Anda di halaman 1dari 36

MAKALAH

MANAJEMEN KEUANGAN

DOSEN : Bpk. DEDE HENDRA S.E, M.M

DI SUSUN OLEH :
Dhika Pratama
(211010504314)

MANAJEMEN (S1)
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS PAMULANG
Jl. Surya kencana No.1, Pamulang Bar., Kec. Pamulang, Kota Tangerang
Selatan Banten 15417
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...................................................................................................i

KATA PENGANTAR....................................................................................ii

BAB I

PENDAHULUAN..........................................................................................1

1.1 Latar Belakang Perusahaan............................................................1

1.2 Tujuan.............................................................................................3

1.3 Manfaat...........................................................................................3

BAB II

PEMBASAHAN

2.1 Laporan Keuangan.........................................................................5

2.2 Laporan Laba Rugi dan Pengahasilan Komprehensif...................6

2.3 Hasil Pembahasan...........................................................................7

2.3.1 Ratio Likuiditas..........................................................................7

2.3.2 Ratio Solvabilitas......................................................................10

2.3.3 Ratio Aktivitas..........................................................................14

2.3.4 Ratio Profitabilitas....................................................................17

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan...................................................................................20

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat serta
bimbingan-Nya penulis berhasil menyelesaikan makalah “ tentang “ ANALISIS
LAPORAN KEUANGAN PT.ASTRA ARGO LESTASRI Tbk ”.
Adapun makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah Analisis
Laporan Keuangan.Makalah ini berisi kan tentang analisis laporan keuangan
perusahaan pada tahun 2022 Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan Perusahaan adalah pertanian dan peternakan, perdagangan,
industri pengolahan (agro industri), pengangkutan dan jasa (aktivitas profesional,
ilmiah dan teknis) pada tahun 2019-2020
Semoga makalah “Analisis Laporan Keuangan (PT. ASTRA ARGO
Tbk.) Periode tahun 2019-2022" ini memberikan informasi yang berguna bagi
masyarakat serta bermanfaat untuk pengembangan pengembangan wawasan
wawasan dan peningkatan peningkatan ilmu pengetahuan pengetahuan bagi kita
semua.
Terimakasih kepada refrensi dan sumber-sumber informasi yang kami
peroleh.

Pamulang, 25 April 2023

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perusahaan

PT Astra Agro Lestari Tbk. (“Perusahaan”) didirikan dengan nama PT


Suryaraya Cakrawala berdasarkan Akta Notaris Ny. Rukmasanti Hardjasatya,
S.H., No. 12 tanggal 3 Oktober 1988, yang kemudian berubah menjadi PT Astra
Agro Niaga berdasarkan Akta perubahan No. 9 tanggal 4 Agustus 1989 dari
notaris yang sama.
Akta pendirian Perusahaan dan perubahannya disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2-
10099.HT.01.01.TH.89 tanggal 31 Oktober 1989 dan diumumkan dalam
Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 101 tanggal 19 Desember 1989,
Tambahan No. 3626 Pada tanggal 30 Juni 1997, Perusahaan melakukan
penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera melalui perjanjian
penggabungan usaha yang diaktakan dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H.,
No. 126 tanggal 19 Juni 1997 beserta perubahannya No. 176 tanggal 30 Juni
1997. Penggabungan usaha ini dicatat dengan metode penyatuan kepemilikan
(pooling of interest). Setelah penggabungan usaha ini, nama Perusahaan diubah
menjadi PT Astra Agro Lestari dan meningkatkan modal dasar dari Rp 250 miliar
menjadi Rp 2 triliun yang terdiri dari 4 miliar saham dengan nilai nominal Rp 500
(Rupiah penuh).
Perubahan nama dan peningkatan modal dasar Perusahaan ini diaktakan
dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 136 tanggal 23 Juni 1997 dan
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan
No.C2-5992.HT.01.04.TH.97 tanggal 2 Juli 1997 dan diumumkan dalam
Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 95 tanggal 27 Nopember 1997,
Tambahan No. 5616 Anggaran Dasar Perusahaan telah beberapa kali mengalami
perubahan. Penyesuaian Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan perihal maksud dan
tujuan serta kegiatan usaha diaktakan dengan Akta Notaris Aulia Taufani S.H.,
No.38 tanggal 15 April 2019 yang telah disahkan oleh Menteri Hukum dan Hak
Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. AHU-

1
2

0025583.AH.01.02 Tahun 2019, tanggal 14 Mei 2019 dan telah diumumkan


dalam Lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 78 tanggal 27 September
2019, Tambahan No. 33442.
Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan guna memenuhi ketentuan hukum
dan peraturan yang berlaku di pasar modal, termasuk perubahan nama Perusahaan
menjadi PT Astra Agro Lestari Tbk., dan persetujuan para pemegang saham atas
penawaran umum saham Perusahaan kepada masyarakat sebanyak 125,8 juta
saham, diaktakan dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 65 tanggal 11
Agustus 1997. Perubahan Anggaran Dasar tersebut disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.C2-
8271.HT.01.04.TH.97 tanggal 21 Agustus 1997 dan diumumkan dalam Lembaran
Berita Negara Republik Indonesia No. 95 tanggal 27 Nopember 1997, Tambahan
No. 5617.
Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan
Perusahaan adalah pertanian dan peternakan, perdagangan, industri pengolahan
(agro industri), pengangkutan dan jasa (aktivitas profesional, ilmiah dan teknis).
Perusahaan mulai beroperasi komersial pada tahun 1995.
Berdasarkan surat BAPEPAM No. S-2708/PM/1997 tanggal 21 Nopember
1997, penawaran umum perdana saham biasa Perusahaan kepada masyarakat
sebanyak 125,8 juta saham dengan nilai nominal Rp 500 (Rupiah penuh) per
saham dengan harga penawaran sebesar Rp 1.550 (Rupiah penuh) per saham,
telah menjadi efektif.
Berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham tanggal 10 Mei
1999, disetujui untuk mengeluarkan saham bonus sebanyak 251,6 juta saham.
Berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham tanggal 10 Mei
2000, disetujui untuk memberikan hak opsi kepada karyawan Grup yang
memenuhi syarat untuk membeli saham baru sebanyak 75,48 juta saham.
Berdasarkan Rapat Umum Luar Biasa Pemegang Saham tanggal 10 Mei
2000, disetujui untuk memberikan hak opsi kepada karyawan Grup yang
memenuhi syarat untuk membeli saham baru sebanyak 75,48 juta saham.
3

1.2 Tujuan

Dari analisa laporan keuangan ini bertujuan:


1. Mengukur kemampuan perusahaan pada tahun 2019-2020 dalam
memenuhi kewajibannya dengan menggunakan 4 cara yaitu Current
Ratio,Quick Ratio, Cash Ratio, dan Inventory to Net W Cash Ratio,
dan Inventory to Net Working Capita.
2. Mengukur sejauh mana aktivasi perusahaan dibiayai oleh hutang
pada tahun 2019 dan 2022, dengan menggunakan 4 cara yaitu Debt To
Asset Ratio, Debt To Equity Ratio, Long Term Debt to Equity Ratio,
dan Time Interest Earned.
3. Mengukur Efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimiliki pada tahun 2019 dengan tahun dengan tahun 2022, dengan 4
cara yaitu Receivable Turn Receivable Turn Over, Inventory Turn
Over, Working Capital Turn Over, Inventory Turn Over, Working
Capital Turn Over, dan Total Asset Turn Over.
4. Mengukur kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan pada
tahun 2017 dengan tahun 2016 dengan 4 cara yaitu Profit Margin on
Sale (Bruto), Profit Margin on Sale (Neto), Rasio Return on
Investation, dan Rasio Return on Equity.

1.3 Manfaat

Analisi laporan keuangan ini bernmanfaat antara lain:


1. Menilai kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban aktiva
lanca, aktiva lancer tanpa menghitung persediaan, dan uang kas yang
tersedia
2. Menilai aktiva perusahaan dibiayai hutang diukur dari dana yang
tersedia oleh modal sendiri, dan yang disediakan kreditor dengan
modal pemegang saham, dan modal sendiri yang dijadikan jaminan
modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka hutang jangka
panjang.
3. Mengetahui efektivitas perusahaan dalam menggunakan aktiva yang
dimilikinya dilihat dari persediaan yang berputar dalam satu periode,
4

dalam periode tertentu, dan perputaran jumlah penjualan yang


diperoleh dari tiap aktiva.
4. Menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dilihat
dari laba kotor atas penjualan, laba setelah bunga dan pajak, dan dari
laba bersih setelah pajak dengan modal sendiri
BAB II

PEMBASAHAN
2.1 Laporan Keuangan

5
6
7
8
9
10
11
12

2.2 Laporan Laba Rugi dan Pengahasilan Komprehensif


13
14
15
16

2.3 Hasil Pembahasan

2.3.1 Ratio Likuiditas


Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan Perusahaan
dalam memenuhi kewajiban atau membayar utang jangka pendeknya. Rasio inilah
yang dapat digunakan untuk mengukur seberapa llikuidnya suatu perusahaan.
Jika perusahaan mampu memenuhi kewajibannya berarti perusahaan
tersebut Likuid, sedangkan jika perusahaan tidak mampu memenuhi
kewajibannya berarti perusahaan tersebut ilikuid.

1. Current Ratio
Current ratio (rasio lancar) adalah rasio yang sangat berguna untuk
mengukur kemampuan suatu perusahaan melunasi kewajiban-kewajiban
jangka pendeknya, dimana bisa diketahui sampai seberapa jauh sebenarnya
jumlah aktiva lancer perusahaan bisa menjamin utang lancarnya.
Current Assets
CR = Current Liabilities

2018=4.500.628 =
3.076.530

2019= 4.472.011 =
1.556.765

2020= 5.937.890 =
1.792.506

2021= 9.414.206 =
3.564.461

2022= 7.390.608 =
2.052.939

Artinya:
17

a. Pada tahun 2019 = jumlah ativa lancar sebanyak 2,85 kali


hutang lancar, atau Rp.2 hutang lancar dijamin oleh Rp. 2,85
aktiva lancer.
b. Pada tahun 2020 = = Jumlah aktiva lancar sebanyak 2,40 kali
hutang lancar, atau Rp. 1 hutang lancar dijamin oleh Rp.0,45
aktiva lancer

Maka pada tahun tahun 2020 dibandingkan dengan kondisi


perusahaan pada tahun 2019, perusahaan mengalami kenaikan 1,1 kali.
2. Quick Ratio
Rasio Cepat atau dalam bahasa Inggris sering disebut juga dengan
Quick Ratio adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan
menggunakan asset yang paling likuid atau aset yang paling mendekati
mendekati uang tunai (aset cepat).
Yang termasuk sebagai Aset Cepat (Quick Asset) adalah Aktiva
Lancar atau aset lancar yang dapat dengan cepat dikonversi menjadi uang
tunai dan mendekati nilai bukunya.

QR = Current Assets - Iventory


Current Liabilities

2018 = 4.500.628 - 2.368.363 =


3.076.530
2019 = 4.472.011 - 1.974.035 =
1.556.765
2020 = 5.937.890 - 2.165.603 =
1.792.506
2021 = 9.414.206 - 3.023.478 =
3.564.461
2022 = 7.390.608 - 3.023.478 =
2.052.939
18

Artinya :
a. Pada tahun 2019 = setiap Rp 1. hutang lancar dapat dijamin 1,6
kali Rasio Cepat.
b. Pada tahun 2020 = setiap Rp 1. hutang lancar dapat dijamin 1,4
kali Ratio Cepat
Maka pada tahun 2020 dibandingkan dengan kondisi perusahaan
pada tahun 2019 perusahaan mengalami penurunan 0.2kali

3. Cash Ratio
Rasio kas (Cash Ratio) atau sering disebut juga dengan Rasio Aset
Tunai (Cash Asset Ratio) adalah rasio yang digunakan untuk
membandingkan total kas (tunai) dan setara kas perusahaan dengan
kewajiban lancarnya.
Rasio Kas ini pada dasarnya adalah penyempurnaan dari rasio cepat
(quick ratio) yang digunakan untuk mengidentifikasikan sejauh mana dana
(kas dan setara kas) yang tersedia untuk melunasi kewajiban lancar atau
hutang jangka pendeknya.
Calon kreditur menggunakan rasio ini sebagai ukuran likuiditas
perusahaan likuiditas perusahaan dan seberapa mudahnya perusahaan dapat
menutupi kewajiban hutang jangka pendeknya.
CASH R = Cash or Equivalent Cash X100%
Current Liabilities
2018 = 49.082 x 100 =
3.076.530
2019 = 383.366 x 100 =
1.556.765
2020 = 978.892 x 100 =
1.792.506
2021= 3.896.022 x 100 =
3.564.461
2022 = 1.619.616 x 100 =
2.052.939
19

Artinya:
a. Pada tahun 2019 = setiap Rp 1. Hutang lancar dapat dijamin
oleh rasio kas sebesar 24%.
b. Pada tahun 2020 = setiap Rp 1. Hutang lancar dapat dijamin
oleh Rasio kas sebesar 58%.
Maka pada tahun 2020 dibandingkan dengan kondisi perusahaan
pada tahun 2019, mengalami penurunan 0,34 %.

4. Inventory to Net Working Capital


Inventory to working capital ratio dapat juga didefinisikan sebagai
suatu metode yang digunakan untuk menunjukan bagian apa dari inventaris
perusahaan yang dibiayai dari kas yang tersedia.
Perusahaan yang dibiayai dari kas yang tersedia. Itu penting untuk
suatu bisnis tu penting untuk suatu bisnis yang menyimpan inventaris dan
bertahan hidup dengan persediaan uang tunai. Secara umum, jika semakin
rendah rasio, maka semakin tinggi likuiditas sebuah tinggi likuiditas sebuah
perusahaan.

Inventory to NNC = _________Inventory______________ x 100 %


Current Assets − Current Liabilities

2018= 2.368.363 X 100% =


4.500.628 - 3.076.530
2019 = 1.974.035 X 100% =
4.472.011 - 1.556.765
2020 = 2.165.603 X 100% =
5.937.890 - 1.792.506
2021 = 3.023.478 X 100% =
9.414.206 - 3.564.461
2022 = 3.023.478 X 100% =
7.390.608 - 2.052.939
20

Artinya
a. Pada tahun 2019 = Setiap Rp.1 Hutang lancar dan Aset lancar
dapat dijamin oleh Rasio Inventory to NNC sebesar 178,4%
b. Pada tahun 2020 = Setiap Rp.1 hutang lancar dan Aset lancar
dapat dijamin oleh Rasio Inventory to NNC sebesar 355.0%
Maka pada tahun 2020 dibandingkan dengan kondisi perusahaan
pada tahun 2019, perusahaan mengalami Penurunan 176.6 %.
2.3.2 Ratio Solvabilitas
Ratio solvabilitas adalah rasio yang menunjukan besarnya aktiva sebuah
perusahaan yang didanai dengan utang.
Artinya, seberapa seberapa besar beban utang yang ditanggung oleh
perusahaan dibandingkan dengan aktivanya. Rasio ini merupakan ukuran yang
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya.
Baik kewajiban jangka pendek maupu panjang jika perusahaan dibubarkan
panjang jika perusahaan dibubarkan, atau dilikuida.

1. Debt to Asset Ratio


Debt to Asset Ratio adalah sebuah rasio untuk mengukur jumlah aset
yang dibiayai oleh hutang. Rasio ini juga sangat penting untuk melihat
solvabilitas perusahaan.
Solvabilitas adalah kemampuan-kemampuan perusahaan rusahaan
untuk menyelesaikan menyelesaikan segala kewajiban kewajiban jangka
panjangnya. panjangnya. Semakin tinggi nilai DAR ini mengindakasikan:
a. Semakin besar jumlah aset yang dibiayai oleh hutang.
b. Semakin kecil jumlah aset yang dibiayai oleh modal.
c. Semakin tinggi resiko perusahaan untuk menyelesaikan
kewajiban

DtAR = Total Debt X 100%


Total Asset
21

2018= 3.076.530 X 100% =


26.856.967
2019= 1.556.765 X 100% =
26.974.124
2020= 1.792.506 X 100% =
27.781.231
2021= 3.564.461 X 100% =
30.399.906
2022= 2.052.939 X 100% =
29.249.340

Artinya
a. Pada tahun 2019 = Bahwa 178% pendanaan aktiva perusahaan
adalah dengan hutang dan 22% dibiayai oleh modal sendiri atau
modal pemegang saham.
b. Pada tahun 2020 = Bahwa 165% pendanaan aktiva perusahaan
adalah dengan hutang dan 35% dibiayai oleh modal sendiri atau
modal pemegang saham.
Maka pada tahun 2019 dpada tahun 2020, perusahaan
mengalami kenaikan 13% pendanaan aktiva perusahaan

2. Debt to Equity Ratio


Equity Ratio (DER) adalah rasio yang membandingkan jumlah Hutang
terhadap ekuitas.
Rasio ini sering digunakan para analis dan para investor untuk
melihat seberapa besar hutang perusahaan jika dibandingkan ekuitas yang
dimiliki oleh perusahaan atau para pemegang saham.
Semakin tinggi angka DER maka DER maka diasumsika perusahaan
memiliki resiko yang semakin tinggi terhadap likuiditas perusahaannya.

DER =Total Debit X 100%


Equity
22

2018 = 3.076.530 X 100 =


19.474.522

2019 = 1.556.765 X 100 =


18.978.527

2020 = 1.792.506 X 100 =


19.247.794

2021= 3.564.461 X 100 =


21.171.173

2022 = 2.052.939 X 100 =


22.243.221

Artinya
a. Pada tahun 2018 = Bahwa 421% atau 42.1 kali hutang
perusahaan dijamin oleh pemegang saham.
b. Pada tahun 2019 = Bahwa 421% atau 42.1 kali hutang
perusahaan dijamin oleh pemegang saham.
c. Pada tahun 2020 = Bahwa 421% atau 42.1 kali hutang
perusahaan dijamin oleh pemegang saham.
d. Pada tahun 2021 = Bahwa 519% atau 51.9 kali hutang
perusahaan dijamin oleh pemegang saham.
e. Pada tahun 2022 = Bahwa 421% atau 42.1 kali hutang
perusahaan dijamin oleh pemegang saham.
Maka pada tahun tahun 2020 dibandingkan dengan kondisi
perusahaan pada tahun 2019, perusahaan mengalami penurunan 0.098
atau 9.8% hutang yang dijamin oleh pemegang saham.

3. Long Term Debt to Equity Ratio


Long term debt to equity ratio merupakan rasio antara hutang jangka
panjang dengan modal sendiri.
Tujuannya adalah untuk mengukur berapa bagian dari setiap rupiah
modal sendiri yang dijadikan jaminan hutang jangka panjang dengan cara
23

membandingkan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri yang


disediakan oleh perusahaan.

LTDtER = Long Term Debt x100%


Equity
2018 = 116.217 =
19.474.522

2019 = 142.484 =
18.978.527

2020 = 133.160 =
19.247.794

2021 = 209.251 =
21.171.173

2022 = 221.288 =
22.243.221

Artinya
a. Pada tahun 2018 = Bahwa 33% hutang jangka panjang dapat
dijamin oleh dapat dijamin oleh modal sendiri
b. Pada tahun 2019 = Bahwa 33% hutang jangka panjang dapat
dijamin oleh dapat dijamin oleh modal sendiri
c. Pada tahun 2020 = Bahwa 38% hutang jangka panjang dapat
dijamin oleh modal sendiri
d. Pada tahun 2021 = Bahwa 33% hutang jangka panjang dapat
dijamin oleh dapat dijamin oleh modal sendiri
e. Pada tahun 2022 = Bahwa 33% hutang jangka panjang dapat
dijamin oleh dapat dijamin oleh modal sendiri
Maka pada tahun 2019 dibandingkan dengan kondisi perusahaan
pada tahun 2020, perusahaan mengalami penurunan 0.5%

4. Time Interest Earne


Times Interest Earned Ratio adalah rasio yang mengukur kemampuan
perusahaan dalam membayar atau menutupi beban bunga di masa depan.
24

Rasio ini sering digolongkan sebagai salah satu rasio keuangan dalam
Rasio Solvabilitas,
Hal ini dikarenakan Times Interest Earned Ratio ini merupakan rasio
yang mengukur kemampuan perusahaan untuk melakukan pembayaran
Bunga dan Hutang-hutangnya.

TIE = ______EBIT _____


Biaya Bunga

2018 = 1.520.723 =
25.774

2019 = 243.629 =
30.214

2020 = 893.779 =
51.002

2021 = 2.067.362 =
62.793

2022 = 1.792.050 =
82.401

Artinya :
a. Pada tahun 2018 = Bahwa 2,2 atau 2 kali beban bunga tahunan
dapat dijamin oleh laba operasi perusahaan.
b. Pada tahun 2019 = Bahwa 2,2 atau 2 kali beban bunga tahunan
dapat dijamin oleh laba operasi perusahaan.
c. Pada tahun 2020 = Bahwa 2.7 atau 3 kali beban bunga tahunan
dapat dijamin oleh laba operasi perusahaan
d. Pada tahun 2021 = Bahwa 2,2 atau 2 kali beban bunga tahunan
dapat dijamin oleh laba operasi perusahaan.
e. Pada tahun 2022 = Bahwa 2,2 atau 2 kali beban bunga tahunan
dapat dijamin oleh laba operasi perusahaan.
Maka pada tahun tahun 2020 dibandingkan dengan kondisi
perusahaan pada tahun 2019, perusahaan mengalami kenaikan 1 kali
25

2.3.3 Ratio Aktivitas


Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai efisiensi atau
efektivitas perusahaan dalam pemanfaatan semua sumber daya atau asset (aktiva)
yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Rasio aktivitas merupakan salah satu macam
macam rasio yang melakukan perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi
pada semua aktiva yang dimiliki sehingga fungsi akuntansi keuangan bisa berjalan
dengan baik.

1. Receivable Turn Over ( Perputaran Piutang )


Rasio perputaran piutang adalah rasio efisiensi atau rasio aktivitas
yang mengukur berapa kali bisnis dapat mengubah piutangnya menjadi kas
selama satu periode. Rasio ini menunjukkan seberapa efisien perusahaan
dalam mengumpulkan penjualan kreditnya dari pelanggan. Dalam beberapa
hal rasio perputaran piutang juga bisa dilihat sebagai rasio likuiditas.
Perusahaan lebih likuid semakin cepat mereka bisa menyisihkan piutang
mereka menjadi uang tunai.

RT0 = Penjualan kredit =


Piutang

2018 = 15.554.881 =
580.624

2019 = 15.308.230 =
367.739

2020 = 15.884.152 =
765.849

2021 = 19.429.034 =
458.135

2022 = 18.006.474 =
846.770
26

Artinya:
a. Analisis Receivable Turn Over dari tahun 2019 sampai dengan
2020 perusahaan mengalami peningkatan sebesar 1 kali, hal ini
dapat terlihat pada tahun 2019 mendapatkan presentase sebesar 11
kali sedangkan pada tahun 2020 hanya mendapatkan 12 kali.

2. Inventory Turn Over (Perputaran Persediaan)


Rasio perputaran persediaan adalah rasio efisiensi yang menunjukkan
seberapa efektif persediaan dikelola dengan membandingkan harga pokok
penjualan dengan persediaan rata-rata untuk satu periode.

ITO = Persedian
Penjualan

2018 = 2.368.363 =
427.554

2019 = 1.974.035 =
460.839

2020 = 2.165.603 =
416.725

2021 = 3.023.478 =
421.399

2022 = 3.275.597 =
578.278

Artinya :
Analisis Inventory Turn Over dari tahun 2019 sampai dengan
2020 perusahaan mengalami penurunan sebesar 1 kali, hal ini dapat
terlihat pada tahun 2019 mendapatkan presentase sebesar 0.4 kali
sedangkan pada tahun 2020 hanya mendapatkan 1 kali.
27

3. Working Capital Turn Over (Perputaran Modal Kerja)


Working Capital Turn Over (Perputaran Modal Kerja) adalah rasio
untuk mengukur tingkat perputaran modal kerja bersih (Aktiva Lancar-
Hutang Lancar) terhadap penjualan selama suatu periode siklus kas dari
perusahaan.
WCTO = Penjualan Bersih
Moda Kerja
2018 = 19.084.387 =
26.856.967
2019 = 17.452.736 =
26.974.124
2020 = 18.807.043 =
27.781.231
2021 = 24.322.048 =
30.399.906
2022 = 21.828.591 =
29.249.340
Artinya:
Analisis Working Capital Turn Over dari tahun 2019 sampai dengan 2020
perusahaan mengalami dalam keadaan yang menurun karena pada tahun 2019 dan
2020 WCTO perusahaan sebanyak 1 kali.

4. Total Aset Turn Over ( Perputaran Aktiva )


Total Aset Turn Over (Perputaran Aktiva) adalah rasio untuk
mengukur tingkat perputaran total aktiva terhadap penjualan.

TATO = Penjualan
Aktiva
2018 = 427.554 =
26.856.967

2019 = 460.839 =
26.974.124
28

2020 = 416.725 =
27.781.231

2021 = 421.399 =
30.399.906

2022 = 578.278 =
29.249.340

Artinya:
Analisis Total Aset Turn Over dari tahun 2019 sampai dengan 2020
perusahaan mengalami dalam keadaan yang seimbang karena pada tahun 2019
dan 2020 WCTO perusahaan sebanyak 16 kali

2.3.4 Ratio Profitabilitas


Rasio Profitabilitas (Profitability Ratio) adalah rasio atau perbandingan
untuk mengetahui kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba (profit) dari
pendapatan (earning) terkait penjualan, aset dan ekuitas berdasarkan dasar
pengukuran tertentu. Jenis-jenis rasio profitabilitas dipakai untuk memperlihatkan
seberapa besar laba atau keuntungan yang diperoleh dari kinerja suatu perusahaan
yang memengaruhi catatan atas laporan keuangan yang harus sesuai dengan
standar akuntansi keuangan.

1. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)


Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor) adalah rasio untuk menilai
persentase laba kotor terhadap pendapatan yang dihasilkan dari penjualan.
Semakin besar gross profit margin semakin baik (efisien) kegiatan
operasional perusahaan yang menunjukkan harga pokok penjualan lebih
rendah daripada penjualan (sales) yang berguna untuk audit operasional.
Jika sebaliknya, maka perusahaan kurang baik dalam melakukan kegiatan
operasional.

Gross Profit Margin = Laba kotor_____ X 100%


Total pendapatan
29

2018 = 3.539.506 x 100 =


19.084.387

2019 = 2.144.506 x 100 =


17.452.736

2020 = 2.962.891 x 100 =


18.807.043

2021 = 4.830.014 x 100 =


24.322.048

2022 = 3.822.177 x 100 =


21.828.591

Artinya :
Analisis Gross Profit Margin dari tahun 2019 sampai dengan
2020 perusahaan mengalami penurunan sebesar 18.52%, hal ini dapat
terlihat pada tahun 2020 mendapatkan presentase sebesar 0,78%
sedangkan pada tahun 2020 hanya mendapatkan 19,3%.

2. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)


Net Profit Margin atau Marjin Laba Bersih merupakan rasio
profitabilitas untuk menilai persentase laba bersih yang didapat setelah
dikurangi pajak terhadap pendapatan yang diperoleh dari penjualan. Marjin
Laba Bersih ini disebut juga Profit Margin Ratio (Rasio Marjin Laba). Rasio
ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan. Semakin tinggi
Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.

Net Profit Margin = Laba Bersih____ X 100%


Total Pendapatan
30

2018 = 15.554.881 x 100 =


19.084.387

2019 = 15.308.230 x 100 =


17.452.736

2020 = 15.884.152 x 100 =


18.807.043

2021 = 19.429.034 x 100 =


24.322.048

2022 = 18.006.474 x 100 =


21.828.591

Artinya :
Analisis Net Profit Margin dari tahun 2019 sampai dengan 2020
perusahaan mengalami penurunan sebesar 7,02%, hal ini dapat terlihat
di tahun 2019 mendapatkan presentase sebesar 0.94% sedangkan di
tahun 2020 hanya mendapatkan sebesar 7,96%.

3. Ratio Return On Investation


Return on investment merupakan rasio profitabilitas yang dihitung
dari laba bersih setelah dikurangi pajak terhadap total aktiva. Return on
investment berguna untuk mengukur kemampuan perusahaan secara
keseluruhan dalam menghasilkan keuntungan terhadap jumlah aktiva secara
keseluruhan yang tersedia pad perusahaan. Semakin tinggi rasio ini berarti
semakin baik kondisi suatu perusahaan.

R0I = Earning After Interest and Tax x 100%


Total Aset
31

2018 = 686.357 =
26.856.967

2019 = 417.231 =
26.974.124

2020 = 568.856 =
27.781.231

2021 = 845.807 =
30.399.906

2022 = 637.128 =
29.249.340

Artinya :
Analisa ROI dari tahun 2019 sampai dengan 2020 mengalami
penurunan artinya perusaahaan dalam keadaan kurang baik di tahun
2019. Dalam hal ini juga dapat diartikan efektifitas dan produktifitas
manajemen dalam mendapatkan laba dari investasinya menurun.

4. Ratio Return On Equity


ROE merupakan perhitungan rasio yang menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dengan menggunakan modal
sendiri dan menghasilkan laba bersih yang tersedia bagi pemilik atau
investor.

ROE = Laba Bersih Setelah Pajak X 100%


Equity

2018 = 15.554.881 =
19.474.522

2019 = 15.308.230 =
18.978.527

2020 = 15.884.152 =
19.247.794

2021 = 19.429.034 =
32

21.171.173

2022 = 18.006.474 =
22.243.221

Artinya :
Analisis ROE dari tahun 2019 sampai dengan 2020 mengalami
penurunan hampir sebesar 0.758%, yang artinya perusahaan pada
tahun 2019 mengalami penurunan dalam mengelolah modal yang
tersedia untuk menghasilkan pendapatan.
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Analisis Laporan Keuangan merupakan proses yang penuh pertimbangan


dalam rangka membantu mengevaluasi posisi keuangan dan hasil operasi
perusahaan pada masa sekarang dan masa lalu dengan tujuan untuk menentukan
estimasi dan prediksi yang paling mungkin mengenai kondisi dan kinerja
perusahaan pada masa mendatang.
Rasio Analisis Laporan Keuangan PT. ASTRA ARGO LESTASRI Tbk.
Tahun
Uraian Rata-Rata
2018 2019 2020 2021 2022
Current Ratio 2,85 2,40
Quick Ratio 1,6 1,4
Ratio
Likuiditas Cash Ratio 24% 58%
Inventoy to
178,4% 355,0%
NWC
DtAR 178% 165%
Ratio DtER 42,1% 51,9%
Solvabilitas LTDtER 33% 38%
TIE 2 3
RTO 11 12
Ratio ITO 0,4 1
Aktivitas WCTO 22 24
TATO 16 16
PmoS Bruto 0,78% 19,3%
Ratio PmoS Netto 0,94% 7,96%
Profitabilitas ROI 265 1,321%
ROE 0,89% 0,132%

33

Anda mungkin juga menyukai