Pastikan untuk mencatat informasi yang diperoleh dalam lembar kerja dan
gunakan sebagai panduan dalam langkah-langkah berikutnya untuk
menemukan solusi bagi masalah yang telah diidentifikasi
Hasil Wawancara :
a. Wawancara Pakar Bapak
Muhammad Arief
Mahdiannur, S.Pd., M.Pd
(Dosen Universitas Negeri
Surabaya)
Solusi yang disarankan:
1. Guru dapat menerapkan
desain pembelajaran
berdiferensiasi sesuai
dengan pengelompokan
kemampuan "numeracy in
science" siswa.
2. Guru dapat membuat LMS
dengan pola Teaching at the
Right Level (TaRL) dan
Culturally Responsive
Teaching (CRT), sehingga
siswa dapat belajar dulu di
rumah, sehingga mereka
lebih siap belajar di sekolah
dengan model Problem
based Learning atau Project
based Learning.
b. Wawancara Kepala
Sekolah Bapak Sayuri,
M.Pd :
Model pembelajaran itu
menyesuaikan dari situasi
kebutuhan kelasnya. Misalkan
penggunaan model PBL untuk
kelas kecil (dalam ruang kelas)
pembelajarannya menggunakan
model yang berpusat pada
student center terutama
kurikulum merdeka. Maka
berbeda dengan kelas besar
misalnya kegiatan kepondokan
digunakan metode ceramah.
Hasil Wawancara :
a. Wawancara Pakar Bapak
Muhammad Arief
Mahdiannur, S.Pd., M.Pd
(Dosen Universitas Negeri
Surabaya)
Faktor pertama dari diri
siswa sendiri karena memilih
SMK tuk menghindari mapel
IPA.
Faktor kedua adalah faktor
lingkungan, siswa yg secara
intrinsik tidak termotivasi
akan bertambah malas jika
lingkungan juga sebagian
besar sama dengan
keyakinan epistemologinya
akibatnya motivasi mereka
menjadi bertambah negatif.
Solusinya adalah Pendekatan
personalisasi pembelajaran
perlu dilakukan oleh guru.
Guru sudah mengetahui
bahwa siswa lebih
menyenangi bermain game.
Solusinya guru bisa
menerapkan pendekatan
game base learning dan
asesmen berbasis aplikasi
dan bersifat kompetitif dan
disediakan penguatan positif
berupa hadiah
b. Wawancara Kepala
Sekolah Bapak Sayuri,
M.Pd :
Motivasi belajar dapat
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
1. Faktor internal dalam diri
siswa sendiri
2. Faktor eksternal dari
lingkungan belajar, guru,
dan teman.
Untuk mengetahui hal tersebut
dengan wawancara dan
pemberian kuisioner kepada
siswa.
2. Hasil Wawancara :
a. Wawancara Pakar
Bapak Muhammad Arief
Mahdiannur, S.Pd., M.Pd
(Dosen Universitas Negeri
Surabaya)
Solusi yang disarankan:
Guru hendaknya selalu
menerapkan assessment as
learning dalam proses
pembelajaran dengan
senantiasa memberikan
umpan-balik pada siswa,
sehingga mereka dapat
belajar dari kesalahan selama
proses belajar di kelas.
Guru mapel fisika dapat
berkolaborasi dengan guru
mapel matematika dalam
melatihkan kemampuan
"numeracy in science" bagi
siswa.
Guru membiasakan siswa
tidak hanya pada proses
perhitungan saja, tetapi
membelajarkan cara
membuat tabulasi, grafik,
menafsirkan data dengan
mengidentifikasi pola dan
tren, menghitung dan
memprediksi nilai, serta
membuat penilaian tentang
keakuratan data
(ketidakpastian dan akurasi).
Data pendukung :
Hasil Kajian literatur
penggunaan tes formatif dapat
meningkatkan berbagai hasil
belajar yaitu penguasaan
konsep, self regulation,
literasi sains dan berpikir
kritis,motivasi belajar, prestasi
belajar, dan keterampilan
pemecahan masalah siswa. Pada
umumnya asesmen formatif ini
digunakan dalam melihat
pemahaman/penguasaan konsep
siswa. Kedua penerapan
asesmen formatif lebih
banyak digunakan pada jenjang
SMA dibandingkan dengan
jenjang SMP.
Ramadhani, D. P. (2021).
Analisis penerapan asesmen
formatif dalam pembelajaran ipa
dan fisika: literature
review. LENSA (Lentera Sains):
Jurnal Pendidikan IPA, 11(2),
110-120.
4 Guru belum memiliki Guru belum Setelah dianalisis, maka akar
pemahaman yang melakukan penyebab masalah “kurangnya
mendalam tentang pembelajaran pemahaman tentang kompetensi
konsep fisika dan metode dengan 4C untuk diterapkan dalam
pengajaran HOTS dalam kompetensi 4C pembelajaran” muncul karena,
materi pembelajaran (creative, critical antara lain:
Kecenderungan thinking, 1. Guru belum mendesain
belajar siswa hanya collaboration dan pembelajaran berbasis
menghafal communication) HOTS/ keterampilan 4C
Pemahaman konsep (creative, critical thinking,
materi fisika siswa collaboration dan
masih kurang communication)
Praktikum jarang 2. Guru lebih sering
diterapkan dalam menggunakan metode
kegiatan konvensional
pembelajaran
Siswa belum dapat Data pendukung :
menghasilkan Hasil Kajian literatur
produk Higher order thinking skills
pembelajaran (HOTS) atau berpikir tingkat
berdasarkan tinggi ialah kemampuan pada
kemampuannya tingkat kognitif menganalisis
Keterampilan 4C (C4), mengevaluasi (C5), dan
(creative, critical mencipta (C6) (Anderson &
thinking, Krathwohl, 2001). Hal itu
collaboration dan berkebalikan dengan LOTS
communication) (Lower Order Thinking Skills)
belum nampak yang hanya terdiri dari
dalam proses kemampuan mengingat (C1),
pembelajaran yang memahami (C2), dan
diterapkan menerapkan (C3) (Anderson &
Krathwohl, 2001; Daulay &
Sabani, 2017). Selain itu,
berpikir tingkat tinggi
digolongkan sebagai
kemampuan berpikir yang non
algoritmik, rumit, bermakna,
memiliki lebih dari satu solusi,
banyak hipotesis dan kriteria,
serta bersifat tidak pasti
(Husnawati dkk., 2019).
Referensi :
Ulfah, R. Y., Yuliani, H.,
Azizah, N., & Annovasho, J.
(2021). Deskripsi Kebutuhan
Penilaian Terintegrasi Higher
Order Thinking Skill (HOTS) di
SMA. Jurnal Pendidikan
Fisika, 10(1), 23-35.
Hasil Wawancara :
a. Wawancara Pakar
b. Wawancara Kepala
Sekolah
Bapak Sayuri, M.Pd :
Guru harus memiliki
pengetahuan tentang
pembuatan soal HOTS yang
beragam. Dengan keragaman
soal HOTS yang diterapkan
ke siswa membuat siswa
memiliki pemahaman dalam
bentuk soal HOTS tersebut
sehingga pola berpikir kritis
akan terbentuk.
2. Hasil Wawancara :
a. Wawancara Pakar
Bapak Muhammad Arief
Mahdiannur, S.Pd., M.Pd
(Dosen Universitas Negeri
Surabaya)
Solusi untuk guru:
Guru bisa memilih
educational technology
yang cocok dengan
dukungan sarpras di
sekolah dan kesesuaian
dengan materi yang akan
dipelajari oleh siswa
ragam teknologi ada
banyak mulai dari
simulasi, hingga VR atau
AR serta berbasis AI
guru dapat membuat
pembelajaran berbasis
proyek yang dalam
prosesnya siswa
diarahkan untuk
menggunakan
educational technology
yang cocok dengan
kondisi siswa misal
dengan merekam video
saat proses hingga
produk jadi dilengkapi
dgn informasi waktu dan
tanggal dan sebagainya.
b. Wawancara Kepala
Sekolah
Bapak Sayuri, M.Pd :
Guru harus memiliki
pengetahuan tentang
teknologi yang berkembang
dalam menyampaikan
pelajaran.
Hal tersebut pada
pembelajaran bukan hanya
penguasaan dalam
pemanfaatan teknologi
melainkan juga cara
penggunaan teknologi itu
sendiri.