Anda di halaman 1dari 16

REVISI

TUGAS KARYA TULIS ILMIAH MATA KULIAH


BAHASA INDONESIA
Dosen: Dr. Andreas Kosasih, M. Pd

PANDANGAN GEREJA KATOLIK TENTANG PERANG

PATRICIUS KARISMA ARNANDA 213135

Pernyataan Integritas Akademik:


Penyusun menyatakan bahwa karya tulis ini adalah hasil karyanya sendiri,
dan bahwa catatan referensi yang jelas telah dituliskan
bagi setiap penggunaan pikiran atau tulisan orang lain.

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


WIDYA YUWANA MADIUN
2021/2022

1
REVISI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................................... 2

KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 3

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

A. Latar Belakang ........................................................................................................ 4

B. Rumusan Masalah ................................................................................................... 5

C. Tujuan ..................................................................................................................... 5

D. Metode Penelitian ................................................................................................... 6

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................... 7


A. Apa itu Perang? ....................................................................................................... 7

B. Apa faktor terjadinya Perang?................................................................................. 8

C. Dampak positif dan negatif apa saja dari terjadinya Perang! .................................. 8

D. Bagaimana pandangan Gereja Katolik mengenai Perang? ..................................... 9

BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 15

A. Kesimpulan ........................................................................................................... 15

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 16

2
REVISI

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat rahmat-Nyalah tulisan ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Penulisan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “PANDANGAN GEREJA
KATOLIK TENTANG PERANG” Dengan terusnya perkembangan zamaan ini
dunia terus mengalami perubahan dan perkembangan. Maka dari itu perang dan
perdamaian yang terjadi di dunia ini akan terjadi. Bagaimana pandangan gereja
mengenai hal itu? Di karya tu;is ilmiah ini akan membahas hal menganai
pandangan Gereja Katolik mengenai perang dan perdamaian dunia yang sekarang
sedang terjadi. Penulis Menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-
kekurangan dan banyak sekali sumber yang kami kutip untuk membuat Karya
Tulis Ilmiah ini. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran pembaca
akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan naskah penelitian lebih
lanjut. Tulisan ini dapat penuh selesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah pada kesempatan ini
penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak, terutama dosen
pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia yang telah memberikan
pengetahuan/ilmunya demi kelancaran dan kelengkapan Karya Tulis Ilmiha ini.
Akhimya, semoga tulisan yang jauh dari sempuma ini ada manfaatnya. Terima
Kasih.

Madiun, 26 Mei
2022

Penulis

3
REVISI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dewasa ini dalam berbagai media massa setiap hari kita dapat
mendengar sekaligus membaca seputar peperangan yang sedang terjadi
baik antarnegara maupun antarbangsa atau manusia. Alasan yang mau
diperjuangkan dari tindakan ini beraneka bentuk: “membasmi teroris,
menegakkan kebenaran dan keadilan bahkan sampai tindakan membela
diri dari serangan bangsalain, dll. Berhadapan dengan fenomena ini, kita
pun dapat bertanya: “Bagaimana pandngan Gereja Katolik mengenai
perang dan perdamaian di dunia ini?

Perang merupakan suatu peristiwa yang memiliki umur yang sama


tua nya dengan peradaban manusia di muka bumi ini. Dimana perang itu
lahir dari hubungan-hubungan yang ada di antara manusia itu sendiri.
Perang adalah suatu peristiwa yang akan mewarnai sejarah kehidupan dan
peradaban manusia di muka bumi ini. Peristiwa perang biasanya terjadi
dengan alasan adanya perselisihan antara dua belah pihak yang tidak mau
mengalah terhadap suatu kepentingan. Baik itu kepentingan politik,
ekonomi, sosial dan lain-lain. Perang merupakan suatu kejadian yang tidak
diinginkan oleh siapapun. Namun, dalam keadaan tertentu peperangan
tentu saja dapat terjadi karena situasi politik maupun karena keegoisan
pihak tertentu, dimana masingmasing pihak berusaha untuk memaksakan
kehendaknya, bahkan pada zaman sekarang kita sering mendengar
peperangan terjadi dengan dalih untuk membela keadilan bahkan dengan
dalih menciptakan kedamaian dalam kehidupan di dunia.

Bertambah meningkatnya sengketa bersenjata atau perang yang


terjadi dikalangan masyarakat internasional belakangan ini membuat
masalah perang tidak bisa dianggap masalah kecil. Untuk itu masyarakat
internasional harus menghadapi masalah ini dengan serius agar tidak
menimbulkan kerugian yang makin besar dan mengakibatkan hancurnya
4
REVISI

pola hubungan sosial antar pihak atau golongan dimasa yang akan datang.
Mengingat dewasa ini sengketa bersenjata atau perang dilakukan dengan
cara yang semakin lama semakin tidak manusiawi dan merupakan
malapetaka yang besar terhadap kedamaian dunia, maka tidaklah
mengherankan apabila umat manusia berusaha untuk menghapus perang,
atau setidak-tidaknya memperkecil kemungkinan perang.

Melalui arti penting perdamaian dunia bagi kemajuan sebuah


negara, negara dapat mencapai kesejahteraan dan kemakmurannya. Arti
penting perdamaian dunia bagi kemajuan sebuah negara juga bisa
mencegah timbulnya perang, perpecahan, dan kehancuran negara. Dalam
arti perdamaian dunia adalah sebuah gagasan kebebasan, perdamaian, dan
kebahagian bagi seluruh Negara dan bangsa. Perdamaian Dunia melintasi
perbatasan melalui hak asasi manusia, teknologi, pendidikan, teknik,
pengobatan, diplomat dan pengakhiran bentuk pertikaian. Jadi Karya Tulis
Ilmiah ini mencari bagaiamana pandngan Gereja Katolik mengenai perang
dan perdamaian dunia ini

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Perang?

2. Apa faktor terjadinya Perang?

3. Dampak positif dan negatif apa saja dari terjadinya Perang?

4. Bagaimana pandangan Gereja Katolik mengenai Perang?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui mengenai penjelasan tentang Perang.

2. Untuk mengetahui apa penyebab terjadinya Perang.

3. Untuk mengetahui dampak positif dan negatif dari Perang.

4. Untuk mengetahui pandangan Gereja Katolik mengenai Perang.

5
REVISI

D. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan penulis dalam membuat Karya
Tulis Ilmiah ini adalah menggunakan metode deskriptif. Metode
penelitian deskriptif bertujuan membuat deskripsi yang akurat, faktual, dan
sistematis pada fakta tertentu. Dan menggunakan tekhnik pengumpulan
data ini menggunakan cara Internet Searching. Internet Seacrhing
merupakan teknik pengumpulan data melalui bantuan teknologi yang
berupa alat / mesin pencari di internet dimana segala informasi dari
berbagai era tersedia didalamnya

6
REVISI

BAB II

PEMBAHASAN

A. Apa itu Perang?


Perang merupakan suatu peristiwa yang memiliki umur yang sama
tua nya dengan peradaban manusia di muka bumi ini. Dimana perang itu
lahir dari hubungan-hubungan yang ada di antara manusia itu sendiri.
Perang adalah suatu peristiwa yang akan mewarnai sejarah kehidupan dan
peradaban manusia di muka bumi ini. Peristiwa perang biasanya terjadi
dengan alasan adanya perselisihan antara dua belah pihak yang tidak mau
mengalah terhadap suatu kepentingan. Baik itu kepentingan politik,
ekonomi, sosial dan lain-lain. Perang merupakan suatu kejadian yang tidak
diinginkan oleh siapapun. Namun, dalam keadaan tertentu peperangan
tentu saja dapat terjadi karena situasi politik maupun karena keegoisan
pihak tertentu, dimana masingmasing pihak berusaha untuk memaksakan
kehendaknya, bahkan pada zaman sekarang kita sering mendengar
peperangan terjadi dengan dalih untuk membela keadilan bahkan dengan
dalih menciptakan kedamaian dalam kehidupan di dunia.

Menurut Kusumaatmadja, seperti yang dikutip oleh


Haryomataram, “perang adalah suatu keadaan dimana suatu negara
atau lebih terlibat dalam suatu persengketaan bersenjata, disertai
dengan suatu pernyataan niat salah satu pihak lainnya.”

Perang adalah perkelahian antar kelompok dimulai sejak puluhan


ribu tahun yanglalu. keegan dalam Gary D Solis 2010 mengatakan bahwa
bukti tersebut ditemukanmelalui suatu lukisan gua, tentang sekelompok
pemanah dalam suatu konflik yang berumur 10.000 tahun yang lalu.
Perang adalah perkelahian dalam skala besar, merupakan kelanjutan dari
kebijakan dalam bentuk lainnya. Sehingga perang memilikimakna yang
sangat luas baik perang dalam bentuk fisik (menggunakan
kekuatan/hard/power/force) maupun non fisik (soft power).

7
REVISI

B. Apa faktor terjadinya Perang?


Menurut Thomas Lindemann, ada 4 memotivasi terjadinya perang,

1. Prestige (Kebanggaan) berarti bermartabat, elegan, atau


barang-barang mewah, jadi, barang pretige artinya barang-
barang mewah yang memiliki harga yang tidak murah atau
berharga fantastis karena dibuat dengan bahan baku yang
mahal.

2. Antipathy (antipati) yang merupakan perbedaan identitas yang


sangat mencolok.

3. Universal dignity (harga diri universal/kehormatan) yaitu


perang yang disebabkan oleh pelanggaran terhadap standar
universal kedaulatan negara.

4. Particular dignity (harga diri tertentu).

Dan menurut penulis faktor lain dari terjadinya perang yaitu Politik
haus menguasai pemerintahan, Wilayah, Sumber Daya Alam seperti
Minyak, Das dan Tanaman, lalu ada faktor Ideologi, contohnya Nazi, Isis,
dll. Mereka yang tidak sefaham dengannya dianggap musuh.

C. Dampak positif dan negatif apa saja dari terjadinya Perang!


1. Dampak positif

Dalam perang tidak hanya hal negatif saja yang didapatkan loh,
adapula positifnya seperti; terjadinya akulturasi dan asimilasi
budaya, menyebarkan paham ideologi Negara yang baik,
membantu Negara yang baru berkembang dengan pertukaran
teknologi atau industri, mempererat hubungan antar Negara, dan
lain lainnya.

2. Dampak negatif

Memang banyak dari akhir cerita sebuah perang lahirnya sebuah


penderitaan baru bagi kedua kelompok yang terlibat perang,
8
REVISI

seperti; banyak berjatuhnya korban jiwa, rusaknya infrastruktur,


menimbulkan terbentuknya Negara jajahan atau Negara boneka,
kerugian dalam bidang ekonomi, dan lain sebagianya

D. Bagaimana pandangan Gereja Katolik mengenai Perang?


Gereja Katolik berpendapat bahwa membunuh, dalam pengertian
umum, secara moral tidak dapat diterima. Gereja Katolik mengatakan
bahwa membunuh dengan segala nuansanya adalah dosa. Manusia tidak
mempunyai hak untuk meniadakan nyawa sesamanya. Perang tidak pernah
dianggap sebagai sesuatu yang baik, namun kadang-kadang dibutuhkan.
Dalam hal ini untuk pembelaan diri, bahkan kerap kali menjadi pilihan
terakhir untuk menciptakan suatu kebaikan bersama.

Seturut perkembangan zaman, oleh para teolog, sebuah peperangan


dapat dibenarkan sejauh memiliki lima syarat, yaitu: perang harus
diumumkan oleh otoritas yang berwenang, mempunyai alasan yang benar,
jalan terakhir, mempunyai harapan akan berhasil dan mempunyai intensi
yang benar.

Pemahaman Gereja Katolik tentang perang yang dibenarkan telah


beberapa kali mengalami perubahan, bahkan adakalanya konsep perang
tersebut juga ditolak. Perubahan dan penolakan tersebut terjadi karena
muncul senjata-senjata modern yang semakin rumit dan destruktif. Gereja
menyatakan bahwa perang itu dibenarkan apabila dilakukan untuk
membela diri dan menciptakan kebaikan bersama. Dalam perkembangan
selanjutnya, pemahaman yang demikian, masih dipertahankan gereja
Katolik sampai sekarang, meskipun dirumuskan secara lebih sistematis
dan terperinci.

Para Paus abad ke-20 sampai sekarang memberikan pendapat yang


berbeda mengenai adanya perang. Tetapi meskipun berbeda, dari
pendapat-pendapat mereka dapat ditarik satu benang merah bahwa mereka

9
REVISI

masih dapat menerima perang sebagai pilihan terakhir untuk membela diri
dan menciptakan kebaikan bersama.

Sesudah perang Dunia II, Paus Pius XII kerap mengangkat masalah
perang dalam tulisan-tulisannya. Pada awalnya, Paus ini menerima tiga
syarat perang yang dapat dibenarkan, yaitu: membela diri terhadap agresi,
membalas kejahatan, dan mengembalikan hak-hak yang dilanggar. Tetapi
melihat perkembangan teknologi yang semakin destruktif ia pun
memangkasnya menjadi satu saja, yakni, membela diri terhadap agresi.

Pacem in Terris (PT) adalah dokumen ajaran sosial Gereja Katolik


pertama yang menanggapi masalah perdamaian dan perang. Pacem in
Terris (PT) dikeluarkan oleh Paus Yohanes XXIII pada tahun 1963.
Ensiklik ini menekankan perlunya melindungi dan memperjuangkan
perdamaian. Tetapi hanya sebagian kecil dari ensiklik ini yang berbicara
tentang kekerasan dan perang. Dokumen ini tidak secara eksplisit
mengakui hak untuk membela diri terhadap agresi (perang), melainkan
juga tidak secara eksplisit mengecam perang. Paus Yohanes XXIII hanya
menyerukan pelucutan senjata, itu pun harus dilakukan secara bersama.
Gagasan yang paling menarik dalam PT adalah: di sini dibicarakan
masalah perdamaian dalam kaitannya dengan perang.

Paus Yohanes XXIII, dalam PT menyatakan bahwa ia menerima


senjata sebagai strategi penggentar meskipun ia tidak secara eksplisit
membelanya. Ia mengatakan bahwa meskipun daya kekuatan dasyat dari
senjata modern hanya dipakai untuk penggentar, ada cukup alasan untuk
menjadi takut jangan-jangan percobaan nuklir tersebut diteruskan untuk
tujuan perang. Karena kalau perang diteruskan, maka akan muncul bahaya
yang serius yang mengancam pelbagai jenis kehidupan di bumi.

Dua tahun kemudian, konsili Vatikan II melalui Gaudium et Spes


(GS) menerima beberapa perspektif dari kaum Pasifis tetapi tidak
membuang sama sekali pandangan perang yang benar. Ketakutan perang

10
REVISI

modern “mendesak kami untuk menilai perang dengan pandangan yang


baru sama sekali”.

Sikap atau pendekatan baru yang pasifis ini memasukkan dua


perubahan dalam ajaran Gereja Katolik Pertama, Gereja menerima posisi
pasifis yang menentang pemakluman kekerasan. Pasifis ini mengusulkan
agar dalam berhadapan dengan perang, orang Kristen hanya boleh
memakai cara tanpa kekerasan. Namun dengan sebuah pesan agar hal ini
dilakukan tanpa menimbulkan kerugian bagi hak dan kewajiban orang lain
atau komunitas itu sendiri. Perubahan kedua yang dianjurkan GS adalah
Gereja menerima pandangan orang-orang yang tidak mau pergi berperang.
GS tidak membuat distingsi antara keberatan pergi ke semua perang dan
keberatan untuk pergi ke perang tertentu.

Tetapi yang pasti dengan pernyataan ini, Gereja memberi


kebebasan kepada umat Katolik untuk memilih sesuai dengan suara
hatinya. Posisi ini sebelumnya ditentang oleh Paus Pius XII. Ia
mengatakan bahwa semua orang wajib ikut berperang apabila pemerintah
yang sah yang mengumumkan perang tersebut.

Dengan pernyataan di atas bukan berarti Gereja Katolik menolak


prinsip perang yang benar. GS menggarisbawahi bahwa Gereja dalam
keadaan terpaksa juga harus berpegang pada prinsip perang yang
dibenarkan. Hal itu nampak dalam dua poin yang terkandung dalam GS,
yaitu: pertama, GS mengakui hak sah untuk membela diri sebagai tindakan
terakhir. Tetapi selama akan ada bahaya perang, dan tidak ada
kewibawaan internasional yang berwenang dan dilengkapi upaya-upaya
yang memadai selama itu pemerintah-pemerintah tidak dapat diingkari
haknya atas pembelaan negara mereka yang sah.

Kedua, GS mengecam perang – tidak secara eksplisit – atas dasar


prinsip perang yang benar, yang memilih-milih serta melindungi mereka
yang tidak berperang. Setiap perang yang dijalankan tanpa pembedaan,

11
REVISI

membasmi semua wilayah yang luas beserta penduduknya adalah


kejahatan melawan Allah dan manusia. Gereja mengatakan bahwa perang
yang demikian dengan tegas dan tanpa keraguan sedikit pun harus
dikecam.

Sementara Paus Yohanes Paulus II, dalam Centesimus Annus (CA)


memperlihatkan reaksi negatif terhadap perang: “Jangan pernah ada
perang lagi! Jangan!”. Dia melukiskan perang sebagai “yang
menghancurkan hidup orang yang tak bersalah.”. selain itu, Paus Yohanes
Paulus II juga menekankan sebuah tanggung jawab kolektif tidak hanya
untuk menghindari perang, tetapi juga untuk memperjuangkan
pembangunan, keadilan dan perdamaian. Jelas sekali penolakan Paus
Yohanes Paulus II terhadap perang dan pengembangan senjata. Tetapi ia
juga memperlihatkan bahwa dia tidak akan mengecam pemakaian
kekerasan secara terbatas terhadap agresi, meskipun ia tidak
mengembangkan tesis ini secara eksplisit.

Paus Yohanes Paulus II kerap mengecam perlombaan senjata,


terutama akibatnya bagi kaum miskin. Dia memberi kesan bahwa
pengembangan senjata tidak akan dapat dibatasi, tetapi ia tidak pernah
menyerukan pelucutan senjata secara sepihak. Dia mengecam Perang
Teluk, tetapi bukan berarti dengan kecaman itu dia ingin mengatakan
bahwa ia seorang pasifis. Paus Yohanes Paulus II menegaskan:

“Perang pada umumnya tidak menyelesaikan masalah yang


diperjuangkan dan karenanya, kecuali menimbulkan kerusakan yang
dahsyat, akhirnya juga terbukti sia-sia. Perang adalah kekalahan bagi umat
manusia. Hanya dalam perdamaian dapat dijamin hormat bagi martabat
manusia dan hak-hak manusia yang tak terhapuskan.”

Demikianlah pada awalnya pemahaman Gereja Katolik atas


perang, bahwa Gereja Katolik dapat menerima perang sebagai jalan
terakhir untuk membela diri dan demi menciptakan kebaikan bersama.

12
REVISI

Dalam perkembangan zaman selanjutnya, para teolog dan Magisterium


Gereja merumuskan norma-norma yang menjadi pegangan bagi Gereja
Katolik hingga sekarang. Norma-norma itu merupakan syarat-syarat yang
memperbolehkan suatu bangsa dapat membela diri secara militer.

Katekismus Gereja Katolik (KGK) mendefinisikan bahwa orang-


orang yang mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk memutuskan
perang adalah otoritas yang berwenang (pemerintah). Pengumuman
otoritas dalam arti tertentu dapat dipandang sebagai prasyarat untuk syarat-
syarat lainnya. Tugas utama pemerintah adalah melindungi hak kodrati
setia warga negara dari segala ancaman yang dapat membahayakan dan
merugikan warga negaranya. Oleh karena itu, ada kalanya pemerintah
mempunyai panggilan untuk bertindak dengan tegas dan keras. Tetapi
semua itu hendaknya dilakukan dalam norma-norma yang telah ditetapkan
agar tidak terjadi perang yang membabi buta. Lazimnya hanya
pemerintahan resmi suatu negara yang memiliki kewenangan untuk
menyatakan perang, karena hanya dialah yang memiliki kendali atas
angkatan bersenjata dan bisa mengerahkan rakyat.

Gereja menegaskan dalam membela hidupnya, suatu negara atau


masyarakat dan pemerintahan wajib berusaha untuk menghindari perang
dan menyelesaikan segala permasalahan dengan damai dan adil. “Tiap
warga negara dan tiap pejabat berkewajiban mengusahakan secara aktif
mencegah perang.”

Perang tidak hanya menuntut adanya alasan yang benar, tetapi juga
suatu usaha atau tindakan yang diambil untuk menangkis serangan pihak
lainnya. Jalan terakhir adalah salah satu syarat yang harus dipegang teguh
sebelum mengumumkan perang. Jalan terakhir mengandaikan bahwa
semua cara damai untuk mengakhiri pertikaian tidak menghasilkan jalan
keluar. KGK menegaskan sebelum mengumumkan perang, “semua cara
yang lain untuk mengakhiri pertikaian harus terbukti sebagai tidak
efektif.”
13
REVISI

Sebelum mengumumkan perang, suatu negara harus yakin bahwa


peperangan yang mereka lakukan akan berhasil. Perang tersebut
mempunyai harapan yang masuk akal akan berhasil. Oleh karena itulah
para teolog menuntut agar peperangan yang terjadi mesti ditata secara
memadai agar segera dicapai kemenangan atas musuh dan menghindari
perang yang berkepanjangan. Akan tetapi apabila suatu negara sudah
sangat yakin bahwa perang yang mereka lakukan tidak akan berhasil,
maka lebih baik mereka menunda niatnya untuk berperang, karena
peperangan yang demikian akan menimbulkan akibat yang lebih buruk
lagi.

Intensi yang benar ditentukan oleh adanya sebab yang benar.


Selain itu, intensi yang benar juga mempunyai tujuan untuk memurnikan
motivasi, misalnya bebas dari kebencian dan balas dendam. Kebencian dan
balas dendam bisa mencemarkan pertimbangan untuk mengambil
keputusan perang atau tidak. Intensi yang buruk memang tidak
melenyapkan alasan obyektif yang sah, tetapi mengurangi kepercayaan
akan pelakunya.

14
REVISI

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perang merupakan salah satu warisan budaya manusia yang selalu
terjadi hampir setiap tahun. Perang terjadi dalam konteks hubungan antara
dua atau beberapa negara atau kelompok manusia dengan menggunakan
satuan-satuan militer terorganisir secara sistematik. Pada awalnya perang
hanya sebuah perang terbatas antara dua atau beberapa negara yang
bersengketa, dengan menggunakan senjata konvensional. Tetapi seiring
dengan perkembangan zaman, perang menjadi suatu konflik yang tak
terbatas. Bahkan perang pada zaman sekarang ini cenderung mengarah
kepada perang total, yang melibatkan banyak negara dan menggunakan
segala jenis senjata termasuk nuklir dan biokimia. Perang ini bisa terjadi
kaena ada faktor-faktor yang membuat perang itu bisa terjadi dari faktor
karena wilayah, Sumber Daya Alam, dan kemurkaan manusia itu sendiri.

Perang dari dirinya sendiri bertentangan dengan nilai-nilai cinta


kasih yang ada dalam keempat injil. Perang tidak mengenal rasa tanggung
jawab atas martabat manusia. Perang merupakan tindakan kejahatan yang
memusnahkan manusia. Oleh karena itulah Gereja Katolik menolak
peperangan. Tetapi yang sulit dan patut dipikirkan adalah hak untuk
membela diri sebagai sesuatu yang dibenarkan iman. Setiap manusia
mempunyai hak dan kewajiban untuk membela diri dari ancaman orang
lain. Berhadapan dengan situasi ini, Gereja Katolik tidak dapat mengambil
sikap yang radikal untuk menolak perang. Gereja tidak membatasi hak
dasariah seorang manusia yang bermartabat untuk membela dan
mempertahankan dirinya. Akan tetapi pembelaan diri itu harus tetap
berpedoman pada norma-norma yang telah ditetapkan. Maka, sampai saat
ini Gereja Katolik secara moral masih menerima pembelaan diri dengan
menggunakan perang.

15
REVISI

DAFTAR PUSTAKA

Suryohadiprojo, Sayidiman. Pengantar Ilmu Perang. Jakarta: Pustaka


Intermasa , 2008

Sudarmanto, Y.B. Agama dan Politik Antikekerasan. Yogyakarta:


Kanisius, 1989.

Katekismus Gereja Katolik. Diterjemahkan oleh P. Herman Embuiru.


Ende: Arnoldus, 1998

Konsili Vatikan II. Dekrit “Gaudium et Spes” (GS) tentang Gereja di


Dunia Dewasa Ini. Dalam Dokumen Konsili Vatikan II. Diterjemahkan oleh R.
Hardawiryana. Jakarta: Dokumentasi Penerangan KWI – Obor, 1993.

https://andosipayung.wordpress.com/2013/12/28/perang-dalam-
pandangan-gereja-katolik/ diakses pada 26 Mei 2022 pada pukul 11.21.

https://www.tendikpedia.com/jawaban-atas-pertanyaan/mengapa-disebut-
perang-dunia.html diakses pada 26 Mei 2022 pada pukul 11.35.

16

Anda mungkin juga menyukai