Anda di halaman 1dari 3

LAPORAN ANALISA KASUS/FILM

Elimination Disorder

Kelompok 9 :

1. Iffah Afiifah Sumayyah Ataana 21011259


2. Nelza Rahma Dania 21011053
3. Wisherly Musagaros 21011328
4. Alifeannisa Putri Wiby 20011004

Dosen Pengampu:
Rahmadianti Aulia,S.Psi.I.,M.A

DAPERTEMEN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG


2023
ANALISA KASUS

N adalah remaja putri yang berusia 16 tahun dan saat ini sedang bersekolah. N selalu
mengompol sejak kecil, ia pernah berhenti mengompol tetapi hanya satu minggu ketika ia
masih duduk di bangku SMP. N pernah melakukan pemeriksaan secara fisik (USG) di rumah
sakit Yos Sudarso Hospital kota padang, dan hasilnya menyatakan N tidak memiliki
gangguan ataupun kelainan secara anatomi dalam kandung kemihnya. Saat melakukan tes
darah pun, hasilnya menyatakan bahwa gula darah N normal. Jadi secara fisik tidak ada
gangguan pada kandung kemih N yang dapat menyebabkan N mengompol. N pernah tidak
mengompol saat ia sedang melakukan terapi akupuntur, tetapi itu hanya berlangsung selama
satu minggu, dan minggu berikutnya N tetap mengompol. Saat N masih di bangku SD, N
mengompol baik saat tidur siang maupun tidur malam hari. N hanya mengompol ketika dia
berada dalam keadaan tidak sadar yaitu ketika ia tidur.
Namun ketika N sekolah N sudah jarang mengompol, bahkan dalam satu minggu bisa saja
dia tidak mengompol. Di luar rumah, N dinilai sebagai anak yang baik (menurut teman-
temannya). Sayangnya jika di rumah N lebih dinilai sebagai anak manja dan mudah marah.
karena N sering merasa tidak dipercaya oleh orang tuannya. N mengaku bahwa kakaknya
sering ikut campur ketika ia mengalami konflik dengan ibunya begitu pula sebaliknya. N
mengaku bahwa untuk saat ini ia lebih sering mengompol di rumah dibandingkan jika ia
menginap di luar seperti rumah teman.

Landasan Teori
Elimination Disorder adalah gangguan yang berpusat pada eliminasi feses atau urin dari
tubuh yang pada umumnya tidak disadari. Penyebabnya dapat berasal dari fisik maupun
psikologis. Elimination disorder terbagi menjadi 2, yaitu enuresis (mengompol) dan
encopresis (BAB di celana). Enuresis adalah istilah untuk anak yang mengompol minimal
dua kali dalam seminggu dalam periode paling sedikit 3 bulan pada anak usia 5 tahun atau
lebih, yang tidak disebabkan oleh efek obat-obatan dan encopresis merupakan buang air besar
di sembarang tempat, baik itu di dalam kelas maupun di celana.
Karakteristik diagnosis Enuresis
1. Urinasi yang berulang di tempat tidur atau baju, baik secara sengaja maupun tidak
sengaja.
2. Perilaku harus signifikan secara klinis; dimanifestasikan oleh frekuensinya, yakni dua
kali seminggu selama tiga bulan berturut-turut, atau terdapat distress yang signifikan
secara klinis atau kerusakan dalam hal sosial, akademis (pekerjaan), atau area penting
dalam fungsi lainnya
3. Usia kronologis minimal lima tahun (atau sesuai dengan tahap perkembangan)
Karakteristik diagnosis encopresis menurut DSM-V
1. Buang air besar berulang kali ke tempat yang tidak pantas (misalnya pakaian, lantai),
baik yang tidak disengaja atau disengaja.
2. Setidaknya satu peristiwa seperti itu terjadi setiap bulan selama minimal 3 bulan.
3. Usia kronologis minimal 4 tahun (atau tingkat perkembangan setara.
4. Perilaku tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologis suatu zat (misalnya obat
pencahar)
Pembahasan
Berdasarkan definisi N mengalami gangguan dalam perkembangan Enuresis. Enuresis istilah
untuk anak yang mengompol minimal dua kali dalam seminggu dalam periode paling sedikit
3 bulan pada anak usia 5 tahun atau lebih yang tidak disebabkan oleh efek obat-obatan. Hal
ini sesuai dengan definisi dan karakteristik gangguan perkembangan enuresis dimana N
masih berulang kali mengompol dari kecil sampai N berusia 16 tahun. N juga mengalami
stres hal ini karena kakaknya sering ikut campur ketika ia mengalami konflik dengan ibunya
begitu pula sebaliknya. Walaupun N pernah berhenti namun hal tersebut hanya bertahan
selama satu minggu sehingga dan terulang kembali.

Kesimpulan
Berdasarkan Hasil analisis N mengalami gangguan elimination Disorder khususnya gangguan
Enuresis. N memiliki perilaku mengompol yang terus berulang dari ia Kecil sampai ia berusia
16 tahun. hal ini sesuai dengan pengertian dan memenuhi karakteristik diagnosis gangguan
dari enuresis. Enuresis sendiri merupakan perilaku mengompol minimal dua kali dalam
seminggu dalam periode paling sedikit 3 bulan pada anak usia 5 tahun atau lebih yang tidak
disebabkan oleh efek obat-obatan.

Referensi

Komariah, K., Mulyanto, A., & Nurapriani, R. (2019). Pengaruh Toilet Training Terhadap
Kemandirian Anak Usia 4-5 Tahun Di Tkq Al-Huda Antapani Wetan Tahun Ajaran
2017-2018. EduChild: Majalah Ilmiah Pendidikan, 3(1), 32-47.
Permatasari, R. C., Perdani, R. R. W., & Bustomi, E. C. (2018). Diagnosis dan Tatalaksana
Enuresis Pediatri. Jurnal Majority, 7(2), 283-287.

Anda mungkin juga menyukai