Anda di halaman 1dari 15

LK 1.

3 Penentuan Akar Penyebab Masalah


Nama Mahasiswa : Marisa Nuari Sitorus
Asal Institusi : SMAS Nabil Husein Samarinda

Petunjuk: Setelah mengeksplorasi penyebab-penyebab masalah, langkah


selanjutnya adalah menentukan akar penyebab masalah yang paling
mendekati konteks yang dihadapi guru di kelas/sekolahnya. Gunakan
petunjuk berikut untuk membantu Anda dalam penentuan akar penyebab
masalah:

1. Berkonsultasi dengan Guru/Kepala Sekolah/Pengawas


Sekolah/Rekan Sejawat dan pakar/pihak terkait:
 Diskusikan temuan Anda mengenai penyebab masalah
 Bagikan informasi tentang penyebab masalah yang telah Anda
identifikasi dan jelaskan konteks spesifik yang Anda hadapi.
 Tanyakan pendapat, saran, dan rekomendasi mereka dalam
menentukan akar penyebab masalah yang paling relevan.
2. Analisis dan Pertimbangan:
 Tinjau kembali data dan informasi yang telah Anda kumpulkan
selama eksplorasi penyebab masalah.
 Pertimbangkan konteks kelas/sekolah yang Anda hadapi dan
evaluasi akar penyebab masalah yang paling relevan untuk
situasi tersebut.
 Identifikasi akar penyebab masalah yang memiliki dampak
signifikan terhadap hasil pembelajaran atau tantangan yang
dihadapi oleh guru dalam tugas sehari-hari.
3. Penentuan Masalah dan Akar Penyebab:
 Pilih minimal 2 (dua) masalah yang paling sesuai dengan tugas
keseharian guru.
 Jelaskan akar penyebab dari setiap masalah yang dipilih secara
rinci.
 Tinjau kembali penelitian dan analisis Anda untuk memastikan
akar penyebab tersebut relevan dan memiliki potensi untuk
diatasi.

Pastikan untuk mencatat informasi yang diperoleh dalam lembar kerja dan
gunakan sebagai panduan dalam langkah-langkah berikutnya untuk
menemukan solusi bagi masalah yang telah diidentifikasi

No Hasil eksplorasi Akar penyebab Analisis akar penyebab Masalah terpilih


. penyebab masalah masalah masalah (data pendukung) yang akan
diselesaikan
1. Guru Belum maksimal Guru Belum Setelah melakukan analisis akar Setelah analisis maka
dalam penerapan variasi maksimal dalam penyebab masalah Guru Belum masalah terpilih yang
model/metode penerapan maksimal dalam penerapan akan diselesaikan yaitu:
pembelajaran yang model/metode model / metode pembelajaran  Guru masih belum
menarik pembelajaran yang menarik,, karena: optimal dalam
 Belum optimalnya yang menarik  Kurangnya referensi guru metode/model
pengaplikasian . terkait model pembelajaran pembelajaran
model pembelajaran yang menarik dan inovatif yang tepat
fisika yang inovatif. menyenangkan untuk
 Cara mengajar guru  Keterbatasan waktu dalam meningkatkan
yang belum interaktif mempersiapkan media keaktifan siswa.
dalam penyajian pembelajaran yang menarik  Guru belum
materi fisika minat belajar. maksimal dalam
 Penggunaan media  Kondisi fisik guru saat menginplementasik
pembelajaran kurang mengisi pembelajaran di an model
maksimal siang hari pembelajaran yang
 Apersepsi/materi sesuai.
prasyarat yang Data Pendukung :  Kemampuan guru
diberikan belum Hasil Kajian literatur: dalam mengaitkan
kontekstual atau Variasi mengajar guru kegiatan asesmen dengan
dekat dengan yang dilakukan guru dalam tujuan
lingkungan sekitar kelas pada proses pembelajaran pembelajaran
 Siswa menganggap yang bertujuan untuk masih terbatas
fisika merupakan mengatasi kebosanan siswa  Guru terbiasa
pelajaran yang sehingga siswa dapat berperan menggunakan
memiliki banyak aktif di dalam kelas. Melakukan metode ceramah
rumus dan sulit perubahan dalam proses sehingga
dimengerti kegiatan pembelajaran, agar penggunaan media
 Kondisi fisik siswa siswa senantiasa menunjukkan berbasis teknologi
yang kurang antusias, ketekunan, serta belum maksimal
mendukung pada saat penuh partisipasi. dilakukan
pembelajaran Referensi :
(kondisi fisik siswa Alami, Y., & Najmudin, D.
jika jadwal pelajaran (2022). Variasi Model
fisika di siang Pembelajaran Guru Pasca Solusi :
hari/jam terakhir) Pandemi Covid 19. Tarbiyatu Membutuhkan
wa Ta'lim: Jurnal Pendidikan kerjasama dan
Agama Islam, 4(1), 43-50. keterlibatan semua
https:// pemangku kepentingan
ejournal.staisyamsululum.ac.id/ di sekolah, termasuk
index.php/jtt/article/view/158 guru, staf sekolah,
siswa, orang tua, dan
Kajian jurnal 2 : komunitas sekitar.
Pembelajaran siswa sesuai Dengan pendekatan
dengan cara-gaya belajar sesuai kebutuhan
mereka sehingga tujuan sekolah, untuk
pembelajaran dapat dicapai mencapai optimal
dengan optimal ada berbagai dalam mengatasi
model pembelajaran. Dalam permasalahan yang ada.
prakteknya, kita (guru) harus
ingat bahwa tidak ada model
pembelajaran yang paling tepat
untuk segala situasi dan kondisi.
Oleh karena itu, dalam memilih
model pembelajaran yang tepat
haruslah memperhatikan kondisi
siswa, sifat materi bahan ajar,
fasilitas-media yang tersedia,
dan kondisi guru itu sendiri.
Referensi :
Suherman, E. (2008). Model
belajar dan pembelajaran
berorientasi kompetensi siswa.
Educare.
http://jurnal.fkip.unla.ac.id/
index.php/educare/article/view/
62

Hasil Wawancara :
a. Wawancara Pakar Bapak
Muhammad Arief
Mahdiannur, S.Pd., M.Pd
(Dosen Universitas Negeri
Surabaya)
Solusi yang disarankan:
1. Guru dapat menerapkan
desain pembelajaran
berdiferensiasi sesuai
dengan pengelompokan
kemampuan "numeracy in
science" siswa.
2. Guru dapat membuat LMS
dengan pola Teaching at the
Right Level (TaRL) dan
Culturally Responsive
Teaching (CRT), sehingga
siswa dapat belajar dulu di
rumah, sehingga mereka
lebih siap belajar di sekolah
dengan model Problem
based Learning atau Project
based Learning.

b. Wawancara Kepala
Sekolah Bapak Sayuri,
M.Pd :
Model pembelajaran itu
menyesuaikan dari situasi
kebutuhan kelasnya. Misalkan
penggunaan model PBL untuk
kelas kecil (dalam ruang kelas)
pembelajarannya menggunakan
model yang berpusat pada
student center terutama
kurikulum merdeka. Maka
berbeda dengan kelas besar
misalnya kegiatan kepondokan
digunakan metode ceramah.

c. Wawancara Rekan sejawat


Ibu Diah Nur Hidayah,
S.Pd (Guru Fisika, SMAS
Nabil Husein)
Model pembelajaran yang dapat
kita gunakan dalam mata
pelajaran fisika itu sangat
beragam dan bervariasi.
Misalnya yang biasanya
digunakan dalam pelajaran
fisika yaitu model kooperatif,
berbasis masalah, dan
konseptual. Untuk materi medan
listrik bisa kita menggunakan
model pembelajaran dengan
dibantu mendia pembelajaran
yang mendukung seperti virtual
lab animasi Phet, dan beberapa
media interaktif lainnya.
2 Siswa masih memiliki Guru belum Setelah melakukan analisis akar
pemikiran bahwa materi maksimal dalam penyebab masalah Guru Belum
sulit/rumit dapat meningkatkan maksimal dalam penerapan
mengurangi motivasi pemahaman model / metode pembelajaran
untuk belajar dan konsep materi yang menarik,, karena:
menguasai konsep- fisika sehingga  Motivasi belajar peserta
konsep fisika motivasi belajar didik sangat dipengaruhi
 Guru belum siswa rendah oleh 2 faktor yang ada yaitu
maksimal dalam faktor dalam dirinya, dan
meningkatkan minat . faktor dari luar seperti
belajar pada siswa lingkungan, guru, serta
 Motivasi belajar teman sebaya.
siswa sangat  Rendahnya motivasi belajar
dipengaruhi oleh 2 juga dapat disebabkan oleh
faktor yaitu faktor penyajian/ penyampaian
dalam dirinya, dan materi belajar yang kurang
faktor dari luar menarik sehingga merasa
seperti lingkungan, bosan dan ada kejenuhan
guru, serta teman apalagi waktu pembelajaran
sebaya. siang hari yang kondisi
 Rendahnya motivasi mereka sudah lelah.
belajar dapat
disebabkan Data pendukung :
penyajian/ Kajian literatur :
penyampaian materi Faktor- faktor yang
belajar yang kurang mempengaruhi motivasi belajar
menarik sehingga IPA terdiri dari faktor intrinsik
merasa bosan dan yang terdiri kebutuhan, harapan,
ada kejenuhan cita-cita siswa dan faktor
apalagi waktu ekstrinsik yang terdiri dari
pembelajaran siang penghargaan dan kondisi
hari yang kondisi lingkungan. Sedangkan faktor-
mereka sudah lelah. faktor yang tidak mempengaruhi
motivasi belajar IPA antara lain
minat dan kemampuan
(intrinsik), dorongan keluarga
dan kondisi sekolah (ekstrinsik).
Referensi :
Rubiana, E. P., & Dadi, D.
(2020). Faktor-faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar
ipa siswa smp berbasis
pesantren. Bioed: Jurnal
Pendidikan Biologi, 8(2), 12-17.
https://jurnal.unigal.ac.id/
bioed/article/view/4376

Hasil Wawancara :
a. Wawancara Pakar Bapak
Muhammad Arief
Mahdiannur, S.Pd., M.Pd
(Dosen Universitas Negeri
Surabaya)
 Faktor pertama dari diri
siswa sendiri karena memilih
SMK tuk menghindari mapel
IPA.
 Faktor kedua adalah faktor
lingkungan, siswa yg secara
intrinsik tidak termotivasi
akan bertambah malas jika
lingkungan juga sebagian
besar sama dengan
keyakinan epistemologinya
akibatnya motivasi mereka
menjadi bertambah negatif.
Solusinya adalah Pendekatan
personalisasi pembelajaran
perlu dilakukan oleh guru.
Guru sudah mengetahui
bahwa siswa lebih
menyenangi bermain game.
Solusinya guru bisa
menerapkan pendekatan
game base learning dan
asesmen berbasis aplikasi
dan bersifat kompetitif dan
disediakan penguatan positif
berupa hadiah

b. Wawancara Kepala
Sekolah Bapak Sayuri,
M.Pd :
Motivasi belajar dapat
dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu :
1. Faktor internal dalam diri
siswa sendiri
2. Faktor eksternal dari
lingkungan belajar, guru,
dan teman.
Untuk mengetahui hal tersebut
dengan wawancara dan
pemberian kuisioner kepada
siswa.

c. Wawancara Rekan sejawat


Ibu Diah Nur Hidayah,
S.Pd (Guru Fisika, SMAS
Nabil Husein)
Motivasi belajar siswa rendah
mungkin bisa jadi metode dan
cara penyajian kurang menarik
yang dapat membuat siswa
bosan, dan mata pelajaran fisika
yang berada di jam terakhir /
jam siang yang membuat anak-
anak sudah kelelahan buat
memahami materi yang
diberikan guru. Kita harus bisa
membangkitkan semangat siswa
dengan mengaitkan materi pada
media yang menarik siswa dan
lebih ke visualisasi serta
praktikum agar semua siswa
bisa aktif dalam kegiatan
pembelajaran. Solusinya
pembelajaran harus dibuat
menarik dan lebih menekankan
keaktifan siswa.
3 Kemampuan dasar Kemampuan Setelah melakukan analisis akar
numerasi pada peserta dasar numerasi penyebab masalah Untuk
didik terutama dalam pada peserta didik membantu meningkatkan
operasi berhitung atau terutama dalam kemampuan dasar numerasi
matematika dasar rendah operasi berhitung pada peserta didik, pendidik
sehingga mempengaruhi atau matematika dapat menggunakan berbagai
perhitungan materi dasar rendah strategi dan metode
fisika. sehingga pembelajaran yang interaktif dan
 Pemahaman konsep mempengaruhi menarik. Selain itu, latihan
operasi hitungan perhitungan secara berkala dan penggunaan
dasar materi fisika. materi yang relevan dengan
 Kurangnya latihan kehidupan sehari-hari juga dapat
dan pemantapan meningkatkan pemahaman dan
 Kurangnya motivasi keterampilan matematika dasar
dan minat peserta didik.
 Pengajaran yang
tidak efektif Data Pendukung :
 Lingkungan belajar Hasil Kajian literatur :
yang tidak  Faktor yang mempengaruhi
mendukung kemampuan literasi
numerasi peserta didik
antara lain kemampuan
penyelesaian masalah
matematika, kemampuan
literasi peserta didik itu
sendiri, dan tingkat
kecemasan matematika
peserta didik.
 kemampuan literasi
numerasi dapat digunakan
dalam kehidupan sehari-hari
untuk menghitung,
menganalisis informasi yang
ditampilkan dalam berbagai
bentuk (grafik, tabel, bagan,
dll), dan menyelesaikan
masalah.
Referensi :
Salvia, N. Z., Sabrina, F. P., &
Maula, I. (2022, January).
Analisis kemampuan literasi
numerasi peserta didik ditinjau
dari kecemasan matematika.
In ProSANDIKA UNIKAL
(Prosiding Seminar Nasional
Pendidikan Matematika
Universitas Pekalongan) (Vol.
3, No. 1, pp. 351-360).
https://proceeding.unikal.ac.id/
index.php/sandika/article/view/
890
Asesmen Kompetensi Minimum
(AKM) dan kaitannya dengan
kemampuan pemecahan masalah
matematika. AKM dapat
membantu meningkatkan
kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa. Selain itu,
numerasi juga merupakan salah
satu bagian literasi dalam
pelajaran matematika.
Referensi :
Novianti, D. E. (2021). Asesmen
Kompetensi Minimum (AKM)
dan Kaitannya dengan
Kemampuan Pemecahan
Masalah Matematika. Prosiding
Nasional Pendidikan: LPPM
IKIP PGRI Bojonegoro, 2(1),
85-91.
https://
prosiding.ikippgribojonegoro.ac.
id/index.php/Prosiding/article/
view/1144

2. Hasil Wawancara :
a. Wawancara Pakar
Bapak Muhammad Arief
Mahdiannur, S.Pd., M.Pd
(Dosen Universitas Negeri
Surabaya)
Solusi yang disarankan:
 Guru hendaknya selalu
menerapkan assessment as
learning dalam proses
pembelajaran dengan
senantiasa memberikan
umpan-balik pada siswa,
sehingga mereka dapat
belajar dari kesalahan selama
proses belajar di kelas.
 Guru mapel fisika dapat
berkolaborasi dengan guru
mapel matematika dalam
melatihkan kemampuan
"numeracy in science" bagi
siswa.
 Guru membiasakan siswa
tidak hanya pada proses
perhitungan saja, tetapi
membelajarkan cara
membuat tabulasi, grafik,
menafsirkan data dengan
mengidentifikasi pola dan
tren, menghitung dan
memprediksi nilai, serta
membuat penilaian tentang
keakuratan data
(ketidakpastian dan akurasi).

b. Wawancara Kepala Sekolah


Bapak Sayuri, M.Pd :
 Kurangnya pemahaman
konsep dasar seperti angka,
operasi hitung, dan
perbandingan.
ketidakpahaman tentang
konsep ini dapat
menyebabkan kesulitan
dalam memahami.
 Kurangnya latihan dan
pemantapan untuk
memperkuat pemahaman dan
keterampilan. Jika peserta
didik tidak memiliki
kesempatan yang cukup
untuk berlatih, kemampuan
numerasi mereka mungkin
akan rendah.

c. Wawancara Rekan sejawat


Ibu Hera Hestiyana Sari, S.Pd
(Wakakur dan Guru Kimia,
SMAS Nabil Husein) :
Kemampuan numerasi yang
dimiliki oleh peserta didik kita
berdasarkan tingkat kelas
terdapat perbedaan, ada kelas
yang memiliki tingkat numerasi
yang baik, ada pula kelas yang
memiliki kemampuan numerasi
yang rendah.
3 Kurangnya wawasan Guru belum Setelah melakukan analisis akar
guru dalam pemahaman mengikuti penyebab masalah untuk
tentang assemen: pelatihan atau mengatasi kurangnya wawasan
 Guru memiliki pendidikan yang guru maka :
keterbatasan dalam fokus pada  Dalam pemahaman tentang
pemahaman yang pemahaman dan asesmen, penting bagi
memadai tentang pengembangan lembaga pendidikan dan
tujuan, jenis, dan keterampilan pemerintah untuk
metode asesmen dalam asesmen. menyediakan pelatihan dan
yang efektif. sumber daya yang memadai
 penilaian subjektif kepada guru.
 Keterbatasan  Dukungan dalam bentuk
instrumen penilaian mentoring atau kolaborasi
 Kurangnya sumber antar guru juga dapat
daya yang tersedia membantu guru
seperti buku atau meningkatkan pemahaman
materi referensi mereka tentang asesmen.
tentang asesmen  integrasi prinsip asesmen ke
yang up-to-date dan dalam kurikulum pendidikan
mudah diakses dan penggunaan teknologi
 guru kesulitan untuk pendidikan yang tepat dapat
mengembangkan memberikan akses yang
pemahaman yang lebih luas dan efektif untuk
mendalam tentang meningkatkan pemahaman
asesmen guru tentang asesmen.

Data pendukung :
Hasil Kajian literatur
penggunaan tes formatif dapat
meningkatkan berbagai hasil
belajar yaitu penguasaan
konsep, self regulation,
literasi sains dan berpikir
kritis,motivasi belajar, prestasi
belajar, dan keterampilan
pemecahan masalah siswa. Pada
umumnya asesmen formatif ini
digunakan dalam melihat
pemahaman/penguasaan konsep
siswa. Kedua penerapan
asesmen formatif lebih
banyak digunakan pada jenjang
SMA dibandingkan dengan
jenjang SMP.
Ramadhani, D. P. (2021).
Analisis penerapan asesmen
formatif dalam pembelajaran ipa
dan fisika: literature
review. LENSA (Lentera Sains):
Jurnal Pendidikan IPA, 11(2),
110-120.
4 Guru belum memiliki Guru belum Setelah dianalisis, maka akar
pemahaman yang melakukan penyebab masalah “kurangnya
mendalam tentang pembelajaran pemahaman tentang kompetensi
konsep fisika dan metode dengan 4C untuk diterapkan dalam
pengajaran HOTS dalam kompetensi 4C pembelajaran” muncul karena,
materi pembelajaran (creative, critical antara lain:
 Kecenderungan thinking, 1. Guru belum mendesain
belajar siswa hanya collaboration dan pembelajaran berbasis
menghafal communication) HOTS/ keterampilan 4C
 Pemahaman konsep (creative, critical thinking,
materi fisika siswa collaboration dan
masih kurang communication)
 Praktikum jarang 2. Guru lebih sering
diterapkan dalam menggunakan metode
kegiatan konvensional
pembelajaran
 Siswa belum dapat Data pendukung :
menghasilkan Hasil Kajian literatur
produk Higher order thinking skills
pembelajaran (HOTS) atau berpikir tingkat
berdasarkan tinggi ialah kemampuan pada
kemampuannya tingkat kognitif menganalisis
 Keterampilan 4C (C4), mengevaluasi (C5), dan
(creative, critical mencipta (C6) (Anderson &
thinking, Krathwohl, 2001). Hal itu
collaboration dan berkebalikan dengan LOTS
communication) (Lower Order Thinking Skills)
belum nampak yang hanya terdiri dari
dalam proses kemampuan mengingat (C1),
pembelajaran yang memahami (C2), dan
diterapkan menerapkan (C3) (Anderson &
Krathwohl, 2001; Daulay &
Sabani, 2017). Selain itu,
berpikir tingkat tinggi
digolongkan sebagai
kemampuan berpikir yang non
algoritmik, rumit, bermakna,
memiliki lebih dari satu solusi,
banyak hipotesis dan kriteria,
serta bersifat tidak pasti
(Husnawati dkk., 2019).
Referensi :
Ulfah, R. Y., Yuliani, H.,
Azizah, N., & Annovasho, J.
(2021). Deskripsi Kebutuhan
Penilaian Terintegrasi Higher
Order Thinking Skill (HOTS) di
SMA. Jurnal Pendidikan
Fisika, 10(1), 23-35.

Hasil Wawancara :
a. Wawancara Pakar

Bapak Muhammad Arief


Mahdiannur, S.Pd., M.Pd
(Dosen Universitas Negeri
Surabaya)
Solusi untuk guru yg belum
memiliki pemahaman tentang
soal HOTS adalah mengikuti
pelatihan dan memaksimalkan
PKB serta MGMP atau KKG
untuk melatih pemahaman. guru
juga dapat menggunakan
aplikasi merdeka mengajar
untuk mengikuti praktik yg
dibagikan oleh guru-guru
lainnya.

b. Wawancara Kepala
Sekolah
Bapak Sayuri, M.Pd :
Guru harus memiliki
pengetahuan tentang
pembuatan soal HOTS yang
beragam. Dengan keragaman
soal HOTS yang diterapkan
ke siswa membuat siswa
memiliki pemahaman dalam
bentuk soal HOTS tersebut
sehingga pola berpikir kritis
akan terbentuk.

c. Wawancara Rekan sejawat


Ibu Diah Nur Hidayah, S.Pd
(Guru Fisika, SMAS Nabil
Husein
Dari pengalaman saya untuk
membuat soal HOTS ini
memang perlu sekali
memperhatikan indikator dari
soal tersebut serta keterkaitan
materinya. Soal HOTS ini
memiliki keragaman dalam
beberapa penyajian soalnya dan
harus menyesuaikan dengan
ranah kognitif yang lebih tinggi
5 Guru belum maksimal Beberapa akar Setelah melakukan analisis akar
memanfaatkan teknologi penyebab penyebab masalah guru yang
dalam proses masalah guru belum maksimal memanfaatkan
pembelajaran yang belum teknologi dalam proses
 belum maksimal maksimal pembelajaran maka :
kesadaran tentang memanfaatkan  penting bagi guru untuk
penguasaan TIK teknologi dalam mendapatkan pelatihan dan
dalam pembelajaran proses dukungan yang memadai
 Keterampilan pembelajaran tentang penggunaan
membuat media adalah sebagai teknologi dalam
pembelajaran berikut: pembelajaran.
berbasis komputer  Keterbatasan  Lembaga pendidikan dan
masih kurang pengetahuan pemerintah dapat
 Siswa memiliki dan menyediakan program
keterbatasan akses keterampilan pelatihan yang komprehensif
penggunaan teknologi dan mendorong kolaborasi
teknologi  Kurangnya antara guru dalam
pelatihan pengembangan keterampilan
 Keterbatasan teknologi.
akses dan
infrastruktur Data pendukung :
 Kendala 1. Hasil Kajian literatur :
waktu dan Beberapa aplikasi Teknologi
beban kerja Pendidikan yang dapat dijadikan
 Ketakutan alternatif untuk dipilih adalah :
terhadap  Pemanfaatan Sumber Belajar
perubahan  Penggunaan multimedia
presentasi
 Penggunaan Media
Pembelajaran
 Penggunaan Pembelajaran
Interaktif Berbasis
Komputer
 Pengembangan Standar
Operational Procedur (SOP)
untuk Pembelajaran
Praktikum
 Pemanfaatan Internet
sebagai Sumber belajar
Referensi :
Riyana, C. (2008). Peranan
teknologi dalam pembelajaran.
Universitas Indonesia, Jakarta.
https://www.researchgate.net/
profile/Cepi-Riyana/
publication/
242646955_PERANAN_TEKN
OLOGI_DALAM_PEMBELAJ
ARAN/links/
58d73b96aca2727e5ee9d9eb/
PERANAN-TEKNOLOGI-
DALAM-
PEMBELAJARAN.pdf

Teknologi dalam proses


pendidikan dari integrasi
teknologi itu sendiri. Tidak
peduli seberapa menarik
sebuah teknologi baru.
Teknologi seharusnya tidak dan
tidak akan pernah
menggantikan pendidikan,
tetapi membantu praktek
pendidikan, meningkat akan
efisiensi pengajaran, dan
meningkatkan pengalaman
belajar peserta didiknya.
referensi :
Yuniani, A., Ardianty, D. I., &
Rahmadani, W. A. (2019). Era
revolusi industri 4.0: peran
media sosial dalam proses
pembelajaran fisika di SMA.
GRAVITASI: Jurnal Pendidikan
Fisika Dan Sains, 2(01), 18-24.
https://mail.ejurnalunsam.id/
index.php/JPFS/article/view/
1727

2. Hasil Wawancara :
a. Wawancara Pakar
Bapak Muhammad Arief
Mahdiannur, S.Pd., M.Pd
(Dosen Universitas Negeri
Surabaya)
Solusi untuk guru:
 Guru bisa memilih
educational technology
yang cocok dengan
dukungan sarpras di
sekolah dan kesesuaian
dengan materi yang akan
dipelajari oleh siswa
 ragam teknologi ada
banyak mulai dari
simulasi, hingga VR atau
AR serta berbasis AI
 guru dapat membuat
pembelajaran berbasis
proyek yang dalam
prosesnya siswa
diarahkan untuk
menggunakan
educational technology
yang cocok dengan
kondisi siswa misal
dengan merekam video
saat proses hingga
produk jadi dilengkapi
dgn informasi waktu dan
tanggal dan sebagainya.

b. Wawancara Kepala
Sekolah
Bapak Sayuri, M.Pd :
Guru harus memiliki
pengetahuan tentang
teknologi yang berkembang
dalam menyampaikan
pelajaran.
Hal tersebut pada
pembelajaran bukan hanya
penguasaan dalam
pemanfaatan teknologi
melainkan juga cara
penggunaan teknologi itu
sendiri.

c. Wawancara Rekan sejawat


Ibu Diah Nur Hidayah,
S.Pd (Guru Fisika, SMAS
Nabil Husein)
Penggunaan teknologi dalam
pembelajaran fisika sejauh ini
saya masih menggunakan
powerpoint dan menampilkan
video kejadian atau peristiwa
sehari-hari kemudian
diaplikasikan ke penerapan
persamaan secara matematis dan
mengerjakan soal-soal.
Teknologi perlu sekali kita
terapkan dalam konten/materi
yang akan kita ajarkan, karena
zaman semakin maju dan
berkembang maka perlu upgrade
ilmu dari gurunya terlebih
dahulu dengan mencoba
penggunaan aplikasi-aplikasi
menarik pendukung sebagai
media pembelajaran di kelas.

Anda mungkin juga menyukai