Anda di halaman 1dari 13

PROXY WAR

Diajukan untuk memenuhi persyaratan mata kuliah Teori-teori sosial

Dimbimbing oleh :

Dr. Ir. Rahmat Fadhil, S. t. p., M. Sc

NIP : 197811242005011001

KELOMPOK 5

Alwin Syabandi 22061010100

Husnatul hasanah 2206101010047

Rika Yuliza 22061010100

Risyida 22061010100

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

2023

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah yang maha kuasa, atas limpahan rahmat dan
hidayahNYA, yang mana dapat menyelesaikan tugas makalah makalah yang berjudul “Proxy
War” dalam mata kuliah Pendidikan Agama, dosen pengampu Dr. Ir. Rahmat Fadhil, S. t. p., M.
Sc.

Kami berterimakasih kepada bapak Dr. Ir. Rahmat Fadhil, S. t. p., M. Sc untuk
bimbingannya dalam pembuatan makalah ini. Serta kami meminta maaf atas kekurangan
makalah ini. Kami juga berterimakasih kepada teman-teman seperjuangan atas dukungannya
dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini dibuat untuk dapat memperluas informasi. Dan kami
sadar bahwa masi banyak kekurangan terhadap makalah ini, serta kami menerima kritik dan
saran untuk makalah ini.

Banda Aceh, 2 november 2023

3
Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 LATAR BELAKANG..........................................................................................................1

1.2 RUMUSAN MASALAH......................................................................................................2

1.3 TUJUAN PENULISAN.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1 TEORI FEMINISME..........................................................................................................3

2.2 TEORI-TEORI FEMINISME............................................................................................5

2.3FEMINISME DALAM PERSEPKTIF KEAGAMAAN ISLAM...................................18

2.3 BAGAIMANA INDONESIA TANPA FEMINISME.....................................................25

BAB III PENUTUP......................................................................................................................28

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................31

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Salah satu sifat buruk manusia adalah keserakahan. Orang serakah tidak pernah puas dengan
apa yang dimilikinya. Orang-orang terus menginginkan lebih dan lebih. Jika apa yang
diinginkannya sulit dicapai, ia rela menggunakan segala cara untuk mendapatkan apa yang
diinginkannya. Padahal cara tersebut tidak halal dan melanggar hak asasi manusia. Misalnya
keinginan untuk memperluas wilayah, namun menjajah negara lain dan mengambil paksa SDA
dan SDM mereka, sehingga memakan ratusan bahkan puluhan nyawa manusia dengan senjata
nuklir atau senjata militer lainnya. Semakin tinggi kedudukan atau status seseorang di dunia yang
fana ini, jika imannya tidak kuat, maka ia akan semakin sombong dan tamak, ia merasa bahwa
dunia ini adalah miliknya, ia dapat melakukan apapun yang diinginkannya, apapun yang
diinginkannya. Anggapan tersebut tentu salah, dunia dan akhirat adalah milik Allah SWT.
Manusia telah berada di planet ini selama ribuan tahun dan selama itu pula manusia telah
mengalami banyak peristiwa. Banyak sejarah telah mengubah umat manusia dan dunia.
Berbagai peperangan telah terjadi di negeri ini. Seseorang mengalami perubahan. untuk
menghasilkan ide-ide baru.

Di era global, ancaman terhadap kedaulatan negara dengan cara baru ini disebut dengan
perang proksi. Perang ini merupakan konfrontasi antara dua negara adidaya yang menggunakan
proxy untuk menghindari konfrontasi langsung. Alasannya untuk mengurangi konflik yang bisa
berakhir dengan kematian. penghancuran Penulis utama biasanya lebih memilih menggunakan
pihak ketiga sebagai pengganti.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1.3 TUJUAN PENULISAN

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PROXY WAR

a. Pengertian Proxy War

Perang Proksi (Proxy War) adalah perang terselubung di mana salah satu pihak
menggunakan orang lain atau pihak ketiga untuk melawan musuh. Dengan kata lain, proxy war
artinya perang tidak tampak. Proxy war menggunakan cara-cara halus untuk menghancurkan dan
mengalahkan lawan menggunakan piliak ketiga Misalnya negara-negara Recil ataunon state
actors (aktor tanpa negara) yang bisa berupa Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi
massa (Ormas), kelompok masyarakat, maupun perorangan.

Proxy war adalah bentuk konflik yang melibatkan dua kekuatan besar, namun
pertempuran sebenarnya terjadi di negara atau wilayah lain. Pihak luar memanfaatkan konflik
internal antara kelompok pro dan anti, yang menjadi “boneka” karena mendapat dukungan dana,
pelatihan, dan persenjataan dari negara-negara yang bertarung. Proxy war sering dilakukan oleh
aktor non-negara yang dikendalikan oleh sebuah negara.

Dalam sistem perang ini, harapannya adalah pilihan ketiga tidak akan berujung pada
perang skala penuh ketika konflik terjadi.Hampir tidak mungkin terjadi perang proksi yang
murni, karena pihak ketiga yang berperang untuk suatu negara biasanya mempunyai pihak
mereka sendiri. kepentingan yang mungkin berbeda dari kepentingan pendukungnya. Oleh
karena itu, perang proksi biasanya terjadi dan seringkali berlangsung dalam jangka waktu yang
lama, bukan di negara lawan. Biasanya proxy war terjadi di wilayah lain di luar dua negara yang
saling bermusuhan dan ingin menghancurkan lawannya. Isu perang proksi luput dari perhatian
penulis Resonansi ini ketika menerima pernyataan dan pertanyaan tentang “ancaman” Syiah di

6
Indonesia dalam beberapa konferensi dan seminar yang diselenggarakan oleh universitas-
universitas Islam dan ormas Islam di tanah air.

Dengan nada seperti itu, berbagai umat beragama, khususnya Islam di Indonesia, hampir
memasuki perang proksi. Pertumbuhan pernyataan dan pertanyaan terkait isu tersebut terlihat di
tanah air setidaknya selama sepuluh tahun terakhir. Pertumbuhan ini juga terlihat lebih jelas di
dunia maya. Banyak situs web yang memprovokasi umat beragama untuk mengambil tindakan,
yang tidak lebih dari perang proksi. Nuansa perang proksi bahkan sempat menyelinap ke dalam
pembahasan Kongres NU dan Kongres Muhammadiyah pada awal Agustus 2015. Meski
pimpinan umum kedua ormas Islam tersebut menekankan dan terus menekankan pentingnya
dialog dan rekonsiliasi. antara Sunni dan Syiah. , masih ada segelintir orang yang bernada perang
proksi. Meningkatnya sektarianisme dan perang proksi saat ini sangat berkaitan dengan
meningkatnya konflik politik, ekonomi dan agama antara Arab Saudi dan Iran. Perselisihan ini
bukanlah hal baru karena kedua negara telah terlibat perebutan kekuasaan selama lebih dari 30
tahun tidak hanya di dunia Arab dan Asia Selatan atau Asia Barat Daya, tetapi juga di banyak
wilayah lain di dunia Islam bahkan antar suku. kelompok komunitas Muslim yang berbeda,
tradisi sosial budaya dan pemahaman Islam di Eropa dan Amerika Utara. Perjuangan kedua
negara, yang berujung pada perang proksi modern di Timur Tengah dan Asia Barat Daya,
dimulai pada masa keberhasilan revolusi Ayatollah Khomeini di Iran pada tahun 1979.
Keberhasilan ini mendorong pemerintah dan institusi Iran untuk mengekspor ideologi dan
gerakan revolusioner Syiah. . untuk menggulingkan pemerintahan otokratis dan despotik di
seluruh dunia Islam. Pada saat yang sama, Arab Saudi telah menjadi negara kaya minyak berkat
eksploitasi minyak besar-besaran sejak akhir tahun 1970an. Berkat pendanaan yang melimpah,
Arab Saudi tidak hanya menjadi salah satu negara terkuat di Timur Tengah, namun juga
meningkatkan upayanya untuk menyebarkan Wahhabisme dan praktiknya ke belahan dunia
Muslim lainnya dan komunitas Muslim di Barat.

Upaya kedua negara untuk menyebarkan konsep dan praktik Islam mereka ke komunitas
Muslim lainnya terlihat dari peningkatan dukungan keuangan untuk pembangunan masjid, pusat
Islam, sekolah dan perguruan tinggi, serta pusat bahasa dan budaya. menawarkan beasiswa untuk
belajar di Arab Saudi atau Iran; Perolehan literatur untuk perpustakaan; organisasi konferensi
atau seminar dll. Melalui berbagai program dan kegiatan tersebut, kelompok-kelompok Muslim

7
yang mendukung dan menentang juga memperkuat masing-masing negara, meningkatkan
perjuangan antara Syiah dan Wahhabisme. Upaya untuk mempercepat penyebaran kedua aliran
ini menjadi bumerang dengan terjadinya peristiwa besar seperti 11 September di Amerika Serikat
pada tahun 2001, yang disusul dengan invasi ke Afghanistan oleh Amerika Serikat dan sekutunya
untuk menghancurkan Taliban, yang diyakini bertanggung jawab atas serangan tersebut.
"sembilan". Kasus "Sebelas". Afghanistan yang pasca pendudukan Uni Soviet pada paruh kedua
tahun 1980-an menjadi ajang perang mediasi antar umat beragama yang mewakili aliran agama
berbeda dari negara lain. Akibatnya, Afghanistan sejauh ini terjerumus ke dalam jurang maut
(jurang maut) yang gelap.

Runtuhnya negara-negara kuat di dunia Arab dan setelah jatuhnya Presiden Saddam
membuka sekte agama yang sangat kompleks dan kompleks “Kotak Pandora”. Ada konflik
antara Sunni dan Syiah dan antara sekte Sunni atau Syiah yang berbeda. Sektarianisme agama,
yang sebagian besar bermula dari pertikaian politik, semakin marak seiring dengan pengalaman
sejarah konflik dan perang yang panjang, berdasarkan konsep dan praktik agama tertentu. Situasi
kacau seperti ini memudahkan masuknya “tangan” negara lain yang memanfaatkan berbagai
pihak yang berkonflik untuk kepentingan politiknya sendiri. Dampaknya adalah perang proksi
yang terus berlanjut yang melibatkan kelompok radikal seperti Hizbullah di Lebanon, Hamas di
Palestina, Al-Qaeda, dan yang terbaru ISIS.

Contoh Proxy War Beberapa contoh proxy war yang terkenal meliputi:

1. Perang Saudara Vietnam: Amerika Serikat dan Uni Soviet mendukung pihak berbeda
dalam konflik Vietnam.
2. Perang Afghanistan: Uni Soviet dan Amerika Serikat berperang melalui kelompok
mujahidin dan Taliban.
3. Perang Suriah: Berbagai kekuatan regional dan global terlibat dalam konflik Suriah melalui
kelompok-kelompok militan.

b. Tujuan Proxy War

Proxy war memiliki beberapa tujuan yang mendasari praktiknya:

1. Mengamankan Kepentingan Negara Pihak Ketiga:

8
o Negara-negara besar yang terlibat dalam proxy war menggunakan pihak ketiga
(kelompok militan, gerilyawan, atau negara sekutu) untuk memperjuangkan
kepentingan mereka tanpa harus terlibat secara langsung dalam konflik.
o Dengan mendukung pihak ketiga, negara-negara ini dapat memperoleh
keuntungan strategis, seperti mengamankan sumber daya alam, memperluas
pengaruh regional, atau menghadapi lawan politik.
2. Menggagalkan Lawan Strategis:
o Proxy war digunakan untuk melemahkan negara lawan atau pesaing melalui
konflik di wilayah yang tidak langsung terkait dengan negara tersebut.
o Dengan mendukung pihak ketiga yang melawan musuh strategis, negara dapat
mengganggu stabilitas dan keamanan lawan tanpa harus membuka perang secara
langsung.
3. Menguji Senjata dan Strategi Militer:
o Proxy war memungkinkan negara-negara besar menguji senjata dan strategi
militer tanpa risiko tinggi bagi pasukan mereka sendiri.
o Konflik ini menjadi “laboratorium” untuk mengembangkan teknologi baru dan
taktik efektif.
4. Mengalihkan Perhatian Internasional:
o Dalam beberapa kasus, proxy war digunakan untuk mengalihkan perhatian dunia
internasional dari masalah internal atau konflik yang lebih sensitif.
o Negara-negara dapat memperkuat pihak ketiga sebagai “boneka” untuk menarik
perhatian dan sumber daya dari lawan utama.
5. Mendukung Ideologi atau Agama:
o Beberapa proxy war didorong oleh ideologi atau agama tertentu. Negara-negara
yang berbagi pandangan politik atau keagamaan dengan pihak ketiga akan
memberikan dukungan finansial dan militer.
o Tujuan akhirnya adalah memperkuat pengaruh ideologi atau agama tersebut di
wilayah konflik.

Dalam praktiknya, proxy war seringkali memiliki dampak kompleks dan sering
merugikan bagi warga sipil serta stabilitas global. Memahami tujuan di balik proxy war penting
agar kita dapat mengantisipasi dampaknya dan bekerja menuju perdamaian dunia yang lebih
baik.

Pada akhirnya tujuan proxy war adalah menaklukan suatu bangsa oleh bangsa lain yang
berniat jahat menguasai negeri dengan segala kekayaan alamnya.

9
2.2 PROXY WAR SEBAGAI ANCAMAN BANGSA

Perang proksi adalah perang yang pihak-pihak yang terlibat tidak terlibat langsung pada
saat pecahnya perang, namun menerima keuntungan dan keuntungan yang tidak terduga dari
hasil perang tersebut. Selain itu juga pengelolaan geopolitik dan geostrategi serta menjaga suatu
bangsa atau negara lain dalam keadaan tidak berdaya, dalam keadaan tidak berdaya, padahal
sebenarnya kaya raya. Jika ditilik lebih dalam dan jujur, nampaknya tidak perlu menunggu abad
21, bahkan saat ini dan dulu sebenarnya masyarakat Indonesia sudah menjadi korban dari proxy
war. Perang Dingin antara Blok Barat dan Blok Timur pasca Perang Dunia II membuat Indonesia
menjadi sasaran persaingan kedua kubu karena kekayaan alamnya yang beragam dan letak
geografisnya yang sangat strategis.

Bukan tidak mungkin pemberontakan yang terjadi pasca proklamasi kemerdekaan 17


Agustus 1945 merupakan akibat perang kemauan antara kedua kubu ini. Namun pemberontakan
G30S yang mencapai puncaknya pada tahun 1965 mengubah seluruh negara dan struktur
nasional. Padahal, Presiden Sukarno saat itu berencana menghancurkan Malaysia dengan
membantu kelompok di Kalimantan Utara yang menginginkan kemerdekaan dan tidak mau
bergabung dengan Malaysia yang dibentuk Inggris pada masa proses dekolonisasi. Boleh jadi
Presiden Soekarno ingin memanfaatkan momentum dekolonisasi untuk mencaplok Kalimantan
Utara guna mencapai dan mewujudkan keutuhan Pulau Kalimantan. Selain itu, pada tahun 1957,
Presiden Soekarno menggagas gagasan pembentukan Palangkaraya di Pulau Kalimantan sebagai
ibu kota Negara Republik Indonesia menggantikan DKI Jakarta. Kehidupan ekonomi yang
begitu sulit dan pembunuhan terhadap warga di berbagai tempat sudah menjadi hal yang biasa
dan hampir tidak dapat diganggu gugat. Kesulitan ekonomi tersebut bisa jadi disebabkan oleh
perjuangan panjang negara dalam mengatasi berbagai pemberontakan dan perjuangan
menaklukkan Irlandia Barat (Irian Jaya). Bukan tidak mungkin, justru serangkaian sabotase
nasional yang ingin diselundupkan oleh serikat pekerja ke dalam kekuasaan.

Di bawah paksaan atau paksaan, Presiden Sukarno mengeluarkan perintah eksekutif pada
tanggal 11 Maret 1966 (namun tidak diberi nomor) yang memerintahkan Jenderal Soeharto
memulihkan keadaan, ketertiban dan kekuasaan pemerintahan. Mereka menyebut rezim
sebelumnya (Presiden Soekarno) sebagai rezim Orde Lama, padahal mereka juga berada dalam

10
struktur pemerintahan, sehingga dalam hal ini bisa digolongkan sebagai pemotongan resesi, atau
penipuan.

Di tangan mereka, Indonesia memasuki era neoliberalisme dan neokapitalisme berbeda


dengan kemerdekaan Bung Karno dan rencana Pembangunan Nasional Semesta Tahap I yang
berlangsung sejak 1 Januari 1961 hingga 31 Desember 1969. Meski hasil jerih payah mereka
terlihat jelas, namun dibutuhkan lebih dari tiga dekade sumber daya alam yang diambil dari luar
negeri, maraknya KKN di berbagai bidang, hutang dan pengorbanan finansial yang besar, serta
pembangunan ribuan gedung sekolah yang berkualitas. Ironisnya, saat itu Indonesia masih
berada di jalur (belum lepas landas seperti yang selama ini dibayangkan), ekspor TKI/TKW
sering kali terganggu oleh negara lain, dan ekspor kabut asap masih rutin dilakukan sejak tahun
1997 hingga saat ini. Asap tersebut berasal dari kebakaran hutan yang dipadamkan begitu saja
karena pembangunannya indah secara konsep namun sia-sia dalam pelaksanaannya. Akibatnya,
bangsa ini ditakdirkan untuk menjadi mangsa perang proksi yang dilakukan oleh kaki tangan
internalnya sendiri, yang tanpa sadar sering kita agung-agungkan. Keadaan masyarakat Indonesia
saat ini, seperti yang disampaikan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
baru-baru ini, Indonesia diperkirakan memiliki jumlah penduduk sebesar 255 juta jiwa, namun
Indonesia sedang menghadapi banyak permasalahan yang meresahkan. Ketimpangan sosial
menjadi masalah besar karena masyarakat kelas atas yang berjumlah 20% menguasai hampir
50% konsumsi perekonomian Indonesia, sedangkan masyarakat kelas bawah yaitu 40% hanya
menguasai 20% konsumsi perekonomian.

Menko Puan juga menyampaikan, jumlah pengangguran atau tidak bekerja sama sekali
saat ini diperkirakan mencapai 7,2 juta orang, dan sekitar 40 juta orang masih berjuang
mendapatkan pekerjaan yang layak. Bagi orang yang merasa mendapat banyak manfaat dari
Indonesia, politik adalah tentang membayar hutang kepada masyarakat, politik dan
kepemimpinan adalah tentang memajukan rakyat, bukan menghitung untung dan rugi. Menurut
Wapres, bangsa Indonesia terlalu besar untuk tidak maju. Terlibatlah dalam partai dan politik
dengan mengetahui bahwa ini bukan untuk Anda. Terlibatlah dalam dunia politik untuk peduli
terhadap daerah, generasi muda, dan masyarakat desa kita.

11
2.3 DAMPAK NEGATIF PROXY WAR

a. Dampak Negatif

Proxy war memiliki konsekuensi yang merugikan, baik bagi negara yang terlibat maupun
bagi stabilitas global. Berikut adalah beberapa dampak negatif dari proxy war:

1. Kerusakan Fisik dan Kemanusiaan:


o Konflik yang melibatkan pihak ketiga seringkali menyebabkan kerusakan fisik
yang signifikan. Infrastruktur, rumah, dan fasilitas kesehatan dapat hancur, dan
warga sipil menjadi korban.
o Penggunaan senjata kimia atau biologis dalam proxy war juga mengancam nyawa
manusia dan lingkungan.
2. Ketidakstabilan Regional:
o Proxy war memperburuk ketidakstabilan di wilayah tertentu. Konflik internal
yang diperkuat oleh kekuatan luar dapat mengganggu perdamaian dan keamanan
regional.
o Negara-negara tetangga sering terlibat secara tidak langsung, menciptakan
ketegangan dan konflik lintas batas.
3. Pengaruh Ekonomi:
o Proxy war menguras sumber daya finansial negara-negara yang terlibat. Dana
yang seharusnya digunakan untuk pembangunan dan kesejahteraan masyarakat
dialihkan ke militer dan konflik.
o Investasi asing dapat menurun karena ketidakstabilan politik dan risiko konflik.
4. Perpecahan Sosial dan Etnis:
o Proxy war sering memperdalam perpecahan sosial dan etnis di negara yang
terlibat. Kelompok pro dan anti seringkali berkonflik secara internal,
memperburuk hubungan antarwarga.
o Sentimen nasionalisme dan identitas etnis dapat diperkuat atau dilemahkan oleh
campur tangan pihak luar.
5. Dampak Global:
o Proxy war mempengaruhi stabilitas global. Ketidakstabilan di satu wilayah dapat
berdampak pada perdagangan, migrasi, dan hubungan diplomatik di seluruh
dunia.
o Negara-negara besar yang terlibat dalam proxy war juga dapat saling bersaing
secara tidak langsung, meningkatkan ketegangan internasional.

Dalam menghadapi proxy war, penting bagi komunitas internasional untuk bekerja sama dalam
mencegah eskalasi konflik dan mempromosikan perdamaian serta keamanan global.

b. Mengatsi ancaman proxy war

Proxy war merupakan ancaman serius yang mempengaruhi stabilitas global dan keamanan
negara-negara. Berikut adalah beberapa cara untuk menghadapi dan mengatasi proxy war:

12
1. Pendidikan Kewarganegaraan: Menumbuhkan kembali rasa kebangsaan, terutama di
kalangan generasi muda, sangat penting. Pendidikan kewarganegaraan harus
ditanamkan agar masyarakat tidak mudah terprovokasi dan dapat memahami
permasalahan secara kritis

2. Diplomasi: Upaya diplomasi harus menjadi prioritas utama dalam mengatasi proxy war.
Negara-negara harus berbicara dan bernegosiasi secara terbuka dan jujur untuk mencari
solusi damai atas konflik yang sedang terjadi.
3. Analisis Mendalam: Memahami akar permasalahan dan dinamika konflik adalah
langkah awal untuk mengatasi proxy war. Analisis mendalam tentang faktor-faktor yang
memicu konflik dapat membantu merumuskan strategi yang efektif.
4. Kerjasama Internasional: Negara-negara harus bekerja sama dalam menghadapi proxy
war. Pertukaran informasi, koordinasi tindakan, dan kerjasama intelijen dapat membantu
mengidentifikasi aktor-aktor yang terlibat dalam proxy war.
5. Penguatan Keamanan Dalam Negeri: Meningkatkan keamanan dalam negeri melalui
peningkatan kemampuan militer, penegakan hukum, dan pengawasan terhadap
kelompok-kelompok yang berpotensi menjadi pemain pengganti.
6. Pengawasan Terhadap Dana Asing: Memantau aliran dana asing yang masuk ke negara
adalah langkah penting. Dana tersebut dapat digunakan untuk mendukung pihak ketiga
dalam proxy war.
7. Kesadaran Publik: Meningkatkan kesadaran publik tentang ancaman proxy war dan
pentingnya menjaga stabilitas nasional.

Ingatlah bahwa mengatasi proxy war memerlukan kerja sama lintas sektor dan kesadaran
bersama untuk menjaga perdamaian dunia.

13

Anda mungkin juga menyukai