Fixfix Josua 2
Fixfix Josua 2
Disusun Oleh:
Guru Pembimbing:
Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula
penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Melania Sulastri Juliani, S.Pd. Selaku guru pembina
yang senantiasa membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas laporan pelaksanaan kerja
proyek dalam bentuk makalah ini.
Makalah yang berjudul “Polusi Jakarta” ini merupakan laporan tertulis hasil kerja
proyek sebagai salah satu tugas bagi kelas X di SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo.
Makalah ini berisikan penjabaran tentang bagaimana kondisi iklim dan cuaca di kota Jakarta.
Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan penulis
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan. Penulis juga berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada penulis.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
COVER..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan.......................................................................................................................3
1.4 Manfaat.....................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
2.1 Tinjauan Tentang Norma...........................................................................................5
2.1.1 Pengertian Tentang Norma.................................................................................5
2.1.2 Norma Kesopanan..............................................................................................8
2.2 Pengertian Siswa........................................................................................................9
2.3 Pengertian Lingkungan Sekolah..............................................................................10
2.4 Tahapan Penelitian..................................................................................................11
2.5 Hasil Penelitian Penerapan Norma Kesopanan di SMPK ST. YOSEFA................13
2.6 Manfaat Penerapan Norma Kesopanan...................................................................17
2.7 Fungsi Norma Kesopanan Di lingkungan Sekolah..................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
2
1. Bagaimana penerapan norma kesopanan di SMPK ST. YOSEFA?
2. Bagaimana upaya Guru untuk meningkatkan norma kesopanan Siswa di
SMPK ST. YOSEFA?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam upaya Guru untuk
meningkatkan norma kesopanan siswa di SMPK ST. YOSEFA?
4. Bagaimana manfaat dari penerapan norma kesopanan di lingkungan
sekolah?
5. Bagaimana fungsi penerapan dari norma kesopanan di lingkungan
sekolah?
1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yaitu:
1.4 Manfaat
3
1.4.2 Bagi Peserta Didik:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh peserta didik
SMPK ST. Yosefa Labuan Bajo dalam menyusun penulisan laporan hasil kerja
proyek berbentuk makalah. Selain itu, melalui penjabaran tentang penerapan norma
kesopanan dalam makalah ini, siswa diharapkan mendapat gambaran tentang
bagaimana perilaku yang sesuai dengan norma kesopanan.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Tentang Norma
2.1.1 Pengertian Norma
Pengertian norma menurut Para ahli dan secara umum adalah kaidah,
ketentuan, aturan, kriteria, atau syarat yang mengandung niali tertentu yang harus
dipatuhi masyarakat dalam berbuat, bertingka laku dan berinteraksi antara
manusia sehingga terbentuk masyarakat yang tertib, teratur dan aman. Pengertian
norma lainnya adalah tatanan dan pedoman perilaku yang diciptakan manusia
sebagai masyarakat sosial untuk melangsungkan kehidupan bersama-sama dalam
suatu kelompok masyarakat. Norma merupakan suatu petunjuk atau juga patokan
perilaku yang benar dan pantas dilakukan saat berinteraksi sosial dalam suatu
masyarakat. Mudahnya, norma adalah sekumpulan aturan informal yang mengatur
interaksi manusia. Bisa juga diartikan sebagai pedoman, ketentuan dan acuan yang
menjadi keharusan bagi para anggota masyarakat dan segala objek yang menjadi
milik masyarakat tersebut untuk mengikuti dan mematuhi dan mengakui pedoman
tersebut. Norma merupakan aturan berperilaku dalam kehidupan bermasyrakat
sehingga berisi perintah atau larangan. Aturan ini bertujuan untuk mencapai
kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan damai. Bagi individu atau kelompok
masyarakat yang melanggar norma-norma yang berlaku dimasyarakat tersebu, maka
akan dikenakan sanksi yang berlaku baik hukum maupun sosial. Dengan demikian,
bisa dikatakan bahwa norma memiliki kekuatan dan sifatnya memaksa sehingga
manusia wajib tunduk pada peraturan tersebut. Dari penjelasan diatas terkait dengan
norma kesopanan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan bermasyarakat karena
norma ini diberlakukan untuk menjaga dan menghargai satu sama lain dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan diberlakukannya norma kesopanan adalah penerimaan
diri dari masyarakat, mampu menghargai orang lain khususnya orang yang lebih tua,
memahami hakikat dan tata etika dalam bergaul, dan mampu bersosialisasi dengan
baik tanpa melanggar hal-hal yang tidak baik, dapat disimpulkan norma ini menjadi
salah satu norma terpenting yang harus dipatuhi.
6
ada empat bagian tingkatan norma-norma sosial yaitu (Basrowi, 2005 : 88-89) :
1) Cara berbuat (usage): Norma yang disebut ‘cara’ hanya mempunyai kekuatan
yang dapat dikatakan sangat lemah dibanding norma yang lainnya. Cara lebih
banyak terjadi pada hubungan-hubungan antar individu dengan individu
dalam kehidupan masyarakat. Jika terjadi pelanggaran terhadapnya (norma)
seseorang hanya mendapatkan sanksi-sanksi yang ringan, seperti berupa
cemoohan atau celaan dari individu lain yang dihubunginya. Perbuatan
seseorang yang melanggar norma (dalam tingkatan cara) tersebut dianggap
orang lain sebagai perbuatan yang tidak sopan, misalnya makan berdecak,
makan sambil berdiri, dan sebagainya.
4) Adat istiadat (custom) Adat istiadat adalah tata kelakuan yang berupa
aturan-aturan yang mempunyai sanksi lebih keras. Anggota masyarakat
yang melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi hukum, baik
formal informal. Sanksi hukum formal biasanya melibatkan alat negara berd
7
asarkan undang-undang yang berlaku dalam memaksa pelanggarnya untuk
menerima sanksi hukum, misalnya pemerkosaan, menjual kehormatan orang
lain dengan dalih usaha mencari kerja,dan sebagainya. Sedangkan sanksi
hukum informal biasanya diterapkan dengan kurang atau bahkan tidak
rasional, yaitu lebih ditekankan pada kepentingan masyarakat.
8
kesopanan merupakan sikap dan juga suatu tingkah laku yang baik, hormat yang
beradab dan di lengkapi dengan rasa belas kasihan serta berbudi yang mencerminkan
suatu tingkah laku, tutur kata, serta cara berpakaian yang baik. Norma kesopanan
berhubungan dengan pergaulan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Norma
kesopanan bersumber dari tata kehidupan atau budaya yang berupa kebiasaan-
kebiasaan masyarakat dalam mengatur kehidupan kelompoknya. Manusia sebagai
makhluk sosial memiliki kecenderungan berinteraksi atau bergaul dengan manusia
lain dalam masyarakat. Hubungan antar manusia dalam masyarakat ini membentuk
aturan-aturan yang disepakati tentang mana yang pantas dan mana yang tidak pantas.
Ada perbuatan yang sopan atau tidak sopan, boleh dilakukan atau tidak dilakukan.
Inilah awal mula terbentuk norma kesopanan. Oleh karena norma ini terbentuk atas
kesepakatan bersama, maka perbuatan atau peristiwa yang sama memungkinkan
terbentuk aturan yang berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lain.
9
pribadi atau individu. Menurut Ali (2010) menyatakan bahwa siswa adalah mereka
yang secara khusus diserahkan oleh orang tua untuk mengikuti pembelajaran yang
diselenggarakan disekolah dengan tujuan untuk menjadi manusia yang memiliki
pengetahuan, berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak dan mandiri.
Pengertian siswa dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah orang/anak yang sedang
berguru (belajar, bersekolah). Menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan (2005) pengertian
siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau
mempelajari beberapa tipe pendidikan. Sedangkan menurut Daradjat (1995) siswa
adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami proses
berkembang. Dalam proses berkembang itu siswa membutuhkan bantuan yang sifat
dan contohnya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu
kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.
10
lembaga pendidikan formal, teratur, sistemis, bertingkat dan dengan mengikuti
syaratsyarat yang jelas dan ketat (mulai dari taman kanakkanak sampai perguruan
tinggi).”
1) Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMPK St. Yosefa
Labuan Bajo yang berada di Jalan Frans Sales Lega No. 15, Kelurahan Wae
11
Kelambu-Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Dengan harapan
dapat mendukung data dalam penelitian ini.
2) Waktu Pelaksanaan
Penulis melakukan wawancara dengan guru Mata Pelajaran di SMPK ST.
Yosefa pada hari Rabu, 14 Februari 2023.
3) Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi dari SMPK St. Yosefa. yang menjadi
objek penelitian adalah penerapan dari norma kesopanan di SMPK St. Yosefa.
4) Teknik pengumpulan data : Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi
(-) Obeservasi:
Penulis melakukan pengamatan terkait bagaimana penerapan norma
kesopanan dalam lingkungan sekolah. Teknik observasi adalah teknik pengumpulan
data yang bersifat non verbal. Sekalipun dasar utama daripada metode observasi
adalah penggunaan indera visual, tetapi dapat juga melibatkan indera-indera lain
seperti pendengaran, rabaan, dan penciuman (Slamet,2002:86). Dalam penelitian
ini observasi dilakukan agar penulis dapat menentukan sample yang benar,
supaya nantinya dapat diperoleh hasil yang maksimal. Selama proses penelitian
penulis juga tetap melakukan observasi terhadap siswa-siswi SMPK ST. YOSEFA
dan hasilnya di harapkan dapat membantu terselesaikannya penelitian ini.
(-) Wawancara:
Menurut Koentjaraningrat mengatakan bahwa wawancara adalah suatu
penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia
dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu merupakan suatu pembantu
utama dari metode obeservasi. Wawancara mendalam merupakan salah satu metode
kualitatif yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara menanyakan sesuatu
kepada informan atau responden secara mendalam. Caranya adalah dengan
melakukan percakapan secara langsung atau tatap muka. Wawancara juga bisa
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara atau dengan tannya jawab
secara langsung. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi bentuk-bentuk
penerapan Norama kesopanan di SMPK ST. YOSEFA dan upaya guru untuk
meningkatkan sikap kesopanan melalui Norma Kesopanan di SMPK ST. YOSEFA.
12
Dan hasilnya diharapkan akan dapat membantu terselesaikan nya penelitian ini.
(-) Dokumentasi: Data untuk melengkap data penulis dalam penelitian makalah
2.5.2 Upaya Guru untuk Meningkatkan Norma Kesopanan Siswa di SMPK ST.
YOSEFA
13
juga guru, itu karena ada rasa saling menghormati antarsesama ketika interaksi
berlangsung, guru selalu memberikan contoh kepada siswa dalam berperilaku sopan
ketika di sekolah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Yuliana Neldita Jetrin Dot,
S.Pd. Selaku guru mata pelajaran IPS dan PKN kelas IX ketika wawancara
berlangsung mengenai peningkatan sikap kesopanan siswa dalam pembelajaran IPS
dan PPKn di SMPK ST. YOSEFA.
Beliau mangatakan bahwa “Kesopanan itu relatif dimiliki oleh setiap anak,
anak usia SMP (Remaja Awal) memiliki sikap yang masih labil. Di sini siswa
perempuan mayoritas lebih sopan dari pada siswa laki-laki”. Hal tersebut merupakan
hal yang sudah wajar terjadi di setiap sekolah, dan cara siswa dalam memanggil guru
menjadi salah satu penilaian khusus dalam menilai sikap siswa tersebut, tutur beliau.
“Karena anak laki-laki sering melakukan kesalahan ketika bergaul dengan teman di
luar lingkungan sekolah, sikap kesopanan tersebut bisa dilihat dari cara siswa,
menjawab pertanyaan guru, cara siswa berinteraksi dengan temannya dan juga cara
mereka berpakaian.”
Selain itu strategi yang biasa dilakukan oleh Ibu Yuliana Neldita Jetrin Dot,
S.Pd selaku guru IPS dan PPKn kelas IX dalam meningkatkan sikap kesopanan siswa
diantaranya adalah: Menegur secara langsung, Penekanan pada diri sendiri, dengan
memberikan contoh berperilaku sopan dan baik antar guru, teman-teman, dan semua
staf di lingkungan SMPK ST. YOSEFA. Menghargai anak yang sudah mau
berperilaku sopan (memberikan reward), dan mematuhi semua bentuk-bentuk norma
kesopanan di lingkungan sekolah. Dan guru menunjukkan siswa kepada salah satu
objek siswa lainnya yang berperilaku sopan agar siswa tersebut melihat dan mau
meniru bagaimana temannya berperilaku sopan”.
Upaya beliau juga dalam meningkatkan kesopanan siswa dengan melihat
keaktifan di dalam kelas. Dari hasil wawancara tersebut beserta penjelasan yang
didapatkan memang sangat menginspirasi para peserta didik untuk berperilaku sopan,
karena kesopanan merupakan salah satu kunci keberhasilan di masa depan. Sistem
pendidikan sekarang tidak memberikan kesempatan guru untuk secara khusus
mengajar tentang pendidikan karakter melainkan disisipkan pada Mata Pelajaran
Agama dan PPKn, sesuai dengan kebijakan dan pengarahan menteri pendidikan
nasional, pendidikan budi pekerti akan diajarkan tidak dalam bentuk mata pelajaran
14
tersendiri, melainkan disisipkan pada mata pelajaran Agama serta Pendidikan Pancasi
la dan Kewarganegaraan (PPKn). Guru dan perancang pembelajaran dalam mengemb
angkan strategi pembelajaran moral semestinya lebih banyak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengambil peran moral, baik didalam lingkungan
keluarga,kelompok sebaya, sekolah, dan masyarakat yang lebih luas.
Karena menurut beliau guru merupakan tenaga kependidikan yang berasal
dari anggota masyarakat yang mengabdikan diri untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan yang ada di Indonesia dan memiliki tujuan mencerdaskan dan
membentuk karakter siswa dalam kehidupan bangsa. Guru merupakan panutan bagi
siswa/siswi untuk menjadi teladan. Oleh sebab itu guru sepatutnya akan mampu
memberikan contoh yang baik dalam berbicara, berpikir, dan bertingkah laku atau
sopan santun.
15
santun kepada anak, karena jika guru memberikan contoh sikap sopan santun yang
baik namun lain halnya dengan orang tua peserta didik maka akan sia-sia dengan apa
yang telah dilakukan guru tersebut. Selain para guru-guru di SMPK ST YOSEFA
dibantu oleh guru BK dalam meningkatkan sikap kesopanan siswa di SMPK ST.
YOSEFA yang bernama Maria O. Hamel, S.Pd mengupayakan dalam penegakan
kedislipinan dan juga sikap sopan siswa untuk memberikan bimbingan dan batasan
perilaku di SMPK ST. YOSEFA. Guru BK memberikan pengawasan secara langsung
kepada siswa. Guru yang lain juga memiliki tanggungjawab yang sama dalam
meningkatkan sikap kesopanan pada diri siswa tersebut. Karena pembentukan
karakter siswa tidak bisa terbentuk hanya oleh satu individu saja, namun harus
mendapat dukungan dari semua pihak yang bersangkutan agar mendapatkan hasil
yang maksimal.
16
bisa menahan suatu respon negatif dan juga mengarahkan ke respon positif dalam hal
disiplin pada diri sendiri.
Apa yang disampaikan narasumber juga memiliki pandangan yang sama
terkait faktor yang mempengaruhi peningkatan Norma kesopanan siswa/siswi, baik itu
faktor pendukung ataupun faktor penghambat, diantara faktor-faktor yang
berpengaruh ada dua faktor yang sangat memberikan pengaruh terhadap individu
siswa yaitu faktor dari keluarga dan teman sebaya. Sekolah hanya sebagai fasilitator
dalam mendidik anak, karena sepenuhnya akan kembali ke keluarga dan masyarakat,
jika keluarga tersebut baik dan lingkungan tempat tingggal anak mendukung serta
teman sebaya ataupun pergaulan yang benar akan membentuk sikap kesopanan yang
baik, begitu juga sebaliknya jika keluarga atau teman tidak mendukung dalam
pembentukan karakter anak maka hal tersebut menjadi faktor penghambat bagi anak
dalam memperbaiki sikap atau perilakunya. Semua guru memiliki kepekaan terhadap
faktor pendukung dan penghambat sikap kesopanan siswa di SMPK ST. YOSEFA,
setiap permasalahan yang dihadapi oleh siswa biasanya selalu bercerita dengan guru
Mata Pelajaran, Wali Kelas dan Guru BK, di lain hal tersebut guru yang lain juga
selalu mengamati perilaku siswa dan latar belakang siswa tersebut seperti apa, latar
belakang keluarga siswa juga.
17
3) Memiliki banyak teman dalam suatu kelompok,lebih dihargai dan senangi
4) Siswa/siswi mampu membedakan mana yang benar dan salah
5) Dapat menjadi contoh pembelajaran yang baik bagi siswa/siswi lain
6) Orang lain akan merasa nyaman dekat dengan kita.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Peserta didik Sekolah Menengah Pertama Katolik berada pada masa remaja
awal, dimana peserta didik sifatnya sedang labil dan mudah terjerumus dalam hal-hal
yang negatif. Selama masa remaja berlangsung, akan muncul banyak masalah dalam
kehidupan peserta didik. Berbagai masalah seperti masalah keluarga, masalah
pergaulan, masalah sekolah, masalah penampilan dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, kita sebagai penerus generasi bangsa yang berpendidikan hendaknya mempunyai
etika dan sopan santun yang baik. Agar kelak, kita dapat menjadi anak bangsa yang
bisa mencerminkan pada negara lain bahwa bangsa Indonesia adalah negara dengan
pengembangan etika dan sikap yang baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad. “Pengertian Norma, Fungsi, Jenis, dan Contohnya” Gramedia, 2021, diakses
17 Januari 2023, https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-norma/
Afriyanto, B., Indriyati, E. W., & Hardini, P. (2019). Pengaruh Limbah Plastik Low
Density Polyethylene (LDPE) Terhadap Karakteristik Dasar Aspal. Jurnal
Transportasi, Vol. 19 No. 1: 59-66.
Ali Khan, Shafique. 2005. Filsafat Pendidikan Al-Ghazali. Bandung, Pustaka Setia.
Ali, M. (2010). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Alvin L. Bertrand.1980. Basic Sosiology: An Introduction to Theory and
Method. Terbitan: Appleton-Century-Crofts.
21
Lickona, T. (2012). Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Yogyakarta :Pustaka Insan
kamil
22
LAMPIRAN I
DOKUMENTASI BENTUK-BENTUK NORMA KESOPANAN DI SMPK ST.
YOSEFA
23
8) Bersikap sopan di kelas, tidak
duduk di meja atau berdiri di atas
kursi.
24
LAMPIRAN 2:
PEDOMAAN WAWANCARA
Daftar Pertanyaan:
25
DOKUMENTASI WAWANCARA
26