suatu obyek (proses, pendapat,

kejadian, keadaan, kelompok, individu) untuk menggolongkan dan

mewakili realitas kompleks hingga dapat dipahami. Di sini, peneliti

memfokuskan definisi konsep yang digunakan dalam penelitian untuk

membedakannya dengan pengertian dari “definisi”, yaitu gambaran yang

mengabstrasikan sebuah ide dalam suatu obyek.

Penulis menemukan satu hal pokok yang terdapat dalam sebuah

konsep, yaitu karakteristik. Mengingat potensi adanya kesamaan dari

berbagai konsep dengan istilah yang sama dan karakteristiknya itulah yang

memberikan warna baru karena penekanan yang berbeda.

2. Produksi
Pengertian Produksi
Semua ahli ekonomi beranggapan bahwa produksi sebagai alat untuk

meraih kekayaan dengan penggunaan SDM oleh tenaga kerjanya yaitu

manusia atau penciptaan barang yang dibutuhkan dalam kehidupan

manusia, secara lansung atau tidak lansung. John M. echols dan M sadily,

berkata bahwa produksi secara istilah yaitu penghasilan (Faizah, 2018).

Menurut al Sadr produksi adalah upaya mengeksplor sumber daya

alam agar mempunyai guna bagi kehidupan manusia. M.M, Metwally

menyatakan dugaan produksi harus dikerjakan untuk sesuatu yang halal

dengan proses produksi dan setelah produksi yang tidak menimbulkan

masalah/kerusakan. Setiap makluk dipercayakan untuk mengelola ala

mini, dan Muhammad Abdul Mannan beranggapan peninjauan aktivitas

produksi tidak cuma-cuma berdasarkan pada permintaan pasar (Faizah,

2018).

Ekonomi Islam melihat bahwa produksi adalah segala bentuk aktivitas

yang dikerjakan manusia demi memberi kegunaan dan menambahkan

manfaat suatu barang dengan mengeksplor sumber-sumber ekonomi

tersedia swt memberi guna untuk pemenuhan kebutuhan (Faizah, 2018).

Menurut Al Ghazali Aktivitas Produksi menggambarkan tentang

kepentingan social dan menekankan perlunya kerja sama dan saling

berhubungan, berkomunikasi, serta memprorioritaskan mengenai jenis

aktivitas yang berlandasan etos Islam. Berdasarkan beberapa pengertian

diatas peneliti menyimpulkan produksi adalah aktivitas manusia yang


berhubungan dengan pengelolaan dan penghasilan barang/jasa yang

memberi manfaat bagi kebutuhan hidup manusia sesuai aturan syariah.

6. Faktor-faktor Produksi

Produksi mengolah dan menambah kegunaan pada suatu barang, yang

dapat membantu proses produksi tersebut ada 4 faktornya yaitu :

a) Tanah, Islam telah mengatakan bahwa sebagai factor produksi adalah

tanah namun tidak sama dalam artian di zaman modern. Pandangan

klasik mengenai tanah yaitu tanah menjadi faktor penting dalam

produksi karena telah meliputi segala sumber daya alam yang

dibutuhkan pada produksi. Ekonomi Islam menetapkan tanah sebagai

faktor penting dalam produksi, pemilik tanah disarankan menggarap

tanahnya demi menambah pendapatannya, karena syarat pemilik tanah

adalah tugas sosial dari Allah atas milik-Nya. Contohnya seperti

Pertanian. Apabila pemilik tanah tidak bisa untuk melakukan

penyuburan akan tanah maka hendaklah diserahkan kepada orang lain

agar mengolahnya. Jangan sampai lahan produksi itu dibiarkan

sehingga menggangur. Sebagaimana Rasulullah saw bersabda :

"Telah bercerita kepada kami Husain bin Ali Al Hulwani telah bercerita

kepada kami Abu Taubah telah bercerita kepada kami Mu'awiyah dari

Yahya bin Abi Katsair dari [Abu Salamah bin Abdurrahman dari Abu

Hurairah dia berkata; Rasulullah Shallallu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa memiliki sebidang tanah, hendaklah ia menanaminya,


atau memberikannya kepada saudaranya (supaya menanaminya),

Namun jika ia tidak mau, hendaklah ia menjaganya".

Berdasarkan pernyataan hadis diatas penulis menyimpulkan

kegunaan dari faktor produksi berupa tanah, apabila manusia tidak

mempu menggarap tanah untuk menghasilkan keuntungan bagi

kebutuhan manusia, maka disarankan untuk meggarapnya ditanami

tumbuhan agar dapat menghasilkan sesuatu yang berguna. maka

disarankan untuk memberi izin untuk menggarap lahannya kepada

orang lain bukan disewakan/dikontrakkan seperti saat ini (Abdurohman,

2010).

b) Tenaga kerja (SDM), Tenaga kerja merupakan factor penting setelah

tanah, karena dengan tenaga kerjanya manusia segala proses yang ada

memperoleh hasil dari pertanian serta menambah produksi barang dan

jasa yang bisa menjadi sumber kekayaan masyarakat. para ahli ekonom

secara umum beranggapan bahwa tenaga kerja itu sebagai pangkal

produktivitas dari setiap faktor produksi lainnya. Sumber daya alam

maupun tanah tidak bisa menghasilkan apa-apa tanpa adanya tenaga

kerja. Apabila pekerjaan adalah poin penting berproduksi, maka yang

harus dilihat dari seorang muslim sejati adalah wajib berproduksi pada

batas yang halal. Seorang mukmin sejati berkomitmen untuk tidak

melampaui batas yang dilarang oleh agama dan menjauhi segala yang

diharamkan. perilaku penting saat produksi yaitu memelihara sumber

daya alam. Karena manusia harus mensyukuri dan menjaga


kelestariannya agar terhindar dari pencemaran, kelalaian dalam

memelihara sehingga terbengkalai (Faizah, 2018).

c) Modal, Modal tak kalah pentingnya dari factor produksi sebelumnya

tanpa modal, produsen tidak akan bisa memproduksi suatu barang atau

jasa. Dalam Islam modal harus bebas dari riba. Dalam beberapa cara

mendapatkan modal, Islam mengatur sistem yang lebih baik, dengan

cara mudharabah atau musyarakah merupakan kerjasama dalam Islam.

Hal ini untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar

tercapai suatu kebaikan dalam suatu aktivitas produksi (Faizah, 2018).

d) Organisasi, Organisasi adalah wadah untuk merencanakan apa yang

ingin dihasilkan dan membahas mengenai biaya, kualitas, keuntungan

dll. kemudian rencana/planning tersebut dibahas dan mencari solusi

dalam keperluan faktor-faktor produksi sebelumnya. Islam tidak

mengkhususkan bagaimana organisasi tersebut dalam kerangka Islam.

Keynes mengungkapkan ada 3 faktor produksi selalu berkaitan yaitu

alam/Tanah, biaya/modal, dan manusia/pekerja. Menurutnya tenaga kerja

adalah pelayanan jasa yang berdiri sendiri untuk beroperasi di bidang

teknik. pentingannya keberadaan tenaga kerja sebagai tiang yang

diperlukan dalam aktivitas ekonomi (Faizah, 2018).

c) .Tujuan Produksi

Beberapa tujuan kegiatan produksi ini, antara lain :

(a) Penyediaan fasilitas kebutuhan manusia pada tingkat moderat

(b) Memilih apa yang menjadi kebutuhan konsumen


(c) Penyediaan terhadap kesempatan atau cadangan

(d) Penyediaan bagi generasi mendatang

Tujuan produksi adalah ibadah kepada Allah swt sudah termasuk dalam

pemenuhan sarana bagi kegiatan sosial, timbulnya dua implikasi pada

takaran moderatakan, Pertama produsen hanya memproduksi barang dan

jasa yang menjadi kebutuhan bukan keinginan pembeli, Barang dan jasa

yang dihasilkan harus memiliki manfaat yang dirasakan seseorang yang

tidak diimbangi oleh hilangnya manfaat bagi oranglain. Tidak sekedar

memberi kepuasan bagi manusia karena dalam Islam mengutamakan

kepentingan bersama. Karenanya prinsip costumer satisfaction yang banyak

dijadikan pegangan produsen kapitalis tidak bisa diberlakukan begitu saja.

Kedua kuantitas produksi tidak akan berlebihan, tetapi hanya sebatas

kebutuhan wajar. Produksi barang dan jasa berlebihan seringkali

menimbulkan kemubadziran, tetapi juga menyebabkan menipisnya sumber

daya ekonomi ini secara cepat. Semakin menipisnya stok bahan baku dari

alam dan menjadikan bumirusak apabila bumi dan sumber daya alamnya

bermasalah maka akan berdampak dalam pembangunan ekonomi modern

saat ini (Faizah, 2018).

d) Biaya Produksi

Biaya yaitu pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh produsen untuk

menghasilkan suatu produksi biaya produksi terbagi dua yaitu:

(a) Biaya eksplisit ialah biaya yang jelas dikeluarkan untuk membiayai

faktor-faktor produksi, Pengelurannya dalam bentuk uang untuk membeli


faktor-faktor produksi atau peralatan produksi yang butuhkan. Contoh: gaji

tenaga kerja, biaya gedung, biaya mesin dll.

(b) Biaya Implisit ialah biaya tersembunyi, biaya yang digunakan namun

tidak tercatat dilaporan keuangan perusahaan karena asset yang digunakan

milik perushaan sendiri, Contoh penggunaan gedung milik perusahaan

sendiri (Faizah, 2018).

e) Maslahah

Ilmu ushul fiqh maslahah diartikan sebagai memberi manfaat dan

menjauhi kerusakan. Sedangkan Munrokhim menjelaskan bahwa

kesimpulan maslahah dari Ekonomi Islam adalah penjagaan tujuan

maqashid syariah Islam itu sendiri, yaitu meraih kemenangan dunia dan

akhirat (falah) menjalani proses kehidupan yang aman dan terkendali, dan

tujuan syariat Islam tersebut adalah untuk mencapai kemaslahatan bersama.

Berdasarkan pernyataan di atas bahwa dalam setiap produksi yang

diciptakan produsen atau pengusaha harus berjalan dengan komitmen dari

tujuan persyariatan Islam yaitu demi kemaslahatan bersama.Berdasarkan

pernyataan diatas, Maslahah yaitu mengambil Kegunaan dari barang dan

jasa yang didapatkan dari aktivitas produksi, yang dimana kegunaan

tersebut dapat menjadikan masyarakat sejahtera dan jauh dari segala sesuatu

yang dapat menjadi rusak (Rohman, 2010).

Dalam konsep maslahah Siddiqi telah dikutip oleh Munrokhim bahwa

ada empat maslahah spesifik dalam kegiatan produksi dalam Islam yaitu :

(a) Pemuasan kebutuhan manusia pada tingkat sedang/cukup.


(b) Melihat apa saja kebutuhan masyarakat dan bagaimana cara

perolehannya

(c) Menyediakan barang dan jasa dimasa yang akan datang dan

(d) Memenuhi fasilitas bagi kegiatan social dan ibadah kepada Allah swt

3. UMKM
Menurut Rudjito, UMKM merupakan usaha kecil yang membantu

perekonomian indonesia. Dikatakan membantu perekonomian

indonesia disebabkan karena dengan melalui UMKM akan membentuk

lapangan kerja baru, juga meningkatkan devisa negara dengan melalui

pajak badan usaha.

Sedangkan, menurut Ina Primiana UMKM merupakan suatau aktivitas

atau kegiatan ekonomi yang menjadi penggerak pembangunan

Indonesia, seperti industri manufaktur, agrobisnis, agraris dan juga

sumber daya manusia. Dalam arti ini, mengindikasikan bahwa UMKM

mengangung arti pemulihan perekonomian indonesia melalui

pengembangan sektor perdagangan untuk program pemberdayaan

masyarakat yang membutuhkan pekerjaan.

Definisi UMKM menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Bab 1 Pasal 1 adalah usaha

produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan

yang memenuhi kriteria usaha mikro. Usaha kecil adalah usaha

produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau


badan usaha bukan merupakan anak cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dari usaha menengah atau besar yang memenuhi kriteria usaha kecil.

Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri,

yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung

dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih

atau hasil penjualan tahunan.

4. KERAJINAN
Kerajinan tangan adalah kegiatan menciptakan suatu produk atau

barang

yang dilakukan oleh tangan dan memiliki fungsi pakai atau keindahan

sehingga memiliki nilai jual. Kerajinan tangan merupakan karya seni

yang lebih mengutamakan keterampilan tangan sebagai pembuat karya

seni. Semakin tinggi kualitas kerajinan tangan yang dibuat maka

semakin mahal harga dari kerajinan yang dibuat tersebut.

Secara umum Kerajinan Tangan memiliki dua fungsi yaitu Fungsi

Pakai dan Fungsi Hias. Fungsi hias dari suatu kerajinan tangan adalah

kerajinan tangan yang lebih diutamakan keindahannya tanpa terlalu

memperdulikan kegunaan dari kerajinan tersebut. Sedangkan fungsi

pakai adalah kerajinan tangan yang lebih mengutamakan fungsinya

daripada keindahan dari kerajinan tersebut.


Di Indonesia sendiri banyak sekali kerajinan tangan yang sudah

mendunia. Setiap daerah di Indonesia memiliki keindahan yang dapat

menampilkan ciri khas kebudayaan masing-masing daerah. Maka dari

itu banyak kerajinan tangan khas Indonesia yang dapat menembus

pasar

internasional. Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang

memiliki banyak potensi di bidang kebudayaan. Kebudayaan hasil

kerajinan tangan yang sudah mendunia dan menjadi kebanggaan

Indonesia yaitu Batik juga banyak yang berasal dari Jawa Tengah.

Selain batik, Jawa Tengah juga memiliki beberapa kerajinan tangan

yang sudah mendunia seperti Kerajinan Kulit, Kerajinan Kayu,

Kerajinan Gerabah, Kerajinan Tenun, Kerajinan Arca,Kerajinan

Enceng Gondok, Kerajinan Anyaman Bambu, dan lain-lain.

5. ANYAMAN BAMBU

Pengertian Umum Bambu

Bambu dapat digolongkan dalam keluarga Gramineae (rumput

rumputan) disebut juga Giant Grass (rumput raksasa), berumpun dan

terdiri dari sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara betahap, dari

mulai rebung, batang muda dan sudah dewasa pada umur 4-5 tahun.

Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas

berongga ada kalanya masif, berdinding keras, pada setiap buku

terdapat mata tunas atau cabang. Akar bambu terdiri atas rimpang

(rhizon) berbuku dan beruas, pada buku akan ditumbuhi oleh serabut
dan tunas yang dapat tumbuh menjadi batang. Dari kurang lebih 1.000

species bambu dalam 80 marga, sekitar 200 species dari 20 marga

ditemukan di Asia Tenggara

(Dransfield dan Widjaja, 1995), sedangkan di Indonesia ditemukan

sekitar 60 jenis. Tanaman bambu Indonesia cenderung tumbuh pada

dataran rendah sampai pegunungan dengan ketinggian sekitar 300 m

dpl. Rata-rata bambu tumbuh pada area terbuka dan daerahnya jauh

dari genangan air. Peranan bambu sangat penting dalam masyarakat

pedesaan Indonesia. Sifat-sifat yang baik dari karakteristik bambu

telah dikenal oleh masyarakat, antara lain batangnya kuat, lurus, rata,

keras, mudah dibelah, mudah dibentuk serta ringan hingga mudah di

angkut. Selain itu bambu mempunyai harga yang terjangkau

dibandingkan dengan material bangunan lain karena berlimpah di area

pemukiman pedesaan.

Anyaman adalah kerajinan tangan yang berdasarkan dari ketekunan,

keterampilan dan kreatifitas dari pemikiran dengan cara menyilang

dan menyusupkan satu bilahan bambu dan bilahan lainnya. (Sinaga,

1988: 01).

Anyaman bambu merupakan hasil dari proses menyatukan bilahan-

bilahan bambu tipis yang dibentuk menjadi benda fungsional dengan

pola tertentu. Kerajinan anyaman bambu adalah salah satu sumber

daya alam bambu dan warisan dari nenek moyang yang menjadi ciri
khas lokalitas masyarakat Indonesia, kerajinan anyaman bambu sampai

saat ini masih kerap dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam kehidupan manusia, selain sebagai pemenuhan kebutuhan

fungsional dalam arti fisik, tetapi kehadirannya juga dalam kebutuhan

estetik. Maka jenis kerajinan ini menghadirkan beragam variasi, mulai

dari perlengkapan kebutuhan rumah tangga hingga produk-produk

aksesoris interior. Sejak zaman dahulu kerajinan anyam tetap ada dan

terus berkembang sampai saat ini. Hasil karya kerajinan anyam masih

kerap kita jumpai sebagai perlengkapan keperluan yang sulit di

pisahkan dalam kehidupan manusia.

6. Pendapatan Ekonomi
a. Pengertian Pendapatan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia pendapatan adalah hasil kerja

(usaha dan sebagainya). Sedangkan pendapatan dalam kamus manajemen

adalah uang yang diterima oleh perorangan, perusahaan dan organisasi lain

dalam bentuk upah, gaji, sewa, komisi, ongkos dan laba. Pendapatan

seseorang juga dapat didefenisikan sebagai banyaknya penerimaan yang

dinilai dengan satuan mata uang yang dapat dihasilkan seseorang atau suatu

bangsa dalam periode tertentu. Reksoprayitno mendefenisikan: “pendapatan

(revenue) dapat diartikan sebagai total penerimaan yang diperoleh pada

periode tertentu” (Nurul Huda dkk, 2008).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai

jumlah penghasilan yang diterima oleh para anggota masyarakat untuk jangka
waktu tertentu sebagai balas jasa atau faktor-faktor produksi yang telah

disumbangkan (Nurul Huda dkk, 2018).

Pendapatan masyarakat adalah penerimaan dari gaji atau balas jasa dari

hasil usaha yang diperoleh individu atau kelompok rumah tangga dalam satu

bulan dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sedangkan

pendapatan dari usaha sampingan adalah pendapatan tambahan yang

merupakan penerimaan lain dari luar aktifitas pokok atau pekerjaan pokok.

Pendapatan sampingan yang diperoleh secara langsung dapat digunakan

untuk menunjang atau menambah pendapatan pokok (Nurul Huda dkk, 2018).

Soekartawi menjelaskan pendapatan akan mempengaruhi banyaknya

barang yang dikonsumsikan, bahwa sering kali dijumpai dengan

bertambahnya pendapatan, maka barang dikonsumsi bukan saja bertambah,

tapi juga kualitas barang tersebut ikut menjadi perhatian. Misalnya sebelum

adanya penambahan pendapatan beras yang dikonsumsikan adalah kualitas

yang kurang baik, akan tetapi setelah adanya penambahan pendapatan maka

konsumsi beras menjadi kualitas yang lebih baik.

b. Pendapatan yang Baik

Tingkat pendapatan merupakan salah satu kriteria maju tidaknya suatu

daerah. Bila pendapatan suatu daerah relatif rendah, dapat dikatakan bahwa

kemajuan dan kesejahteraan tersebut akan rendah pula. Kelebihan dari

konsumsi maka akan disimpan pada bank yang tujuannya adalah untuk

berjaga-jaga apabila baik kemajuan dibidang pendidikan, produksi dan

sebagainya juga mempengaruhi tingkat tabungan masyarakat. Demikian pula


hanya bila pendapatan masyarakat suatu daerah relatif tinggi maka tingkat

kesejahteraan dan kemajuan daerah tersebut tinggi pula (Fauzia, 2014).

Tinggi rendahnya pengeluaran sangat tergantung kepada kemampuan

keluarga dalam mengelola penerimaan atau pendapatannya. Selain itu

pengalaman berusaha juga mempengaruhi pendapatan. Semakin baiknya

pengalaman berusaha seseorang maka semakin berpeluang dalam

meningkatkan pendapatan. Karena seseorang atau kelompok memiliki

kelebihan atau keterampilan dalam meningkatkan aktifitas sehingga

pendapatan terus meningkat. Usaha meningkatkan pendapatan masyarakat

dapat dilakukan dengan pemberantasan kemiskinan yaitu membina kelompok

masyarakat dapat dikembangkan dengan pemenuhan modal kerja, ketepatan

dalam penggunaan modal kerja diharapkan dapat memberikan kontribusi

terhadap pengembangan usaha sesuai dengan yang diharapakan sehingga upaya

peningkatan pendapatan masyarakat dapat terwujud dengan optimal (Fauzia,

2014).

c. Faktor-faktor Pendapatan

Ada banyak faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan nasional

diantaranya sebagai berikut:

a) Kualitas sumber daya manusia

Tenaga kerja yang unggul dan juga memiliki kompetensi sesuai bidang

pekerjaannya bisa menerima upah yang lebih besar dibandingkan dengan

tenaga kerja yang memiliki kemampuan rendah, hingga bisa memberikan

kontribusi yang lebih besar terhadap pendapatan nasional. Kualitas tenaga


kerja yang tinggi itu bisa diperoleh melalui proses formal maupun juga

pelatihan. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin memungkin

kan pula untuk memperoleh jabatan pekerjaan yang lebih tinggi dan

menghasilkan gaji yang besar atau semakin terlatih seseorang tenaga kerja

maka akan semakin besar pula upah yang diterima.

b) Keadaan sumber daya alam

Keadaan dalam suatu negara akan mempengaruhi pendapatan nasional

negara tersebut. Keadaan alam meliputi keadaan geografis, sumber daya alam

yang tersedia dan iklim suatu negara. Semakin banyak sumber daya alam di

suatu negara dan digunakan untuk berproduksi maka akan semakin

menghasilkan keuntungan yang banyak. Begitu juga dengan kondisi geografis

dan iklim yang stabil (jarang terjadi bencana) memberikan peluang yang lebih

besar untuk bisa menerik investor agar bisa menanamkan modalnya di negara

tersebut. Dengan kata lain, kondisi alam yang kondusif akan membantu

meningkatkan pendapatan nasional.

c) Ketersediaan modal

Modal memiliki andil yang sangat besar dalam meningkatkna pendapatan

naional. Suatu negara yang memiliki modal yang besar untuk mengolah

sumber daya dan melakukan produksi maka bisa dipastikan pendapatan

nasionalnya akan tinggi, sementara negara yang kekurangan modal sehingga

tidak bisa melakukan kegiatan produksi maka pendapatan nasionalnya akan

rendah.

d) Stabilisasi dan kebijakan Pemerintah


Kebijakan pemerintah harus lah jelas, adil dan tegas karena bila tidak

akan menghambat jalannya roda perekonomian. Kebijakan yang baik harus di

dukung juga oleh aparatur negara yang berkualitas agar pelaksanaan

kebijakan bisa dilakukan oleh semua pihak dengan penuh rasa tanggung

jawab.

e) Kesejahteraan masyarakat

Masyarakat yang sejahtera akan memiliki daya beli yang tinggi, tingkat

menabung dan investasi yang tinggi pula hingga bisa menggulirkan roda

perekonomian dan juga meningkatkan pendapatan nasional suatu negara.

Masalah pendapatan tidak hanya dilihat dari jumlahnya saja, tetapi

bagaimana distribusi pendapatan yang diterima oleh masyarakat. Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi arah gejala distribusi pendapatan dan

pengeluaran di Indonesia:

(a) Perolehan faktor produksi, dalam hal ini faktor yang terpenting adalah

tanah.

(b) Perolehan pekerjaan, yaitu perolehan pekerjaan bagi mereka yang tidak

mempunyai tanah yang cukup untuk mmeperoleh kesempatan kerja penuh.

(c) Laju produksi pedesaan, dalam hal ini yang terpenting adalah produksi

pertanian dan arah gejala harga yang diberikan kepada produk tersebut.

Seperti halnya yang dikemukakan oleh Toweulu bahwa “ untuk memperbesar

pendapatan, seeorang anggota keluarga dapat mencari pendapatan dari

sumber lain atau membantu pekerjaan kepala keluarga sehingga

pendapatannya bertambah” (Fauzia,2014).


B. Prinsip Produksi Ekonomi Syariah
a. Prinsip Produksi Ekonomi Syariah
Berdasarkan Ekonomi Islam singkatnya, prinsip produksi merupakan

pedoman dilakukan dengan menaati prinsip produksi ketika akan berproduksi.

Prinsipnya yaitu diantaranya adalah :

a. Memproduksi dalam lingkaran yang halal

Prinsip produksi yang harus diterapkan orang muslim, baik perorangan

atau kelompok berprinsip pada yang dibolehkan Allah swt serta tidak

melampaui apa yang menjadi batasan dalam Islam . Pada umumnya, produsen

dalam ekonomi konvensional tidak memerhatikan batas halal dan haram.

Mereka yang hanya memprioritas usaha untuk mencukupi kemauan seseorang

dengan mencari laba, harta, dan uang. Dia tidak melihat apa dampak yang

dirasakan dalam produksi yang tidak baik atau buruk bahkan tidak etis.

Perilaku orang muslim tentunya jauh berbeda dengan sistem ekonomi

konvensional.

Menjauhi segala yang diharamkan. Seorang muslim tidak boleh

menghasilkan sesuatu yang dapat membahayakan dan memberi kerusakan

pada kehidupan manusia. Umat Islam melarang memproduksi barang haram,


haram saat digunakan maupun haram dikoleksi. Contohnya menciptakan

hiasan (patung) dari emas atau perak, membuat perhiasan emas untuk dipakai

oleh pria Islam juga melarang menciptakan sesuatu yang merusak perilaku

dan etika manusia. Contohnya barang yang berkaitam dengan porno dan

psikopat dalam bentuk musik, film, dan opera.

b. Keadilan terhadap produksi

Berdasarkan keadilan dan persamaan prinsip produksi dalam ekonomi

Islam, yaitu berdasarkan keahlian di bidang manapun tanpa mendzolimi pihak

lain atau merugikan masyarakat luas. Al Quran menganjurkan kerjasama atau

gotong royong, agar senantiasa memberi menguntungkan dengan bersikap

jujur, setara, dan melarang langkah yang hanya menguntungkan kepentingan

seseorang saja, yang menjadi ketimpangan dan mudharat di pihak lain atau

pencapaian yang didapatkan ternyata merugikan kepentingan umum. Setiap

manusia diberi amanah dalam berhubungan untuk berperilaku jujur serta

teratur dan menjaga diri dari yang tidak baik.

c. Aktivitas produksi wajib meninjau segi sosial dalam masyarakat

Aktivitas produksi harus mempertahankan nilai-nilai keseimbangan dan

kekeluargaan yang harmonis di lingkungan sosial maupun lingkungan hidup

di masyarakat. Selain itu, masyarakat berhak mencicipi hasil produksi dengan

cukup. Maka dari itu produksi bukan cuma berkaitan untuk kepentingan para

produsen tapi kepentingan masyarakat luas/stake holders. Pemerataan

penyaluran akan produksi yang dihasilkan untuk seluruh masyarakat dan


dilakukan dengan efisien merupakan tujuan utama kegiatan ekonomi

(Rozalinda, 2017).

C. Studi-Studi Terdahulu
Adapun beberapa hasil dari penelitian terdahulu yang relevan yaitu sebagai

berikut ;

a. Penelitian dari Hilda Khoirul Umroh yang berjudul Pemberdayaan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kerajinan Anyaman Bambu Desa

Gintangan Kecamatan Blimbangsari Kabupsaten Banyuwangi.

b. Penelitian dari Heri yang berjudul Pemberdayaan Masyarakat Melalui

Kerajinan Anyaman Bambu di Desa Sawakong Kecamatan Galesong

Selatan Kabupaten Takalar.

c. Jurnal penelitian dari Yeni Vera Fibriyanti, S.E., M.Akt dkk, yang

berjudul Pengembangan UMKM kerajinan Anyaman Bambu Untuk

Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Desa Sumberjo Kecamatan

Sarirejo Kabupaten Lamongan.


No. Judul Penelitian Persamaan Perbedaan

1 Pemberdayaan Usaha Penelitian Penelitian

Mikro, Kecil dan bertujuan untuk melakukan

Menengah Kerajinan mengetahui pemberdayaan

Anyaman Bambu tentang UMKM pada pemilik

Desa Gintangan Kerajinan umkm anyaman

Kecamatan Anyaman Bambu bambu

Blimbangsari

Kabupsaten

Banyuwangi

2 Pemberdayaan Penelitian Penelitian

Masyarakat Melalui bertujuan untuk melakukan

Kerajinan Anyaman mengetahui pemberdayaan

Bambu di Desa tentang UMKM pada pemilik

Sawakong Kerajinan umkm anyaman

Kecamatan Galesong Anyaman Bambu bambu

Selatan Kabupaten

Takalar

3 Pengembangan Penelitian Penelitian

UMKM kerajinan bertujuan untuk melakukan


Anyaman Bambu mengetahui proses pengembangan

Untuk Meningkatkan produksi dan dan pelatihan pada

Perekonomian perkembangan masyarakat yang

Masyarakat Desa UMKM Kerajinan memiliki umkm

Sumberjo Kecamatan Anyaman Bambu anyaman bambu

Sarirejo Kabupaten

Lamongan
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.

penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah,

(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah instrumen kunci,

teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan) (Sugiyono,

2019).

B. Tempat dan Waktu Penelitian


a) Profil

Lokasi penelitian “konsep produksi umkm kerajinan anyaman bambu

dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di desa kertaraharja

ditinjau dari prinsip produksi ekonomi syariah” bertempat di Desa

Kertaraharja Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur. Desa Kertaraharja

merupakan desa yang bertempat di Kecamatan Pagelaran, Kabupaten

Cianjur. Data penduduk berdasarkan tahun 2021 tercatat sekitar 2.615 ribu.

Adapun mata pencaharian dari masyarakat yang ada di desa kertaraharja

adalah petani dan pengrajin anyaman bambu. Desa Kertaraharja

Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur merupakan salah satu desa yang

memiliki ragam kreativitas yang dapat dikembangkan dan menjadi aset


dalam Kerajinan tangan anyaman bambu sudah menjadi sumber

penghasilan pokok bagi sebagian masyarakat Kertaraharja. Anyaman

bambu ini dikerjakan masyarakat rata- rata oleh kaum laki-laki, itupun

dikerjakan oleh para orang tua yang sudah lansia. (Heri, 2015)

b) Kondisi

Kondisi tempat pembuatan UMKM anyaman bambu di Desa

Kertaraharja cukup luas akan tetapi banyak kendala yang menghalangi

pembuat anyaman untuk memasarkan produknya. Contohnya seperti

fasilitas jalan yang menyulitkan pembuat anyaman bambu untuk

mengantar pada konsumen. Kemudian dari pembiayaan yang kurang

sehingga membatasi kreativitas para pembuat anyaman bambu tersebut.

c) Potensi

Potensi UMKM anyaman bambu di Desa Kertaraharja sangat besar.

Anyaman bambu adalah salah satu produk kerajinan tangan yang memiliki

nilai ekonomi tinggi dan tahan lama. Bambu sebagai bahan baku utama

memiliki kelebihan dalam kekuatan, kelenturan, dan keindahan alaminya.

Berikut adalah beberapa potensi UMKM anyaman bambu di Desa

Kertaraharja:

a. Kesenian dan Kerajinan: Anyaman bambu dapat digunakan untuk

membuat berbagai produk kerajinan seperti bilik untuk menjemur padi


(giribig), bilik untuk dinding rumah, tempat kukus nasi (aseupan), kipas

bambu (hihid) dan lainnya.

b. Produk Rumah Tangga: Anyaman bambu juga digunakan untuk membuat

produk rumah tangga seperti tempat sampah, dan lain-lain. Produk-produk

ini sangat praktis dan ramah lingkungan.

C. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer

dan data sekunder:

a. Data Primer, data ini adalah data yang diperoleh penulis melalui hasil

wawancara bersama narasumber sehubungan dengan “umkm kerajinan

anyaman bambu dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di desa

kertaraharja (analisis ekonomi syariah)”

b. Data Sekunder, adalah data yang dikumpulkan peneliti yang sumbernya

dari data-data yang sudah diolah sebelumnya menjadi seperangkat informasi

tertulis lainnya yang berkaitan dengan obyek penelitian.(Umroh, 2019)

Sumber data primer dari penelitian ini adalah pemilik umkm anyaman bambu

dan pembeli. Yakni pelaku yang berkaitan dengan judul yang akan diteliti.

Sedangkan sumber data sekunder dari penelitian ini adalah data yang sudah

diolah sebelumnya menjadi seperangkat informasi yang berkaitan dengan objek

penelitian.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif atau qualitative research.Fokus penelitian yang dimaksud adalah

pembatasan bidang kajian dan memperjelas relevansinya dengan data yang

akan dikumpulkan. Fokus penelitian merupakan suatu penentuan konsentrasi

sebagai pedoman arah suatu penelitian dalam upaya mengumpulkan intisari

dari penelitian yang akan dilakukan. Pembatasan bidang kajian permasalahan

agar dapat mempermudah dan mengarahkan penelitian ke saran yang tepat.

Berdasarkan judul yang diangkat oleh peneliti , maka fokus penelitian ini

adalah untuk mengetahui konsep produksi umkm kerajinan anyaman bambu

dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di desa kertaraharja

ditinjau dari prinsip produksi ekonomi syariah.

E.Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang telah ditetapkan

(Sugiyono, 2019).

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis

dalam penelitian ini, meliputi:

a. Observasi

Tempat dan waktu penelitian merupakan instrumen penting

dalampenelitian. Pemilihan dan penentuan waktu dan tempat penelitian akan


menunjang hasil penelitian. Perbedaan pada tempat dan waktu penelitian

akan berpengaruh pada hasil penelitian yang didapatkan walaupun dalam

penelitian tersebut berada pada fokus yang sama (Umroh, 2019). Adapun

tempat yang peneliti ambil untuk penelitian ini adalah di Desa Kertaraharja,

Kecamatan Pagelaran, Kabupaten Cianjur. Tepatnya selaku tempat pemilik

UMKM Kerajinan Anyaman Bambu. Untuk waktu penelitiannya, peneliti

menyesuaikan dengan narasumber yang berkaitan dengan judul yang akan

diteliti baik itu pemilik UMKM maupun masyarakat yang ada disekitar.

Nasution (1998) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu

pengetahuan. Para ilmuwan hanya dapat bekerja berdasarkan data yaitu

fakta mengenai dunia kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Bungin

(2007) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu :

a) Observasi Partisipasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan

untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan

dimana penelit terlibat dalam keseharian informan.

b) Observasi tidak terstruktur, ialah pengamatan yang dilakukan tanpa

menggunakan pedoman observasi, sehingga peneliti mengembangkan

pengamatannya berdasarkan perkembangan yang terjadi dilapangan.

c) Observasi kelompok, ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok

tim peneliti terhadap sebuah isu yang berkaitan dengan judul yang akan atau

sedang diteliti menjadi sebuah objek penelitian (Sujarweni, 2023).

Menurut Patton dalam Nasution (1998), menyatakan bahwa observasi

memiiliki manfaat seperti ;


(a) Dengan adanya observasi dilapangan peneliti akan lebih mampu

memahami konteks data dalam keseluruhan situasi sosial, jadi akan

diperoleh pandangan yang holistik/menyeluruh.

(b) Dengan observasi maka akan diperoleh pengalaman langsung,

sehingga memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif,

jadi tidak dipengaruhi oleh konsep atau pandangan sebelumnya

(Sugiyono, 2019).

Jadi observasi adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata

tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut. Observasi ini

digunakan untuk penelitian yang telah direncanakan secara sistematik tentang

“konsep produksi umkm kerajinan anyaman bambu dalam meningkatkan

pendapatan ekonomi masyarakat di desa kertaraharja ditinjau dari prinsip

produksi ekonomi syariah”.

b) Wawancara

Esterberg (2002) dalam Sugiyono mengemukakan beberapa macam

wawancara yaitu wawancara terstruktur, semi terstruktur, dan tidak

terstruktur. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan

data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti

tentang informasi apa yang akan diperoleh. Oleh karena itu dalam

melakukan wawancara, pengumpulan data telah menyiapkan instrumen

penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya

telah disiapkan. Wawancara semi terstruktur adalah wawancara untuk

menemukan permasalahan secara terbuka, dimana pihak yang diajak


wawancara diminta pendapat dan ide-idenya. Sedangkan wawancara tidak

terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak

menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis

dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2019).

Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab, sambil bertatap muka antara si penanya

dengan si penjawab dengan menggunakan alat yang dinamakan interview

guide (panduan wawancara). Terdapat lima kriteria yang digunakan untuk

menentukan informan penelitian yaitu sebagai berikut.

a) Subjek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau

medan aktivitas yang menjadi informasi, melainkan juga menghayati

secara sungguh-sungguh sebagai akibat dari keterlibatannya yang cukup

lama dengan lingkungan yang bersangkutan.

b) Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada lingkungan yang

menjadi perhatian peneliti.

c) Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk

diwawancarai.

d) Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau

dipersiapkan terlebih dahulu.

e) Subjek yang sebelumnya tergolong masih “asing” dengan penelitian, atau

orang yang baru dikenal oleh peneliti.Informan penelitian ini dipilih

dengan teknik purposive. Menurut Sugiyono (2019) purposive adalah

teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan bahwa informan


tersebut benar-benar mengetahui kondisi yang sebenarnya di lapangan

terkait masalah penelitian. Informan-informan tersebut diharapkan dapat

berperan aktif dalam penelitian secara informal demi mendukung

keberhasilan suatu penenlitian.

Berdasarkan pada penjelasan tersebut, peneliti menggunakan sejumlah

informan yang dinilai memenuhi kriteria sebagai informan tentang Konsep

Produksi Umkm Kerajinan Anyaman Bambu dalam Meningkatkan Pendapatan

Ekonomi Masyarakat di Desa Kertaraharja Ditinjau dari Prinsip Produksi

Ekonomi Syariah yaitu sebagai berikut.

(a) Pelaku umkm kerajinan anyaman bambu di Desa Kertaraharja

Kecamatan Pagelaran Kabupaten Cianjur yang memiliki umkm anyaman

bambu.

(b) Masyarakat selaku konsumen anyaman bambu.Berdasarkan penjelasan

terkait jenis-jenis wawancara tersebut, peneliti menggunakan jenis

wawancara terstruktur dalam penelitian ini. Alat bantu yang digunakan

untuk menunjang proses pelaksanaan wawancara dan hasil data yang

diperoleh dari wawancara adalah buku catatan, alat perekam, dan kamera

untuk mendokumentasikan proses dan hasil wawancara. Peneliti

melakukan interview atau tanya jawab kepada para pengrajin kreativitas

anyaman, masyarakat, dan tokoh-tokoh agama (Umroh, 2019).

c. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan perristiwa yang sudah berlalu. Dokumen

bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya yang monumental dari


seseorang. Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan meneliti catatan-

catatan penting yang sangat erat hubungannya dengan obyek penelitian.

Tujuan digunakan metode ini untuk memperoleh data secara jelas dan

konkret tentang “konsep produksi umkm kerajinan anyaman bambu dalam

meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di desa kertaraharja ditinjau

dari prinsip produksi ekonomi syariah)”

d. Triangulasi

Dalam teknik pengumpulan data, triangulassi diartikan sebagai teknik

pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik

pengumpulan data dan sumber data yang telah ada (Sugiyono, 2019).

Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan

data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang sama.

Teknik yang digunakan dapat berupa wawancara, observasi maupun

dokumentasi untuk sumber data yang sama secara serempak. Triangulasi

sumber berarti peneliti mengunakan teknik yang sama pada sumber data

yang berbeda-beda. Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik

triangulasi teknik, yaitu menggabungkan data atau informasi dari informan

yang sama (Sugiyono, 2019).

F. Uji Keabsahan Data


Pemeriksaan terhadap keabsahan data pada dasarnya, selain digunakan

untuk menyanggah balik yang dituduhkan kepada penelitian kualitatif yang

mengatakan tidak ilmiah, juga merupakan sebagai unsur yang tidak terpisahkan

dari tubuh pengetahuan penelitian kualitatif (Moleong, 2007:320).


Keabsahan data dilakukan untuk membuktikan apakah penelitian yang

dilakukan benar-benar merupakan penelitian ilmiah sekaligus untuk menguji

data yang diperoleh. Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji,

credibility, transferability, dependability, dan confirmability (Sugiyono,

2007:270).

Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan

sebagai penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji

keabsahan data yang dapat dilaksanakan.

a. Credibility

Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil

penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan

tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah dilakukan.

a). Perpanjangan Pengamatan

Dengan perpanjangan pengamatan berarti peneliti kembali ke

lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data

yang ditemui maupun sumber data yang lebih baru. Perpanjangan

pengamatan berarti hubungan antara peneliti dengan sumber akan

semakin terjalin, semakin akrab, semakin terbuka, saling timbul

kepercayaan, sehingga informasi yang diperoleh semakin banyak dan

lengkap.
Perpanjangan pengamatan untuk menguji kredibilitas data penelitian

difokuskan pada pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Data yang

diperoleh setelah dicek kembali ke lapangan benar atau tidak, ada

perubahan atau masih tetap. Setelah dicek kembali ke lapangan data yang

telah diperoleh sudah dapat dipertanggungjawabkan/benar berarti

kredibel, maka perpanjangan pengamatan perlu diakhiri

b). Meningkatkan kecermatan dalam penelitian

Meningkatkan kecermatan atau ketekunan secara berkelanjutan maka

kepastian data dan urutan kronologis peristiwa dapat dicatat atau direkam

dengan baik, sistematis. Meningkatkan kecermatan merupakan salah satu

cara mengontrol/mengecek pekerjaan apakah data yang telah

dikumpulkan, dibuat, dan disajikan sudah benar atau belum.Untuk

meningkatkan ketekunan peneliti dapat dilakukan dengan cara membaca

berbagai referensi, buku, hasil penelitian terdahulu, dan dokumen-

dokumen terkait dengan membandingkan hasil penelitian yang telah

diperoleh. Dengan cara demikian, maka peneliti akan semakin cermat

dalam membuat laporan yang pada akhirnya laporan yang dibuat akan

smakin berkualitas.

c). Triangulasi

Wiliam Wiersma (1986) mengatakan triangulasi dalam pengujian

kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber

dengan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber,

triangulasi teknik pengumpulan data, dan waktu (Sugiyono, 2007:273).


d). Analisis Kasus Negatif : Melakukan analisis kasus negatif berarti peneliti

mencari data yang berbeda atau bahkan bertentangan dengan data yang

telah ditemukan. Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan

dengan temuan, berarti masih mendapatkan data-data yang bertentangan

(Sugiyono, 2007:275).

b. Transferability

Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut diambil

(Sugiyono, 2007:276).

Pertanyaan yang berkaitan dengan nilai transfer sampai saat ini masih

dapat diterapkan/dipakai dalam situasi lain. Bagi peneliti nilai transfer

sangat bergantung pada si pemakai, sehingga ketika penelitian dapat

digunakan dalam konteks yang berbeda di situasi sosial yang berbeda

validitas nilai transfer masih dapat dipertanggungjawabkan.

c. Dependability

Reliabilitas atau penelitian yang dapat dipercaya, dengan kata lain

beberapa percobaan yang dilakukan selalu mendapatkan hasil yang sama.

Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila

penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang

sama akan memperoleh hasil yang sama pula.

Pengujian dependability dilakukan dengan cara melakukan audit

terhadap keseluruhan proses penelitian. Dengan cara auditor yang


independen atau pembimbing yang independen mengaudit keseluruhan

aktivitas yang dilakukan oleh peneliti dalam melakukan penelitian.

Misalnya bisa dimulai ketika bagaimana peneliti mulai menentukan

masalah, terjun ke lapangan, memilih sumber data, melaksanakan analisis

data, melakukan uji keabsahan data, sampai pada pembuatan laporan hasil

pengamatan.

d. Confirmability

Objektivitas pengujian kualitatif disebut juga dengan uji confirmability

penelitian. Penelitian bisa dikatakan objektif apabila hasil penelitian telah

disepakati oleh lebih banyak orang. Penelitian kualitatif uji confirmability

berarti menguji hasil penelitian yang dikaitkan dengan proses yang telah

dilakukan. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian

yang dilakukan, maka penelitian tersebut telah memenuhi standar

confirmability. Validitas atau keabsahan data adalah data yang tidak berbeda

antara data yang diperoleh oleh peneliti dengan data yang terjadi

sesungguhnya pada objek penelitian sehingga keabsahan data yang telah

disajikan dapat dipertanggungjawabkan (Sugiyono, 2019).

G. Teknik Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data

yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,

sehingga dapat dengan mudah dipahami dan temuannya dapat di informasikan


kepada orang lain. (Umroh, 2019) Data dalam penelitian ini dianalisis menurut

pendekatan deskriktif kualitatif, yaitu menganalisis data dengan

menggambarkan data. Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan

mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga

dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data, dikumpulkan harus berkaitan dengan obyek yang diteliti.

Analisis data kualitatif adalah bersifat induktif yaitu suatu analisis

berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan menjadi hipotesis.

Berdasarkan hipotesis yang dirumuskan data tersebut, selanjutnya dapat

disimpulkan apakah hipotesis tersebut diterima atau ditolak berdasarkan data

yang telah terkumpul.

Analisis data menurut Miles dan Huberman (1984) mengemukakan bahwa

aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan

berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah

jenuh.Adapun aktivitas dalam analisis data terbagi menjadi 3 yaitu data

reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.

a. Data Collection/Pengumpulan Data

Kegiatan utama pada setiap penelitian adalah mengumpulkan data.

Dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dengan observasi, wawancara

mendalam dan dokumentasi atau gabungan ketiganya (triangulasi). Pada

tahap awal peneliti melakukan penjelajahan secara umum terhadap situasi

sosial atau obyek yang diteliti, semua yang dilihat dan didengar direkam

semua.
b. Data Reduction/Reduksi Data

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu

maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Karena semakin lama peneliti ke

lapangan maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit.

Untuk itu pentingnya melakukan analisis data melalui reduksi data.

Mereduksi data berarti merangkum, memilih dan memilah hal-hal yang

pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya, dan mencarinya apabila diperrlukan. Reduksi data dapat dibantu

dengan peralatan elektronik seperti handphone, tablet, dan komputer mini

dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu. Reduksi data merupakan

proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keluasan, kedalaman

wawasan yang tinggi. Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu

oleh teori dan tujuan yang akan dicapai.

c. Data Display/Penyajian Data

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan

data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data ini dapat dilakukan dengan

bentuk tabel, grafik, phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui

penyajiann tersebut, maka penyajian data dapat terorganisasi, tersusun dalam

pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Dengan

mendisplaykan data maka akan memudahkan memahami apa yang terjadi,


merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami terkait

judul yang sedang diteliti.

d. Conclusion Drawing/Verification

Langkah keempat dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan

Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal

yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah apabila tidak

ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan

data berikutnya. Kesimpulan yang ada pada penelitian kualitatif merupakan

temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa

deskripsi atau gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang

atau gelap sehingga setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan

kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2019).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum

a. Sejarah Singkat Desa Kertaraharja

Desa kertaraharja adalah salah satu desa di wilayah Kecamatan

Pagelaran Kabupaten Cianjur. Nama kertaraharja berasal dari kata kerta

dan raharja yang berarti aman, tentram dan makmur. Data penduduk

berdasarkan tahun 2021 tercatat sekitar 2.615 ribu orang. Adapun mata

pencaharian dari masyarakat yang ada di Desa Kertaraharja adalah

petani, pengrajin, karyawan swasta, pedagang, guru honorer, kepolisian

dan lainnya.

b. Visi dan Misi Desa Kertaraharja

1) Visi : “Terbangunnya Tata Kelola Pemerintahan Desa Yang Baik

Dan Bersih Guna Mewujudkan Kehidupan Masyarakat Desa Yang

Adil, Makmur Dan Sejahtera

2) Misi : Meningkatkan pembangunan infrastruktur khususnya jalan

untuk meningkatkan perekonomian warga masyarakat Desa

Kertaraharja, menyelenggarakan urusan pemerintahan Desa secara

terbuka, dan bertanggungjawab sesuai peraturan perundang-

undangan.

c. Keadaan Ekonomi

Struktur mata pencaharian


Jenis Pekerjaan

1). Petani : 1.737

2). Pengrajin : 5 orang

3). Tukang : 20 orang

4). Guru : 50 orang

5). Bidan : 2 orang

6). TNI/Polri : 1 orang

7). Buruh : 500

8). Swasta : 300

d. Sekilas Tentang UMKM Kerajinan Anyaman Bambu di Desa

Kertaraharja

Di Desa Kertaraharja terdapat pengelompokkan UMKM, baik dari

UMKM kerajinan maupun makanan yang disebut dengan UMKM

Manjur.

Kerajinan anyaman bambu di Desa Kertaraharja sudah ada sejak

lama, karena merupakan warisan leluhur dan di Desa Kertaraharja

mayoritas masih menggunakan anyaman bambu guna membangun

rumah dan keperluan rumah tangga lainnya. UMKM anyaman bambu

baru direalisasikan pada tahun 2011, mulanya Bapa Badru memulai

usaha ini dengan latar belakang bakat menganyam bambu yang diwarisi

turun temurun dari keluarganya, lambat laun berjalan Bapa Badru

kemudian membangun usaha kerajinan bambu milik pribadi. Untuk

awalnya produk anyaman bambu yang dijualpun hanya sebatas tempat


nasi dan kipas. Tetapi lambat laun, bertambah seperti dinding rumah

dan tempat menjemur padi.

B. Pembahasan Penelitian
1. Konsep Produksi Kerajinan Anyaman Bambu dalam Meningkatkan

Pendapatan Ekonomi Syariah di Desa Kertaraharja

Anyaman bambu adalah kerajinan tangan yang dibuat dari bahan

alam sekitar yaitu bambu. Produk anyaman bambu berpotensi berkembang

kreatif dan inovatif. Adapun konsep produksi anyaman bambu di Desa

Kertaraharja adalah sebagai berikut :

a). Proses Pembuatan : Proses pembuatan anyaman bambu meliputi

pemilihan bambu, penebangan bambu, pengirisan bambu, pengecatan

irisan bambu, dan nembeq.

b). Jenis Produk : Jenis-jenis produk anyaman bambu yang dihasilkan

antara lain aseupan (tempat kukus nasi), bilik (dinding rumah), giribig

(tempat jemur padi), hihid (kipas) dan lainnya.

c). Inovasi Produk : Salah satu inovasi produk anyaman bambu adalah

pengembangan kerajinan tangan yang dibuat dengan bahan dari sumber

daya alam sekitar yaitu anyaman bambu dan rotan.

d). Pengembangan Desain : pengembangan desain kerajinan anyaman

bambu dapat dilakukan dengan memperhatikan konsep matematika

yang terkandung dalam aktivitas masyarakat pada proses pembuatan

anyaman bambu.

Menurut al Sadr produksi adalah upaya mengeksplor sumber daya

alam agar mempunyai guna bagi kehidupan manusia. M.M, Metwally


menyatakan dugaan produksi harus dikerjakan untuk sesuatu yang halal

dengan proses produksi dan setelah produksi yang tidak menimbulkan

masalah/kerusakan. Setiap makluk dipercayakan untuk mengelola dan

Muhammad Abdul Mannan beranggapan peninjauan aktivitas produksi

tidak cuma-cuma berdasarkan pada permintaan pasar (Faizah, 2018).

Adapun faktor-faktor dari produksi adalah sebagai berikut :

a). Tanah, Islam telah mengatakan bahwa sebagai factor produksi

adalah tanah namun tidak sama dalam artian di zaman modern.

Pandangan klasik mengenai tanah yaitu tanah menjadi faktor penting

dalam produksi karena telah meliputi segala sumber daya alam yang

dibutuhkan pada produksi. Ekonomi Islam menetapkan tanah sebagai

faktor penting dalam produksi, pemilik tanah disarankan menggarap

tanahnya demi menambah pendapatannya, karena syarat pemilik tanah

adalah tugas sosial dari Allah atas milik-Nya. Contohnya seperti

Pertanian dan Kerajinan. Dalam hal ini, pengrajin anyaman bambu

membeli bahan bambu yang akan diolah menjadi sebuah anyaman dan

dipasarkan dengan harga tertentu.

b). Tenaga kerja (SDM), Tenaga kerja merupakan factor penting setelah

tanah, karena dengan tenaga kerjanya manusia segala proses yang ada

memperoleh hasil dari pertanian serta menambah produksi barang dan

jasa yang bisa menjadi sumber kekayaan masyarakat. para ahli ekonom

secara umum beranggapan bahwa tenaga kerja itu sebagai pangkal

produktivitas dari setiap faktor produksi lainnya. Sumber daya alam


maupun tanah tidak bisa menghasilkan apa-apa tanpa adanya tenaga

kerja.

c). Modal, Modal tak kalah pentingnya dari factor produksi sebelumnya

tanpa modal, produsen tidak akan bisa memproduksi suatu barang atau

jasa. Dalam Islam modal harus bebas dari riba. Dalam beberapa cara

mendapatkan modal, Islam mengatur sistem yang lebih baik, dengan

cara mudharabah atau musyarakah merupakan kerjasama dalam Islam.

Hal ini untuk menjaga hak produsen dan juga hak pemilik modal, agar

tercapai suatu kebaikan dalam suatu aktivitas produksi (Faizah, 2018).

4). Organisasi, Organisasi adalah wadah untuk merencanakan apa yang

ingin dihasilkan dan membahas mengenai biaya, kualitas, keuntungan

dll. kemudian rencana/planning tersebut dibahas dan mencari solusi

dalam keperluan faktor-faktor produksi sebelumnya. Islam tidak

mengkhususkan bagaimana organisasi tersebut dalam kerangka Islam.

Dengan keempat faktor produksi tersebut memberikan peran dalam

pendapatan ekonomi masyarakat di Desa Kertaraharja melalui Produksi

Kerajinan Anyaman Bambu yang dikombinasikan guna menambah nilai

barang dan jasa.

Tabel

Harga Bambu dari Pengrajin

Jenis Produk Harga

Aseupan 10.000

Bilik 100.000
Giribig 150.000/200.000

Hihid 5000/10.000

2. Prinsip Produksi UMKM Kerajinan Anyaman Bambu Dalam Ekonomi

Syariah

Produksi mempunyai peranan penting dalam menentukan taraf

hidup manusia dan kemakmuran suatu bangsa. Al-qur’an telah meletakkan

landasan yang sangat kuat terhadap produksi . dalam Al-qur’an dan

sunnah Rosul banyak dicontohkan bagaimana umat islam diperintahkan

untuk bekerja keras dalam mencari penghidupan agar mereka dapat

melangsungkan kehidupannya dengan lebih baik.

Dalam hal ini UMKM kerajinan anyaman bambu sangat membantu

perekonomian masyarakat dalam menciptakan lapangan kerja,

menggerakan pertumbuhan ekonomi, dan menjadi wadah kegiatan

ekonomi khususnya bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Adapun kaitan dari prinsip produksi dengan UMKM kerajinan

Anyaman Bambu menurut Al-Maqashid Syariah dalam Ekonomi Syariah

adalah sebagai berikut :

1. Kegiatan produksi dilandasi oleh nilai-nilai islam sesuai dengan

maqashid syariah

Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan

produksi. Contohnya dari produksi anyaman bambu


menggunakan uang pribadi untuk keperluan bahan yang akan

diproduksi menjadi anyaman bambu.

2. Prioritas produksi sesuai dengan prioritas kebutuhan

Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu

dan masyarakat serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang

harus dipenuhi harus berdasarkan prioritas yang ditetapkan

agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya

akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal dan keturunan serta

memakmurkan material.

3. Kegiatan produksi harus memperhatikan keadilan, aspek sosial

kemasyarakatan, zakat, infak, shodaqoh waqaf

4. Sumber Daya Alam

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas

spiritual maupun mental dan fisik. Kualitas spiritual terkait

kesadaran rohniahnya, kualitas mental terkait dengan etos

kerja, intelektual dan kreatifitas sedangkan fisik berkaitan

dengan kesehatan, efisiensi dan sebagainya. Pengrajin

anyaman bambu harus menyeimbangkan antara kualitas

spiritual maupun mental dan fisik agar dapat berjalan

beriringan sesuai dengan prinsip produksi ekonomi syariah.

5. Distribusi keuntungan

Harus membagi keuntungan secara adil antara pemilik,

pengelola, manajemen dengan buruh.


3. Konsep Produksi UMKM Kerajinan Anyaman Bambu Dalam

Meningkatkan Pendapatan Ekonomi Masyarakat Di Desa

Kertaraharja Ditinjau Dari Prinsip Produksi Ekonomi Syariah

Dalam ekonomi islam, konsep produksi UMKM kerajinan

anyaman bambu dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat

merupakan hal yang harus diperhatikan dengan baik, sebab konsep

produksi tersebut sangat dibutuhkan dalam menciptakan suatu hasil, mulai

dari proses pembuatan, jenis produk, inovasi produk dan pengembangan

desain yang akan diolah oleh masyarakat. Oleh sebab itu, islam sangat

menganjurkan bagi setiap individu untuk bekerja dan memproduksi yang

dijadikan kewajiban bagi orang-orang agar mampu untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Adapun faktor-faktor produksi yang dapat menunjang masyarakat

dalam menghasilkan suatu barang dalam ekonomi yaitu :

a. Modal

Modal telah menduduki tempat yang khusus dalam ekonomi

islam, dalam ekonomi islam modal adalah suatu perwujudan tanah dan

tenaga kerja.

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan bahwa modal yang

digunakan pengrajin anyaman bambu di Desa Kertaraharja masih

sederhana karena menggunakan modal pribadi seadanya yang hasil

dari penjualannya hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hai saja.

b. Tanah
Hasil penelitian wawancara kepada informan pengrajin anyaman

bambu di Desa Kertaraharja. Para pengrajin rata-rata memproduksi

anyaman bambu bukan dari tanah milik pribadi tetapi menggunakan

modal pribadi untuk membeli bahan mentah yang akan diolah menjadi

anyaman bambu.

c. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam islam adalah segala usaha dan ikhtiar

yang dilakukan oleh anggota badan atau pikiran untuk mendapatkan

imbalan yang pantas. Islam mendorong umatnya untuk bekerja dan

memproduksi, bahkan menjadikan sebagai sebuah kewajiban terhadap

orang-orang yang mampu, lebih dari itu Allah membalas yang

setimpal dengan amal dan kerja.

Dari hasil wawancara kepada pengrajin anyaman bambu di Desa

Kerataraharja, tenaga kerja yang memiliki usaha anyaman bambu

termasuk dalam kategori tenaga kerja kasar, yaitu tenaga kerja yang

tidak memiliki riwayat pendidikan atau rendahnya pendidikan yang ia

punya sehingga dapat dikatakan bahwa pengrajin anyaman bambu di

Desa Kertaraharja masih minim dan kekurangan pengetahuan untuk

mengembangkan suatu produk.

d. Organisasi

Faktor produksi organisasi merupakan skill seseorang untuk

mengelola berbagai macam kegiatan produksi usaha secara efektif dan

efisien sehingga akan memperoleh hasil yang diinginkan.


Berdasarkan hasil wawancara kepada pengrajin anyaman bambu di

Desa Kertaraharja usaha kerajinan anyaman bambu tersebut dilakukan

secara mandiri baik secara pengolahan maupun penjualan. Sehingga

dapat dikatakan bahwa UMKM kerajinan anyaman bambu di Desa

Kertaraharja ini dilakukan secara individu.

1. Kegiatan produksi dilandasi oleh nilai-nilai islam sesuai dengan

maqashid syariah

Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan

produksi. Contohnya dari produksi anyaman bambu

menggunakan uang pribadi untuk keperluan bahan yang akan

diproduksi menjadi anyaman bambu.

2. Prioritas produksi sesuai dengan prioritas kebutuhan

Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu

dan masyarakat serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang

harus dipenuhi harus berdasarkan prioritas yang ditetapkan

agama, yakni terkait dengan kebutuhan untuk tegaknya

akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal dan keturunan serta

memakmurkan material.

3. Kegiatan produksi harus memperhatikan keadilan, aspek sosial

kemasyarakatan, zakat, infak, shodaqoh waqaf

4. Sumber Daya Alam

Meningkatkan kualitas sumber daya manusia baik kualitas

spiritual maupun mental dan fisik. Kualitas spiritual terkait


kesadaran rohniahnya, kualitas mental terkait dengan etos

kerja, intelektual dan kreatifitas sedangkan fisik berkaitan

dengan kesehatan, efisiensi dan sebagainya. Pengrajin

anyaman bambu harus menyeimbangkan antara kualitas

spiritual maupun mental dan fisik agar dapat berjalan

beriringan sesuai dengan prinsip produksi ekonomi syariah.

5. Distribusi keuntungan

Harus membagi keuntungan secara adil antara pemilik,

pengelola, manajemen dengan buruh.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan atau pemilik

UMKM kerajinan anyaman bambu bahwa dalam produksi UMKM

kerajinan anyaman bambu di Desa Kertaraharja sudah sesuai

dengan prinsip produksi ekonomi syariah. Hanya saja ada beberapa

yang belum sesuai yaitu Kegiatan produksi yang harus

memperhatikan keadilan, aspek sosial kemasyarakatan, zakat,

infak, shodaqoh waqaf. Karena hasil dari penjualan anyaman

bambu tersebut masih minim dan hanya cukup untuk kebutuhan

sehari-hari dan dijadikan modal kembali. Kemudian dari segi

distribusi keuntungan, masyarakat di Desa Kertaraharja melakukan

produksi UMKM kerajinan anyaman bambu secara mandiri dan

individu baik dalam modal maupun memproduksinya.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Konsep produksi kerajinan anyaman bambu yang berada di Desa

Kertaraharja sudah baik terlihat dari hasil penelitian diketahui bahwa

pendapatan menghasilkan penjualan produk yang memenuhi kebutuhan

sehari-hari. Dengan ini dapat bahwa memproduksi anyaman bambu

sudah menjadi rutinitas dalam upaya peningkatan pendapatan pengrajin

untuk keluarga.

2. Adapun prinsip produksi kerajinan anyaman bambu Kegiatan produksi

dilandasi oleh nilai-nilai islam sesuai dengan al-maqashid syariah

Memproduksi barang dan jasa yang halal pada setiap tahapan produksi.

Contohnya dari produksi anyaman bambu menggunakan uang pribadi

yang halal untuk keperluan bahan yang akan diproduksi menjadi

anyaman bambu. Prioritas produksi sesuai dengan prioritas kebutuhan

Produksi dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan individu dan

masyarakat serta mencapai kemakmuran. Kebutuhan yang harus dipenuhi

harus berdasarkan prioritas yang ditetapkan agama, yakni terkait dengan

kebutuhan untuk tegaknya akidah/agama, terpeliharanya nyawa, akal dan

keturunan serta memakmurkan material. Kegiatan produksi harus

memperhatikan keadilan, aspek sosial kemasyarakatan, zakat, infak,

shodaqoh waqaf Sumber Daya Alam Meningkatkan kualitas sumber daya

manusia baik kualitas spiritual maupun mental dan fisik. Kualitas


spiritual terkait kesadaran rohniahnya, kualitas mental terkait dengan etos

kerja, intelektual dan kreatifitas sedangkan fisik berkaitan dengan

kesehatan, efisiensi dan sebagainya. Pengrajin anyaman bambu harus

menyeimbangkan antara kualitas spiritual maupun mental dan fisik agar

dapat berjalan beriringan sesuai dengan prinsip produksi ekonomi

syariah. Distribusi keuntungan Harus membagi keuntungan secara adil

antara pemilik, pengelola, manajemen dengan buruh.

Berdasarkan hasil wawancara terhadap informan atau pemilik UMKM

kerajinan anyaman bambu bahwa dalam produksi UMKM kerajinan

anyaman bambu di Desa Kertaraharja sudah sesuai dengan prinsip

produksi ekonomi syariah. Hanya saja ada beberapa yang belum sesuai

yaitu Kegiatan produksi yang harus memperhatikan keadilan, aspek

sosial kemasyarakatan, zakat, infak, shodaqoh waqaf. Karena hasil dari

penjualan anyaman bambu tersebut masih minim dan hanya cukup untuk

kebutuhan sehari-hari dan dijadikan modal kembali. Kemudian dari segi

distribusi keuntungan, masyarakat di Desa Kertaraharja melakukan

produksi UMKM kerajinan anyaman bambu secara mandiri dan individu

baik dalam modal maupun memproduksinya.

B. Saran
3. Untuk pengrajin anyaman bambu diharapkan dapat memproduksi

anyaman bambu dengan bentuk-bentuk lain, dengan kreasi selain yang

sudah ada, tentunya dengan nuansa yang lebih modern. Sehingga

produksi yang dihasilkan dapat menambah daya jual yang tentunya akan

menambah pendapatan pengrajin. Selain itu, pengrajin diharapkan


memiliki pembukuan yang dapat digunakan untuk mengontrol keuangan

dalam menjalankan aktivitas usaha.

4. Untuk aparatur Desa Kertaraharja, harapannya mampu memanfaatkan

peluang kerajinan anyaman bambu lebih maksimal lagi, dengan

melakukan pelatihan yang berkelanjutan dan dapat membimbing,

membina serta mengarahkan untuk mendirikan koperasi maupun BMT

atau lembaga finansial lainnya guna membantu pengrajin yang

mengalami kekurangan dana.

Anda mungkin juga menyukai