Anda di halaman 1dari 13

Farmakologi – Jum’at, 04 Juni 2021

Antibiotik dan NSAID

drg. Ame Suciati Setiawan, M.Si.

➔ Penggunaan antibiotik
➔ Penggunaan dengan
➔ Penggunaan

Penggunaan antibiotik yang tidak tepat dapat menyebabkan efek samping yang lebih besar
dibandingkan dengan efek terapi, berikut dampak yang dapat terjadi:

Obat tidak dapat mencapai target


Obat diinaktivasi oleh mikroorganisme
Permeabilitas obat diturunkan oleh mikroorganisme
Enzim yang dihambat oleh antibiotik meningkat

Terjadi infeksi lainnya akibat terapi antibiotik infeksi primer


Terjadi penurunan sistem imun tubuh pasien selama terapi antibiotik infeksi primer

➔ Pertumbuhan mikroorganisme tidak bisa dicegah, mikroorganisme menjadi kuat, dan obat
menjadi diinaktivasi oleh enzim dari mikroorganisme

Mengubah mutasi gen mikroorganisme dan terjadi secara spontan sehingga mikroorganisme
tidak sensitif terhadap antibiotik
Antibiotik/antimikroba tidak memengaruhi mikroorganisme. Inaktivasi metabolit
mikroorganisme.

Resisten terhadap lebih dari 1 antibiotik


Terjadi jika:
a. 2 atau lebih antibiotik dengan struktur kimia yang sama
b. 2 atau lebih antibiotik dengan struktur kimia beda tetapi memiliki mekanisme yang sama


Infeksi disebabkan oleh >1 mikroorganisme, biasanya aerob dan anaerob
Pada kasus odontogenik, bakteri anaerob lebih banyak sehingga obat yang dipilih yang
memiliki spektrum luas dengan efek untuk anaerob yang lebih baik

Setelah diketahui bakteri spesifiknya maka gunakan antibiotik yang spesifik



Meningkatkan efek salah satu supaya menjadi lebih efektif
Untuk kasus pedo → amoksilin dan metronidazol

➔ yang disebabkan oleh terapi antibiotik pada infeksi primer

1. Penurunan pertahanan tubuh host


2. Penggunaan antibiotik jangka panjang
3. Antibiotik dengan spektrum yang luas/broad

1. Antibiotik untuk terapi infeksi primer dihentikan


2. Test mikroba untuk mengetahui penyebab super infeksi
3. Pemberian antibiotik spesifik untuk bakteri penyebab super infeksi
➔ Antibiotik diberikan untuk memperoleh efek terapi maksimum dgn efek samping minimum
➔ Etiologi harus tepat, diagnosis harus tepat, dan host juga harus tepat
Terapi di kedokteran gigi yang terbaik adalah terapi lokal dan minimalisir terapi antibiotik.

Terapi pada bakteri penyebab infeksi, bisa berupa aerob maupun anaerob

Diberikan pada pasien dengan kondisi tertentu (risiko tinggi, kelainan sistemik, dan pasien
imunokompromised)

Apakah sebelum perawatan scalling perlu pakai antibiotik? Tidak perlu


Apakah sebelum perawatan ekstraksi perlu pakai antibiotik? Perlu

➔ Organ pada neonatus/anak-anak belum sempurna


➔ Organ pada orang tua telah mengalami degenerasi

➔ Pengukuran dosis yang paling akurat adalah dengan berat badan


➔ Waktu pemberian berpengaruh terhadap penyerapan dan resistensi terhadap obat
Harus presisi secara jam, kalau 3 dd 1 berarti 8 jam sekali. Bukan yang penting dalam satu hari
dimakan 3 kali. Karena akan memengaruhi kinerja obat dalam tubuh.

➔ Apakah ada efek samping obat terhadap ibu dan fetus? (penetrasi ke plasenta)
➔ Toksisitas obat selama kehamilan (efek teratogenik obat)

➔ Perhatikan hepar dan ginjal, karena berfungsi sebagai tempat metabolisme obat
➔ Perhatikan lambung, karena terdapat beberapa obat yang dapat meningkatkan asam lambung
Dalam pertumbuhan dan perkembangan organ tubuh anak, baik jaringan keras maupun lunak

Fungsi hati, ginjal, lambung diperhatikan karena dapat memengaruhi kerja obat dalam tubuh.
Utamanya karena pada anak-anak yang organnya belum sempurna.

Proses kalsifikasi tulang dan gigi dapat dipengaruhi oleh beberapa jenis antibiotik, seperti
contohnya tetrasiklin.

Faktor sistemik dan imunitas pasien memengaruhi pemberian antibiotik

Kasus-kasus pada kedokteran gigi yang sebetulnya tidak perlu diberikan antibiotik:

Kasus inflamasi yang masih dapat diatasi dengan obat antiinflamasi, karena bakteri belum
masuk ke dalam jaringan yang lebih dalam.

Antibiotik bukan indikasi untuk menghilangkan sakit (tidak ada efek analgesik)

Infeksi periapikal lokal dapat diatasi dengan tindakan operatif. Jika infeksi meluas, seperti
pembengkakan hingga leher, dan kondisi yang disertai kelainan sistemik baru diberikan
antibiotik sebagai profilaksis.
Kasus abses harus dilakukan drainase, jika hanya diberikan antibiotik saja tanpa terapi lokal
tidak akan sembuh. Antibiotik berperan sebagai pendukung saja.

Keadaan gusi postekstrasi yang masih dapat diatasi dengan tindakan operatif

Cukup dengan tindakan pembersihan karang gigi, kecuali disertai kelainan sistemik

Pemberian antibiotik dalam kedokteran gigi diberikan pada

1. Abses yang meluas hingga fasial


2. Abses yang meluas sampai ke dasar mulut sehingga menghalangi jalan napas
3. Cellulitis yang meluas sampai ke dasar mulut
4. Osteomyelitis
5. Periodontitis agresif
6. Profilaksis pada pasien dengan kelainan sistemik dan imunokompromis
7. Perkoronitis dengan pembengkakan hebat
8. Necrotizing ulcerative gingivitis

➔ Indikasi penggunaan antibiotik secara umum di kedokteran gigi


25% aerob dan 75% anaerob

Digunakannya antibiotik spesifik untuk mencegah resistensi

➔ Berefek terhadap semua jenis bakteri (aerob, anaerob, gram +, dan gram -)
➔ Drug of choice?
➔ Untuk infeksi multibakteri → bakteri penyebab infeksi odontogenik

➔ Berefek pada bakteri yang spesifik (harus tau dulu bakterinya apa dari pemeriksaan)
➔ Penyebab utama odontogenik : anaerob fakultatif

➔ Untuk mencegah proliferasi bakteri atau akibat luka bedah

1. Ekstraksi gigi impaksi


2. Bedah periapikal 1. Pasien dengan kelainan sistem imun
3. Bedah tulang 2. Diabetes mellitus/kelainan metabolik
4. Pemasangan implan 3. Kelainan hati
5. Tumor ganas 4. Kelainan ginjal

Menurut kriteria FDA,


. Untuk pemberian obat kelompok B perlu diberikan perhatian khusus.
Terdapat dan contoh antibiotik:

Tidak ada antibiotik yang termasuk dalam kelompok A

Penisilin, sefalosporin, eritromisin, metronidazol, aztiromisin

Klaritromisin, fluoroquinolon, golongan sulfa

Aminoglikosid, tetrasiklin

Bersifat menghambat pertumbuhan bakteri


Diindikasikan untuk pasien yang memiliki sistem imunitas yang baik

Antibiotik yang bersifat membunuh bakteri


Diindikasikan untuk pasien yang memiliki sistem imun yang kurang baik
Untuk terapi kombinasi tidak boleh antara antibiotik bakteriostatik dan bakteriocidal
Textbook referensi → Yagiela
https://drive.google.com/file/d/1_7zWnWU0HBorFqZ5FDAnZj_6YqQhWFrp/view?usp=sharing

Clindamycin, efeknya paling banyak pada bakteri anaerob


→ menghambat sintesis dinding sel
→ memengaruhi asam nukleat, DNA, RNA
→ bekerja pada membran sel

Berbeda-beda golongannya sesuai dengan apa yang dihambatnya


➔ Penggunaan amoksilin sering ditambah dengan asam klavulatan untuk mengurangi resistensi
terhadap betalaktam. Tapi karena kombinasi ini, obat menjadi asam. Penggunaannya untuk
spektrum luas.
➔ Clindamycin itu asam, hati-hati untuk pasien dengan masalah lambung. SETELAH MAKAN
➔ Ada obat yang tidak bisa dikonsumsi bersama buah atau susu, karena bisa menguarngi absorpsi
dari obat tersebut

(iya ini burem banget:” tapi ada di textbook Yagiela)

→ istilah ‘kamu mengambil’ dalam preskripsi/resep obat (bagian superscriptio)

➔ Golongan : amoksilin, ampisilin, penisilin V


➔ Memiliki → d.o.c infeksi odontogenik →
infeksi multibakterial

➔ Untuk dengan
penggunaan antibiotik single dan

Karena bakteri penyebab penyakit endodontik memiliki kepekaan terhadap penisilin G dan
amoksilin

jadi, yang lebih baik adalah yg single


➔ Efektif untuk (sebagian besar infeksi odontogenik karena ini)
➔ Efektif untuk
Kalau bakterinya itu aerob yang resisten terhadap penisilin, pakai eritromisin
Untuk yang resisten dengan penisilin atau alergi dengan betalaktam, antibiotik penggantinya
jangan yang satu golongan lagi.

➔ Efektif untuk → infeksi odontogenik simptomatik


➔ Efektif juga untuk

Biasanya untuk kombinasi :

Keduanya menunjukkan kombinasi agonis (saling menguatkan, sehingga infeksi yang terjadi bisa
dicegah dan dihilangkan)

Text
➔ Efektif untuk

Karena kepekaan bakteri anaerob yang sangat rendah
➔ Obat-obatan yang digunakan untuk

➔ Efek yang diberikan:


Efek ini didapatkan karena obat

→ nociceptive pain → masuk ke susunan saraf pusat → respon emosional

→ kerusakan di luar SSP/perifer → stimulus nyeri (bisa lanjut ke respon emosional)

➔ Emotional response: terasanya rasa sakit pada bagian tubuh


➔ Jika ada kerusakan di perifer dan tanpa disadari ada inflamasi, terkadang tidak masuk ke
emotional response
➔ Contoh dalam kehidupan sehari-hari: tiba-tiba kaki ada memar biru tapi tidak terasa sakit

Menghambat sinstesis enzim COX



Pelepasan asam arakidonat terhambat

Menghambat pembentukan prostaglandin

Efek antiinflamasi

dibutuhkan oleh tubh; : membantu fungsi organ di dalam tubuh, Inhibit sekresi asam lambung, stimulus sintesis
prostaglandin dibutuhkan
ginjal,pembuluh darah,dll mukosa gastrointerstinal, menjaga aliran darah di ginjal, meningkatkan agregasi/pengumpulan
trombosit kalo terhambat, maka cox 2 dan 3
juga akan terganggu
: faktor penyebab inflamasi
: reaksi inflamasi dan nyeri (penelitian paling terbaru ada COX 3)
COX 2

a. As. salisilat (aspirin)


b. Derivat pirol (diklofenak, ketolorak, dll)
c. As. propionat (ibuprofen, ketoprofen, dll)
d. As. mefenamat
e. Acetaminophen/paracetamol
→ celecoxib

➔ Salah satu jenis dari NSAID yang efeknya sama-sama

Sehingga dengan penggunaan NSAID nonselective ini akan:


1. Menghambat COX 1 : menghambat fungsi lambung (terjadi peningkatan asam lambung)
2. Menghambat COX 2 : menghambat sintesis prostaglandin (inflamasi menurun)
Peningkatan asam lambung ini dapat semakin parah menjadi tukak lambung atau luka pada
lambung, sehingga penggunaan NSAID nonselektif harus berhati-hati pada pasien dengan
kelainan lambung.

➔ Karena efek samping/toksisitas yang dimilikinya lebih besar, harganya lebih mahal, dan jarang
sekali digunakan.

Memiliki potensi yang baik sebagai analgesik dan antipiretik dibandingkan sebagai antiinflamasi
: pada kondisi sakit tanpa reaksi inflamasi

: pada kondisi sakit dengan reaksi inflamasi dan pembengkakan

➔ Peningkatan dosis NSAID akan meningkatkan efek antiinflamasi karena dapat mencapai target
yang tepat (pada perifer)
➔ Namun terdapat obat yang tidak bisa mencapai perifer sebesar apapun dosisnya
: efek analgesik dan antipiretik

: + efek antiinflamasi

➔ 400 mg ibuprofen lebih poten dibandingkan 600-1000 mg aspirin/acetaminophen


➔ 400 mg ibuprofen lebih poten dibandingkan 60 mg kodein

➔ 200-400 mg ibuprofen dosis tunggal efektif untuk menurunkan rasa sakit dan deman
➔ 1600-2400 mg ibuprofen per hari dapat menekan inflamasi

➔ >4000 mg per hari dpat menyebabkan hipersensitivitas pada seluruh NSAID nonselektif
➔ Toksisitasnya juga lebih tinggi, sehingga untuk anak-anak harus lebih diperhatikan.

(tidak di SSP)

➔ Inflamasi hilang tetapi rasa nyeri tidak (bukan neuropathic)


Maka dari itu, yang memiliki


efek analgesik yang baik untuk kondisi inflamasi disertai rasa nyeri.

Diklofenak sangat asam dan bisa meningkatkan asam lambung. Jika diberikan obat NSAID lain
yang juga asam, dapat menimbulkan kelainan berat pada lambung.

Anda mungkin juga menyukai