Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

TELAAH KURIKULUM
Tentang
PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ERA GLOBALISASI

Disusun Oleh:
Kelompok 1
Al Hilal Hamdi : 2014010046
Nur Faizah : 2114010049
Della Anggun Sari : 2114010059
Puja Ripy Patricia : 2114010069
Ahmad Fadly : 2114010075
Anisa Fitri : 2114010081

Dosen Pengampu:
Rilci Kurnia Illahi, S. Pd., M. Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (V-B)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
IMAM BONJOL PADANG
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh.


Puja dan puji syukur pemakalah haturkan kepada Allah Subhanahu
Wata’ala yang telah memberikan banyak nikmat, taufik, dan hidayah. Sehingga
pemakalah dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Pendidikan
Agama Islam Pada Era Globalisasi” dengan baik tanpa ada halangan yang berarti.
Shalawat serta salam mudah-mudahan tetap tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wassalam yang telah menunjukkan jalan
benar yakni agama Islam.
Makalah ini telah pemakalah selesaikan dengan maksimal dengan bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak. Pemakalah sebagai manusia biasa menyadari
sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik
dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun isi. Oleh sebab itu dengan segala
kerendahan hati, pemakalah selaku penyusun menerima segala kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.
Demikian yang bisa pemakalah sampaikan, semoga makalah ini dapat
menambah khazanah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat bagi pembaca.
Wassalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh

Padang, 5 September 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Pentingnya Pendidikan Agama Islam bagi Peserta Didik ................... 3
B. Tantangan Pendidikan Agama Islam dalam Era Globalisasi ............. 6
C. Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Agama Islam ................. 11
BAB III PENUTUP ...................................................................................... 14
A. Kesimpulan ........................................................................................ 14
B. Saran ................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arus globalisasi saat ini menimbulkan banyak sekali perubahan
dari segala aspek kehidupan. Perubahan ini tidak dapat dihindari akibat
ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin canggih. Hal ini
menggugah kesadaran masyarakat umum akan pentingnya pendidikan
penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan kewajiban bagi
mereka.
Globalisasi menyebabkan arus yang begitu cepat dan tidak dapat
dibendung serta begitu banyak dan beragam arus informasi. Dan arus
informasi tersebut tidak hanya berpengaruh terhadap pengetahuan tetapi
juga terhadap nilai-nilai pendidikan agama Islam. Semakin
berkembangnya kebiasaan yang menggelobal dalam gaya hidup seperti
pola berpakaian, kebiasaan makan, dan kegiatan rekreasi yang semakin
seragam khususnya dikalangan kaum muda, berimplikasi pada aspek
sosial, ekonomi dan agama. Sehingga terkadang nilai-nilai agama semakin
ditinggalkan, karena dianggap kuno dan ketinggalan sementara mereka
yang mengikuti trend dianggap maju dan modern padahal mulai
meninggalkan nilai-nilai agama dan moral dalam kehidupannya. Untuk
menangkal pengaruh globalisasi tersebut salah satu upaya yang dilakukan
adalah melalui jalur pendidikan, terutama pendidikan agama Islam.
Dengan adanya pendidikan agama diharapkan peserta didik
memiliki kepribadian yang utama. Pendidikan agama bertujuan untuk
membentuk insan kamil (kesempurnaan insani) yang bermuara pada
pendekatan diri kepada Allah dan kebahagiaan dunia dan akhirat.
Pendidikan agama juga diharapkan mampu membentuk kesadaran diri
peserta didik sebagai hamba Allah sekaligus fungsinya sebagai khalifah di
bumi.

1
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pentingnya pendidikan agama islam bagi peserta didik?
2. Apa saja tantangan pendidikan agama islam dalam era globalisasi?
3. Bagaimana peran serta masyarakat dalam pendidikan agama islam?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pentingnya pendidikan agama islam bagi peserta
didik.
2. Untuk mengetahui tantangan pendidikan agama islam dalam era
globalisasi.
3. Untuk mengetahui peran serta masyarakat dalam pendidikan agama
islam.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pentingnya Pendidikan Agama Islam Bagi Peserta Didik


Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa, di mana
pertumbuhan dan perkembangan siswa sangat memerlukan tuntunan,
bimbingan, binaan dan dorongan serta pengarahan agar anak nantinya
dapat menguasai berbagai nilai-nilai dalam pendidikan agama Islam dan
mengamalkan ajaran Islam secara baik dan benar.
Pendidikan Agama Islam artinya “bimbingan jasmani dan rohani
berdasarkan hukum Islam menuju terbentuknya kepribadian utama
menurut ajaran Islam”.1 Artinya bahwa setiap manusia yang diciptakan
oleh Allah SWT agar dapat menjalankan dan mengamalkan ajaran agama
Islam dalam kehidupannya sehari-hari sebagai ibadah kepada Allah SWT,
hal ini sebagaimana dijelaskan di dalam firman Allah yaitu :
ۡ ُ َۡ َ ََ
َ ‫ٱۡلو َو ۡٱۡل‬
ُ ‫نس إَّل ِِلَ ۡع ُب‬
٥٦ ‫ون‬
ِ ‫د‬ ِ ِ ِ ‫ونا خلقت‬
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S Adz-Dzariyat: 56)
Pentingnya Pendidikan Agama Islam dalam kehidupan anak juga
dapat ditinjau dari fungsinya, seperti pendapat yang menyatakan bahwa
“untuk membentuk manusia pembangunan yang bertaqwa kepada Allah
SWT di samping memiliki pengetahuan dan keterampilan juga memiliki
kemampuan mengembangkan diri bermasyarakat serta kemampuan untuk
bertingkah laku berdasarkan norma-norma menurut ajaran agama Islam”.2
Berdasarkan kutipan tersebut dapat dipahami bahwa Pendidikan
Agama Islam mempunyai peranan yang sangat penting di dalam

1
Muhammad Siddik, Konsep Pendidikan Formal dalam Islam, (Bandar Lampung:
Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan, 2002), h. 3.
2
Arifin, HM, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Sekolah dan
Keluarga, (Jakarta: Bulan Bintang, 2006), h. 15.

3
4

pengembangan kepribadian anak, baik secara individu maupun secara


sosial. Sebagaimana firman Allah yaitu :
ٞ َ ٓ َ ۡ ُۡ ّ َۡ ُّ
‫ك ف ِرق ٖة نِنهم طانِفة‬ ‫ِو‬
‫ن‬ َ ‫ون ِِلَنفِ ُروا ْ َكٓافة ۚٗ فَلَ ۡو ََّل َن َف‬
‫ر‬
َ ُ ۡ ُۡ َ َ ََ
‫۞ونا َكن ٱلهؤنِن‬
ِ
َ َ َۡ َ َ ْ َ َ ْ
١٢٢ ‫ِيو َو ِِلُنذ ُِروا ق ۡو َم ُه ۡم إِذا َر َج ُع ٓوا إ ِ ِۡل ِه ۡم ل َعل ُه ۡم َيذ ُرون‬
‫ٱل‬ّ ‫ّ ِِلَ َت َفق ُهوا ْ ِف‬
ِ ِ

Artinya: Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan
perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka
beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (Q.S At-
Taubah: 122)
Di dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah pendidikan
agama Islam juga merupakan hal yang paling penting di dalam membina
peserta didik agar tumbuh dan berkembang menjadi insan kamil, cerdas
dan terampil sekaligus bertakwa kepada Allah SWT, dengan demikian
akan tercipta masyarakat adil dan makmur. Hal tersebut sesuai dengan
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab II Pasal 3 menyebutkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.3
Dengan demikian untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
tersebut maka harus ditempuh melalui proses pendidikan dan pengajaran
yang menyelenggarakannya betul-betul memikirkan akan perkembangan

3
Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor
20 Tahun 2003, (Jakarta : 2003), h.12.
5

peserta didik sehingga apa yang diupayakan dan tujuan yang diinginkan
oleh guru dalam menanamkan ilmu Pendidikan Agama Islam terhadap
peserta didik akan dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
Pendidikan merupakan sarana terbaik yang didesain guna
melahirkan sebuah generasi baru pemuda-pemudi yang tidak akan
kehilangan ikatan dengan tradisi mereka sendiri, tapi juga sekaligus tidak
menjadi bodoh secara intelektual atau terbelakang dalam pendidikan
mereka atau tidak menyadari adanya perkembangan-perkembangan di
setiap kehidupan manusia.
Namun kemunculan modernisme pada era globalisasi yang di
antaranya ditandai dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) seakan membuat manusia masa sekarang
mengesampingkan daya mental-spiritual atau jiwa yang sedang tumbuh
dalam diri mereka. Mereka hanya menggantungkan semua potensi yang
ada dalam diri mereka kepada tawaran kenyamanan dan kesantaian
teknologi.
Dalam dunia pendidikan misalnya, kecanggihan media elektronik
dan informatika telah begitu leluasanya mencuri peran kecerdasan pikiran,
ingatan, kemauan, dan perasaan (emosi). Kemampuan aktualnya telah
dimanjakan dengan alat-alat teknologis-elektronis dan informatika seperti
komputer, foto copy jarak jauh (facsimile), video casette recorder (VCR),
dan komoditi celluloid (film, video-disc), dan sebagainya.
Ada satu hal yang sangat urgen telah dilupakan oleh para pendidik
dan anak didik sekarang ini, yaitu bagaimana menginternalisasikan dan
mentransformasikan nilai-nilai iman dan takwa ke dalam lubuk hati
manusia. Apakah teknologi canggih dapat melakukannya. Sampai
sekarang belum terdengar ada teknologi yang mampu mentranformasikan
nilai-nilai spiritual itu. Berkenaan dengan hal di atas, Azyumardi Azra
sebagaimana dikutip oleh Abdullah Idi dan Toto Suharto menyatakan,
bahwa ketidakmampuan IPTEK dalam memberi jawaban atas persoalan-
persoalan yang berkaitan dengan makna (meaning) memunculkan
6

pemikiran yang menyatakan bahwa IPTEK bukanlah segalanya. Keduanya


tidak memberikan solusi yang sebenarnya bagi kehidupan manusia.
Pemikiran semacam ini secara tidak langsung menjadi bukti atas
kegagalan modernisme sekarang ini.
Melihat fenomena di atas, di sinilah Pendidikan Islam mengambil
peran sentral dalam memberikan solusi pemecahan permasalahan baru
yang berkaitan dengan dehumanisasi pendidikan, netralisasi nilai-nilai
agama, atau upaya pengendalian dan mengarahkan nilai-nilai transisional
menuju pemukiman yang Ilahi, kokoh dan tahan banting baik dalam
dimensi individual maupun sosio-kultural.4

B. Tantangan Pendidikan Agama Islam dalam Era Globalisasi


Tantangan globalisasi merupakan suatu kondisi kekinian sebagai
akibat yang lahir dari modernisasi. Kondisi tersebut mau tak mau harus
dihadapi dan dilalui agar tercapai suatu keberhasilan. Tantangan yang ada
seberat apapun tidak harus dimaknai sebagai sesuatu yang membuat sulit,
atau kadang menghambat sesuatu yang ingin dicapai, tetapi jadikanlah
tantangan sebagai penggugah tekad dan pembangkit semangat untuk
meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah dan menjadi manusia
yang unggul.
Menurut beberapa pakar, tantangan pendidikan agama islam di
lihat beberapa sudut pandang yaitu:5
1. Mastuhu mengemukakan, beberapa tantangan yang dihadapi dunia
pendidikan masa kini, yaitu globalisasi, kompleksitas, turbulence,
dinamika, akselerasi, keberlanjutan dari yang kuno ke yang modern,
koneksitas, konvergensi, konsolidasi, rasionalisme, paradoks global,
dan kekuatan pemikiran.

4
Arif Shaifudin, Peran Strategis Pendidikan Islam di Era Globalisasi, Al Hikmah Jurnal
Studi Keislaman, Vol. 6, No. 2, 2016, h. 221.
5
Mawardi Pewangi, Tantangan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi, Jurnal Tarbawi,
Vol. 1, No.1, 2016, h. 5.
7

2. Rahim mengemukakan bahwa secara eksternal masa depan pendidikan


Islam dipengaruhi oleh tiga isu besar, yaitu globalisasi, demokratisasi.
dan liberalisme Islam.
3. Daulay menyebut globalisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan dekadensi moral sebagai tantangan pendidikan Islam
masa kini dan masa depan.
4. Wahid mengemukakan, tantangan pendidikan Islam yang harus
dihadapi di era global ini adalah kebodohan, kebobrokan moral, dan
hilangnya karakter muslim.6
Keempat pakar di atas berbeda dalam mengidentifikasi tantangan
pendidikan Islam karena berbeda sudut pandang yang digunakan. Mastuhu
melihatnya dalam perspektif perubahan sosial. Rahim mengamati menurut
tinjauan politik. Daulay melihatnya dalam sudut pandang perkembangan
iptek, dan Wahid melihatnya dari sudut pandang etika. Menurut Zubaedi,
ketika globalisasi dihadapkan dengan pendidikan Islam, maka muncul dua
implikasi sekaligus, yakni peluang dan ancaman. Sebagai peluang,
globalisasi di satu sisi akan memudahkan pendidikan Islam untuk
mengakses berbagai informasi secara cepat, juga memudahkan pendidikan
Islam untuk menyebarluaskan produk-produk keilmuan yang memberikan
manfaat bagi masyarakat.7
Haidar Putra Daulay mengemukakan, di antara tantangan yang
muncul dalam dunia pendidikan Islam akibat arus globalisasi adalah
sebagai berikut: Pertama, orientasi dan tujuan pendidikan. Kedua,
pengelolaan (manajemen) sistem manajemen ini yang akan mempengaruhi
dan mewarnai keputusan dan kebijakan yang diterapkan dalam sebuah
lembaga pendidikan. Ketiga, hasil (out put). Bagaimana produk yang

6
Wahid Marzuki., Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan Transformasi
(Bandung: Pustaka Hidayah, 2011), h. 60.
7
Zubaedi, Isu-Isu Baru dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam dan Kapita Selekta
Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 54.
8

dihasilkan dari sebuah lembaga pendidikan bisa dilihat dari kualitas luaran
(out put-nya).8
Di samping itu, pendidikan Islam dihadapkan pada tantangan
masalah kualitas. Era global adalah era persaingan bebas. Maka akan
terjadi pertukaran antar negara baik resmi maupun tidak. Selain tantangan
kualitas juga tantangan moral, era globalisasi banyak membawa dampak
negatif generasi muda sekarang yang sudah terpengaruh dengan pergaulan
yang global. Hal-hal yang tidak semestinya dilakukan oleh generasi muda
seperti minum miras, menggunakan narkoba, melakukan seks bebas
malahan menjadi kebiasaan bagi mereka yang tentunya hal ini adalah
tantangan yang serius bagi pendidikan Islam.9
Selanjutnya sebagai ancaman, ternyata globalisasi tidak hanya
mempengaruhi tatanan kehidupan pada tataran makro, tetapi juga
mengubah tata kehidupan pada level mikro, yaitu terhadap ikatan
kehidupan sosial masyarakat. Globalisasi memicu fenomena disintegrasi
sosial, hilangnya nilai-nilai tradisi, adat-istiadat, sopan santun, dan
penyimpangan sosial lainya.
Merujuk kepada berbagai pendapat di atas, maka dapat dirumuskan
tiga tantangan utama untuk dibahas. Ketiga tantangan ini dianggap
memiliki pengaruh paling krusial terhadap pendidikan Islam. Adapun
tantangan yang lainnya adalah implikasi yang lahir dari adanya ketiga
tantangan utama tersebut yaitu:
1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
Pendidikan Islam saat ini sedang ditantang konstribusinya
terhadap pembentukan peradaban dan budaya modern yang relevan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks).
Pada dimensi ini, pendidikan Islam mengalami kemunduran fungsi
(degradasi fungsional) karena pendidikan Islam lebih berorientasi pada
aspek moral spiritual. Terdapat banyak pendapat yang mengatakan
8
Haidar Putra Daulay, Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2009), h. 233.
9
Arif Shaifudin, Op. Cit, h. 225.
9

bahwa pendidikan Islam tidak terlalu fokus memprioritaskan aspek


yang bersifat praktis dan pragmatis, seperti penguasaan teknologi.
Akibatnya, pendidikan Islam tidak mampu bersaing pada level
kebudayaan di tingkat global.10
Secara makro kondisi pendidikan Islam saat ini sudah
ketinggalan zaman. Tertinggal karena kalah berpacu dengan
perkembangan dan perubahan sosial budaya. Tertinggal sebab alumni
yang hasilkan kalah bersaing dalam penguasaan ipteks. Ipteks dengan
beragam kemajuan yang dibawanya bersifat fasilitatif terhadap
kehidupan manusia. Artinya, ipteks memberi fasilitas kemudahan bagi
manusia, tetapi juga dapat merugikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pendidikan Islam memandang perkembangan ipteks sebagai tantangan
yang harus dihadapi dan dikuasai, sehingga generasi muslim tidak
tertinggal oleh kebudayaan yang berkembang. Pada konteks ini ada
dua hal yang penting untuk dipikirkan yaitu
a. Bagaimana agar perkembangan ipteks tidak terlepas dari nilai-nilai
ajaran Islam.
b. Bagaimana pendidikan Islam mampu berkonstribusi bagi kemajuan
ipteks dimasa depan.
c. Bagaimana pendidikan Islam dapat melahirkan manusia yang
berpendidikan dan berkarakter islami.
2. Demokratisasi
Demokratisasi merupakan isu lain yang mempengaruhi
pendidikan Islam Indonesia. Dede Rosyada menjelaskan, bahwa
tuntutan demokratisasi pada awalnya ditujukan pada sistem politik
negara sebagai antitesis terhadap sistem politik yang otoriter.11
Selanjutnya perkembangan tuntutan ini mengarah kepada sistem

10
Syifa Safira, dkk, Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi, Jurnal Ilmiah Multi Disiplin
Indonesia, Vol. 2, No. 7, 2023, h. 6.
11
Dede Rosyada, Paradigma Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Pelibatan
Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. (Jakarta: Prenada Media: 2004), h. 28.
10

pengelolaan berbagai bidang termasuk bidang pendidikan. Kehidupan


demokrasi adalah kehidupan yang menghargai akan potensi individu.
Artinya, bahwa setiap bentuk homogenisasi masyarakat adalah
bertentangan dengan prinsip-prinsip hidup demokrasi.
Demokratisasi pendidikan membuka ruang partisipasi publik
untuk terlibat dalam pendidikan, walaupun di satu sisi ini berpotensi
melahirkan komersialisasi pendidikan, terutama oleh kelompok
pengusaha pendidikan yang berusaha meraup keuntungan melalui
bisnis pendidikan. Demokratisasi pendidikan Islam menghendaki
sistem pendidikan yang bersifat sentralistik, seragam, dan dependen,
untuk beralih mengembangkan sistem pendidikan yang lebih otonom,
beragam, dan independen.
3. Dekadensi moral
Revolusi teknologi berakibat pada pergeseran nilai dan norma
budaya. Pada lazimnya, nilai-nilai budaya dari pihak yang lebih
dominan dalam penguasaan ipteks akan cenderung berposisi dominan
pula dalam interaksi kultural yang terjadi. Dalam konteks ini, Hasbi
Indra menjelaskan bahwa budaya Barat telah memperlihatkan
superioritasnya terhadap budaya Islam. Produk teknologi seperti TV.
parabola, telepon, VCD, DVD, internet, dan lain-lain dapat membuka
hubungan dengan dunia luar sehingga wawasan masyarakat terbuka.
Namun, lewat media tersebut dapat pula disaksikan pornografi, film-
film, sinetron yang menawarkan gaya hidup bebas dan juga kekerasan,
yang secara moral bertentangan dengan nilai Islam.
Berdasarkan uraian di atas, jelas tidak dapat dipungkiri bahwa
perubahan dalam segala bentuk, baik bersifat personal maupun global bisa
terjadi dalam hitungan waktu yang relatif sangat singkat. Hal ini
merupakan tantangan yang mutlak dijawab oleh pendidikan Islam melalui
strategi yang tepat.12

12
Mawardi Pewangi, Op. Cit, h. 6-7.
11

C. Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Agama Islam


Masyarakat merupakan sekumpulan individu-individu yang kecil
atau besar, terikat pada satuan adat istiadat, kebiasaan atau hukum, dan
hidup dalam kebersamaan. Demikian satu contoh dari beraneka macam
definisinya. Ada banyak kata yang tertulis dalam Al-Quran yang
menunjukan kepada masyarakat. Antara lain: qawm, ummah, syu’ub, dan
qabail.
Berdasarkan tantangan yang akan dihadapi didalam masyarakat
terutama peran pendidikan agama Islam dan peran Undang-Undang
Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003, maka bentuk peran serta masyarakat
dalam rangka ikut serta meningkatkan pembelajaran pendidikan agama
Islam yaitu:
1. Revitalisasi serta reorientasi
Revitalisasi serta reorientasi didalam pendidikan keislaman
terutama pada keluarga dan anggota keluarga merupakan bagian tak
terpisakan dari individu-individu masyarakat, serta memiliki peranan
dalam masyarakat yang strategis didalam memberikan dorongan
terhadap pendidikan agama Islam. Tanggung jawab kedua orang tua
sangatlah penting keberlangsungan pendidikan terutama dalam bidang
pendidikan keagamaan terhadap semua anggota keluarga dan akan
memberikan dampak yang sangat nyata dalam peran meningkatan
pendidikan agama dengan memberi contoh atau uswah yang baik
terutama berperilaku keagamaan di dalam keluarga, akan menjadi lebih
efektif pada proses tercapainya tujuan pendidikan keislaman yaitu
untuk menjadi pribadi yang paripurna.
Peranan pada keluarga yang berperan sebagai pendidikan
pertama dan utama, adalah peranan yang sangat nyata bagi anggota
masyarakat untuk mengembalikan fungsinya sebagai “madrosatul
ula”. Fungsi-fungsi di dalam setiap anggota keluarga tersebut harus
kembali mendapatkan penguatan, baik itu sebagai ayah, sebagai ibu
12

maupun sebagai anak, yang merupakan suatu bagian lingkungan


terkecil di masyarakat.
2. Penguatan learning society
Salah satu tempat yang potensial pada penguatan learning
society yaitu memfungsikan masjid, musholla, atau langgar dan
lembaga-lembaga non formal lainnya. Setiap RW memiliki masjid atau
musholla, yang secara umum mempunyai jama’ah masing-masing
(yang terdiri dari anggota masyarakat). Pada kontek ini tempat ibadah
seperti masjid juga telah berfungsi sebagai tempat pembelajaran
masyarakat digunakan untuk dapat meningkatkan pengetahuan
keislaman. Pusat-pusat pembelajaran di dalam masyarakat masalah
agama telah berlangsung di Masjid sejak berabad-abad lalu sampai
dengan sekarang.
Namun pada era teknologi informasi ini menghegemony
hampir diseluruh lapisan kehidupan didunia, maka tradisi belajar
membaca Al-Quran di masjid, musholla dan langgar pada pada waktu
itu berkurang. Jutaan orang masyarakat yang muslim dulu biasa belajar
keagamaan setelah shalat magrib sampai shalat isya. Sekarang sudah
beralih ke depan TV, menonton film, sinetron dan atau keliling ke
mall. Selain itu untuk meminimalisir distorsi pemahaman agama pada
masyarakat, dapat dipelopori dan dimulai dari gerakan acara di TV dan
serta internet sehat, dll.
3. Berpartisipasi aktif dalam komite madrasah atau sekolah
Salah satu dari sarana untuk ikut berperan serta di dalam
meningkatkan suatu kualitas pendidikan agama adalah masyarakat
yang juga dapat ikut berperan aktif di komite sekolah atau madrasah
sebagaimana yang diatur di dalam pasal 56 UU Sisdiknas No. 20
Tahun 2003, bahwa masyarakat juga dapat ikut berperan aktif dalam
peningkatan mutu pelayanan pendidikan yang meliputi yaitu
perencanaan, pengawasan dan evaluasi terhadap program pendidikan,
termasuk yang di dalamnya bidang pendidikan agama.
13

4. Mendorong dan mendukung dalam semua program pendidikan agama


di madrasah atau sekolah
Peran serta masyakat dalam meningkatkan mutu pendidikan
agama juga bisa dapat dilakukan dengan cara mendorong dan
mendukung disemua kebijakan yang dilakukan sekolah atau madrasah
yang terkait dalam peningkatan suatu mutu pendidikan agama, baik
melalui program kegiatan kurikuler, misalnya, dengan adanya jam
tambahan khusus untuk jam pelajaran agama membaca Al-Qur’an
setiap harinya pada awal memulai pembelajaran dikelas, seperti di Al-
Azhar, di MAN, di MTS, dan Islamic Fullday School, atau dari
beberapa sekolah umum lainnya, dan juga membiasakan dengan
berbusana muslim di sekolah umum juga tentunya dapat mendukung di
dalam program-program ekstra, seperti pengamalan ibadah, praktikum
dhuha, bimbingan baca Al-Qur’an, dll.
5. Mendirikan lembaga pendidikan agama yang berbasis mutu
Suatu lembaga pendidikan keagamaan secara umum masih
tetap dianggap lembaga pendidikan nomor dua jika dibandingkan
dengan sekolah-sekolah umum lainnya. Masalah ini juga yang dapat
menjadikan perhatian para pengamat pendidikan Islam, maka wujud
nyata peran serta dalam masyarakat sebagai usaha untuk meningkatkan
kualitas mutu pendidikan keagamaan yaitu mendirikan serta
mengembangkan lembaga-lembaga keagamaan yang bersifat
nonformal berbasis mutu keislaman.13

13
Heru Juabdin Sada, Peran Masyarakat dalam Pendidikan Perspektif Pendidikan Islam.
Jurnal Pendidikan Islam, Vol 8, No. 1, 2017, h. 121-123.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan Agama Islam sangat penting bagi siswa, di mana
pertumbuhan dan perkembangan siswa sangat memerlukan tuntunan,
bimbingan, binaan dan dorongan serta pengarahan agar anak nantinya
dapat menguasai berbagai nilai-nilai dalam pendidikan agama Islam dan
mengamalkan ajaran Islam secara baik dan benar. Di dalam proses
pendidikan dan pengajaran di sekolah pendidikan agama Islam juga
merupakan hal yang paling penting di dalam membina peserta didik agar
tumbuh dan berkembang menjadi insan kamil, cerdas dan terampil
sekaligus bertakwa kepada Allah SWT, dengan demikian akan tercipta
masyarakat adil dan makmur.
Tantangan globalisasi merupakan suatu kondisi kekinian sebagai
akibat yang lahir dari modernisasi. Ada beberapa tantangan pendidikan
agama islam dalam era globalisasi ini, yaitu:
1. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.
2. Demokratisasi
3. Dekadensi moral
Bentuk peran serta masyarakat dalam rangka ikut serta
meningkatkan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu:
1. Revitalisasi serta reorientasi didalam pendidikan keislaman
2. Penguatan learning society
3. Berpartisipasi aktif dalam komite madrasah/sekolah
4. Mendorong dan mendukung dalam semua program pendidikan agama
di madrasah/sekolah
5. Mendirikan lembaga pendidikan agama yang berbasis mutu

14
15

B. Saran
Kami sebagai pemakalah, menyadari bahwa makalah ini mungkin
sangat jauh dari kata sempurna, dikarenakan keterbatasan pengetahuan
yang penulis miliki. Walaupun demikian semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pemakalah dan umumnya bagi pembaca. Oleh kerena itu,
pemakalah sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi sempurnanya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA

Daulay, H.P. 2009. Pemberdayaan Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta:


Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Undang-Undang Sistem Pendidikan


Nasional Nomor 20 Tahun 2003. Jakarta.

HM, Arifin. 2006. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama Islam di Sekolah
dan Keluarga. Jakarta: Bulan Bintang.

Marzuki, W. 2011. Pesantren Masa Depan: Wacana Pemberdayaan dan


Transformasi. Bandung: Pustaka Hidayah.

Pewangi, M. 2016. Tantangan Pendidikan Islam Di Era Globalisasi. Jurnal


Tarbawi. Vol. 1. No.1.

Rosyada, D. 2004. Paradigma Pendidikan Demokrasi Sebuah Model Pelibatan


Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.

Sada, H. J. 2017. Peran Masyarakat dalam Pendidikan Perspektif Pendidikan


Islam. Jurnal Pendidikan Islam. Vol 8. No. 1.

Safira, S, dkk. 2023. Pendidikan Islam dalam Era Globalisasi. Jurnal Ilmiah
Multi Disiplin Indonesia. Vol. 2. No. 7.

Shaifudin, A. 2016. Peran Strategis Pendidikan Islam di Era Globalisasi. Al


Hikmah Jurnal Studi Keislaman. Vol. 6. No. 2.

Siddik, M. 2002. Konsep Pendidikan Formal dalam Islam. Bandar Lampung:


Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan.

Zubaedi. 2012. Isu-Isu Baru dalam Diskursus Filsafat Pendidikan Islam dan
Kapita Selekta Pendidikan Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Anda mungkin juga menyukai