Anda di halaman 1dari 2

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Tugas 2
Nama : Zakiyyatul layali
Nim : 045224218
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (FKIP)
Kode / Matakuliah : PBIN4106 / Morfologi Bahasa Indonesia
UPBJJ : Jember

1. Iya termasuk Kata hasil proses reduplikasi.Dilihat dari konsep dasar reduplikasi
reduplikasi memiliki dua pengertian yaitu Proses pengulangan untuk menghasilkan kata
dan hasil Proses pengulangan menurut pengertian pertama reduplikasi dipahami sebagai
salah satu proses morfologis atau pembentukan kata dalam suatu bahasa yang dilakukan
dengan cara mengulang Laksem dasar, misalnya pohon-pohon, daun-daun, kupu-kupu,
ranting-ranting. Menurut pengertian kedua reduplikasi juga dimaknai sebagai hasil
pengulangan satuan bahasa (Kridalaksana, 2009:108).Karena reduplikasi dimaknai
sebagai hasil pengulangan satuan bahasa, satuan bahasa apa saja bisa mengalami
pengulangan sehingga bisa terjadi pengulangan fonologis dan leksikal. Kata kura-kura
adalah pengulangan fonologis karena di dalam bahasa Indonesia tidak ada morfem kura
yang secara sistematis mendukung makna kata itu.
2. Reduplikasi morfemis dalam bahasa Indonesia juga menampakkan gejala yang rumit
untuk dideskripsikan kemudian kerumitan itu ditunjukkan oleh kebervariasian bentuk dan
makna yang diakibatkan oleh kebervariasian proses pembentukan diantaranya berkenaan
dengan kata ulang yang biasa disebut dwilingga (misalnya rumah-rumah) atau dwilingga
salin swara (Misalnya mondar-mandir). Ada beberapa pertimbangan berikut yang
pertama jika dwilingga diartikan sebagai pengulangan penuh dan pengulangan itu
diartikan kegiatan mengulang dapat diduga elemen kedua sebuah kata ulang merupakan
bentuk tiruannya. Namun kenyataannya banyak kata ulang yang bersusun balik atau
inversi yang dicetak yang diciptakan dengan sengaja untuk membangun makna yang
berbeda misalnya perbedaan makna antara mencubit-cubit, menarik-narik yang bermakna
iteratif. Kedua, yang mengalami perubahan bunyi tidak harus bentuk tiruan, tetapi bisa
juga bentuk dasarnya, misalnya corat-coret. ketiga perubahan bunyi pada kata ulang
diduga berfungsi untuk menyatakan bahwa tindakan yang dilakukan bersifat kurang
intensif atau kurang beralasan. keempat bentuk tiruan pada kata ulang patut diduga
berfungsi sama seperti afiks karena bentuk tiruan itu tidak memiliki makna leksikal
seperti bentuk dasarnya tetapi berfungsi menandai makna gramatikal tertentu yaitu makna
yang timbul akibat proses reduplikasi itu misalnya makna kuantitas, variasi, anggapan
analogi, dan sebagainya. gambaran kerumitan Analisis kata ulang tersebut sebaiknya
menjadi perhatian dan pertimbangan setiap ahli morfologi dalam mendeskripsikan
reduplikasi yang digunakan di dalam berbagai bahasa, terutama bahasa Indonesia
minimal beberapa kerumitan itu Perlu dicoba untuk diurai dengan harapan bisa
memberikan sedikit kejelasan mengenai identitas, status dan fungsi reduplikasi dalam
bahasa Indonesia.
3. Kemajemukan adalah salah satu proses morfologi yang menghasilkan kata majemuk titik
dalam konsep itu pada dua hal yang harus dipahami, yaitu kemajemukan dan kata
majemuk kemajemukan itu prosesnya dan kata majemuk itu hasilnya. dengan demikian,
sebagai proses, kemajemukan itu berfungsi membentuk kata-kata baru yang disebut kata
majemuk. Jadi, ada dua hal yang perlu diperhatikan yang pertama yaitu kemajemukan itu
proses morfologis bukan proses interaksi yang kedua kata majemuk itu kata bukan frasa.
Kridalaksana menyatakan bahwa pemaduan leksem yang menghasilkan paduan lapisan
itu bukan proses sintaksis, melainkan proses morfologis karena paduan tekstur yang
dihasilkannya, termasuk konstruksi yang asintaksis (Kridalaksana, 1988:69:1996:104)
lebih lanjut pemahaman tentang kemajemukan bisa dilakukan seiring dengan
pemahamanmu tentang konsep langsung dan paduan leksem seperti yang ditawarkan oleh
kridaLaksana di atas.
4. Tidak sama, pada kata jatuh cinta, ini termasuk kata majemuk subordintif atributif. Yakni
tergantung pada makna satuan di luar dirinya (bersifat peka konteks atau terikat konteks).
Misalnya jatuh cinta mempunyai relasi makna antar elemen ‘X menglami a menjadi b’.
subordinatif atributif adalah adalah kata maemuk yang bersift tidak setara yanghubungan
semantic elemen-elemennya bergantung pada “konteks” yang berada di luar “dirinya”
(peka konteks). Maksudnya, pemahaman terhadap maknanya tergantung pada “konteks”
di luar elemen elemnnya.
Sedangkan pada kata majemuk ambil alih memiliki dua elemen yng berkedudukan
seimbang, sepadan, atau setara. Kesetaraan itu dibuktikan oleh tidak adanya relasi makna
antarelemen yng bersift subordinatif. Artinya, makna elemen yang satu tidak menjadi
penelas bagi makna elemen yang lain. Oleh karena itu, kata majemuk yang elemen-
elemennya berkedudukan setara disebut kata majemuk koordinatif.
5. Makna kata maemuk itu bersifat idiosinkrasi tau tidak dapat diprediksi. Ditilik
berdasarkan makna dan relasi makna elemen-elemen pembentuknya, makna kata
majemuk ada yang bersifat idiomatis, semiidiomatis, dan nonidiomatis. Kata majemuk
idiomatis adalah kata majemuk yang maknanya tidak sama dengan makna komponen-
komponennya, sedangkan kata majemuk semiidiomatis adalah kata maemuk yang slh
satu komponennya mengandung makna khas yang ada di dalam kata majemuk itu saja
(Kridalaksana, 1996:107-108). Lebih lanjut, kata majemuk nonidiomatis itu juga
nonsemiidiomatis. Artinya, makna kata mamjemuk nonidiomatis itu masih berhubungan
dengan elemen-elemen pembentuknya. Walaupun demikian, makna kata majemuk
nonidiomatis itu tetap saja tidak bias diramalkan seperti halnya makna frasa. Kata buah
tangn itu termasuk kata majemuk idiomatis.

Anda mungkin juga menyukai