Anda di halaman 1dari 76

TINDAK PIDANA DI LUAR

KUHP NASIONAL
Dr. IRA ALIA MAERANI, S.H., M.H.
NIDN 0602057803
WA: 087718141009
Email: ira.alia@unissula.ac.id
Blog: https://iraaliamaerani.wordpress.com
E-Learning: sim.unissula.ac.id
KUHP NASIONAL
• UU No. 1 Tahun 2023 tentang Kitab
Undang-Undang Hukum Pidana
(KUHP)
• Diundangkan: 2 Januari 2023
• Berlaku: 3 tahun kemudian sejak diundangkan
(Pasal 624)
3 MASALAH POKOK HUKUM PIDANA:

1.TINDAK PIDANA
2.ORANG DAN/ATAU KORPORASI
3. PIDANA DAN/ATAU TINDAKAN
Pasal 12 UU No. 1 Tahun 2023
(1) TINDAK PIDANA merupakan perbuatan yang oleh
peraturan perundang-undangan diancam dengan sanksi
pidana dan/atau tindakan.
(2) Untuk dinyatakan sebagai Tindak Pidana, suatu perbuatan
yang diancam dengan sanksi pidana dan/atau tindakan oleh
peraturan perundang-undangan harus bersifat melawan
hukum atau bertentangan dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat.
(3) Setiap Tindak Pidana selalu bersifat melawan hukum,
kecuali ada alasan pembenar.
ALASAN PEMBENAR
• Pasal 31: Setiap Orang yang melakukan perbuatan yang
dilarang tidak dipidana, jika perbuatan tersebut dilakukan
untuk melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
§ Pasal 32: Setiap Orang yang melakukan perbuatan yang
dilarang tidak dipidana, jika perbuatan tersebut dilakukan
untuk melaksanakan perintah jabatan dari Pejabat yang
berwenang.
§ Pasal 33: Setiap Orang yang melakukan perbuatan yang
dilarang tidak dipidana, jika perbuatan tersebut dilakukan
karena keadaan darurat.
ALASAN PEMBENAR

§ Pasal 34: Setiap Orang yang terpaksa melakukan


perbuatan yang dilarang tidak dipidana, jika perbuatan
tersebut dilakukan karena pembelaan terhadap serangan
atau ancarnan serangan seketika yang melawan hukum
terhadap diri sendiri atau orang lain, kehormatan dalam
arti kesusilaan, atau harta benda sendiri atau orang lain.
§ Pasal 35: Ketiadaan sifat melawan hukum dari Tindak
Pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (2)
merupakan alasan pembenar.
• Pasal 12 Ayat (2): Untuk dinyatakan sebagai Tindak
Pidana, suatu perbuatan yang diancam dengan sanksi
pidana dan/atau tindakan oleh peraturan perundang-
undangan harus bersifat melawan hukum atau
bertentangan dengan hukum yang hidup dalam
masyarakat.
ALIRAN MONISTIS
• Tidak memisahkan antara perbuatan
pidana (criminal act) dan
pertanggungjawaban pidana (criminal
responsibility)
• Dalam rumusan tindak pidana sekaligus
tercakup unsur perbuatan/akibat dan
unsur kesalahan/pertanggungjawaban
ALIRAN DUALISTIS
• Memisahkan secara tegas antara
perbuatan pidana (criminal act) dan
pertanggungjawaban pidana (criminal
responsibility)
• Dalam rumusan tindak pidana sekaligus
tercakup unsur perbuatan/akibat tanpa
unsur kesalahan/pertanggungjawaban
TINDAK
PIDANA
MONISTIS DUALISTIS
PERBUATAN (AKIBAT),
MELAWAN HUKUM,
ACTUS REUS MENS REA
KESALAHAN
(PERTANGGUNGJAWABAN
PIDANA)
PERBUATAN (AKIBAT), KESALAHAN
MELAWAN HUKUM (PERTANGGUNGJAWABAN
PIDANA)
BEBERAPA ISU TERKAIT KORPORASI

ØPenegasan korporasi sebagai subyek tindak pidana


ØPengertian atau cakupan korporasi
ØPengertian atau batasan tindak pidana korporasi
ØPengertian atau syarat pertanggungjawaban pidana
korporasi --> Teori-teori Corporate Criminal Responsibility
ØModel pertanggugjawaban pidana dari tindak pidana
korporasi
ØAlasan penghapus pidana korporasi
ØPemidanaan, Pidana dan Tindakan bagi Korporasi
UNSUR-UNSUR TINDAK PIDANA:
(JM VAN BEMMELEN)
• Di dalam perumusan (bagian)
• dimuat dalam surat dakwaan
1. Tingkah laku yang dilarang
2. Bagian subyektif: kesalahan, maksud, tujuan, niat,
rencana, ketakutan
3. Bagian obyektif: secara melawan hukum, kausalitas,
bagian2 lain yang menentukan dapat dikenakan pidana
(syarat tambahan; keadaan)
4. Bagian yang mempertinggi dapatnya dikenakan pidana
• Di luar perumusan (unsur): syarat dapat dipidana
1. Secara melawan hukum
2. Dapat dipersalahkan
3. Dapat dipertanggungjawabkan
BUKU I KUHP NASIONAL
ATURAN UMUM
• BAB I: Ruang Lingkup Berlakunya Ketentuan Peraturan
Perundang-undagan Pidana
• BAB II: Tindak Pidana dan Pertanggungjawaban Pidana
• BAB III: Pemidanaan, Pidana dan Tindakan
• BAB IV: Gugurnya kewenangan Penuntutan dan
Pelaksanaan Pidana
• BAB V: Pengertian Istilah
• BAB VI: Aturan Penutup
BAB II TINDAK PIDANA &
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA

TINDAK PIDANA
• Umum (Pasal 12)
• Permufakatan Jahat (Pasal 13, 14)
• Persiapan (Pasal 15, 16)
• Percobaan (Pasal 17, 18, 19)
• Penyertaan (Pasal 20-22)
• Pengulangan (Pasal 23)
• Tindak Pidana Aduan (Pasal 31-35)
Pertanggungjawaban Pidana
• Umum (Pasal 36-39)
• Pertanggungjawaban Pidana (Pasal 36)
• Strict Liability & Vicarious Liability (Pasal 37)
• Kurang Mampu Bertanggungjawab (Pasal 38)
• Tidak Mampu Bertanggungjawab (Pasal 39)

Alasan Pemaaf (Pasal 40-44)


Pertanggungjawaban Pidana Korporasi (Pasal 45-50)
• STRICT LIABILITY = DIPIDANA SEMATA-MATA
KARENA TELAH DIPENUHINYA UNSUR-UNSUR
TINDAK PIDANA TANPA MEMPERHATIKAN ADANYA
KESALAHAN

• VICARIOUS LIABILITY = DIMINTAI


PERTANGGUNGJAWABAN ATAS TINDAK PIDANA
YANG DILAKUKAN ORANG LAIN
PIDANA DENDA (Pasal 79):

• Kategori I: Rp 1 Juta
• kategori II: Rp 10 Juta
• Kategori III: Rp 50 Juta
• Kategori IV: Rp 200 Juta
• Kategori V: Rp 500 Juta
• Kategori VI: Rp 2 Miliar
• Kategori VII: Rp 5 Miliar
• Kategori VIII: Rp 50 Miliar
BUKU II TINDAK PIDANA

• BAB I - XXXIII : Berbagai Macam Tindak Pidana mulai


dari Pasal 188 - 596
• BAB XXXIV : Tindak Pidana Berdasarkan Hukum yang
Hidup dalam Masyarakat (Pasal 597)
• BAB XXXV : Tindak Pidana Khusus;
1. Tindak Pidana Berat Terhadap HAM (Ps 598-599)
2. Tindak Pidana Terorisme (Ps 600-602)
3. Tindak Pidana Korupsi (Ps 603-606)
4. Tindak Pidana Pencucian Uang (Ps 607-608)
5. Tindak Pidana Narkotika (Ps 609-611)
Pasal 612

• Ketentuan mengenai permufakatan jahat, persiapan,


percobaan dan pembantuan yang diatur dalam undang-
undang mengenai Tindak Pidana terhadap Hak Asasi
Manusia, Tindak Pidana Terorisme, Tindak Pidana
Korupsi, Tindak Pidana Pencucian Uang, dan Tindak
Pidana Narkotika berlaku sesuai dengan ketentuan dalam
Undang-undang tersebut.
SISTEMATIKA (KUHP LAMA & KUHP BARU)

KUHP (W.v.S) UU No. 1 Tahun 2023 ttg KUHP


(49 Bab, 569 Pasal) (43 Bab, 624 pasal)

Aturan Umum Aturan Umum


(9 Bab, 103 pasal) (6 Bab, 187 pasal)

Kejahatan (31 Bab, 385 pasal) Tindak Pidana


Pelanggaran (9 Bab, 81 pasal) (37 Bab, 437 pasal)
Perbandingan Struktur Buku Kedua & Buku Ketiga KUHP
Dengan Buku Kedua UU No. 1 Tahun 2023 (1)
No. KUHP (W.v.S) UU No. 1 Tahun 2023 ttg KUHP
1. Bab IV mengatur mengenai Kejahatan Bab IV mengatur mengenai Tindak Pidana
terhadap Melakukan Kewajiban dan Hak terhadap Penyelenggaraan Rapat Lembaga
Kenegaraan Legislatif dan Badan Pemerintah (tidak
mengatur mengenai TP terhadap Pemilihan
Umum)
2. KUHP tidak mengatur mengenai Tindak KUHP Nasional mengatur Tindak Pidana
Pidana terhadap Proses Peradilan dalam terhadap Proses Peradilan dalam Bab VI
Bab tersendiri

3. Tindak Pidana terhadap agama dan kehidupan Tindak Pidana terhadap Agama dan Kehidupan
beragama diatur dalam Bab 5 Kejahatan Beragama diatur dalam bab tersendiri (Bab VII)
terhadap Ketertiban Umum (Pasal 156a KUHP)
4. Tindak Pidana Perkosaan merupakan Tindak Pidana Perkosaan dimasukan ke dalam
bagian dari Bab XIV Kejahatan terhadap Bab XXII Tindak Pidana Terhadap Tubuh
Kesusilaan
5. KUHP mengatur mengenai KUHP Nasional tidak mengatur perkelahian
No. KUHP LAMA (W.v.S) UU No. 1 Tahun 2023 ttg KUHP
6. BAB XVIII Kejahatan thd kemerdekaan Orang tidak BAB XIX Tindak Pidana terhadap
mengatur mengenai Perdagangan Orang. Dalam Kemerdekaan Orang mengadopsi Tindak
KUHP hanya mengatur Perdagangan Wanita dan Pidana Perdagangan Orang dari UU No. 21
Perdagangan Anak Laki-laki di Bawah Umur yang Tahun 2007 ttg Pemberantasan Tindak
diatur dalam BAB XIV Kejahatan terhadap Kesusilaan Pidana Perdagangan Orang.
(Pasal 297 KUHP)
Tidak mengatur ttg Penyelundupan Manusia BAB XX Mengatur ttg Penyelundupan
Manusia
BAB XIX: Kejahata Terhadap Nyawa BAB XXI: Tindak Pidana Terhadap Nyawa
dan Janin
Penganiayaan diatur dalam bab tersendiri (BAB XX) Tindak Pidana terhadap Tubuh Manusia
dibagi 3 bagian:
a. Penganiayaan
b. Perkelahian secara Berkelompok
c. Perkosaan.
Perbedaan HTPU dan HTPK
No Uraian Hukum Tindak Pidana Umum Hukum Tindak Pidana Khusus

1. Definisi Per-UU-an Pidana dan berlaku Per-UU-an di bidang tertentu dan bersanksi pidana, atau
umum TP yang diatur dalam UU Khusus.

2. Dasar KUHP dan semua per-UU-an Per-UU-an di luar KUHP, baik per-UU-an pidana maupun
yang mengubah dan menambah bukan pidana, tetapi bersanksi pidana (ketentuan yang
KUHP menyimpang dari KUHP)

3. Kewenangan Polisi, Jaksa Polisi, Jaksa, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS), KPK,
Penyelidikan Perwira TNI AL dalam penyidikan di wilayah perairan
& Penyidikan Indonesia (ZEE).

4. Pengadilan Pengadilan Umum Pengadilan TIPIKOR/Pengadilan Pajak/ Pengadilan


Hubungan Industrial/Pengadilan Anak/Pengadilan HAM/
Pengadilan Niaga/Pengadilan Perikanan
TINDAK PIDANA BERDASARKAN HUKUM YANG
HIDUP DALAM MASYARAKAT:
• PASAL 597:
(1) Setiap orang yang melakukan perbuatan yang menurut
hukum yang hidup dalam masyarakat dinyatakan sebagai
perbuatan yang dilarang, diancam dengan pidana.
(2) Pidana sebagaimana dimaksud pada Ayat (1) berupa
pemenuhan kewajiban adat.
BAB XXXV TINDAK PIDANA KHUSUS
TINDAK PIDANA BERAT TERHADAP HAK ASASI MANUSIA
PASAL 598-599 KUHP NASIONAL:
PASAL 598: Dipidana karena genosida, setiap orang yang dengan
maksud menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian
kelompok bangsa, ras, etnis, agama, atau kepercayaan dengan cara:
a. membunuh anggota kelompok;
b. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental berat terhadap anggota
kelompok;
c. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang diperhitungkan akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik, baik seluruh maupun
sebagian;
d. memaksakan tindakan yang bertujuan mencegah
kelahiran dalam kelompok; atau
e. memindahkan secara paksa Anak dari kelompok ke
kelompok lain,

dengan PIDANA MATI, PIDANA PENJARA SEUMUR


HIDUP ATAU PIDANA PENJARA PALING SINGKAT 5
(LIMA) TAHUN DAN PALING LAMA 20 TAHUN.
TINDAK PIDANA TERORISME (Pasal 600-602)

• Setiap orang yang menggunakan kekerasan atau


ancaman kekerasan yang menimbulkan suasana teror
atau rasa takut terhadap orang secara meluas,
menimbulkan Korban yang bersifat massal dengan cara
merampas kemerdekaan atau mengakibatkan kerusakan
atau kehancuran terhadap objek vital yang strategis,
lingkungan hidup, fasilitas publik, atau fasilitas
internasional, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 (lima) tahun dan paling lama 20 (dua puluh)
tahun, pidana penjara seumur hidup, atau pidana mati.
TINDAK PIDANA KORUPSI (Pasal 603-606)

• setiap Orang yang secara melawan hukum melakukan


perbuatan memperkaya diri sendiri, orang lain, atau
Korporasi yang merugikan keuangan negara atau
perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara
seumur hidup atau pidana penjara paling singkat (dua)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan pidana
denda paling sedikit kategori II dan paling banyak
kategori VI.
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (Pasal 607-608

Setiap orang yang:


a. menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan,
menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau
perbuatan lain atas Harta Kekayaan yang diketahuinya
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal
usul harta kekayaan, dipidana dengan pidana penjara
paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda
paling banyak kategori VII;
b. menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber,
lokasi, peruntukan, pengalihan hak-hal, atau kepemilikan yang
sebenarnya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana,
dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas)
tahun dan pidana denda paling banyak kategori VI;
c. menerima atau mengnuasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau
menggunakan harta kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda
paling banyak Kategori VI.
Hasil Tindak Pidana adalah Harta Kekayaan yang
diperoleh dari:
§ Korupsi
§ Penyuapan
§ Narkotika
§ Psikotropika
§ Penyelundupan tenaga kerja
§ Penyelundupan migran
§ di bidang perbankan
§ di bidang pasar modal
§ di bidang perasuransian
§ kepabeanan
§ cukai
§ perdagangan orang
• perdagangan senjata gelap
• terorisme
• penculikan
• pencurian
• penggelapan
• penipuan
• pemalsuan uang
• perjudian
• prostitusi
• di bidang perpajakan
• di bidang kehutanan
• di bidang lingkungan hidup
• di bidang kelautan dan perikanan; atau
• Tindak Pidana lain yang diancam dengan pidana penjara
4 (empat) tahun atau lebih.
TINDAK PIDANA NARKOTIKA (Pasal 609-611)

• Ketentuan mengenai penggolongan dan jumlah narkotika


mengacu pada Undang-Undang yang mengatur
mengenai Narkotika (Pasal 611)
Dasar Hukum
Pasal 187 KUHP Nasional mengandung pengertian:
1. Ketentuan yang ada dalam BAB I hingga BAB V BUKU
KESATU berlaku juga bagi perbuatan yang dapat
dipidana menurut peraturan perundang-undangan lain,
kecuali ditentukan lain menurut Undang-Undang.
2. Adanya kemungkinan UU termasuk UU Pidana di luar
KUHP, karena KUHP tidak mengatur seluruh tindak
pidana di dalamnya
Dasar Hukum

• Sesuai dengan adagium “lex specialis derogat legi


generali”, artinya peraturan khusus menyingkirkan
peraturan umum.
• Hal ini berlaku juga untuk sistem pemidanaan. kecuali
ditentukan lain dalam per-UU-an tsb.
• Jadi selama tidak ada ketentuan khusus, berlakulah
ketentuan umum itu (Prof. Andi Hamzah).
Kekhususan Hukum Tindak Pidana Khusus di bidang Hk.
Pidana Materil
• Menentukan sendiri yang sebelumnya tidak ada dalam
HTPU disebut dengan ketentuan khusus.
• Hukum Pidana bersifat elastis (ketentuan khusus).
• Percobaan dan membantu melakukan tindak pidana
diancam dengan pidana (menyimpang).
• Pengaturan tersendiri tindak pidana kejahatan dan
pelanggaran (ket. Khs)
• Perluasan berlakunya asas teritorial (ekstra teritorial).
(menyimpang/ket.khs)
• Sub. Hukum berhubungan / ditentukan berdasarkan
kerugian keuangan dan perekonomian negara (ket. Khs)
- Pegawai Negeri merupakan Sub. Hukum tersendiri.(ket. khs).
- Mempunyai sifat terbuka, maksudnya adanya ketentuan untuk
memasukkan tindak pidana yang berada dalam UU lain asalkan
UU lain itu menetukan menjadi tindak pidana (ket.khus).
- Pidana denda + 1/3 terhadap korporasi. (menyimpang).
- Perampasan barang bergerak, tidak bergerak (ket. khs).
- Adanya pengaturan tindak pidana selain yang diatur dalam UU
itu.(ket.khs).
- Tindak pidana bersifat transnasional. (ket.khs).
- Adanya ketentuan yurisdiksi dari negara lain terhadap
tindak pidana yang terjadi.
(ket.khs).
- Tindak pidananya dapat bersifat politik ( ket.khs).
- Dapat pula berlaku asas retro active (berlaku surut).
Penyimpangan terhadap Hukum Pidana Formal, dapat
berupa:
- Penyidikan dapat dilakukan oleh Jaksa maupun Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
- Perkara pidana khusus harus didahulukan dari perkara pidana
lain;
- Adanya gugatan perdata terhadap tersangka / terdakwa TP
Korupsi.
- Penuntutan Kembali terhadap pidana bebas atas dasar kerugian
negara;
- Perkara pidana Khusus diadili di Pengadilan khusus (HPE);
- Dianutnya Peradilan In absentia;
- Diakuinya terobosan terhadap rahasia bank;
- Dianutnya Pembuktian terbalik;
- Larangan menyebutkan identitas pelapor;
- Perlunya pegawai penghubung;
Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Khusus

- Tindak Pidana Korupsi


- Tindak Pidana Pencucian Uang
- Tindak Pidana HAM
- Tindak Pidana Terorisme
- Tindak Pidana Narkotika
- Tindak Pidana Psikotropika
- Tindak Pidana Lingkungan Hidup
- Tindak Pidana Perdagangan Orang
- Tindak Pidana Anak
- Tindak Pidana Kehutanan
Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Khusus

• Tindak Pidana Kepabeanan


• Tindak Pidana Penyelundupan
• Tindak Pidana Pembalakan Hutan secara Liar (Ilegal
Logging)
• Tindak Pidana Perpajakan
• Tindak Pidana di bidang Perikanan
• Tindak Pidana di bidang Perbankan
• Tindak Pidana Ekonomi
Bentuk-Bentuk Tindak Pidana Khusus

• Tindak Pidana di bidang Pasar Modal


• Tindak Pidana di bidang Pelayaran
• Tindak Pidana di bidang HaKI
• Tindak Pidana di bidang Ketenagakerjaan
• Tindak Pidana di bidang Informasi dan Transaksi
Elektronik
• Tindak Pidana di bidang Pemilu
HUKUM TINDAK PIDANA EKONOMI
(HTPE)
Definisi TPE secara sempit:

Tindak pidana yang secara yuridis diatur


dalam UU Darurat nomor 7 tahun 1955
tentang Pengusutan, Penuntutan dan
Peradilan tindak pidana ekonomi.
TPE dalam arti luas:

Semua tindak pidana di luar UU Darurat no 7


tahun 1955 yang bercorak atau bermotif
ekonomi atau yang dapat berpengaruh negatif
terhadap kegiatan perekonomian dan
keuangan negara yang sehat.
Dalam istilah asing sering disebut : economic
crimes, crime as bussiness, bussines crimes,
abuse of economic power.
Kekhususan HTPE:
(Prof. Andi Hamzah)
1. Peratuan HTPE elastis dan mudah berubah.
2. Perluasan subyek hukum pidana (pemidanaan badan
hukum)
3. Peradilan in absentia. Peradilan in absentia berlaku
terhadap orang yang sudah meninggal dan tidak dikenal
(Lihat: UU Drt No. 7 Tahun 1955 dan UU No. 15 Prp
Tahun 1962)
Kekhususan HTPE: (Prof. Andi Hamzah)
4. Percobaan dan membantu melakukan pada delik ekonomi.
5. Pembedaan delik ekonomi berupa kejahatan dan
pelanggaran.
6. Perluasan berlakunya hukum pidana.
7. Penyelesaian di luar acara (schikking).
8. Hakim, jaksa, panitera pada Pengadilan TPE ditempatkan
di setiap PN yg semata-mata diberi tugas khusus
memeriksa dan mengadili perkara TPE (Ps 35 (1) UU Drt
No. 7 Tahun 1955)
Kekhususan HTPE:
(Prof. Andi Hamzah)
9. Perkara TPE diperiksa dan diadili khusus di Pengadilan
Ekonomi, bukan Pengadilan Umum (Ps. 35 (2) UU Drt N0.
7 Tahun 1955)
10. Hakim dan Jaksa pada Pengadilan TPE dapat
diperkerjakan pada lebih dari satu Pengadilan TPE (Ps
36)
11. Pengadilan TPE dapat bersidang di luar tempat
kedudukan Pengadilan Ekonomi (Ps 37)
Pengadilan Ekonomi?

• Yakni pengadilan yang memeriksa dan mengadili perkara


TPE, bukan Pengadilan Negeri (PN). Hanya lokasinya
saja di PN.
• Sampai kini, memang belum ada Pengadilan TPE secara
fisik, tetapi fungsinya ada sesuai Ps 35 (1), (2) UU Drt No.
7 Tahun 1955.
• Pengadilan Ekonomi eksis ketika ada perkara TPE.
Banding? (Ps 41 Ayat (1))

• Tiap-tiap PT untuk diadakan TPE yang diberi tugas


memeriksa wilayah hukumnya masing-masing dan
mengadili perkara TPE pada tingkat banding.
• Ketentuan ini memiliki jiwa yang sama dg Ps 35 (1)
• Di PT, tidak ada hakim atau jaksa khusus yg diberi tugas
memeriksa dan mengadili perkara TPE.
Ada 3 tipe TPE:
a. Property crimes : Perbuatan yang mengancam harta
benda / kekayaan seseorang atau Negara (act that
threathen property held by private persons or by the state)
b. Regulatory crimes : Perbuatan yang melanggar aturan-
aturan pemerintah (action that violate government
regulations)
c. Tax Crime : pelanggaran mengenai pertanggungjawaban
atau pelanggaran syarat-syarat yang berhubungan dengan
pembuatan laporan menurut undang-undang pajak
(violations of the liability or reporting requirements of the
tax laws)
TPE meliputi juga:
• Penyelundupan (smuggling)
• Tindak pidana di bidang perbankan (banking crimes)
• Tindak pidana di bidang perniagaan (commercial crimes)
• Kejahatan computer (computer crime)
• Tindak pidana lingkungan hidup (environmental crime)
• Tindak pidana di bidang kekayaan intelektual
• Tindak pidana korupsi
• Tindak pidana di bidang perpajakan
• Tindak pidana di bidang ketenagakerjaan.
• Kebijakan kriminalisasi thd suatu perbuatan
dalam TPE berbeda dg TPU.
• Sistem peradilan pada TPE juga mengenal
Penyelesaian di Luar Acara (Schiking),
yakni khusus untuk kasus tindak pidana
penyelundupan.
Property Crime

• salah satu tipe tindak pidana di bidang


ekonomi memiliki pengertian lebih luas
dan tidak sekedar tindak pidana
pencurian vide pasal 362 KUHP. Property
crimes ini meliputi objek yang dikuasai
individu (perorangan) dan juga yang
dikuasai oleh negara.
Property Crime meliputi:
1. Tindakan pemalsuan (untuk segala objek) [forgery];
2. Tindakan penipuan yang merusak (the fraudulent destruction);
3. Tindakan memindahkan atau menyembunyikan instrument yang
tercatat atau dokumentasi (removal or concealment of recordable
instwment)
4. Tindakan mengeluarkan cek kosong (passing bad checks);
5. Menggunakan kartu kredit (credit card) yang diperoleh dari
pencurian dan kartu kredit yang ditangguhkan;
6. Praktik usaha curang (deceptive business practices);
7. Tindakan penyuapan dalam kegiatan usaha (comensial bribery);
8. Tindakan perolehan atau pemilikan sesuatu dengan cara tidak
jujur atau curang (the rigging of contest);
9. Tindakan penipuan terhadap kreditur beritikad baik;
10. Pernyataan bangkrut dengan tujuan penipuan;
11. Perolehan deposito dari lembaga keuangan yang sedang pailit;
(12)
12. Penyalahgunaan dari asset yang dikuasakan;
13. Melindungi dokumen dengan cara curang dan tindakan
penyitaan.
Regulatory Crimes

• Regulatory crimes adalah setiap tindakan


yang merupakan pelanggaran terhadap
peraturan pemerintah yang berkaitan dengan
usaha di bidang perdagangan atau
pelanggaran atas ketentuan-ketentuan
mengenai standarisasi dalam dunia usaha.
Regulatory Crimes meliputi:

• pelanggaran atas larangan perdagangan mariyuana ilegal


• penyelenggaraan pelacuran atau peraturan tentang
lisensi
• pemalsuan kewajiban pembuatan laporan dan aktivitas
usaha di bidang perdagangan
• melanggar ketentuan upah buruh
• larangan monopoli di dalam dunia usaha
• kegiatan usaha berlatar belakang politik.
Tax Crimes
• Tax crimes adalah tindakan yang
melanggar ketentuan mengenai
pertanggungjawaban di bidang pajak dan
persyaratan yang telah di atur di dalam
undang-undang pajak.
Hal-2 yang menyimpang dari ketentuan umum KUHP
(W.v.S) yg terdapat dalam UU Drt No. 7/1955:
1. Pidana penjara dan denda dijatuhkan bersama-
sama. Bersifat imperatif (mengharuskan), menurut
UU No 21 (Prp) Tahun 1959. Kondisi ini tidak
dimungkinkan oleh KUHP (W.v.S)
2. Badan hukum dapat dijatuhi pidana. Kondisi ini tidak
dimungkinkan oleh KUHP (Ps. 59 KUHP)
Hal-2 yang menyimpang dari ketentuan umum
KUHP (W.v.S) yg terdapat dalam UU Drt No. 7/1955

3. Percobaan dan membantu dalam melakukan


delik ekonomi dapat dijatuhi pidana sedangkan
KUHP tidak memungkinkan (Ps. 54 dan 60)
4. Pidana tambahan pada delik ekonomi lebih
banyak dari KUHP seperti dalam Pasal 7 UU Drt.
No. 7 Tahun 1955.
Tindakan Tata Tertib?
(Ps 8 UU Drt. No. 7/1955)
• Bukan berarti pidana yang telah diputuskan hakim. Hanya
merupakan tindakan sementara dalam rangka
pengusutan delik ekonomi oleh jaksa.
• Karena secara materiil merupakan sanksi, jaksa
berhak untuk memerintahkan kepada
tersangka sebagai tindakan sementara
untuk:
1. Penutupan sebagian atau seluruh perusahaan si tersangka,
di mana delik ekonomi itu disangka telah dilakukan.
2. Penempatan perusahaan si tersangka, di mana delik
ekonomi itu disangka telah dilakukan di bawah pengampuan.
3. Pencabutan seluruh atau sebagian hak-hak tertentu atau
pencabutan seluruh atau sebagian keuntungan, yang telah
atau dapat diberikan oleh pemerintah kepada si tersangka
berhubung dengan perusahaan itu
4. Memerintahkan supaya barang-barang si tersangka
disita dan dikumpulkan serta disimpan di tempat yang
ditunjuk oleh Jaksa. Tujuannya agar si tersangka tidak
melakukan perbutan-perbutan tertentu.
Syarat-syarat memutuskan Tindakan Tata Tertib
Sementara:

a. Ada hal-hal yang dirasa sangat memberatkan tersangka


dan adanya kepentingan-kepentingan yang dilindungi
oleh ketentuan-ketentuan yang disangka telah dilanggar.
b. Pemeriksaan di muka pengadilan belum dimulai.
Tujuan Pemidanaan pada HTPE:
• Untuk mencapai pulihnya
keseimbangan sosial ekonomi dan
dengan demikian dapat pula
mengamankan proses pembangunan
untuk kesejahteraan rakyat banyak.
Karakteristik TPE:
(Edmund W. Kitch)
1. Pelaku menggunakan modus operandi yang sulit
dibedakan dengan modus operandi kegiatan ekonomi
pada umumnya;
2. Tindak pidana ini biasanya melibatkan pengusaha-
pengusaha yang sukses dalam bidangnya
3. Tindak pidana ini memerlukan penanganan atau
pengendalian secara khusus dan aparatur penegak
hukum pada umumnya.
PROF. MULADI

• mengatakan tipologi tindak pidana bisa


dibedakan atas dasar tujuan
pengaturannya dan motivasi
dilakukannya.

• tipologi= golongan, watak, corak


Tujuan Pengaturannya:

• Peraturan yang berusaha menjaga agar kompetisi bisnis


dilakukan dengan jujur dan efektif
• Peraturan yang berusaha mencampuri ekonomi pasar,
seperti pengendalian harga, peraturan export/impor,
devisa.
• Pengaturan fiscal, seperti: manipulasi pajak dan bea
cukai
• Peraturan korupsi, misal menyuap
Motivasi dilakukannya Tindak Pidana Ekonomi:
• Tindak pidana yang bersifat individual, seperti pemalsuan
kartu kredit dan pajak pribadi
• Tindak pidana di lingkungan okupasi (jabatan) yang
melanggar kewajiban dan kepercayaan baik di lingkungan
bisnis, pemerintahan maupun lembaga lain, seperti kejahatan
perbankan, manipulasi biaya perjalanan.
• Tindak Pidana yang dilakukan sebagai bagian dari kegiatan
bisnis, sekalipun tidak bersifat sentral, seperti manipulasi
pajak, kejahatan obat dan makanan, korupsi dan kolusi.
• Tindak Pidana di lingkungan bisnis yang bersifat sentral,
seperti penipuan asuransi dan advertensi (iklan) palsu.

Anda mungkin juga menyukai