1. Jelaskan perbedaan sumber hukum metode Ijtihad dengan sumber hukum bisnis Islam
lainnya!
Perbedaaan metode ijtihad dengan dengan sumber hukum bisnis islam lainnya. Kalau
metode ijtihad menggunakan penetapan hukum islam berdasarkan kesepakatan para mujtahid,
khususnya hal-hal yang tidak ditetapkan hukumnya secara sharih (jelas) di dalam Al-Qur’an dan
As-Sunnah. Dalil adalah petunjuk yang akan menyampaikan kepada sumber hukum Islam
(mashadir), yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Sedangkan sumber hukum bisnis lainnya adalah
presiden, peraturan menteri, peraturan Bank Indonesia, peraturan OJK, dan peraturan lembaga
resmi pemerintah lainnya. Termasuk yang menjadi sumber dalam hukum bisnis Islam adalah
fatwa DSN-MUI, ia menjadi standar bagi pelaksanaan bisnis Islam di Indonesia. Pembahasan
lebih detail akan dibahas dalam modul-modul berikutnya yang membahas lembaga keuangan
Karakter inilah yang membedakan antara hukum bisnis Islam dengan sistem hukum bisnis
lainnya, ia menjadi pedoman dalam pelaksanaan bisnis sekaligus menjadi ancaman bagi orang-
orang yang melanggarnya. Hukuman yang didapat bagi yang melanggar dalam bentuk hukum
yang jelas ada di Al-Qur’an dan As-Sunnah demikian juga ancaman hukuman di akhirat telah
jelas dalam Islam. Misalnya, seorang yang memakan riba atau berjudi maka balasannya di
akhirat adalah azab yang pedih. Sementara di dunia dihukum dengan ta’zir, yaitu hukuman yang
ditetapkan oleh hakim dalam Islam yang didasarkan pada nilai-nilai dasar Islam. Merujuk pada
karakteristik hukum bisnis Islam maka dapat dipahami bahwa dimensi hukum Islam dalam
bidang bisnis memiliki karakteristik yang khas yang tidak ada pada sistem hukum bisnis lainnya.
Karakter khas tersebut adalah bahwa hukum bisnis Islam bukan hanya bicara tentang
seperangkat peraturan yang memberikan keadilan di dunia saja, melainkan ia juga menjadi jalan
3. Salah satu prinsip hukum bisnis Islam adalah berkeadilan. Jelaskan prinsip berkeadilan
Adapun prinsip-prinsip utama yang harus dikandung dalam setiap kegiatan bisnis Islam
dapat dijabarkan seperti prinsip keadilan, yaitu prinsip yang harus meliputi segala aspek
kehidupan dan merupakan prinsip yang terpenting, hal ini sebagaimana firman Allah SWT yang
memerintahkan untuk berbuat adil diantara sesama manusia yaitu sebagaimana yang telah diatur
dalam Q.S. An-Nahl ayat 90, Q.S. Al-Maidah ayat 8 dan Q.S. Al-Hasyr ayat 7. Prinsip Al-Ihsan,
yaitu prinsip yang menganjurkan untuk berbuat kebaikan yang berupa memberikan manfaat
kepada orang lain, melebihi hak yang harus diterima oleh orang tersebut.
Hukum bisnis Islam terdiri dari tiga kata, yaitu hukum, bisnis, dan Islam. Ketiga kata ini
tersusun menjadi satu sehingga menjadi istilah hukum bisnis Islam, yaitu hukum-hukum yang
berkaitan dengan bisnis secara Islam. Pembahasan lebih detail sebagai berikut. Kata hukum
secara etimologi (bahasa) merupakan kata yang berasal dari bahasa Arab, yaitu ح كما- – ي ح كم
)ح كمhakama-yahkumu-hukman) bentuk jama’ (plural)-nya adalah al-ahkam yang bermakna
Merujuk pada makna hukum dalam bahasa Arab, sejatinya maknanya berbeda dengan
istilah hukum dalam bahasa Indonesia karena hukum dalam bahasa Indonesia dipahami sebagai
segala bentuk peraturan yang ditetapkan oleh pihak yang berkuasa dalam sebuah wilayah
kedaulatan. Sedangkan dalam bahasa Arab hukum adalah tuntunan syari (Allah SWT) atas
semua makhluk-Nya. Hukum secara terminologi (istilah) dipahami secara berbeda oleh para ahli
hukum, Immanuel Kant berpendapat bahwa para ahli hukum masih mencari definisi hukum yang
tepat. Maknanya bahwa definisi mengenai hukum masih belum baku, terjadi perbedaan antara
satu ahli hukum dengan ahli hukum lainnya. Walaupun demikian, sebagian mereka mencoba
untuk mendefinisikan hukum sesuai dengan perspektif masing-masing, misalnya E. Utrech yang
berpendapat bahwa hukum sebagai “Kaidah memuat suatu penilaian yang memaksa, yaitu suatu
pendapat yang memaksa tentang apa yang layak, apa yang tidak layak, menurut apa yang
diterima umum yang harus ditaati.” Kemudian ia menulis sebagai kaidah (norma) hukum dapat
dirumuskan sebagai berikut. Hukum adalah himpunan petunjuk hidup, perintah, dan larangan
yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota
5. Jelaskan mengapa umat Islam perlu memahami hukum bisnis Islam dalam hal sebagai
pelaku ekonomi?
Model Bisnis berkembang seiring dengan perkembangan teknologi dan kebutuhan umat
manusia. Ketika model bisnis ini berkembang dalam kehidupan sehari-hari, maka perkembangan
ini harus direspon dengan tepat dan cermat. Respon yang tepat tidak hanya terkait dengan aspek
manfaat dan mudharatnya, tetapi juga hukum syara’ yang terkait dengan model bisnis
tersebut[1]. Karena menurut Islam, kegiatan ekonomi harus sesuai dengan hukum syara’.
Artinya, dalam konsep hukum Islam ada yang boleh dilakukan dan ada yang tidak boleh
dilakukan. Kegiatan ekonomi dan kegiatan-kegiatan lainnya yang bertujuan untuk kehidupan di
dunia maupun di akhirat merupakan suatu bentuk ibadah kepada Allah SWT. Semua kegiatan
dan apapun yang dilakukan di muka bumi merupakan perwujudan ibadah kepada Allah SWT.
Dalam Islam, tidak dibenarkan manusia bersifat sekuler, yaitu memisahkan kegiatan ibadah dan
kegiata duniawi. Oleh karena itu, hukum Islam hidup di tengah-tengah masyarakat dan
masyarakat senantiasa mengalami perubahan maka hukum Islam perlu dan bahkan harus
mempertimbangkan perubahan (modernitas) yang terjadi di masyarakat tersebut. Hal ini perlu
dilakukan agar hukum Islam mampu mewujudkan kemaslahatan dalam setiap aspek kehidupan