Anda di halaman 1dari 48

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangan dunia usaha saat ini, peningkatan kegiatan usaha

sering berhadapan dengan masalah–masalah yang kerap kali menjadi

hambatan dalam pengembangannya. Salah satu masalah utama yang dihadapi

oleh setiap perusahaan adalah menyediakan modal kerja yang diperlukan

untuk menunjang seluruh kegiatan perusahaan.

Modal kerja merupakan dana yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk

membiayai kegiatan operasionalnya dalam jangka pendek. Untuk memenuhi

kebutuhan modal kerja perusahaan harus mencari sumber-sumber modal kerja

yang tepat dan mengalokasikan sumber modal kerja tersebut pada masing-

masing aktiva perusahaan seperti kas atau persediaan modal kerja, surat-surat

berharga, persediaan bahan baku, pengolahan, persediaan barang sampai

pemasaran barang-barang yang telah dihasilkan tersebut secara efektif dan

efisien.

Kebutuhan modal kerja dapat berasal dari modal sendiri, namun pada

kenyataannya modal sendiri biasanya tidak cukup untuk membiayai operasi

perusahaan. Untuk itu perusahaan harus mencari tambah modal kerja dari luar

perusahaan seperti hutang jangka pendek maupun hutang jangka panjang.

Kebutuhan modal kerja yang telah dialokasikan pada masing-masing aktiva

ini akan digunakan untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan seperti

membayar upah buruh, membayar gaji karyawan dan lain-lain. Penggunaan


1

dana tersebut diharapkan akan masuk kembali kedalam perusahaan dalam

jangka pendek melalui hasil produksinya dan uang yang masuk kembali

dalam hasil penjualan produk tersebut akan segera dikeluarkan lagi untuk

membiayai operasi selanjutnya. Dengan demikian, maka dana tersebut akan

terus berputar selama perusahaan masih beroperasi. Maka kebutuhan modal

kerja mutlak yang harus dapat dipenuhi oleh suatu perusahaan. Selain itu,

perusahaan juga harus menjaga agar modal kerjanya selalu cukup dalam arti

bahwa modal kerja tersebut tidak berlebihan (adanya dana yang menganggur)

maupun kekurangan, karena apabila salah satu hal tersebut terjadi, maka akan

mengganggu kelancaran usaha perusahaan.

Dengan kata lain perusahaan selalu mempunyai modal kerja yang

cukup, sehingga perusahaan harus melunasi kewajiban dalam jangka waktu

yang diperlukan melalui kas ditanamkan kedalam elemen-elemen modal kerja

sampai menjadi kas. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002:22). Kas

adalah jenis aktiva yang paling likuid bagi perusahaan dan merupakan

sejumlah dana yang dipersiapkan untuk membayar kemajuan perusahaan

yang segera jatuh tempo dan juga untuk menuntun pengeluaran-pengeluaran

yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya yang mungkin terjadi dalam

perusahaan ketika memerlukan kas untuk menjalankan kegiatan

operasionalnya.

Kebijakan piutang akan berpengaruh pada modal kerja, oleh karena itu

perputaran piutang yang lambat akan menyebabkan lama piutang tersebut

diubah menjadi kas, sehingga kontribusi kas terhadap pendapatan akan


2

semakin rendah dan sebaliknya, tingkat perputaran lebih cepat atau sama

dengan syarat pembayaran kredit, tentunya akan mempercepat pula piutang

tersebut diubah menjadi kas, sehingga dapat memberikan kontribusi terhadap

efektivitas modal kerja.

Untuk itu diperlukan sebuah strategi dan kebijakan yang tepat untuk

mencapai modal kerja yang mencukupi agar dapat menekan biaya perusahaan

menjadi rendah, menunjang segala kegiatan operasi perusahaan secara teratur

dan mencegah penurunan dalam efisiensi dan aktivitas.

PT. Hydro Perdana Retailindo adalah perusahaan yang bergerak di

bidang ritel modern. Konsep usaha ritel didalamnya melibatkan unsur ibadah

melalui sedekah untuk membantu anak-anak yatim piatu, kaum duafa dan

penyandang difabel. “Dalam penerapan ritel modern pada PT. Hydro Perdana

Retailindo melibatkan langsung masyarakat selaku pelaku usaha mikro, kecil

dan menengah (UMKM).

Konsep dasar kesesuaian dengan ekonomi yang diterapkan oleh PT.

Hydro Perdana Retailindo merupakan analisa dari potensi demografi,

lingkungan sosial ekonomi, regulasi, competitive advantage, peluang bisnis,

strategi pengembangan dari praktek usaha tradisional menjadi outlet modern

serta panduan praktis pengembangan dan kerjasama usaha ritel modern

tersebut melibatkan masyarakat lokal disekitaran outlet ritel modern tersebut

operasional.

Selain itu, jejaring ritel modern tersebut, menjalin kemitraan dengan

pedagang lokal yang memiliki toko dengan paket kerja sama yang sudah ada.
3

Dengan demikian, bisa dipastikan dalam ritel modern ini, mayoritas produk

yang dijual adalah produk karya Usaha Mikro Kecil dan Menengah

(UMKM) lokal yang ada di Kota Mataram. Konsep ritel modern ini lebih

kepada membangun perekonomian masyarakat lokal dengan memperbanyak

hingga 80 persen produk lokal.

Sementara itu, Kepala DPM-PTSP Provinsi NTB, H. Lalu Gita Aryadi

menyambut baik rencana investasi pengembangan ritel modern di Kota

Mataram. PT Hydro Perdana Retailindo ini telah dilakukan riset pasar dan

menjajaki terwujudnya kemitraan dengan partner lokal yg memiliki

kesesuaian visi misi pembangunan ekonomi yg berbasis keadilan di Kota

Mataram. Intinya PT. Hydro Perdana Retailindo ingin memenuhi kebutuhan

dan hasilnya benar-benar untuk kemaslahatan ummat.

PT. Hydro Perdana Retailindo sebagai perusahaan yang bergerak di

bidang retail membutuhkan modal untuk mempertahankan dan menjaga

kontinuitas operasinya. Untuk menganalisis 3 kebutuhan akan modal kerja

maka digunakan laporan sumber dan penggunaan modal kerja. Laporan

sumber dan penggunaan modal kerja menggambarkan suatu ringkasan

sumber-sumber dan penggunaan modal kerja dan perubahan unsur-unsur

modal kerja selama periode yang bersangkutan. Analisis ini merupakan alat

analisis keuangan yang penting untuk menilai kondisi dan posisi PT. Hydro

Perdana Retailindo dalam menjalankan usahanya. Selain itu pengelolaan

modal kerja penting karena selama perusahaan beroperasi modal kerja sangat
4

dibutuhkan dan secara umum modal kerja dapat digunakan dalam menyusun

perencanaan perusahaan (John Suprihanto (1988).

Hal ini menunjukkan bahwa pengelolaan modal kerja yang baik,

berpengaruh pada keberhasilan secara keseluruhan dan sebaliknya dengan

pengelolaan dan ketidakcukupan modal yang kurang baik berakibat kegagalan

suatu perusahaan. Pengelolaan dan penggunaan dana dapat berjalan dengan

baik apabila perusahaan memiliki kontrol yang baik. Mengingat pentingnya

dana, maka dalam penggunaan dana yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan

perusahaan. Karena baik kelebihan dan kekurangan dana akan mempengaruhi

tingkat rentabilitas perusahaan. Selain itu dari mana dana diperoleh dan

bagaimana dana tersebut dialokasikan seefisien mungkin.

Berdasarkan latar belakang tersebut, berikut lampiran aktiva lancar PT.

Hydro dari bulan Januari sampai dengan Maret tahun 2019.


Tabel 1.1 Aktiva Lancar PT. Hydro Perdana Retailindo Periode Januari sampai dengan Juni 2019.
Deskripsi January February March April May June July Agustus September Oktoer November Desember
Harta
Kas dan Setara Kas
Kas Kecil 12.000.000,00 12.000.000,00 26.996.318,00 44.542.591,00 66.291.543,00 66.291.543,00 83.837.816,00 105.586.768,00 123.133.041,00 144.881.993,00 162.428.266,00 184.171.218,00
Total kas dan setara kas 12.000.000,00 12.000.000,00 26.996.318,00 44.542.591,00 66.291.543,00 66.291.543,00 83.837.816,00 105.586.768,00 123.133.041,00 144.881.993,00 162.428.266,00 184.171.218,00
Kas Dan Setara Kas
BNI Syariah 356.870.366,00 356.870.366,00 356.870.366,00 356.870.366,00 356.870.366,00 356.870.366,00 456.870.366,00 516.170.346,00 556.870.366,00 576.170.398,00 585.810.106,00 616.180.596,00
BCA Ciputat -271.473.583,00 -559.634.080,00 -569.354.080,00 -569.354.080,00 -569.354.080,00 -569.354.080,00 -419.314.090,00 -319.384.080,00 -310.314.000,00 -300.314.010,00 -300.274.010,00 -300.114.180,00
BNI Syariah-2 -307.546.946,00 -235.278.812,00 -178.263.764,00 -290.937.212,00 -271.011.859,00 -297.839.528,00 -278.369.518,00 -100.105.518,00 -100.085.500,00 -100.012.596,00 -99.839.528,00 -99.724.918,00
Bank Mandiri 0 0 -145.645,85 -145.645,85 -145.645,85 -145.645,85 0 0 0 0 0 0
Cilincing
Total Kas Dan Setara Kas -222.150.163,00 -438.042.526,00 -390.893.123,85 -503.566.571,85 -483.641.218,85 -510.468.887,85 -240.813.242,00 96.680.748,00 146.470.866,00 175.843.792,00 185.696.568,00 216.341.498,00
Setoran Dalam Perjalanan
Total Setoran Dalam 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Perjalanan
PIUTANG USAHA
Piutang Usaha 2.525.052.177,80 3.140.233.985,40 3.745.280.901,20 4.558.209.296,50 5.058.981.920,50 5.505.340.976,77 5.705.341.116,19 6.115.340.256,98 6.805.850.676,18 7.897.710.786,54 8.745.654.816,55 8.918.440.176,17
- Mitra Trade)
Piutang Usaha -65.459.386,00 -65.459.386,00 -65.459.386,00 -65.459.386,00 -65.459.386,00 -65.459.386,00 -65.459.386,00 -65.459.386,00 -65.459.386,00 -65.459.386,00 -65.459.386,00 -65.459.386,00
Lainnya
Total Piutang Usaha 2.459.592.791,80 3.074.774.599,40 3.679.821.515,20 4.492.749.910,50 4.993.522.534,50 5.439.881.590,77 5,639,881,730.19 6,049,880,870.98 6,740,391,290.18 7,832,251,400.54 8,680,195,430.55 8,852,980,790.17
.
Piutang Non Usaha
Sales 498.660.300,00 299.266.836,00 212.614.439,00 -572.560.561,00 -483.520.991,00 -471.650.055,00 -452.150.045,00 -421.150.087,00 -412.780.015,00 -398.115.089,00 -312.140.789,00 -300.125.041,00
Clearance
Piutang Mitra -1.009.076,00 -1.009.076,00 96.168.924,00 96.168.924,00 96.168.924,00 96.168.924,00 96.168.924,00 96.168.924,00 96.168.924,00 96.168.924,00 96.168.924,00 96.168.924,00
(Non Trade)
Total Piutang Non Usaha 497.651.224,00 298.257.760,00 308.783.363,00 -476.391.637,00 -387.352.067,00 -375.481.131,00 -355,981,121.00 -324,981,163.00 -316,611,091.00 -301,946,165.00 -215,971,865.00 -203,956,117.00

Piutang Lain-Lain
Total Piutang Lain-Lain 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1

Persediaan Barang Dagangan


Pembelian 3.741.912.971,53 3.741.912.971,53 4.595.390.161,11 5.027.136.609,18 5.681.376.335,18 6.028.183.141,18 6.858.133.149,10 7.118.103.245,17 7.215.133.111,78 7.524.748.441,16 7.425.875.541,08 7.788.193.158,45
Retur -3.138.955,08 -3.138.955,08 -5.050.248,68 -5.050.248,68 -8.495.541,68 -10.956.730,08 -11.916.710,00 -11.458.130,18 -12.115.130,08 -11.879.130,00 -12.897.424,09 -11.156.230,38
Pembelian
Penjualan -6.043.372.769,44 -6.939.401.430,24 -7.564.120.975,13 -8.391.220.388,90 -9.014.030.483,95 -9.527.170.077,46 -9.725.110.000,16 -10.517.710.048,96 -10.327.180.017,46 -10.117.845.789,27 -10.001.110.017,83 -10.000.270.789,63
Retur 341.172.128,89 434.906.644,09 525.026.506,52 625.251.807,04 785.116.231,79 898.047.211,35 918.017.781,03 927.017.412,15 918.147.815,15 913.078.281,13 915.837.235,89 898.047.211,35
Penjualan
Pemusnahan -32.107.432,00 -32.107.432,00 -32.107.432,00 -32.107.432,00 -32.107.432,00 -32.107.432,00 -33.117. 324,00 -31.147.382,00 -30.407.832,00 -35.874.412,00 -31.100.132,00 -29.189.132,00
Total Persediaan Barang -1.995.534.056,10 -2.797.828.201,70 -2.480.861.988,18 -2.775.989.653,36 -2.588.140.890,66 -2.644.003.887,01 -1,993,993,104.03 -2,515,194,903.82 -3,124,162,035.76 -1,691,898,196.98 -1,672,294,664.95 -1,325,186,650.21
Dagangan
Untuk mengetahui hasil penjualan barang pada PT. Hydro Perdana

Retailindo dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut :

Tabel 1.1 Hasil Penjualan Barang PT. Hydro Perdana Retailindo Tahun 2019

No Bulan Penjualan % (Persentase)


1 Januari Rp. 940.390.678 78
2 Februari Rp. 749.536.585 73
3 Maret Rp. 740.963.485 76
4 April Rp. 822.906.033 79
5 Mei Rp. 911.936.047 71
6 Juni Rp. 660.234.336 43
Total Rp. 4.825.967.164
Rata-rata Rp. 804.327.861

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa pada bulan Januari

tahun 2019, hasil penjualan mencapai Rp. 940.390.678 dengan persentase

78%, Februari mengalami penurunan mencapai Rp. 749.536.585 dengan

persentase 73%, Maret sebesar Rp. 740.963.485 dengan persentase 76%,

April sebesar Rp. 822.906.033 dengan persentase 79%, Mei sebesar Rp.

911.936.047 dengan persentase 71% dan Juni sebesar Rp. 660.234.336

dengan persentase 43%. Jika ditotal jumlah penjualan dari bulan Januari

sampai dengan Juni tahun 2019 sebesar Rp. 4.825.967.164 dengan rata-rata

perbulan mencapai Rp. 804.327.861.


1

Untuk mengetahui persediaan awal untuk membeli barang yang

dibutuhkan dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut :

Tabel 1.2 Persediaan Awal PT. Hydro Perdana Retailindo Tahun 2019.

No Bulan Persediaan Awal % Pembelian % Persediaan Akhir %


1 Januari Rp. 1.200.000.000 100 Rp.1.106.728.744 92 Rp. 93.271.256 8
2 Februari Rp. 1.033.661.934 86 Rp. 808.000.000 78 Rp. 225.661.934 22
3 Maret Rp. 975.198.519 81 Rp. 672.000.000 69 Rp. 303.198.519 31
4 April Rp. 1.044.162.004 87 Rp. 578.256.000 55 Rp. 465.906.004 45
5 Mei Rp. 1.288.812.037 107 Rp. 682.000.000 53 Rp. 606.812.037 47
6 Juni Rp. 1.518.748.084 126 Rp. 789.500.000 52 Rp. 729.248.084 48
Total Rp. 7.060.582.578 Rp.4.636.484.744 Rp. 2.424.097.834

Berdasarkan tabel 1.2 di atas dapat dilihat bahwa pada bulan Januari

persediaan awal yang dimiliki oleh PT. Hydro Perdana Retailindo untuk

membeli barang sebesar Rp. 1.200.000.000, kemudian pada Januari

melakukan pembelian barang sebesar Rp. 1.106.728.744 dan persediaan

akhirnya sebesar Rp. 93.271.256. Pada bulan Februari persediaan awal untuk

membeli barang sebesar Rp. 1.033.661.934 dengan jumlah pembelian sebesar

Rp. 808.000.000 dan persediaan akhir sebesar Rp. 225.661.934 sedangkan

pada bulan Maret persediaan awal sebesar Rp. 975.198.519 dengan jumlah

pembelian sebesar Rp. 578.256.000 dan persediaan akhir sebesar Rp.

465.906.004. Jika dilihat dari persediaan awal dari bulan Januari sampai

dengan Maret cenderung mengalami penurunan, hal ini disebabkan karena

masih banyak barang di gudang yang belum laku dijual sehingga

menyebabkan persediaan awal untuk membeli barang menjadi menyusut.

Oleh karena itu, diperlukan persediaan modal kerja yang memadai untuk

membeli barang pada bulan berikutnya agar aktivitas perusahaan tetap

berjalan.
2

Jumlah modal kerja yang dibutuhkan oleh setiap perusahaan adalah

berbeda dan tidak dapat dilakukan standarisasi jumlah. Modal kerja

perusahaan jasa relatif lebih kecil dibanding dengan modal kerja perusahaan

industri dan kebutuhan akan modal kerja dari waktu ke waktu tentu tidaklah

sama. Oleh sebab itu, setiap pengelola harus menyesuaikan modal kerja

dengan tingkat operasi usaha agar dapat digunakan secara ekonomis dan

dapat menghindarkan kesulitan/kemacetan dalam menghadapi kondisi

darurat.

Dengan melihat peranan modal kerja di dalam menjamin kelangsungan

operasi perusahaan yang sangat penting, maka penulis tertarik untuk

menganalisa bagaimana cara perusahaan mengelola sumber dan penggunaan

modal kerjanya sehingga dapat memenuhi kebutuhan modal kerja khususnya

untuk PT. Hydro Perdana Retailindo Cabang Lombok yang menjadi objek

penelitian bagi penulis.

Menanggapi permasalahan tersebut maka perlu dilakukan kajian

mengenai aspek kebutuhan modal kerja. Berdasarkan uraian tersebut penulis

mengambil judul “ANALISIS KEBUTUHAN MODAL KERJA PADA

PT. HYDRO PERDANA RETAILINDO DI KOTA MATARAM”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis merumuskan

identifikasi masalah yaitu:

1. Lambatnya tingkat perputaran kas

2. Banyak persediaan barang dagangan di gudang yang belum laku dijual


3

3. Rendahnya penjualan yang menyebabkan rendahnya profitabilitas

perusahaan.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis merumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut : “Apakah modal kerja yang tersedia

sudah optimal untuk menjamin kelancaran operasional PT. Hydro Perdana

Retailindo di Kota Mataram.

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu : untuk mengetahui dan menganalisis

kebutuhan modal kerja pada PT. Hydro Perdana retailindo di Kota Mataram.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Secara Akademis

Sebagai salah satu syarat dalam mencapai kebulatan studi program

sarjana strata satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Mahasaraswasti Denpasar Kampus Mataram.

2. Secara Praktis

a. Bagi Perusahaan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

masukan yang bermanfaat bagi peningkatan efektivitas perusahaan,

sehingga dapat membantu dalam menentukan keputusan-keputusan

keuangan lebih lanjut.


4

b. Bagi Penulis

Dapat dijadikan sebagai tambahan sumber informasi bagi

mahasiswa yang ingin menyusun skripsi dengan topik yang sama,

khususnya jurusan manajemen.

3. Secara Teoritis

Dapat memberi tambahan pustaka bagi para pembaca dalam mempelajari

seluk belum dalam mengelola kebutuhan modal kerja.


5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hasil Penelitian Terdahulu

Rahma (2011) meneliti mengenai analisis pengaruh manajemen modal

kerja terhadap profitabilitas perusahaan. Mempunyai hasil dari uji t,

perputaran kas dan status perusahaan berhubungan positif terhadap dan

signifikan terhadap ROI. Sedangkan perputaran modal kerja berpengaruh

negatif dan signifikan terhadap ROI. Perputaran persediaan tidak berpengaruh

positif terhadap ROI. Hasil secara simutan dengan uji F menunjukkan bahwa

semua independen berpengaruh signifikan terhadap ROI. Nilai adjuser R

square sebesar 0.218 menunjukkan bahwa 2,18% ROI dapat dijelaskan oleh

variabel independent, perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran

persediaan dan status perusahaan. Sedangkan sisanya sebesar 78.25 dijelaskan

oleh variabel lain.

Yuliati (2013) meneliti pengaruh kebijakan modal kerja terhadap

profitabilitas pada perusahaan hotel dan restoran bursa efek indonesia. Hasil

penelitian ini menunjukkan perputaran modal kerja berpengaruh positif

signifikan terhadap profitabilitas, dimana kemampuan perusahaan

menghasilkan penjualan bertambah banyak yang akan menyebabkan

profitabilitas bertambah meningkat. Struktur aktiva berpengaruh positif

terhadap profitabilitas. Hal ini mengidentifikasi bahwa aktiva lancar lebih

besar dariapda nilai total aktiva, sehingga perusahaan masih bisa melakukan

penjualan dengan aktiva lancar yang tersedia.


6

Anindya (2013) dimana meneliti tentang pengaruh pengelolaan modal

kerja dan struktur kerja t erhadap profitabilitas. Hasil analisis menunjukkan

pada perusahaan manufaktur sektor aneka industri bahwa variabel perputaran

kas, dan rasio hutang terhadap ekuitas berpengaruh signifikan terhadap ROI.

sedangkan pada perusahaan manufaktur sektor industri barang konsumsi biaya

variabel perputaran persediaan yang berpengaruh signifikan terhadap ROI.

2.2 Modal Kerja

2.2.1 Pengertian Modal Kerja

Setiap perusahaan dalam melakukan kegiatan operasional sehari-

hari tentunya membutuhkan dana untuk membiayainya. Dana yang

telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk ke

dalam perusahaan dan dipergunakan kembali oleh perusahaan untuk

membiayai operasi selanjutnya. Salah satu dana tersebut ialah modal

kerja menurut Kasmir (2012:250) mendefinisikan bahwa “Modal kerja

merupakan modal kerja yang digunakan untuk melakukan kegiatan

operasi perusahaan. Modal kerja juga dapat diartikan sebagai investasi

yang ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti

kas, surat berharga, piutang, persediaan, dan aktiva lancar lainnya.”

Menurut Munawir (2010:114), ada tiga konsep dasar atau definisi

modal kerja yang digunakan, yaitu :

a. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan kepada kwantum (jumlah) yang
diperlukan untuk mencukupi kebutuhan perusahaan dalam
membiayai kebutuhan operasioanal yang bersifat rutin atau
menunjukan sejumlah dana (fund) yang tersedia untuk tujuan operasi
7

jangka pendek. Dalam konsep ini menganggap bahwa modal kerja


adalah jumlah aktiva lancar (gross working capital).
b. Konsep Kualitatif
Konsep ini menitik beratkan pada kualitas modal kerja dalam konsep
ini pengertian modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap
hutang jangka waktu pendek (net working capital), yaitu jumalah
aktiva lancar yang berasal dari pinjaman jangka panjang maupun
dari para pemilik perusahaan. Definisi ini bersifat kualitatif karena
menunjukan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada
hutang lancarnya (hutang jangka pendek).
c. Konsep Fungsional
Konsep ini menitikberatkan fungsi dari dana yang dimiliki dalam
rangka menghasilkan pendapatan (laba) dari usha pokok perusahaan,
pada dasarnya dana-dana yang dimiliki oleh perusahaan seluruhnya
akan digunakan untuk menghasilkan laba periode ini (current
income), ada sebagian dana yang akan digunakan untuk memperoleh
atau menghasilkan laba di masa yang akan datang. Misalnya:
bangunan, mesin-mesin, pabrik, alat-alat kantor dan aktiva tetap
lainnya.

Sedangkan modal kerja menurut Jumingan (2011:66), terdapat

dua definisi modal kerja yang lazim digunakan yaitu:

a. Modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang lancar.


Kelebihan ini disebut modal kerja bersih. Kelebihan ini merupakan
jumalah aktiva lancar yang berasal dari utang jangka panjang dan
modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukan
kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar dari pada
utang jangka pendek dan menunjukan tingkat keamanan bagi
kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan usaha dimasa
mendatang.
b. Modal kerja adalah jumalh aktiva lancar. Jumlah ini merupakan
modal kerja bruto. Definisi ini bersifat kuantitatif karena
menunjukan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-maksud
operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan
tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dan unsurunsur aktiva
lancar misalnya kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan.
8

Berdasarkan uraian definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa

modal kerja merupakan dana yang ditanamnkan di dalam aktiva lancar

atau keseluruhan aktiva lancar dikurangi utang atau diartikan sebagai

investasi yang digunakan untuk membiayai kegiatan operasi

perusahaan.

2.2.2 Peranan Modal Kerja

Modal kerja penting karena digunakan sebagai suatu keberhasilan

perusahaan apalagi untuk perusahaan yang kecil. Modal kerja yang

tersedia dalam jumlah yang cukup memungkinkan perusahaan untuk

beroperasi secara ekonomis dan tidak mengalami kesulitan keuangan.

Pentingnya peran modal kerja di dalam perusahaan, menurut

Riyanto (2010:57) menyatakan bahwa :

“Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk


membelanjai operasional sehari-hari, misalnya untuk memberikan
persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji
karyawan, dan sebagainya, dimana uang atau dana yang dikeluarkan itu,
diharapkan akan mendapatkan kembali lagi dalam waktu yang pendek
melalui hasil penjualan produknya.”

Menurut Munawir (2010:116), manfaat dari tersedianya modal

kerja yang cukup adalah :

a. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunya


nilai dari aktiva lancar.
b. Memungkinkan untuk dapat membayar semua kewajiban-kewajiban
tepat pada waktunya.
c. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat menghadapi bahaya-
bahaya atau kesulitan keuangan yang mungkin terjadi.
d. Memungkinkan untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang
cukup untuk melayani para konsumennya.
e. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat kredit
yang lebih menguntungkan kepada para langganannya.
9

f. Memungkinkan bagi perusahaan untuk dapat beroperasi dengan


lebih efisien karena tidak ada kesulitan untuk memperoleh barang
ataupun jasa yang dibutuhkan.

Menurut Jumingan (2011:67), pentingnya modal kerja sebagai

berikut: “Modal kerja sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar

memungkinkan perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis dan tidak

mengalami kesulitan keuangan, misalnya dapat menutup kerugian dan

mengatasi keadaan krisis atau darurat tanpa membahayakan keadaan

keuangan perusahaan.”

Dari pendapat-pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

modal kerja mempunyai peranan yang sangat penting bagi perusahaan

karena dengan modal kerja yang cukup dapat membiayai kegiatan

operasionalnya sehari-hari dan sekaligus dapat beroperasi secara

ekonomis dan efisien. Oleh karena itu modal kerja merupakan hal

penting bagi perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya.

2.2.3 Jenis Modal Kerja

Menurut Riyanto (2011:61), modal kerja terdiri dari beberapa

jenis antara lain sebagai berikut:

1. Modal kerja permanen (Permanent Working Capital)


Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya atau dengan kata lain modal kerja yang
secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha.
a. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital) yaitu jumlah
modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk
menjalin kontinuitasi usahanya.
b. Modal Kerja Normal (Normal Working Capital) yaitu jumlah
modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas
produksi yang normal. Pengertian “normal” disini adalah dalam
artian yang dinamis.
10

2. Modal kerja variabel (Variabel Working Capital)


Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan
perubahan keadaan dan modal kerja ini dibedakan antara lain:
a. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital) yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan dan fluktuasi
musim.
b. Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital) yaitu modal kerja
yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi
konyungtur.
c. Modal kerja darurat (Emergency Working Capital) yaitu modal
kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan
darurat atau mendadak yang tidak dapat diketahui atau
diramalkan terlebih dahulu (misalnya adanya pemogokan buruh,
banjir, perobohan ekonomi yang mendadak).

Sedangkan menurut Munawir (2010:119) pada dasarnya modal

kerja terdiri dari dua bagian pokok, yaitu:

1. Bagian yang tetap atau bagian yang permanen yaitu jumlah


minimum yang harus tersedia agar perusahaan dapat berjalan dengan
lancer tanpa kesulitan keuangan.
2. Jumlah modal kerja yang variabel yang jumlahnya tergantung pada
aktivitas musiman dan kebutuhan-kebutuhan diluar aktivitas yang
biasa.

2.2.4 Pengertian Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Menurut Riyanto (2010:345) adalah :


“Analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah alat analisis
finansiil yang sangat penting bagi financial manager, disamping alat
finansiil lainnya yang digunakan untuk mengetahui bagaimana dana
digunakan dan bagaimana kebutuhan tersebut dibelanjai”.

Menurut Munawir (2010:37) pengertian analisis sumber dan

penggunaan modal kerja adalah sebagai berikut :

“Suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta pengguanaan


modal kerja untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja
dalam periode tertentu”.
11

Analisis sumber dan penggunaan modal kerja merupakan analisis

keuangan yang sangat penting bagi pihak manajemen perusahaan,

penganalisis ataupun para calon kreditur dan pihak-pihak lain yang

berkepentingan dengan suatu perusahaan.

2.2.5 Tujuan Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja

Menurut Munawir (2010:132) tujuan utama penyusunan laporan

perubahan modal kerja adalah “untuk mengetahui sebab-sebab

terjadinya perubahan modal kerja selama periode bersangkutan.”

Menurut Riyanto (2010:283) tujuan dibuatnya analisis sumber

dan penggunaan modal kerja adalah :

“Untuk mengetahui bagaimana dana digunakan dan bagaimana


kebutuhan dana tersebut dibelanjai sebagai langkah pertama dalam
analisis sumber dan penggunaan modal kerja adalah penyusunan
laporan perubahan neraca yang disusun atas dasar dua neraca dari dua
saat waktu.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa tujuan penyajian analisis

sumber dan penggunaan modal kerja adalah untuk mengetahui kegiatan

penanaman (investasi) dan pembelanjaan perusahaan serta

mengungkapkan perubahan-perubahan dalam posisi keuangan sebagai

akibat dari kegiatan perusahaan tersebut selama periode yang

bersangkutan. Menganalisis atau menentukan besarnya perubahan

modal kerja memerlukan data neraca yang diperbandingkan antara

tahun dasar dengan tahun berjalan.


12

2.2.6 Analisis Perbandingan Laporan Keuangan

Menurut Harahap (2009:227), analisis perbandingan laporan

keuangan adalah: Teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan

dengan menyajikan laporan keuangan secara horizontal dan

membandingkan antara satu dengan yang lain, dengan menunjukan

informasi keuangan atau dana lainya baik dalam rupiah atau dalam unit.

Teknik perbandingan ini juga dapat menunjukan kenaikan dan

penurunan dalam rupiah atau unit dan juga dalam persentase atau

perbandingan dalam bentuk angka perbandingan.

Pengertian analisis perbandingan laporan keuangan menurut

Munawir (2010:36) adalah:

Analisis perbandingan laporan keuangan merupakan metode dan

teknik analisis yang dilakukan dengan memperbandingkan laporan

keuangan untuk data eriode atau lebih dengan angka:

a. Data obsolut atau jumlah-jumlah dalam rupiah.


b. Kenaikan atau penurunan dalam jumlah rupiah,
c. Kenaikan atau penurunan dalam persentase.
d. Perbandingan yang dinyatakan dengan rasio.
e. Persentase dati total.

Dengan mengadakan analisis perbandingan dapat diketahui

pertambahan atau penggurangan, perubahan yang besar dapat terlihat

jelas, dan dapat segera diketahui penyebabnya dengan menunjukan

sampai seberapa jauh perkembangan keadaan keuangan koperasi dan

hasil-hasil yang telah dicapai. Analisis perbandingan dilakukan dengan

membandingkan laporan keuangan dalam beberapa pokok.


13

2.2.7 Analisis Laporan Perubahan Modal Kerja

Menurut Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Tahun 2010, Laporan perubahan modal kerja adalah:

“Laporan perubahan modal kerja menjelaskan mengenai ringkasan


perubahan capital dari suatu perusahaan (termasuk koperasi) dalam
jangka waktu tertentu atau ringkasan perubahan modal dari suatu
perusahaan atau koperasi dalam jangka waktu tertentu sebagai akibat
dari peningkatan Sisa Hasil Usaha (SHU) yang tidak dibagikan.”

Sedangkan menurut Munawir (2010:129), Laporan perubahan

modal kerja yaitu:

“Laporan perubahan modal kerja merupakan ringkasan tentang hasil-


hasil aktivitas keuangan suatu perusahaan dalam suatu periode tertentu
dan menyajikan sebab-sebab perubahan-perubahan posisi keuangn
perusahaan tersebut.”

Dalam penyajian laporan perubahan modal kerja memerlukan

adanya analisis tentang kenaikan atau penurunan yang terjadi dalam

dalam neraca yang diperbandingkan antara dua periode saat tertentu

(comparative balance sheet). Modal kerja akan berubah apabila aktiva

lancar dan hutang lancar berubah, sedangkan untuk mengetahui sebab

perubahan tersebut (sumber atau penggunaannya) dapat diketahui

dengan menganalisis perubahan yang terjadi dalam sektor non current

(aktiva tetap, hutang jangka panjang dan modal).

2.2.8 Sumber Modal Kerja

Pada umumnya sumber modal kerja suatu perusahaan menurut

Riyanto (2010:353) berasal dari :

1. Berkurangnya aktiva tetap


2. Bertambahnya utang jangka panjang
14

3. Bertambahnya modal
4. Adanya keuntungan dari operasi perusahaan

Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Tahun 2010, Modal koperasi berasal dari beberapa sumber, yaitu:

1. Sisa Hasil Usaha (SHU) koperasi merupakan pendapatan


koperasi yang diperoleh dalam satu tahun buku dikurangi biaya,
biaya penyusutan, dan kewajiban lainnya termasuk pajak dalam
tahun buku yang bersangkutan. Sisa Hasil Usaha (SHU) yang
merupakan hasil operasi koperasi ditambah dengan jumlah depresiasi
dan amortisasi merupakan jumlah yang menunjukkan modal kerja
yang bersumber dari hasil operasi koperasi.
2. Modal sendiri, adalah modal yang berasal dari koperasi itu sendiri
atau modal yang menanggung resiko. Adapun modal sendiri
meliputi:
a. Simpanan pokok, yaitu sejumlah uang yang sama banyaknya
yang wajib dibayar oleh anggota koperasi kepada koperasi pada
saat masuk menjadi anggota koperasi. Simpanan pokok tidak
dapat diambil kembali selama yang bersangkutan masih
berstatus sebagai anggota. Nilai atau besaran simpanan pokok
diatur dan ditetapkan dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah
Tangga Koperasi yang bersangkutan.
b. Simpanan wajib merupakan jumlah simpanan tertentu yang
tidak harus sama yang wajib dibayar oleh anggota kepada
koperasi dalam waktu serta kesempatan tertentu.
c. Dana cadangan yaitu sejumlah uang yang diperoleh dari
penyisihan sisa hasil usaha, yang dimaksudkan untuk memupuk
modal sendiri dan untuk menutupi kerugian koperasi yang
mungkin terjadi atau bila diperlukan. Dana cadangan juga
dimaksudkan bagi jaminan koperasi di masa yang akan datang
dan diperuntukkan bagi perluasan usaha, dan pemupukan dana
cadangan ditetapkan dalam Rapat Anggota.
d. Hibah merupakan sumbangan dari pihak-pihak tertentu yang
diserahkan kepada koperasi dalam upaya ikut serta
mengembangkan usaha koperasi.
3. Modal asing adalah modal yang berasal dari luar perusahaan yang
sifatnya sementara ada di dalam perusahaan koperasi, dan bagi
perusahaan koperasi modal tersebut merupakan utang, yang pada
saatnya harus dibayar kembali atau biasanya didapatkan dari
proses pinjaman dari bank dan lembaga keuangan lainnya. Modal
ini dapat dikelompok menjadi utang jangka pendek (jangka
waktunya paling lama 1 tahun), utang jangka menengah (jangka
waktunya paling lama 10 tahun) dan utang jangka panjang (jangka
15

waktunya lebih dari 10 tahun). Modal asing atau modal pinjaman ini
dapat berasal dari pinjaman anggota yang memenuhi syarat,
koperasi lain yang didasari atas perjanjian kerjasama, bank dan
lembaga keuangan, penerbitan obligasi dan surat utang berdasarkan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, atau sumber lain
yang sah berupa pinjaman dari bukan anggota.

Modal kerja suatu perusahaan menurut Munawir (2010:120)

dapat berasal dari:

1. Hasil operasi perusahaan.


Modal kerja diperoleh dari penjualan barang dan hasil lainnya yang
meningkatkan uang kas dan piutang. Jadi yang merupakan sumber
modal kerja yang diperoleh dari operasi jangka pendek dan ini bisa
ditentukan dengan cara menganalisis laporan perhitungan laba rugi
perusahaan.
2. Keuntungan dari penjualan surat berharga.
Penjualan surat berharga menunjukkan pergeseran bentuk pos aktiva
lancar dari pos “surat-surat berharga” menjadi pos “kas”.
Keuntungan yang diperoleh merupakan sumber penambahan modal
kerja.
3. Penjualan aktiva tetap investasi jangka panjang dan aktiva lancar
lainnya. Sumber lain untuk menambah modal kerja adalah hasil
penjualan aktiva tetap, investasi jangka panajang, aktiva tidak lancar
lainnya yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan.
4. Penjualan obligasi dari saham serta kontribusi dana dari pemilik,
hutang hipotik, obligasi dan saham dapat dikeluarkan oleh
perusahaan apabila diperlukan sejumlah modal kerja.
5. Pinjaman dari bank dan pinjaman jangka pendek lainnya.
Pinjaman jangka pendek seperti kredit bank bagi beberapa
perusahaan merupakan sumber penting aktiva.
6. Kredit dari supplier atau trade kreditor.
Salah satu sumber modal kerja penting adalah kredit yang diberikan
oleh supplier, material, barang-barang. Supplier dan jasa biasanya
dibeli secara kredit atau dengan wesel bayar.

Sedangkan Menurut Kasmir (2012:257) pada umumnya sumber

modal kerja suatu perusahaan berasal dari :

1. Hasil operasi perusahaan


Adalah pendapatan atau laba yang diperoleh pada periode tertentu.
16

2. Keuntungan penjualan surat-surat berharga


Adalah selisih antara harga beli dengan harga jual surat berharga
tersebut.
3. Penjualan saham.
Adalah perusahaan melepas sejumlah saham yang dimiliki untuk di
jual kepada berbagai pihak.
4. Penjualan aktiva tetap
Adalah yang dijual yaitu aktiva tetap yang kurang produktif atau
masih menganggur.
5. Penjualan obligasi
Adalah perusahaan mengeluarkan sejumlah obligasi untuk dijual
kepada pihak lainnya.
6. Memperoleh pinjaman
Adalah pinjaman dari pihak kreditor (bank atau lembaga lain)/ dana
hibah dan sumber lainnya.

2.2.9 Penggunaan Modal Kerja

Pemakaian atau penggunaan modal kerja akan menyebabkan

perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar yang

dimiliki oleh perusahaan, tetapi penggunaan aktiva lancar tidak selalu di

ikuti dengan berubahnya/turunnya jumlah modal kerja yang dimiliki

oleh perusahaan.

Pengguanan modal kerja menurut Riyanto (2010:353) transaksi

yang menyebabkan terjadinya pemakaian atau penggunaan modal kerja

ialah sebagai berikut:

1. Bertambahnya aktiva tetap


2. Berkurangnya hutang jangka panjang
3. Berkurangnya modal
4. Pembayaran cash dividend
5. Adanya kerugian dalam operasi perusahaan

Menurut Munawir (2010:125), penggunaan aktiva lancar yang

mengakibatkan turunya modal kerja adalah sebagai berikut:


17

1. Pembayaran biaya-biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan


meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan baku dan
pembayaran biaya lainnya.
2. Kerugian yang diderita perusahaan karena adanya penjualan surat
berharga.
3. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar untuk
tujuan tertentu dalam jangka panjang misalnya dana pelunasan
obligasi, dana pensiun pegawai.
4. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka
panjang atau aktiva tidak lancar yang mengakibatkan berkurangnya
aktiva lancar.
5. Pembayaran hutang-hutang jangka panjang meliputi hutang hipotik,
hutang obligasi maupun hutang jangka panjang lainnya serta
penarikan atau pembelian kembali saham perusahaan yang beredar.
6. Pengambilan uang atau barang pleh pemilik perusahaan untuk
kepentingan pribadinya atau adanya pengambilan bagian keuntungan
oleh pemilik dalam perusahaan perseorangan.

Menurut Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah

Tahun 2010, penggunaan modal kerja koperasi dapat berupa:

1. Penambahan aktiva tetap. Aktiva tetap koperasi berupa:


Peralatan toko misalnya lemari, timbangan, mesin kasir, rak-rak
panjang, dan sebagainya. Peralatan kantor misalnya komputer,
lemari arsip, meja, kursi, dan sebagainya. Peralatan untuk
pengangkutan misalnya mobil, truk, dan sebagainya. Bangunan
misalnya bangunan toko, kantor, pabrik yang dimilki koperasi. Serta
tanah.
2. Penurunan kewajiban (hutang). Kewajiban koperasi terdiri atas
kewajiban lancar (current liabilities) yaitu kewajiban yang harus
dilunasi dalam jangka waktu maksimal 1 tahun misalnya hutang
dagang, hutang gaji, hutang pajak, hutang wesel. Kewajiban jangka
panjang (hutang jangka panjang) yaitu kewajiban/hutang yang
harus dilunasi dalam jangka waktu lebih dari 1 tahun misalnya
hutang obligasi, hipotek, dan sebagainya.
3. Penurunan modal koperasi yang dapat berupa penurunan Sisa Hasil
Usaha (SHU), penurunan dana-dana, dan sebagainya.
4. Pengeluaran (beban) adalah pengorbanan ekonomis yang
diperlukan untuk memperoleh barang atau jasa. Misalnya biaya
produksi (upah, bahan baku,BBM, dan sebagainya), biaya
pemasaran, biaya administrasi, biaya lain yang sering disebut
sebagai Harga Pokok Penjualan (HPP).
18

2.2.10 Kebutuhan Modal Kerja

Tersedianya modal kerja harus sesuai dengan kebutuhan operasi

perusahaan. Jika modal kerja yang tersedia terlalu kecil, maka hal ini

dapat menimbulkan kurang lancarnya kegiatan perusahaan atau

kesempatan untuk mendapat keuntungan telah disia-siakan. Sebaliknya

modal kerja yang tersedia berlebihan berarti adanya dana yang tidak

produktif dalam perusahaan. Oleh sebab itu, perlu bagi setiap

perusahaan untuk dapat menetapkan jumlah kebutuhan modal kerja

secara tepat.

Besar kecilnya kebutuhan modal kerja tergantung pada dua

faktor, kedua faktor tersebut menurut Riyanto (2010:64) yaitu :

1. Periode perputaran atau terikatnya modal kerja


Periode perputaran atau periode terikatnya modal kerja merupakan
keseluruhan atau jumlah dari periode-periode yang meliputi jangka
waktu pemberian kredit, lama penyimpanan bahan mentah
digudang, lamanya proses produksi, lamanya barang jadi disimpan
digudang dan jangka waktu penerimaan piutang.
2. Pengeluaran kas rata-rata setiap hari
Pengeluaran kas rata-rata setiap hari merupakan jumlah
pengeluaran kas rata-rata untuk keperluan pembelian bahan
mentah, bahan pembantu, pembayaran upah buruh dan biaya-biaya
lainnya.

Menurut Munawir (2010:117), modal kerja yang dibutuhkan

oleh suatu perusahaan tergantung atau dipengaruhi oleh beberapa faktor

yaitu:

1. Sifat dan tipe perusahaan.


Modal kerja dari suatu perusahaan jasa akan relatif lebih rendah
dibandingkan dengan kebutuhan modal kerja perusahaan dagang.
19

Sedangkan modal kerja perusahaan dagang relatif lebih rendah


dibandingkan dengan perusahaan industri.
2. Waktu yang dibutuhkan untuk memproduksi atau memperoleh
barangbarang yang akan dijual serta harga persatuan dari barang
tersebut. Makin panjang waktu yang dibutuhkan untuk memperoleh
barang yang akan dijual, makin besar juga modal kerja dibutuhkan.
Disamping itu makin besar harga pokok persatuan barang maka
makin besar pula modal kerja yang dibutuhkan.
3. Syarat pembelian bahan atau barang dagang
Jika syarat kredit yang diterima pada saat pembelian
menguntungkan, maka makin sedikit uang kas yang harus
diinvestasikan dalam persediaan bahan maupun barang dagang.
4. Syarat penjualan
Semakin lunaknya kredit yang diberikan oleh perusahaan kepada
para pembeli akan mengakibatkan semakin besar jumlah modal
kerja yang harus diinvestasikan dalam sector piutang dan membuat
piutang menumpuk dan memperbesar resiko piutang tak tertagih.
5. Tingkat perputaran persediaan
Semakin tinggi tingkat perputaran persediaan maka semakin tinggi
modal kerja yang dibutuhkan.

Dari beberapa faktor diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

kebutuhan modal kerja suatu perusahaan pada :

1. Sifat perusahaan
2. Waktu untuk memperoduksi barang
3. Priode perputaran modal kerja
4. Syarat pembelian barang dagang
5. Pengeluaran kas sehari-hari

Kebutuhan modal kerja koperasi dalam perhitungannya harus

diketahui lebih dahulu unsur-unsur yang termasuk dalam pembentukan

modal kerja yaitu: kas, piutang, dan persediaan, untuk mengetahui

besarnya kebutuhan modal kerja yang diperlukan dan modal kerja yang

harus tersedia di koperasi dapat dilakukan dengan berpedoman pada

praktik koperasi. Rumus yang dapat digunakan dalam menghitung


20

berapa besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan,

menurut Riyanto (2010:64) yaitu sebagai berikut:

1. Kecepatan Perputaran Operasional


Adalah kemampuan dana yang tertanam dalam tiap unsur modal
kerja perusahaan yang berputar dalam satu periode tertentu, yang
merupakan rasio antara jumlah aktiva yang digunakan dalam
operasi (operating assets) terhadap jumlah penjualan yang
diperoleh selama periode tersebut. Rasiorasio ini terdiri dari:
a. Perputaran Kas (Cash Turnover)
Merupakan kemampuan dana yang telah tertanam dalam kas
berputar periode tertentu. Efisiensinya penggunaan kas
ditunjukan dengan semakin tingginya cash turnover, namum
nilai kas yang besar menunjukan terjadinya idle money pada
koperasi.
Penjualan
Perputaran Kas=
Kas Rata−rata

b. Perputaran Piutang (Receivable Turnover)


Merupakan kemampuan dana yang tertanam dalam piutang
berputar pada saat periode tertentu. Rendahnya modal kerja
yang tertanam pada piutang ditunjukan dengan makin
tingginya receivable turnover yang berarti bahwa adanya over
investment dalam akun piutang.
Penjualan
Perputaran Piutang=
Piutang Rata−rata
2. Lamanya Perputaran Setiap Unsur Modal Kerja
Merupakan periode rata-rata yang diperlukan untuk
mengumpulkan tiaptiap unsur modal kerja dalam satu periode.
a. Lamanya Perputaran Kas
Periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan kas
dalam satu periodenya. Standard pengumpulan kas 15 hari.
90
Lamanya Perputaran K as=
Perputaran Kas
b. Lamanya Perputaran Piutang
Periode rata-rata yang diperlukan untuk mengumpulkan
piutang menjadi kas dalam satu periodenya. Standar umum
pengumpulkan piutang yaitu 60 hari atau 7,2 kali.
Penjualan 90 hari
Perputaran Piutang=
Piutang Rata−rata
3. Lamanya Perputaran Modal Kerja Keseluruhan
Merupakan jumlah lamanya perputaran keseluruhan unsur-unsur
modal kerja.
21

Lamanya perputaran kas + Lamanya perputaran piutang


4. Kecepatan Perputaran Modal Kerja Keseluruhan
Adalah waktu yang diperlukan untuk mengumpulkan seluruh
modal kerja dalam satu periode.
90
Kecepatan=
Lamanya Perputaran Modal Kerja Keseluruhan

5. Kebutuhan Modal Kerja


Merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
modal kerja dalam suatu periode tertentu yang dicantumkan dalam
rupiah. Besar kecilnya kebutuhan modal kerja tergantung dari
berbagai faktor yang terdapat dalam suatu perusahaan.
90
Kebutuhan=
Kecepatan Perputaran Modal Kerja Keseluruhan

6. Kekurangan atau Kelebihan Modal Kerja


Merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
modal kerja dengan cara kebutuhan modal kerja mengurangi
modal kerja yang tersedia.
Kebutuhan = modal kerja seharusnya >< modal kerja sebenarnya
(riil)

2.2.11 Analisis Rasio Keuangan

Secara umum, analisis rasio keuangan terhadap laporan

keuangan memberikan suatu hubungan atau pertimbangan jumlah suatu

jumlah yang lain serta memberikan gambaran kepada penganalisis

tentang baik buruknya keadaan suatu posisi keuangan suatu perusahaan.

Menurut Munawir (2010:64) pengertian analisis rasio adalah “suatu

analisa untuk mengetahui dari pos-pos tertentu dalam neraca atau

laporan laba rugi secara individu atau kombinasi dari kedua laporan

tersebut”

Menurut Munawir (2010:239) ada 4 kelompok rasio keuangan

yaitu rasio likuiditas, rasio leverage, rasio aktivitas, rasio rentabilitas.


22

1. Rasio Likuiditas
Yaitu rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membiayai operasi dan memenuhi kewajiban financial pada saat
ditagih. Rasio likuiditas terdiri dari Current rasio, Cash rasio,
Quick rasio, dan Working capital to total assets.
2. Rasio Leverage
Yaitu rasio untuk mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan
dibiayai oleh hutang. Rasio leverage terdiri dari Debt to equity
ratio, Current liabilities to net worth, Tangible assets debt
coverage, Long term debt to equity ratio, dan Debt service.
3. Rasio Aktivitas
Yaitu rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan perusahaan
dalam penjualan, penagihan piutang maupun pemanfaatan aktiva
yang dimiliki. Rasio aktivitas terdiri dari perputaran persediaan
(inventory turn over), Average collection periode, Perputaran aktiva
tetap (Fix Assets Turn over), perputaran modal kerja (Working
Capital Turnover)

4. Rasio Rentabilitas
Yaitu rasio-rasio yang dapat digunakan untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk memperoleh keuntungan. Rasio rentabilitas terdiri
dari profit margin, Return on Investment, Return on equity dan Laba
per saham.

Berikut ini rasio-rasio yang bisa digunakan sebagai alat analisis

laporan keuangan untuk mengetahui perubahan modal kerja suatu

perusahaan.

2.2.12 Rasio Profitabilitas

Menurut Kasmir (2012:196) rasio profitabilitas merupakan rasio

untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan.

Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektifitas manajemen suatu

perusahaan. Profitabilitas perusahaan diukur dengan kesuksesan

perusahaan dan kemampuan perusahaan menggunakan aktivitas secara

produktif, dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat


23

diketahui dengan memperbandingkan antara laba dengan aktiva atau

jumlah modal perusahaan tersebut.

Sedangkan menurut Munawir (2010:33) mendefinisikan rasio

profitabilitas sebagai berikut:

“Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukan kemampuan


perusahaan untuk mengumpulkan laba selama periode tersebut.
Profitabilitas perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan
kemampuan perusahaan menggunakan aktivitas secara produktif,
dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui
dengan memperbandingkan antara laba dengan aktiva atau jumlah
modal perusahaan tersebut.”

2.3 Kerangka Konseptual Penelitian

Untuk mempermudah pemahaman terhadap permasalahan yang akan

dibahas maka perlu dirumuskan dalam bentuk skematis, hal ini untuk

memberikan arah dari penelitian. Adapun bentuk kerangka analisis tersebut

dapat dilihat pada gambar berikut :

Laporan Keuangan

Neraca Laporan Arus


Kas

Modal Kerja
Konsep Kualitatif

Kebutuhan
Modal Kerja

Analisis Kebutuhan
Modal Kerja
24

Gambar : Kerangka Konseptual Pemikiran

2.4 Perumusan Hipotesis

Rumusan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Diduga

Analisis Kebutuhan Modal Kerja Pada PT. Hydro Perdana Retailindo di Kota

Mataram.
25

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono (2003), penelitian

diskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel

mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat

perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain, dengan

memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan variabel mandiri tanpa

membuat perbandingan, yaitu mengukur optimalisasi modal kerja perusahaan

dengan data berbentuk angka yang didapat melalui laporan keuangan

perusahaan.

4.2 Penentuan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT. Hydro Perdana Retailindo yang beralamat

di Jln. Brawijaya No. 2 Cakranegara. Waktu penelitian dilaksanakan pada

bulan Juni 2019. Alasan peneliti memilih PT. Hydro Perdana Retailindo

sebagai tempat penelitian adalah :

1. Adanya kesediaan dari pimpinan PT. Hydro Perdana Retailindo untuk

memberikan data dan informasi dalam melakukan penelitian

2. Lokasi mudah dijangkau oleh peneliti


26

4.3 Metode Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan metode studi kasus yaitu metode yang

ditunjukkan untuk meneliti suatu kasus yang terjadi pada perusahaan dalam

hal ini membahas analisis kebutuhan modal kerja pada PT. Hydro Perdana

Retailindo di Kota Mataram.

4.4 Teknik dan Alat Pengumpulan Data

4.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang digunakan dalam penelitiani ni dalam mengumpulkan

data adalah :

1. Observasi yaitu dengan melaksanakan atau mengadakan peninjauan

atau pengamatan secara langsung apda obyek penelitian.

2. Interview atau wawancara yaitu mengadakan tanya jawab dengan

pimpinan PT. Hydro Perdana Retailindo mengenai hal-hal yang

berhubungan dengan obyek penelitian.

4.4.2 Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner yaitu daftar pertanyaan yang menyangkut tentang

masalah yang diteliti atau daftar pernyataan yang digunakand alam

melakukan wawancara.
27

4.5 Jenis dan Sumber Data

1. Jenis Data

a. Data Kualitatif

1) Sejarah PT. Hydro Perdana Retailindo

2) Visi dan Misi PT. Hydro Perdana Retailindo

b. Data Kuantitatif

1) Neraca Keuangan PT. Hydro Perdana Retailindo

2. Sumber Data

a. Data primer yaitu data yang dikumpulkan atau data yang diperoleh

dari PT. Hydro Perdana Retailindo seperti neraca keuangan dan

laporan penjualan.

b. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari buku-buku, internet,

maupun literatur yang mendukung data-data penelitian.

4.6 Identifikasi Variabel

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam menganalisa

data yang disajikan, maka variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian

ini perlu diidentifikasikan terlebih dahulu. Sesuai dengan permasalahn yang

diteliti, maka variabel-variabel yang akan dianalisa dalam penelitian ini dapat

diidentifikasi sebagai berikut :

1. Perputaran Modal Kerja

2. Periode modal kerja

3. Jumlah kebutuhan modal kerja.


28

4.7 Definisi Operasional Variabel

Variabel-variabel yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Perputaran modal kerja dalam kali merupakan perbandingan antara

penjualan dengan rata-rata setiap elemen modal kerja yang diteliti untuk

mengetahui berapa kali suatu perusahaan dalam setahun mampu

membalikkan atau menerima kembali dana dari masing-masing modal

kerja.

2. Periode modal kerja dalam hari merupakan perbandingan antara jumlah

hari dalam satu tahun dengan perputaran setiap modal kerja. Periode

modal kerja dalam hari bertujuan untuk mengetahui berapa hari dana

mengendap pada kas, berapa lama dana dapat tertagih, dan mengetahui

pengendapan atau jangka panjang tersimpannya barangnya digudang

perusahaan. Rumus perputaran modal kerja dalam hari: (Sartono, 2014)

3. Jumlah kebutuhan modal kerja merupakan berbandingan antara jumlah

hari dalam satu tahun dengan total lama terikatnya dana, hal ini

menunjukkan berapa kali modal kerja mengalami perputaran. Rumus

perputaran modal kerja: (Sartono,2014:395)

4.8 Prosedur Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti adalah teknik analisis

laporan keuangan dengan menggunakan metode perputaran modal kerja

ditinjau dengan metode cross section. Cross Section, yaitu perbandingan data

keuangan suatu perusahaan dengan perusahaan atau industri yang sejenis serta

dengan waktu yang bersamaan. (Warsono, 2003)


29

Cara menghitung modal kerja sebagai berikut :

180
Periode Kas= x 1 hari
Perputaran Kas

180
Periode Piutang= x 1 hari
Perputaran Piutang

180
Periode Persediaan= x 1 hari
Perputaran Persediaan

Evaluasi Metode Cross Section

1. Modal Kerja Riil = Modal Kerja Seharusnya

2. Modal Kerja Riil ≠ Modal Kerja Seharusnya


30

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Obyek Penelitian

PT. Hydro Perdana Retailindo adalah perusahaan yang bergerak

di bidang ritel modern. Konsep usaha ritel didalamnya melibatkan

unsur ibadah melalui sedekah untuk membantu anak-anak yatim piatu,

kaum duafa dan penyandang difabel. “Dalam penerapan ritel modern

pada PT. Hydro Perdana Retailindo melibatkan langsung masyarakat

selaku pelaku usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM).

Konsep dasar kesesuaian dengan ekonomi yang diterapkan oleh

PT. Hydro Perdana Retailindo merupakan analisa dari potensi

demografi, lingkungan sosial ekonomi, regulasi, competitive advantage,

peluang bisnis, strategi pengembangan dari praktek usaha tradisional

menjadi outlet modern serta panduan praktis pengembangan dan

kerjasama usaha ritel modern tersebut melibatkan masyarakat lokal

disekitaran outlet ritel modern tersebut operasional.

Selain itu, jejaring ritel modern tersebut, menjalin kemitraan

dengan pedagang lokal yang memiliki toko dengan paket kerja sama

yang sudah ada. Dengan demikian, bisa dipastikan dalam ritel modern

ini, mayoritas produk yang dijual adalah produk karya Usaha Mikro

Kecil dan Menengah (UMKM) lokal yang ada di Kota Mataram.

Konsep ritel modern ini lebih kepada membangun perekonomian


31

masyarakat lokal dengan memperbanyak hingga 80 persen produk

lokal.

PT. Hydro Perdana Retailindo sebagai perusahaan yang bergerak

di bidang retail membutuhkan modal untuk mempertahankan dan

menjaga kontinuitas operasinya. Untuk menganalisis 3 kebutuhan akan

modal kerja maka digunakan laporan sumber dan penggunaan modal

kerja. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja menggambarkan

suatu ringkasan sumber-sumber dan penggunaan modal kerja dan

perubahan unsur-unsur modal kerja selama periode yang bersangkutan.

Analisis ini merupakan alat analisis keuangan yang penting untuk

menilai kondisi dan posisi PT. Hydro Perdana Retailindo dalam

menjalankan usahanya. Selain itu pengelolaan modal kerja penting

karena selama perusahaan beroperasi modal kerja sangat dibutuhkan

dan secara umum modal kerja dapat digunakan dalam menyusun

perencanaan perusahaan (John Suprihanto (1988).

4.1.2 Analisis

1. Perputaran Modal Kerja

Perputaran modal kerja dalam kali merupakan perbandingan

antara penjualan dengan rata-rata setiap elemen modal kerja yang

diteliti untuk mengetahui berapa kali suatu perusahaan dalam

setahun mampu membalikkan atau menerima kembali dana dari

masing-masing modal kerja. Rumus perputaran modal kerja dalam

kali (Sartono, 2014).


32

Penjualan
P erputaran Kas= x 1 kali
Rata−rata Kas

4.825.967 .164
¿ x 1 kali
366.309.525 , 43

¿ 1 3 ,17 kali

180
Lamanya Perputaran Kas=
Perputaran kas

180
¿
13 , 17

= 14

Penjualan
Perputaran Piutang= x 1 kali
Rata−rata Piutang

4.825 .967 .164


¿ x 1 kali
4.023 .390 .490

¿ 1 ,2 kali

180
Lama Perputaran Piutang=
Piutang rata−rata

180
¿
1.2

¿ 150

Penjualan
Perputaran persediaan= x 1 kali
Rata−rata persediaan

4.825 .967 .164


¿ x 1 kali
1.176 .763 .763

¿ 4 ,1 kali
33

180
Lama Perputaran persediaan=
Perputaran persediaan

180
¿
4.1

¿ 43.9

Lamanya Perputaran Modal Kerja Keseluruhan

= Lamanya perputaran kas + Lamanya perputaran piutang


= 16 + 150
= 166

Kecepatan Perputaran Modal Kerja Keseluruhan

180
Kecepatan=
Lamanya Perputaran Modal Kerja Keseluruhan
180
¿
166
= 1,08

2. Periode Modal Kerja

Periode modal kerja dalam hari merupakan perbandingan

antara jumlah hari dalam satu tahun dengan perputaran setiap modal

kerja. Periode modal kerja dalam hari bertujuan untuk mengetahui

berapa hari dana mengendap pada kas, berapa lama dana dapat

tertagih, dan mengetahui pengendapan atau jangka panjang

tersimpannya barangnya digudang perusahaan. Rumus perputaran

modal kerja dalam hari: (Sartono, 2014)

180
Periode Kas= x 1 hari
Perputaran Kas
180
¿ x 1 hari
11, 4
¿ 16 hari
34

180
Periode Piutang= x 1 hari
Perputaran Piutang
180
¿ x 1 hari
1 ,2
¿ 150 hari

180
Periode Persediaan= x 1 hari
Perputaran Persediaan
180
¿ x 1hari
4,1
¿ 44 hari

3. Jumlah Kebutuhan Modal Kerja

Jumlah kebutuhan modal kerja merupakan berbandingan antara

jumlah hari dalam satu tahun dengan total lama terikatnya dana, hal

ini menunjukkan berapa kali modal kerja mengalami perputaran.

Rumus kebutuhan modal kerja: (Sartono,2014:395)

Kebutuhan Modal Kerja=piutang + persediaan−utang


7
Utang= x 4.825.967 .164 =1.126.059.005
30
Kebutuhan Modal Kerja=24.140 .342.942+7.060 .582 .578−1.126 .059 .005
= 30.074.866.515

Jadi kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan sebesar

Rp. 30.074.866.515
35

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yaitu menghitung kebutuhan modal kerja,

maka dapat diketahui bahwa perputaran unsur-unsur modal kerja pada periode

Januari s/d Juni tahun 2019 adalah sebagai berikut :

1. Perputaran kas pada bulan Januari s/d Juni tahun 2019 adalah 11,4 kali

didapat dari perhitungan dengan cara penjualan sebesar Rp. 4.825.967.164

dibagi rata-rata kas sebesar Rp. 424.793.749. Lamanya perputaran kas

adalah 16 hari didapat dari hasil bagi 180 dibagi kecepatan perputaran kas.

180 merupakan asumsi periode yang dipakai dalam 6 bulan dari Januari

s/d Juni (180 hari).

2. Kecepatan perputaran piutang pada periode Januari s/d Juni tahun 2019

adalah 1,2 kali didapat dari perhitungan dengan cara penjualan periode

Januari s/d Juni tahun 2019 sebesar Rp. 4.828.967.164 dibagi rata-rata

piutang sebesar Rp. 4.023.390.4900. Lamanya perputaran piutang adalah

150 hari didapat dari hasil bagi 180 dibagi kecepatan perputaran piutang.

180 merupakan asumsi periode yang dipakai dalam 6 bulan dari Januari

s/d Juni (180 hari).

3. Kecepatan perputaran persediaan pada periode Januari s/d Juni tahun 2019

adalah 4,1 kali didapat dari perhitungan dengan cara harga penjualan

periode Januari s/d Juni tahun 2019 sebesar Rp. 4.825.967.164 dibagi rata-

rata persediaan sebesar Rp. 1.176.763.763. Lamanya perputaran

persediaan adalah 43,9 hari didapat dari hasil bagi 180 dibagi kecepatan
36

perputaran persediaan. 180 merupakan asumsi periode yang dipakai dalam

6 bulan periode Januari s/d Juni (180 hari).

Setelah kecepatan perputaran masing-masing unsur modal kerja

diketahui, maka total kecepatan perputaran modal kerja yang terdiri dari kas

dan bank, piutang dan persediaan periode Januari s/d Juni 2019 dihitung

dengan cara 180 dibagi 166 yang merupakan hasil perhitungan lamanya

perputaran kas 16 hari ditambah perputaran piutang 150 hari, dan ditambah

perputaran persediaan 44 hari, dengan demikian diketahui total kecepatan

perputaran unsur-unsur modal kerja periode Januari s/d Juni tahun 2019

adalah 0,89 kali yang berarti periode total kecepatan perputaran unsur-unsur

modal kerja pada PT. HYDRO PERDANA RETAILINDO di Mataram, hal ini

dapat diketahui bahwa selama periode Januari s/d Juni, membutuhkan

lamanya rata-rata dana terikat dalam modal kerja tidak terlalu lama, yang

berarti perputaran modal kerja perusahaan semakin tinggi dan semakin cepat

sehingga dana atau kas, piutang dan persediaan yang diinvestasikan dalam

modal kerja akan cepat kembali menjadi kas.

Hal ini menunjukkan PT. Hydro Perdana Retailindo memiliki kecukupan

modal yang tinggi sehingga dapat digunakan untuk aktivitas perusahaan,

selain itu perusahaan juga menggunakan modal kerjanya secara efektif

sehingga kemampuan perusahaan menciptakan efisiensi penggunaan modal

kerja dan menghasilkan laba juga akan meningkat, semakin tinggi laba maka

akan memberikan efek terhadap volume penjualan perusahaan. Untuk

mengetahui dan menguji apakah modal kerja yang tersedia pada PT. Hydro
37

Perdana Retalindo di mataram dapat memenuhi kebutuhan modal kerja untuk

menjamin kelancaran operasional pada periode Agustus s/d Desember 2019,

maka dapat dilihat dari kebutuhan modal kerja yang dibutuhkan selama

Januari s/d Juni sebesar Rp. 30.074.866.515. Analisis kebutuhan modal kerja

sangat dibutuhkan oleh perusaahan, maka dari perusahaan harus melakukan

perencanaan modal kerja yang tepat, cermat dan teliti demi kelancaran

kegiatan operasional perusahaan dimasa yang akan datang karena modal kerja

tersebut sangat mendukung peningkatan pendapatan guna meningkatkan laba

perusahaan.
38

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, analisis dan pembahasan yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka dapat dikemukakan beberapa simpulan

sebagai berikut:

1. Kebutuhan modal kerja berdasarkan hasil analisis adalah sebesar

Rp 30.074.866.515.

2. Terdapat selisih lebih yang signifikan yaitu sebesar Rp 27.526.104. Hal ini

menunjukkan bahwa modal kerja yang tersedia belum dapat memenuhi

kebutuhan modal kerja untuk menjamin kelancaran operasional

3. Kecilnya tingkat total kecepatan perputaran modal kerja yang terdiri dari

kas (bank), piutang dan persediaan yaitu sebesar 0,89 kali menyebabkan

kebutuhan modal kerja menjadi besar. Kecilnya tingkat perputaran ini

menyebabkan modal kerja yang terikat pada waktu yang cukup lama untuk

dikonversikan kembali menjadi kas sehingga tidak akan tersedia cukup

modal kerja untuk digunakan segera dalam siklus usaha atau kegiatan

perusahaan.

5.2 Saran

1. Diharapkan dapat selalu meningkatkan kinerja dan kualitas perusahaan di

periode berikutnya dengan memperhatikan rencana pembelanjaan dan

penggunaan modal kerja yang baik, dan perusahaan harus bisa melakukan
39

efisiensi dana untuk menekan biaya agar dapat mengimbangi keuntungan

dan kerugian akibat terjadinya kekurangan modal kerja di perusahaan.

2. Dalam mengantisipasi kelebihan ataupun kekurangan kebutuhan modal

kerja yang akan digunakan untuk pemenuhan kegiatan operasional

perusahaan diperlukan pengawasan terhadap sumber dan penggunaan

modal kerja, dan dilakukan penganggaran untuk biaya-biaya yang

membutuhkan banyak dana.


40

DAFTAR PUSTAKA

Kasmir, 2012. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Harahap, Sofyan Syafri. 2009. Teori Kritis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi
Aksara.

Jumingan, 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Bumi Aksara.

Munawir, S. 2010. Analisis laporan Keuangan Edisi keempat. Cetakan Kelima

Riyanto, 2011. Buku Ajar Metodologi Penelitian. Jakarta: EGC.

Sarsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Bayu Media.


Publishing. Malang

Sartono, 2014. Manajemen Keuangan:Teori dan Aplikasi. Edisi Keempat.

Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Bisnis. Edisi 1, Bandung: Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai