Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“Teknik Komunikasi Pada Lansia”

diajukan untuk memenuhi tugas Komunikasi keperawatan


Dosen pengampu Suryana, S.Kep., Ners, M.M

Disusun Oleh:
Erik Lesmana 2341111017
Bintang Saputra 2341111019
Rinrin Dwi Ariani 2341111020
Tiawati 2341111021
Eka Sri Cantik Maulina 2341111022

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUKABUMI


JL.R. Syamsudin, SH, No.5 Kota Sukabumi, Telp (0266) 218
Kata pengantar

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita
yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-nantikan syafa'atnya di akhirat
nanti. Kami mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu
untuk menyelesaikan pembuatan makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah
Komunikasi dengan judul "Teknik Komunikasi Pada Lansia”Kami menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca, agar makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kami juga mengucapkan terimakasih
kepada semua pihak khususnya kepada Dosen Pengampu Bapak Suryana,
S.Kep., Ners, M.M yang telah membimbing kami dalam penulisan makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.

Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Sukabumi,27 Oktober 2023

Kelompok 2
Daftar isi

Kata pengantar ...................................................................................................... 2


Daftar isi ............................................................................................................... 3
BAB 1 Pendahuluan ............................................................................................. 4
1.1 Latar belakang makalah ........................................................................... 4
1.2 Rumusan makalah .................................................................................... 4
1.3 Tujuan ...................................................................................................... 5
BAB 2 Pembahasan .............................................................................................. 5
2.1 Landasan teori .......................................................................................... 5
2.2 Pengertian komunikasi pada lansia .......................................................... 6
2.2.1 Keterampilan komunikasi .................................................................. 7
2.3 Teknik Komunikasi dengan Lansia ......................................................... 7
2.3.1 Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik ............... 7
2.3.2 Teknik Non verbal komunikasi ......................................................... 7
2.3.3 Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia ................... 8
2.3.4 Lingkungan Wawancara .................................................................... 8
2.3.5 Teknik Asertif .................................................................................... 9
2.3.6 Responsif ........................................................................................... 9
2.3.7 Fokus ................................................................................................. 9
2.3.8 Supportif ............................................................................................ 9
2.3.9 Klarifikasi ........................................................................................ 10
2.3.10 Sabar dan ikhlas............................................................................ 10
2.4 Hambatan berkomunikasi dengan lansia ............................................... 10
2.4.1 Agresif ............................................................................................. 10
2.4.2 Non Asertif ...................................................................................... 11
BAB 3 Penutup ................................................................................................... 12
3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 12
3.2 Saran ...................................................................................................... 13
Daftar pustaka..................................................................................................... 14
BAB 1
Pendahuluan
1.1 Latar belakang makalah

Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang


memungkinkan seseorang untuk menetapkan, mempertahankan dan
meningkatkan kontrak dengan orang lain karena komunikasi dilakukan oleh
seseorang, setiap hari orang seringkali salah berpikir bawa komunikasi adalah
sesuatu yang mudah. Namun sebenarnya adalah proses yang kompleks yang
melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi
dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Hal itu merupakan
peristiwa yang terus berlangsung secara dinamis yang maknanya dipacu dan
ditransmisikan. Untuk memperbaiki interpretasi pasien terhadap pesan, perawat
harus tidak terburu-buru dan mengurangi kebisingan dan distraksi. Kalimat yang
jelas dan mudah dimengerti dipakai untuk menyampaikan pesan karena arti suatu
kata sering kali telah lupa atau ada kesulitan dalam mengorganisasi dan
mengekspresikan pikiran. Instruksi yang berurutan dan sederhana dapat dipakai
untuk mengingatkan pasien dan sering sangat membantu (Bruner & Suddart,
2001: 188). Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan
verbal dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya
pada isi tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana individu menyampaikan
hubungan (Potter-Perry, 301).Komunikasi pada lansia membutuhkan perhatian
khusus. Perawat harus waspada terhadap perubahan fisik, psikologi, emosi, dan
sosial yang mempengaruhi pola komunikasi. Perubahan yang berhubungan
dengan umur dalam sistem auditoris dapat mengakibatkan kerusakan pada
pendengaran. Perubahan pada telinga bagian dalam dan telinga mengalangi
proses pendengaran pada lansia sehingga tidak toleran teradap suara.
Berdasarkan hal hal tersebut kami menulis makalah ini yang berjudul teknik
komunikasi pada lansia.

1.2 Rumusan makalah

1. Apa pengertian komunikasi pada lansia?


2. Apa saja teknik komunikasi dengan lansia?
3. Apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia?
1.3 Tujuan

 Mahasiswa mampu melakukan komunikasi dengan lansia


 Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui teknik komunikasi dengan
lansia
 Mahasiswa mengetahui apa saja hambatan berkomunikasi dengan lansia

BAB 2
Pembahasan
2.1 Landasan teori

Komunikasi adalah proses interpersonal yang melibatkan perubahan verbal


dan non verbal dari informasi dan ide. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi
tetapi juga pada perasaan dan emosi dimana harus waspada terhadap perubahan
fisik, psikologi, emosi, dan sosial yang mempengaruhi pola
komunikasi.Perubahan yang berhubungan dengan umur dalam sistem auditoris
dapat mengakibatkan kerusakan pada pendengaran. Perubahan pada telinga
bagian dalam dan telinga mengalangi proses pendengaran pada lansia sehingga
tidak toleran terhadap suara.

Dalam berkomunikasi dengan lansia ada teknik-teknik khusus agar


komunikasi yang dilakukan berlangsung lancar dan sesuai tujuan yang
diinginkan, yaitu: Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang
baik,teknik Non verbal komunikasi,teknik untuk meningkatkan komunikasi
dengan lansia,teknik asertif,responsif,fokus,suportif,klarifikasi,sabar dan ikhlas.

Hambatan berkomunikasi dengan lansia Proses komunikasi dengan lansia


akan terganggu apabila ada sikapagresif dan sikap non asertif. Sikap agresif
ditandai dengan beberapa perilaku, diantaranya berusaha mengontrol dan
mendominasi orang lain, meremehkan orang lain, memepertahankan haknya
dengan menyerang orang lain, menonjolkan diri sendiri, dan mempermalukan
orang lain di depan umum. Sedangkan tanda sikap non asertif diantaranya ialah
menarik diri bila diajak berbicara, merasa tidak sebaik orang lain, merasa tidak
berdaya, tidak berani mengungkap keyakinan, membiarkan orang lain membuat
keputusan untuk dirinya, tampil pasif (diam), mengkuti kehendak orang lain,
mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan orang
lain.
2.2 Pengertian komunikasi pada lansia

Menurut H.A.W Widjaja (2002:13), komunikasi diartikan sebagai


hubungan atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan masalah hubungan atau
diartikan pula sebagai saling tukar menukar pendapat. Komunikasi dapat pula
diartikan sebagai hubungan kontak antar dan antara manusia baik individu
maupun kelompok. Komunikasi dapat pula diartikan sebagai suatu mekanisme
hubungan antara manusia yang mengembangkan semua lambang dan pikiran
yang sama dengan arti yang menyertainya, melalui keleluasaan (space) serta
menyediakan tepat pada waktunya.
Komunikasi adalah elemen dasar dari interaksi manusia yang memungkinkan
seseorang untuk menetapkan, mempertahankan, dan meningkatkan kontak
dengan orang lain. (Potter & Perry, 2005: 301) komunikasi yang biasa dilakukan
pada lansia bukan hanya sebatas tukar-menukar perilaku, perasaan, pikiran dan
pengalaman dan hubungan intim yang terapeutik.
Lansia adalah periode dimana organisme telah mencapai kematangan dalam
ukuran dan fungsi dan juga telah menunjukkan kemunduran sejalan dengan
waktu. Ada beberapa pendapat mengenai "usia kemunduran" yaitu ada yang
menetapkan 60 tahun, 65 tahun dan 70 tahun. Badan kesehatan dunia (WHO)
menetapkan 65 tahun sebagai usia yang menunjukkan proses menua yang
berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia. Kelompok
lanjut usia (LANSIA) adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.
Pada lanjut usia akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk
memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara
perlahan-lahan sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki
kerusakan yang terjadi (Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan
menumpuk makin banyak distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit
degeneratif yang menyebabkan lansia akan mengakhiri hidup dengan episode
terminal.
Penggolongan lansia dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Kelompok lansia dini (5564 tahun), merupakan kelompok yang baru
memasuki lansia.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas)
3. Kelompok lansia resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia lebih dari 70 tahun.
Dalam komunikasi dengan lansia harus diperhatikan faktor fisik, psikologi,
(lingkungan dalam situasi individu harus mengaplikasikan ketrampilan
komunikasi yang tepat. disamping itu juga memerlukan pemikiran penuh serta
memperhatikan waktu yang tepat.

2.2.1 Keterampilan komunikasi

Listening/Pendengaran yang baik yaitu:


1) Mendengarkan dengan perhatian telinga kita.
2) Memahami dengan sepenuh hati, keikhlasan dengan hati yang jernih.
3) Memikirkan secara menyeluruh dengan pikiran jernih kita.

2.3 Teknik Komunikasi dengan Lansia

2.3.1 Teknik komunikasi dengan penggunaan bahasa yang baik

a. Kecepatan dan tekanan suara yang tepat dengan menyesuaikan pada topik
pembicaraan dan kebutuhan lansia,berbicara dengan lansia yang dimensia
dengan pelan.tetapi berbicara dengan lansia demensia yang kurang
mendengar dengan lebih keras hati-hati karena tekanan suara yang tidak tepat
akan merubah arti pembicaraan,pertanyaan yang tepat kurang pertanyaan
yang lansia menjawab ya atau tidak.
b. Berikan kesempatan orang lain untuk berbicara hindari untuk mendominasi,
pembicara sebaiknya mendorong lansia untuk berperan aktif, Merubah topik
pembicaaraan dengan jitu menggunakan objek sekitar untuk topik
pembicaraan bila lansia tidak interest lagi
c. Gunakan kata-kata yang sederhana dan konkrit gunakan makan satu buah
setelah makan dari pada menggunakan makanan yang berserat. Gunakan
kalimat yang simple dan pendek satu pesan untuk satu kalimat.

2.3.2 Teknik Non verbal komunikasi

a. Perilaku : ramah tamah,sopan dan menghormati, cegah supaya tidak acuh tak
acuh, perbedaan.
b. Kontak mata : jaga tetap kontak mata
c. Exspresi wajah : mereplexsikan perasaan yang sebenarnya
d. Postur dan tubuh : mengganggu,gerakan tubuh yang tepat, meletakkan kursi
dengan tepat. Sentuhan: memegang tangan, menjabat tangan.

2.3.3 Teknik untuk meningkatkan komunikasi dengan lansia

1.) Memulai kontak saling memperkenalkan nama dan berjabat tangan


2.) Bila hanya menyentuh tangannya hanya untuk mengucapkan pesan-pesan
verbal dan merupakan metode primer yang non verbal.
3.) Jelaskan tujuan dari wawancara dan hubungan dengan intervensi
keperawatan yang akan diberikan.
4.) Mulai pertanyaan tentang topik-topik yang tidak mengancam.
5.) Gunakan pertanyaan terbuka dan belajar mendengar yang efektif. 6.) Secara
periodic mengklarifikasi pesan
6.) Mempertahankan kontak mata dan mendengar yang baik dan mendorong
untuk berfokus pada informasi.
7.) Jangan merespon yang menonjolkan rasa simpati.
8.) Bertanya tentang keadaan mental merupakan pertanyaan yang mengancam
dan akan mengakhiri interview.
9.) Minta izin bila ingin bertanya secara formal.

2.3.4 Lingkungan Wawancara

• Posisi duduk berhadapan


• Jaga privasi
• Penerangan yang cukup dan cegah latar belakang yang silam
• Kurangi keramaian dan berisik
• Komunikasi dengan lansia kita mencoba untuk mengerti dan menjaga kita
mengekspresikan diri kita sendiri efek dsri komunikasi adalah pengaruh
timbal balik seperti cermin
2.3.5 Teknik Asertif

Asertif adalah sikap yang dapat menerima, memahami pasangan bicara


dengan menunjukkan sikap peduli, sabar mendengarkan dan memperhatikan
ketika pasangan bicara agar maksud komunikasi atau pembicaraan dapat
dimengerti.Asertif merupakan pelaksanaan etika berkomunikasi. Sikap ini akan
sangat membantu petugas kesehatan untuk menjaga hubungan terapeutik dengan
klien lansia

2.3.6 Responsif

Reaksi petugas kesehatan terhadap fenomena yang terjadi pada klien


merupakan bentuk perhatian petugas kepada klien. Ketika perawat mengetahui
adanya perubahan sikap atau kebiasaan klien sekecil apapun hendaknya segera
menanyakan atau klarifikasi tentang perubahan tersebut, misalnya dengan
mengajukan pertanyaan,” Apa yang sedang Bapak/Ibu pikirkan saat ini? Apa
yang bisa saya bantu?”. Beresponn berarti sikap Aktif, tidak menunggu bantuan
dari klien. Sikap aktif Dari petugas kesehatan ini akan menciptakan perasaan
tenang bagi klien.

2.3.7 Fokus

Sikap ini merupakan upaya perawat untuk tetap konsisten terhadap materi
komunikasi yang diinginkan. Ketika klien mengungkapkan
pernyataanpernyataan di luar materi yang diinginkan, maka perawat hendaknya
mengarahkan maksud pembicaraan. Upaya ini perlu diperhatikan karena
umumnya klien lansia senang menceritakan yang mungkin tidak relevan untuk
kepentingan petugas kesehatan.

2.3.8 Supportif

Perubahan yang terjadi pada lansia baik pada aspek fisik maupun psikis
secara bertahap menyebabkan emosi klien relatif menjadi labil. Perubahan ini
perlu disikapi dengan menjaga kestabilan emosi klien lansia, misalnya dengan
mengiyakan, senyum dan mengangguk kepala ketika lansia mengungkapkan
perasaannya sebagai sikap hormat dan menghargai sesama lansia berbicara.
Sikap ini dapat menumbuhkan kepercayaan diri klien lansia sehingga lansia tidak
merasa menjadi beban bagi keluarganya, dengan demikian diharapkan klien
termotivasi untuk mandiri dan berkarya sesuai kemampuannya. Selama memberi
dukungan baik secara moral maupun materil, petugas kesehatan jangan sampai
terkesan menggurui atau mengajari klien karena ini dapat merendahkan
kepercayaan klien kepada perawat atau petugas kesehatan lainnya.
Ungkapanungkapan yang bisa memberi motivasi, meningkatkan kepercayaan
diri klien tanpa terkesan menggurui atau mengajar misalnya: “ Saya yakin
bapak/ibu lebih berpengalaman dari saya untuk itu kami yakin bapak/ibu mampu
melaksanakan..... dan bila diperlukan kami siap membantu”.

2.3.9 Klarifikasi

Dengan berbagai perubahan yang terjadi dengan lansia seiring proses


komunikasi tidak berlangsung dengan lancar. Klarifikasi dengan cara
mengajukan pertanyaan ulang dan memberi penjelasan lebih dari satu kali perlu
dilakukan oleh perawat agar maksud pembicaraan kita dapat diterima dan
dipersepsikan sama oleh klien. “ berapa/ibu bisa menerima apa yang saya
sampaikan tadi? Bisa minta tolong bapak/ibu untuk menjelaskan kembali apa
yang saya sampaikan tadi?”.

2.3.10 Sabar dan ikhlas

Seperti diketahui sebelumnya bahwa klien lansia umumnya mengalami


perubahan-perubahan yang terkadang merepotkan dan kekanak-kanakan.
Perubahan ini bila tidak disikapi dengan sabar dan ikhlas dapat menimbulkan
perasaan jengkel bagi perawat sehingga komunikasi yang dilakukan tidak
terpeutik, solutif, namun dapat berakibat komunikasi berlangsung emosional dan
menimbulkan kerusakan hubungan antara klien dengan petugas kesehatan.

2.4 Hambatan berkomunikasi dengan lansia

Proses komunikasi antara petugas kesehatan dengan klien lansia akan


terganggu Apabila ada sikap agresif dan sikap non asertif

2.4.1 Agresif

Sikap agresif dalam berkomunikasi biasanya ditandai dengan perilaku-perilaku


di bawah ini:
a. Berusaha mengontrol dan mendominasi orang lain (lawan bicara)
b. Meremehkan orang lain
c. Mempertahankan haknya dengan menyerang orang lain
d. Menonjolkan diri sendiri
e. Mempermalukan orang lain di depan umum, baik dengan perkataan maupun
tindakan

2.4.2 Non Asertif

Tanda-tanda dari sikap non asertif ini adalah:


a. Menarik diri bila diajak berbicara
b. Merasa tidak sebaik orang lain atau rendah diri
c. Merasa tidak berdaya
d. Tidak berani mengungkapkan keyakinan
e. Membiarkan orang lain membuat keputusan untuk dirinya
f. Tampil diam atau pasif
g. Mengikuti kehendak orang lain
h. Mengorbankan kepentingan dirinya untuk menjaga hubungan baik dengan
orang lain
Adanya hambatan komunikasi kepada lansia merupakan hal yang wajar
seiring dengan menurunnya fungsi fisik dan psikologis klien. Namun sebagai
tenaga profesional kesehatan, perawat dituntut mampu mengatasi keadaan
tersebut, Untuk itu perlu adanya teknik atau tips-tips tertentu yang perlu
diperhatikan agar komunikasi dapat berlangsung efektif, antara lain:
1. Selalu mulai komunikasi dengan mengecek fungsi pendengaran klien
2. Keraskan suara Anda jika perlu
3. Dapatkan perhatian klien sebelum berbicara titik pandanglah dia sehingga dia
dapat melihat mulut Anda
4. atur lingkungan sehingga menjadi kondusif untuk komunikasi yang baik.
Kurangi gangguan visual dan auditori. Pastikan adanya pencahayaan yang
cukup.
5. ketika merawat orang tua dengan gangguan komunikasi, ingat kelemahannya.
Jangan menganggap kemacetan komunikasi merupakan hasil bahwa klien
tidak kooperatif.
6. jangan berharap untuk berkomunikasi dengan cara yang sama dengan orang
yang tidak mengalami gangguan. Sebaliknya bertindaklah sebagai partner
yang tugasnya memfasilitasi klien untuk mengungkapkan perasaan dan
pemahamannya.
7. berbicara dengan pelan dan jelas saat menatap matanya, gunakan kalimat
pendek dengan bahasa yang sederhana.
8. bantulah kata-kata anda dengan isyarat visual
9. serasikan bahasa tubuh anda dengan pembicaraan anda, misalnya ketika
melaporkan hasil tes yang diingingkan, pesan yang menyatakan bahwa berita
tersebut adalah bagus seharusnya dibuktikan dengan ekspresi, postur dan
nada suara anda yang menggembirakan (misalnya dengan senyum, ceria atau
tertawa secukupnya)
10. ringkaslah hal-hal yang paling penting dari pembicaraan tersebut
11. berilah klien waktu yang banyak untuk bertanya dan menjawab pertanyaan
anda.
12. biarkan dia membuat kesalahan, jangan menegurnya secara langsung, tahan
keinginan anda untuk menyelesaikan kalimat
13. jadilah pendengar yang baik walaupun keinginan sulit
mendengarkannya
14. arahkan kesuatu topik pada suatu saat
15. . jika mungkin ikutkan keluarga atau yang merawat dalam ruangan bersama
anda. Orang ini biasanya paling akrab dengan pola komunikasi klien dan
dapat membantu proses komunikasi.

BAB 3
Penutup

3.1 Kesimpulan

Komunikasi dengan lansia memerlukan pemahaman, kesabaran, dan


kepedulian. Penting untuk berbicara dengan jelas, mendengarkan dengan baik,
dan menghormati pengalaman serta perasaan mereka. Komunikasi yang baik
dengan lansia dapat memperkuat hubungan dan meningkatkan kualitas hidup
mereka.
Teknik komunikasi yang efektif dengan lansia melibatkan pemahaman,
kesabaran, dan kepekaan terhadap kebutuhan mereka. Ini termasuk berbicara
dengan jelas, mendengarkan dengan penuh perhatian, menjaga bahasa tubuh
yang sopan, dan menghormati pengalaman serta perasaan mereka.
Kesimpulannya, teknik komunikasi yang baik dengan lansia dapat
meningkatkan kualitas interaksi dan membantu memenuhi kebutuhan mereka.
Hambatan dalam berkomunikasi dengan lansia dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, termasuk penurunan pendengaran, gangguan kognitif, masalah
kesehatan, serta perbedaan generasi. Kesimpulannya, untuk berkomunikasi
dengan efektif, penting untuk memahami hambatan-hambatan ini dan mencari
solusi yang sesuai untuk masing-masing individu lansia.

3.2 Saran

Komunikasi pada lansia baiknya dilakukan secara bertahap supaya mudah


dalam pemahamannya. Lansia merupakan kelompok yang sensitive dalam
perasaannya oleh sebab itu, saat komunikasi harus berhati-hati agar tidak
menyinggung perasaannya.
Daftar pustaka

• https://id.scribd.com/document/431469236/TEKNIK-KOMUNIKASI-
PADA-LANSIA-pak-nur-docx
• https://jak.stikba.ac.id/index.php/jak/article/download/36/24#:~:text=Ad
apaun%20pendekatan%20yang%20dilakukan%20pada,pasien%20(Indra
wati%2C%202003)
• https://id.scribd.com/document/453461459/MAKALAH-
KOMUNIKASI-PADA-LANSIA

Anda mungkin juga menyukai