Anda di halaman 1dari 29

POLUSI JAKARTA

Makalah ini Disusun dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Tugas di


SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo pada Tahun Pelajaran 2023/2024

Disusun Oleh:

Putra Josua Lonaking

Guru Pembimbing:

Melania Sulastri Juliani, S.Pd.

YAYASAN DIAN YOSEFA


SMP KATOLIK ST. YOSEFA
LABUAN BAJO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa pula
penulis ucapkan terima kasih kepada Ibu Melania Sulastri Juliani, S.Pd. Selaku guru pembina
yang senantiasa membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas laporan pelaksanaan kerja
proyek dalam bentuk makalah ini.

Makalah yang berjudul “Polusi Jakarta” ini merupakan laporan tertulis hasil kerja
proyek sebagai salah satu tugas bagi kelas X di SMAK St. Ignatius Loyola Labuan Bajo.
Makalah ini berisikan penjabaran tentang bagaimana kondisi iklim dan cuaca di kota Jakarta.

Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan penulis
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada sempurna dan masih memiliki
banyak kelemahan. Penulis juga berharap pembaca makalah ini dapat memberikan kritik dan
sarannya kepada penulis.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan, ilmu
pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya.

Labuan Bajo, 25 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER..............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................3
1.3 Tujuan.......................................................................................................................3
1.4 Manfaat.....................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................5
2.1 Tinjauan Tentang Norma...........................................................................................5
2.1.1 Pengertian Tentang Norma.................................................................................5
2.1.2 Norma Kesopanan..............................................................................................8
2.2 Pengertian Siswa........................................................................................................9
2.3 Pengertian Lingkungan Sekolah..............................................................................10
2.4 Tahapan Penelitian..................................................................................................11
2.5 Hasil Penelitian Penerapan Norma Kesopanan di SMPK ST. YOSEFA................13
2.6 Manfaat Penerapan Norma Kesopanan...................................................................17
2.7 Fungsi Norma Kesopanan Di lingkungan Sekolah..................................................18

BAB III PENUTUP.......................................................................................................19


3.1 Kesimpulan...........................................................................................................19
3.2 Saran.....................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................21
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................................23

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

SMPK ST. Yosefa merupakan salah satu sekolah menengah pertama


Katolik yang berdiri pada tahun 2017 di bawah naungan Yayasan Dian Yosefa
Ruteng. SMPK St. Yosefa juga merupakan sekolah yang berakreditasi B, yang
terletak di Jalan Frans Sale Lega, Wae Kelambu, Kecamatan Komodo, Kabupaten
Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur. SMPK ST. Yosefa merupakan salah satu
lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di
dalam masyarakat. Di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20
tahun 2003, menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya sehingga memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Nilai dalam pancasila tercemin dalam norma seperti norma agama, norma
kesusilaan, norma kesopanan, dan norma hukum. Berdasarkan KBBI atau Kamus
Besar Bahasa Indonesia, norma memiliki arti sebagai aturan maupun ketentuan yang
sifatnya mengikat suatu kelompok orang didalam masyarakat. Dimana norma
diterapkan sebagai panduan, tatanan, dan juga pengendali tingkah laku yang sesuai.
Dalam masyarakat dibutuhkan peraturan atau norma yang memiliki arti yang sangat
penting bagi terciptanya ketertiban dan keharmonisan masyarakat.
Peserta didik Sekolah Menengah Pertama Katolik (SMPK) berada pada
masa remaja awal, di mana peserta didik sifatnya sedang labil dan mudah terjerumus
dalam hal-hal yang negatif. Selama masa remaja berlangsung, akan muncul banyak
masalah dalam kehidupan peserta didik. Berbagai masalah seperti masalah keluarga,
masalah pergaulan, masalah sekolah, masalah penampilan dan lain sebagainya.
Norma Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik
tata karma (Departemen Pendidikan Nasional, 2008: 1493). Atau secara umum
norma kesopanan merupakan peraturan sosial yang mengarah ke hal-hal yang
berkenan dengan cara seseorang bertingkah laku wajar dalam kehidupan
bermasyarakat.
Akibat pelanggaran norma kesopanan adalah mendapatkan celaan, kritik
dan pengucilan, oleh sebab itu agar seseorang tidak mendapatkan celaan apa lagi
pengecualian seseorang harus mampu bersosialisasi sesuai dengan norma yang
berlaku dan menghormati orang lain. Seseorang dikatakan sopan ketika mampu
beradaptasi dengan lingkungan dan bertingkah laku sesuai norma kesopanan. Menurut
Supriyanti sebagaimana dikutip oleh Wijaya, dkk (2016: 3-4) ciri kesopanan sebagai
berikut; 1) menghormati diri sendiri dan orang lain, 2) patuh terhadap guru dan orang
tua, berbicara dengan baik dengan siapapun, 3) menyapa dengan ramah bila bertemu
dengan guru, 4) tidak gaduh pelajaran berlangsung, 5) menaati peraturan yang ada
disekolah.
Berdasarkan hasil obeservasi dapat diketahui ada beberapa bentuk-bentuk
penerapan dari norma kesopanan yang sudah dijalankan SMPK ST. YOSEFA.
Namun, pelanggaran norma masih terjadi di SMPK St. Yosefa. Salah satunya Norma
kesopanan yaitu ada beberapa siswa masih berbicara kurang pantas (sopan) terhadap
temannya dan masih ada beberapa siswa yang tidak menaati peraturan sekolah yang
merupakan bukti adanya pelanggaran norma kesopanan.
Untuk mengatasi masalah tersebut, perlu adanya upaya dalam penanaman
nilai-nilai norma sangat dibutuhkan oleh peserta didik agar bisa diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari dan mencegah mereka agar tidak terjerumus kearah hal-hal
yang negatif. Harapan besar dari hasil penelitian ini yakni dapat menjadi acuan dan
pedoman bagi siswa-siswi SMPK ST. YOSEFA untuk meminimalisir degradasi
norma kesopanan yang sedang melanda di era modern seperti sekarang ini apalagi
yang sering terjadi di lingkungan sekolah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka
penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut secara mendalam mengenai “Penerapan
Norma Kesopanan di SMPK ST. YOSEFA”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:

2
1. Bagaimana penerapan norma kesopanan di SMPK ST. YOSEFA?
2. Bagaimana upaya Guru untuk meningkatkan norma kesopanan Siswa di
SMPK ST. YOSEFA?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam upaya Guru untuk
meningkatkan norma kesopanan siswa di SMPK ST. YOSEFA?
4. Bagaimana manfaat dari penerapan norma kesopanan di lingkungan
sekolah?
5. Bagaimana fungsi penerapan dari norma kesopanan di lingkungan
sekolah?

1.3 Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian yaitu:

1. Untuk mengetahui apa saja bentuk-bentuk penerapan norma kesopanan di


SMPK ST. YOSEFA.
2. Untuk mengetahui upaya Guru untuk meningkatkan norma kesopanan Siswa
di SMPK ST. YOSEFA.
3. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam upaya Guru
untuk meningkatkan norma kesopanan siswa di SMPK ST. YOSEFA.
4. Untuk mengetahui manfaat penerapan norma kesopanan di lingkungan
sekolah.
5. Untuk mengetahui fungsi penerapan norma kesopanan di lingkungan
sekolah.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Sekolah:


Hasil penulisan penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan tentang Penerapan Norma Kesopanan, khususnya
pada kehidupan sehari-hari di lingkungan Sekolah SMPK ST. YOSEFA.

3
1.4.2 Bagi Peserta Didik:
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan oleh peserta didik
SMPK ST. Yosefa Labuan Bajo dalam menyusun penulisan laporan hasil kerja
proyek berbentuk makalah. Selain itu, melalui penjabaran tentang penerapan norma
kesopanan dalam makalah ini, siswa diharapkan mendapat gambaran tentang
bagaimana perilaku yang sesuai dengan norma kesopanan.

4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Tinjauan Tentang Norma
2.1.1 Pengertian Norma

Pengertian norma adalah tolak ukur/alat untuk mengukur benar salahnya


suatu sikap dan tindakan manusia. Norma juga bisa diartikan sebagai aturan yang
berisi rambu-rambu yang menggambarkan ukuran tertentu, yang di dalamnya
tergantung nilai benar/salah. Norma yang berlaku dimasyarakat Indonesia ada lima
yaitu, (1) norma agama, (2) norma susila, (3) norma kesopanan, (4) norma kebiasaan,
dan (5) norma hukum, disamping adanya norma-norma lainnya. Pelangaran norma
biasanya mendapatkan sanksi, tetapi bukan berupa hukuman di pengadilan. Sanksi
dari pelanggaran norma agama merupakan sanksi dari agama yang akan ditentukan
oleh Tuhan. Oleh karena itu, hukumannya berupa siksaan dari akhirat, atau di dunia
atas kehendak Tuhan. Sanksi pelanggaran/penyimpangan norma kesusilaan adalah
moral yang biasanya berupa gunjingan dari lingkungannya. Penyimpangan norma
kesopanan dan norma kebiasaan, seperti sopan santun dan etika yang berlaku di
lingkungannya, juga mendapat sanksi moral dari masyarakat, misalnya berupa
gunjingan atau cemooh. Begitu pula norma hukum, biasanya berupa aturan-aturan
atau undangan-undangan yang berlaku dimasyarakat dan disepakati bersama.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa norma adalah petunjuk hidup
bagi warga yang ada dalam masyarakat, karena norma tersebut mengandung sanksi.
Siapa saja, baik individu maupun kelompok, yang melanggar norma dalam hukuman
yang berwujud sanksi, seperti sanksi agama dari Tuhan dan depertemen agama,
sanksi akibat pelanggaran susila, kesopanan, hukum, maupun kebiasaan yang berupa
sanksi moral dari masyarakat.

Pengertian norma menurut Para ahli dan secara umum adalah kaidah,
ketentuan, aturan, kriteria, atau syarat yang mengandung niali tertentu yang harus
dipatuhi masyarakat dalam berbuat, bertingka laku dan berinteraksi antara
manusia sehingga terbentuk masyarakat yang tertib, teratur dan aman. Pengertian
norma lainnya adalah tatanan dan pedoman perilaku yang diciptakan manusia
sebagai masyarakat sosial untuk melangsungkan kehidupan bersama-sama dalam
suatu kelompok masyarakat. Norma merupakan suatu petunjuk atau juga patokan
perilaku yang benar dan pantas dilakukan saat berinteraksi sosial dalam suatu
masyarakat. Mudahnya, norma adalah sekumpulan aturan informal yang mengatur
interaksi manusia. Bisa juga diartikan sebagai pedoman, ketentuan dan acuan yang
menjadi keharusan bagi para anggota masyarakat dan segala objek yang menjadi
milik masyarakat tersebut untuk mengikuti dan mematuhi dan mengakui pedoman
tersebut. Norma merupakan aturan berperilaku dalam kehidupan bermasyrakat
sehingga berisi perintah atau larangan. Aturan ini bertujuan untuk mencapai
kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan damai. Bagi individu atau kelompok
masyarakat yang melanggar norma-norma yang berlaku dimasyarakat tersebu, maka
akan dikenakan sanksi yang berlaku baik hukum maupun sosial. Dengan demikian,
bisa dikatakan bahwa norma memiliki kekuatan dan sifatnya memaksa sehingga
manusia wajib tunduk pada peraturan tersebut. Dari penjelasan diatas terkait dengan
norma kesopanan memiliki pengaruh besar dalam kehidupan bermasyarakat karena
norma ini diberlakukan untuk menjaga dan menghargai satu sama lain dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan diberlakukannya norma kesopanan adalah penerimaan
diri dari masyarakat, mampu menghargai orang lain khususnya orang yang lebih tua,
memahami hakikat dan tata etika dalam bergaul, dan mampu bersosialisasi dengan
baik tanpa melanggar hal-hal yang tidak baik, dapat disimpulkan norma ini menjadi
salah satu norma terpenting yang harus dipatuhi.

Alvin L. Bertrand mendefinisikan norma sebagai suatu standar- standar


tingkah laku yang terdapat di dalam semua masyarakat. Ia mengatakan bahwa
norma sebagai suatu bagian dari kebudayaan non materi, norma-norma tersebut men
yatakan konsepsi konsepsi teridealisai dari tingkah laku. Sudah barang tentu,
memang benar bahwa tingkah laku erat hubungan nya dengan apa yang
menurut pendapat seseorang itu benar atau baik, walaupun begitu tingkah laku yang
sebenarnya dipandang sebagai suatu aspek dari organisasi sosial. Untuk dapat
membedakan kekuatan norma-norma tersebut, maka secara sosiologis dikenal

6
ada empat bagian tingkatan norma-norma sosial yaitu (Basrowi, 2005 : 88-89) :

1) Cara berbuat (usage): Norma yang disebut ‘cara’ hanya mempunyai kekuatan
yang dapat dikatakan sangat lemah dibanding norma yang lainnya. Cara lebih
banyak terjadi pada hubungan-hubungan antar individu dengan individu
dalam kehidupan masyarakat. Jika terjadi pelanggaran terhadapnya (norma)
seseorang hanya mendapatkan sanksi-sanksi yang ringan, seperti berupa
cemoohan atau celaan dari individu lain yang dihubunginya. Perbuatan
seseorang yang melanggar norma (dalam tingkatan cara) tersebut dianggap
orang lain sebagai perbuatan yang tidak sopan, misalnya makan berdecak,
makan sambil berdiri, dan sebagainya.

2) Kebiasaan atau perbuatan yang berulang-ulang (Folkways) Kebiasaan


adalah perbuatan yang berulang-ulang dalam bentuk yang sama.
Kebiasaan mempunyai daya pengikat yang lebih kuat dibanding cara.
Kebiasaan merupakan suatu indikator. Kalau orang lain setuju atau
menyukai perbuatan tertentu yang dilakukan seseorang, maka bisa menjadi
ukuran, misalnya bertutur sapa lembut (sopan santun) terhadap orang lain
yang lebih tua atau mengucapkan salam setiap bertemu orang lain dan
sebagainya.

3) Tata kelakuan (mores) Tata kelakuan adalah suatu kebiasaan yang


diakui oleh masyarakat sebagai norma pengatur dalam setiap ber perilaku.
Tata kelakuan lebih menunjukkan fungsi sebagai pengawas kelakuan
oleh kelompok terhadap anggota-anggotanya. Tata kelakuan mempunyai
kekuatan pemaksa untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu; jika terjadi
pelanggaran, maka dapat mengakibatkan jatuhnya sanksi, berupa pemaksaan
terhadap pelanggarnya untuk kembali menyesuaikan diri dengan tata
kelakuan umum sebagaimana telah digariskan. Bentuk hukumannya
biasanya dikucilkan oleh masyarakat dari pergaulan, bahkan mungkin terjadi
pengusiran dari tempat tinggalnya.

4) Adat istiadat (custom) Adat istiadat adalah tata kelakuan yang berupa
aturan-aturan yang mempunyai sanksi lebih keras. Anggota masyarakat
yang melanggar adat istiadat akan mendapat sanksi hukum, baik
formal informal. Sanksi hukum formal biasanya melibatkan alat negara berd

7
asarkan undang-undang yang berlaku dalam memaksa pelanggarnya untuk
menerima sanksi hukum, misalnya pemerkosaan, menjual kehormatan orang
lain dengan dalih usaha mencari kerja,dan sebagainya. Sedangkan sanksi
hukum informal biasanya diterapkan dengan kurang atau bahkan tidak
rasional, yaitu lebih ditekankan pada kepentingan masyarakat.

Norma dipergunakan sebagai standard untuk menilai baik dan


buruknya suatu perilaku, pandangan, keyakinan, atau bahkan perasaan, didalam
kelompok sosial yang menganut norma tersebut. Apa yang dimaksud dengan
kelompok sosial di sini dapat mengacu pada seluruh bangsa atau masyarakat,
sebagian dari anggota masyarakat saja, kelompok etnis, suatu organisasi atau
komunitas, dan bahkan hanya sebuah klub atau gang. Kata norma memiliki akar kata
yang sama dengan kata “normal” dan cara termudah untuk mengenali norma- norma
yang berlaku di tengah masyarakat adalah mencari tahu apa yang dianggap normal
aleh kebanyakan orang. Patut untuk diingat bahwa norma tidak ada hubungannya
dengan baik atau buruk (Boeree, 2006 : 134-135) Setiap individu dalam kehidupan
sehari-hari melakukan interaksi dengan individu atau kelompok lainnya. Interaksi
sosial mereka juga senantiasa didasari oleh adat dan norma yang berlaku
dalam masyarakat. Misalnya interaksi sosial di dalam lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lain sebagainya. Masyarakat
yang menginginkan hidup aman, tentram dan damai tanpa gangguan, maka bagi tiap
manusia perlu menjadi pedoman bagi segala tingkah laku manusia dalam
pergaulan hidup, sehingga kepentingan masing-masing dapat terpelihara dan
terjamin.

2.1.2 Norma Kesopanan

Pengertian kesopanan Menurut Lickona (Sihombing et al., (2020:201) salah


satu yang berasal dari nilai moral mendasar harus di miliki oleh manusia yaitu
karakter sopan santun. Menurut Iwan (2020:109) kesopanan merupakan suatu tata
cara ataupun aturan yang di kembangkan melalui turun temurun pada suatu yang di
dalamnya terdapat budaya di masyarakat serta dapat memberikan manfaat dalam
pergaulan di antara sesama manusia serta terjalinnya hubungan yang akrab, saling
menghormati dan pengertian norma menurut Widiasworo (Afriyanto (2019:51)

8
kesopanan merupakan sikap dan juga suatu tingkah laku yang baik, hormat yang
beradab dan di lengkapi dengan rasa belas kasihan serta berbudi yang mencerminkan
suatu tingkah laku, tutur kata, serta cara berpakaian yang baik. Norma kesopanan
berhubungan dengan pergaulan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Norma
kesopanan bersumber dari tata kehidupan atau budaya yang berupa kebiasaan-
kebiasaan masyarakat dalam mengatur kehidupan kelompoknya. Manusia sebagai
makhluk sosial memiliki kecenderungan berinteraksi atau bergaul dengan manusia
lain dalam masyarakat. Hubungan antar manusia dalam masyarakat ini membentuk
aturan-aturan yang disepakati tentang mana yang pantas dan mana yang tidak pantas.
Ada perbuatan yang sopan atau tidak sopan, boleh dilakukan atau tidak dilakukan.
Inilah awal mula terbentuk norma kesopanan. Oleh karena norma ini terbentuk atas
kesepakatan bersama, maka perbuatan atau peristiwa yang sama memungkinkan
terbentuk aturan yang berbeda antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang
lain.

Norma kesopanan dalam memuat aturan tentang pergaulan masyarakat,


antara lain terlihat dalam tata cara berpakaian, tata cara berbicara, tata cara
berperilaku terhadap orang lain, tata cara bertamu ke rumah orang lain, tata cara
menyapa orang lain, tata cara makan, dan sebagainya. Tata cara dalam pergaulan
dalam masyarakat yang berlangsung lama dan tetap dipertahankan oleh masyarakat,
lama kelamaan melekat secara kuat dan dirasakan menjadi ada.

2.2 Pengertian Siswa

Siswa adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi


sentral dalam proses belajar mengajar dimana di dalam proses belajar mengajar, siswa
sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin
mencapainya secara optimal. Siswa akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat
mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.
Menurut Abu Ahmadi siswa adalah orang yang belum mencapai dewasa, yang
membutuhkan usaha, bantuan bimbingan dari orang lain yang telah dewasa guna
melaksanakan tugas sebagai salah satu makhluk Tuhan, sebagai umat manusia,
sebagai warga negara yang baik dan sebagai salah satu masyarakat serta sebagai suatu

9
pribadi atau individu. Menurut Ali (2010) menyatakan bahwa siswa adalah mereka
yang secara khusus diserahkan oleh orang tua untuk mengikuti pembelajaran yang
diselenggarakan disekolah dengan tujuan untuk menjadi manusia yang memiliki
pengetahuan, berketrampilan, berpengalaman, berkepribadian, berakhlak dan mandiri.
Pengertian siswa dalam Kamus Bahasa Indonesia adalah orang/anak yang sedang
berguru (belajar, bersekolah). Menurut Prof. Dr. Shafique Ali Khan (2005) pengertian
siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau
mempelajari beberapa tipe pendidikan. Sedangkan menurut Daradjat (1995) siswa
adalah pribadi yang “unik” yang mempunyai potensi dan mengalami proses
berkembang. Dalam proses berkembang itu siswa membutuhkan bantuan yang sifat
dan contohnya tidak ditentukan oleh guru tetapi oleh anak itu sendiri, dalam suatu
kehidupan bersama dengan individu-individu yang lain.

Menurut Sardiman (2003), pengertian siswa adalah orang yang datang


kesekolah untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Pada masa
ini siswa mengalami berbagai perubahan, baik fisik maupun psikis. Selain itu juga
berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir abstrak seperti orang dewasa. Pada
periode ini pula remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari orang tua dalam
rangka menjalankan peran sosialnya yang baru sebagai orang dewasa. Masa ini secara
global berlangsung antara usia 12-22 tahun. Dari beberapa teori di atas, maka dapat
disimpulkan siswa adalah salah satu faktor yang paling penting dalam dunia
pendidikan dan untuk berjalanya sistem belajar-mengajar. Siswa adalah orang yang
datang kesekolah untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan.

2.3 Pengertian Lingkungan Sekolah

Lingkungan pendidikan adalah tempat dimana seseorang memperoleh


pendidikan secara langsung atau tidak langsung. Lingkungan pendidikan berupa
lingkungan sekolah maupun lingkungan kelas. Lingkungan sekolah merupakan
tempat seseorang siswa dalam menjalankan kegiatan-kegiatan pendidikan untuk
memperoleh ilmu pengetahuan, perubahan sikap, dan keterampilan hidup baik
didalam kelas maupun diluar kelas dengan mengikuti dan mentaati peraturan dan
sistematika pendidikan yang telah ditetapkan, sehingga proses belajar dapat mencapai
tujuan yang diharapkan. Menurut Hasbullah “Lingkungan sekolah dipahami sebagai

10
lembaga pendidikan formal, teratur, sistemis, bertingkat dan dengan mengikuti
syaratsyarat yang jelas dan ketat (mulai dari taman kanakkanak sampai perguruan
tinggi).”

Lingkungan sekolah yaitu lingkungan sosial (guru & tenaga kependidikan,


teman-teman sekolah & budaya sekolah) dan lingkungan non sosial (kurikulum,
program dan sarana prasarana) dalam lembaga pendidikan formal yang memberikan
dukungan terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan dan pengembangan potensi
kewirausahaan peserta didik. Menurut Sofan Amri “sekolah yang telah memberikan
lingkungan yang menunjang bagi kesuksesan pendidikan maka sekolah itu secara
langsung dan tidak langsung memberikan sentuhan perlakuan kepada anak.
Lingkungan itu meliputi : fisik yaitu bangunan, alat, sarana dan gurunya, kemudian
non fisik yaitu kurukulum, norma, dan pembiasaan nilai –nilai kehidupan yang
terlaksana disekolah itu. Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
lingkungan sekolah adalah semua kondisi disekolah yang mempengaruhi tingkah laku
warga sekolah baik itu sifatnya fisik maupun sosial.

Fungsi Lingkungan Sekolah Menurut Musaheri fungsi lingkungan sekolah


antara lain: 1) Meneruskan, mempertahankan dan mengembangkan kebudayaan suatu
masyarakat melalui kegiatan pembelajaran untuk membentuk kepribadian peserta
didik agar menjadi manusia dewasa dan mandiri sesuai dengan kebudayaan dan
masyarakat sekitarnya. 2) Pada dasarnya juga memberi layanan kepada peserta didik
agar mampu memperoleh pengetahuan atau kemampuan-kemampuan akademik yang
dibutuhkan dalam kehidupan, dapat mengembangkan keterampilan peserta didikyang
dibutuhkan dalam kehidupannya, dan hidup bersama maupun bekerja sama dengan
orang lain dan dapat mewujudkan cita-cita atau mengaktualisasikan dirinya sendiri
secara bermatabat dan memberi makna bagi kehidupan dan penghidupan serta dapat
membangun peradapan sesuai dengan tantangan dan tuntutan kebutuhan.

2.4 Tahap Penelitian

1) Lokasi Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMPK St. Yosefa
Labuan Bajo yang berada di Jalan Frans Sales Lega No. 15, Kelurahan Wae

11
Kelambu-Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat. Dengan harapan
dapat mendukung data dalam penelitian ini.
2) Waktu Pelaksanaan
Penulis melakukan wawancara dengan guru Mata Pelajaran di SMPK ST.
Yosefa pada hari Rabu, 14 Februari 2023.
3) Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi dari SMPK St. Yosefa. yang menjadi
objek penelitian adalah penerapan dari norma kesopanan di SMPK St. Yosefa.
4) Teknik pengumpulan data : Observasi, Wawancara, dan Dokumentasi
(-) Obeservasi:
Penulis melakukan pengamatan terkait bagaimana penerapan norma
kesopanan dalam lingkungan sekolah. Teknik observasi adalah teknik pengumpulan
data yang bersifat non verbal. Sekalipun dasar utama daripada metode observasi
adalah penggunaan indera visual, tetapi dapat juga melibatkan indera-indera lain
seperti pendengaran, rabaan, dan penciuman (Slamet,2002:86). Dalam penelitian
ini observasi dilakukan agar penulis dapat menentukan sample yang benar,
supaya nantinya dapat diperoleh hasil yang maksimal. Selama proses penelitian
penulis juga tetap melakukan observasi terhadap siswa-siswi SMPK ST. YOSEFA
dan hasilnya di harapkan dapat membantu terselesaikannya penelitian ini.
(-) Wawancara:
Menurut Koentjaraningrat mengatakan bahwa wawancara adalah suatu
penelitian yang bertujuan mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia
dalam suatu masyarakat serta pendirian-pendirian itu merupakan suatu pembantu
utama dari metode obeservasi. Wawancara mendalam merupakan salah satu metode
kualitatif yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara menanyakan sesuatu
kepada informan atau responden secara mendalam. Caranya adalah dengan
melakukan percakapan secara langsung atau tatap muka. Wawancara juga bisa
dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara atau dengan tannya jawab
secara langsung. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi bentuk-bentuk
penerapan Norama kesopanan di SMPK ST. YOSEFA dan upaya guru untuk
meningkatkan sikap kesopanan melalui Norma Kesopanan di SMPK ST. YOSEFA.

12
Dan hasilnya diharapkan akan dapat membantu terselesaikan nya penelitian ini.
(-) Dokumentasi: Data untuk melengkap data penulis dalam penelitian makalah

2.5 Hasil Peneltian Penerapan Norma Kesopanan di SMPK ST. YOSEFA


Labuan Bajo

2.5.1 Bentuk-Bentuk Penerapan Norma Kesopaan yang di lingkungan SMPK


ST. YOSEFA Labun Bajo

Berdasarkan Obesrvasi dan wawancara di SMPK ST. Yosefa ada beberapa


bentuk-bentuk penerapan norma kesopanan yang ada di lingkungan SMPK ST.
YOSEFA sebagai berikut:

1) Menghormati guru. 2) Mendengarkan nasihat yang disampaikan oleh guru.


3) Berjabat tangan atau menundukkan badan ketika bertemu atau berpapasan
dengan guru. 4) Berbicara dengan guru menggunakan bahasa yang santun. 5)
Tidak membuat kegaduhan di lingkungan sekolah. 6) Tidak mengotori
fasilitas sekolah, seperti mencoret-coret meja dan dinding. 7) Tidak berbicara
kotor dan kasar. 8) Berbicara dengan teman menggunakan bahasa yang baik.
9) Menghindari sikap saling mengejek sesama teman. 10) Menggunakan tata
bahasa yang baik dan santun ketika ingin menghubungi guru. 11) Bersikap
sopan kepada staf sekolah. 12) Selalu menunjukkan keramahan dengan
tersenyum jika berbicara pada orang lain

Beberapa hal diatas, merupakan wujud dari penerapkan norma kesopanan


yang dapat dilakukan oleh siswa dalam lingkungan sekolah maupun dalam
lingkungan bermasyarakat, agar dapat memberikan gambaran dan citra baik pada diri
siswa. Namun masih ada beberapa siswa yang tidak mengindahkan norma kesopaan
karena memiliki kendala dari siswa sendiri yang tidak ingin berubah. Sehingga masih
perlu adanya bimbingan dari para tenaga pendidik di SMPK ST. YOSEFA .

2.5.2 Upaya Guru untuk Meningkatkan Norma Kesopanan Siswa di SMPK ST.
YOSEFA

Hasil penelitian yang peneliti didapatkan tentang upaya guru dalam


meningkatkan sikap kesopanan siswa. Jika siswa berperilaku sopan kepada teman dan

13
juga guru, itu karena ada rasa saling menghormati antarsesama ketika interaksi
berlangsung, guru selalu memberikan contoh kepada siswa dalam berperilaku sopan
ketika di sekolah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Yuliana Neldita Jetrin Dot,
S.Pd. Selaku guru mata pelajaran IPS dan PKN kelas IX ketika wawancara
berlangsung mengenai peningkatan sikap kesopanan siswa dalam pembelajaran IPS
dan PPKn di SMPK ST. YOSEFA.

Beliau mangatakan bahwa “Kesopanan itu relatif dimiliki oleh setiap anak,
anak usia SMP (Remaja Awal) memiliki sikap yang masih labil. Di sini siswa
perempuan mayoritas lebih sopan dari pada siswa laki-laki”. Hal tersebut merupakan
hal yang sudah wajar terjadi di setiap sekolah, dan cara siswa dalam memanggil guru
menjadi salah satu penilaian khusus dalam menilai sikap siswa tersebut, tutur beliau.
“Karena anak laki-laki sering melakukan kesalahan ketika bergaul dengan teman di
luar lingkungan sekolah, sikap kesopanan tersebut bisa dilihat dari cara siswa,
menjawab pertanyaan guru, cara siswa berinteraksi dengan temannya dan juga cara
mereka berpakaian.”

Selain itu strategi yang biasa dilakukan oleh Ibu Yuliana Neldita Jetrin Dot,
S.Pd selaku guru IPS dan PPKn kelas IX dalam meningkatkan sikap kesopanan siswa
diantaranya adalah: Menegur secara langsung, Penekanan pada diri sendiri, dengan
memberikan contoh berperilaku sopan dan baik antar guru, teman-teman, dan semua
staf di lingkungan SMPK ST. YOSEFA. Menghargai anak yang sudah mau
berperilaku sopan (memberikan reward), dan mematuhi semua bentuk-bentuk norma
kesopanan di lingkungan sekolah. Dan guru menunjukkan siswa kepada salah satu
objek siswa lainnya yang berperilaku sopan agar siswa tersebut melihat dan mau
meniru bagaimana temannya berperilaku sopan”.
Upaya beliau juga dalam meningkatkan kesopanan siswa dengan melihat
keaktifan di dalam kelas. Dari hasil wawancara tersebut beserta penjelasan yang
didapatkan memang sangat menginspirasi para peserta didik untuk berperilaku sopan,
karena kesopanan merupakan salah satu kunci keberhasilan di masa depan. Sistem
pendidikan sekarang tidak memberikan kesempatan guru untuk secara khusus
mengajar tentang pendidikan karakter melainkan disisipkan pada Mata Pelajaran
Agama dan PPKn, sesuai dengan kebijakan dan pengarahan menteri pendidikan
nasional, pendidikan budi pekerti akan diajarkan tidak dalam bentuk mata pelajaran

14
tersendiri, melainkan disisipkan pada mata pelajaran Agama serta Pendidikan Pancasi
la dan Kewarganegaraan (PPKn). Guru dan perancang pembelajaran dalam mengemb
angkan strategi pembelajaran moral semestinya lebih banyak memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengambil peran moral, baik didalam lingkungan
keluarga,kelompok sebaya, sekolah, dan masyarakat yang lebih luas.
Karena menurut beliau guru merupakan tenaga kependidikan yang berasal
dari anggota masyarakat yang mengabdikan diri untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan yang ada di Indonesia dan memiliki tujuan mencerdaskan dan
membentuk karakter siswa dalam kehidupan bangsa. Guru merupakan panutan bagi
siswa/siswi untuk menjadi teladan. Oleh sebab itu guru sepatutnya akan mampu
memberikan contoh yang baik dalam berbicara, berpikir, dan bertingkah laku atau
sopan santun.

Beliau juga memberikan sedikit pengetahuan bagaimana cara seorang guru


menanamkan sikap sopan santun kepada peserta didik:

1. Seorang guru harus mampu menunjukan sikap inspirator dan mampu


menanamkan sikap sopan santun kepada peserta didik dengan cara
menunjukan sikap sopan santun dirinya di depan peserta didik.
2. Guru selalu mengajarkan dan mengingatkan kepada peserta didik untuk selalu
mengucapkan salam baik sebelum dan sesudah sekolah.
3. Mengajarkan anak bertingkah laku yang baik di lingkungan sekolah maupun
di lingkungan masyarakat dengan cara menyapa teman sebaya maupun yang
lebih tua, menerima segala sesuatu dengan menggunakan tangan kanan.
4. Mengajarkan kepada peserta didik menghargai seseorang ketika berbicara.
5. Guru juga mampu mengajarkan kepada peserta didik bertutur kata yang baik
dengan cara membiasakan mengucapkan maaf jika salah dan mengucapkan
terima kasih jika dibantu seseorang karena dengan hanya mengucapkan hal
sederhana seperti itu kita juga mampu menunjukan kualitas diri kita.

Menurut beliau, penerapan sopan santun sebaiknya diterapakan anak sejak


usia dini agar anak terbiasa hidup sopan santun hingga dewasa. Beliau juga
menyampaikan bahwa orang tua juga harus ikut berperan dalam menanamkan sikap
sopan santun kepada anak, orang tua juga harus mampu menanamkan sikap sopan

15
santun kepada anak, karena jika guru memberikan contoh sikap sopan santun yang
baik namun lain halnya dengan orang tua peserta didik maka akan sia-sia dengan apa
yang telah dilakukan guru tersebut. Selain para guru-guru di SMPK ST YOSEFA
dibantu oleh guru BK dalam meningkatkan sikap kesopanan siswa di SMPK ST.
YOSEFA yang bernama Maria O. Hamel, S.Pd mengupayakan dalam penegakan
kedislipinan dan juga sikap sopan siswa untuk memberikan bimbingan dan batasan
perilaku di SMPK ST. YOSEFA. Guru BK memberikan pengawasan secara langsung
kepada siswa. Guru yang lain juga memiliki tanggungjawab yang sama dalam
meningkatkan sikap kesopanan pada diri siswa tersebut. Karena pembentukan
karakter siswa tidak bisa terbentuk hanya oleh satu individu saja, namun harus
mendapat dukungan dari semua pihak yang bersangkutan agar mendapatkan hasil
yang maksimal.

2.5.3 Faktor Pendukung dan Penghambat Upaya Guru untuk Meningkatkan


Norma Kesopanan Siswa di SMPK ST. YOSEFA
Hasil penelitian yang menunjukan ada faktor pendukung dan penghambat
upaya guru untuk meningkatkan kesopanan siswa di SMPK ST. YOSEFA. Hal
tersebut selaras dengan apa yang dikatakan oleh Ibu Jetrin proses wawancara
mengenai faktor yang mempengaruhi peningkatan Norma kesopanan siswa di SMPK
ST. YOSEFA.
“Yang pertama adalah keluarga, keluarga menjadi faktor pendukung dan
juga penghambat dalam meningkatkan Norma kesopanan siswa. Jika keluarga siswa
tersebut memberikan contoh dan didikan ke anak tersebut dengan baik, maka anak
tersebut akan berperilaku baik dan juga sebaliknya. Yang kedua adalah pengaruh
teman sebaya atau teman bergaul. Biasanya siswa yang kurang memiliki sikap sopan
dan sering melanggar norma-norma kesopanan di lingkungan sekolah, itu karena
pergaulan yang salah, ia berteman dengan orang di luar lingkungan sekolah yang
membuat sikap siswa tersebut, gampang terpengaruhi oleh lingkunganya dan kadang
siswa-siswi sulit mengontrol tindakanya atau sikapnya. Segala kebiasaan dan tingkah
laku yang dilakukan oleh orang tua akan menjadi contoh dan mudah ditiru oleh anak
karena orang tua adalah pihak pertama yang paling dekat dengan anak. Dan juga
faktor pribadi siswa tersebut dimana perilaku untuk mengontrol diri masih kurang,
mengontrol diri merupakan suatu fungsi utama pada diri yang menyebabkan siswa

16
bisa menahan suatu respon negatif dan juga mengarahkan ke respon positif dalam hal
disiplin pada diri sendiri.
Apa yang disampaikan narasumber juga memiliki pandangan yang sama
terkait faktor yang mempengaruhi peningkatan Norma kesopanan siswa/siswi, baik itu
faktor pendukung ataupun faktor penghambat, diantara faktor-faktor yang
berpengaruh ada dua faktor yang sangat memberikan pengaruh terhadap individu
siswa yaitu faktor dari keluarga dan teman sebaya. Sekolah hanya sebagai fasilitator
dalam mendidik anak, karena sepenuhnya akan kembali ke keluarga dan masyarakat,
jika keluarga tersebut baik dan lingkungan tempat tingggal anak mendukung serta
teman sebaya ataupun pergaulan yang benar akan membentuk sikap kesopanan yang
baik, begitu juga sebaliknya jika keluarga atau teman tidak mendukung dalam
pembentukan karakter anak maka hal tersebut menjadi faktor penghambat bagi anak
dalam memperbaiki sikap atau perilakunya. Semua guru memiliki kepekaan terhadap
faktor pendukung dan penghambat sikap kesopanan siswa di SMPK ST. YOSEFA,
setiap permasalahan yang dihadapi oleh siswa biasanya selalu bercerita dengan guru
Mata Pelajaran, Wali Kelas dan Guru BK, di lain hal tersebut guru yang lain juga
selalu mengamati perilaku siswa dan latar belakang siswa tersebut seperti apa, latar
belakang keluarga siswa juga.

2.6 Manfaat penerapan Norma kesopanan


Adanya norma kesopanan tentunya memberikan manfaat tersendiri bagi
siswa/siswi di SMPK ST YOSEFA. Siswa/siswi menjadi lebih bisa menghargai satu
sama lain sehingga terciptanya kehidupan yang aman dan tentram di lingkungan
sekolah dan tidak terjadi pelanggaran-pelanggaran berkaitan dengan norma kesopanan
di SMPK ST. YOSEFA.

Adapun Manfaat norma kesopanan untuk para siswa/siswi di SMPK ST.


YOSEFA

1) Jika siswa/siswi menerapkan atau mematuhi norma kesopanan, maka siswa


tersebut akan dipandang sebagai orang yang sopan dan layak untuk dihargai pula.
2) Dengan bersikap sopan dan santun, siswa/siswi bisa terhindar dari bahaya, mulai
dari gangguan teman dan tidak adanya musuh di lingkungan sekolah. Hal itu
dikarenakan siswa/siswi tidak menentang ataupun menghina orang lain

17
3) Memiliki banyak teman dalam suatu kelompok,lebih dihargai dan senangi
4) Siswa/siswi mampu membedakan mana yang benar dan salah
5) Dapat menjadi contoh pembelajaran yang baik bagi siswa/siswi lain
6) Orang lain akan merasa nyaman dekat dengan kita.

2.7 Fungsi Norma Kesopanan di Lingkungan Sekolah

Norma kesopanan memiliki fungsi yang dapat membantu siswa/siswi dalam


membentuk karakater mereka dilingkungan masyarakat, lingkungan sekolah dan lain-
lainya. Adapun Fungsi norma kesopanan di lingkungan sekolah yaitu antara lain
adalah:

1) Norma kesopanan berfungsi sebagai rangkaian peraturan yang dijadikan pedoman


dalam berperilaku pada suatu lingkungan sekolah dan kelompok masyarakat.
Keberadaan norma kesopanan yang berlandaskan pada aspek etika atau sikap
sopan santun, berfungsi sebagai pedoman siswa dalam bertingkah laku agar
menaati segala peraturan yang ada, serta bertingkah laku sebagaimana mestinya.
2) Norma kesopanan berfungsi untuk menjaga hubungan saling menghormati,
menghargai dan respek terhadap teman, guru dan sebagainya.
3) Norma kesopanan berfungsi sebagai acuan dalam pemberian sanksi bagi setiap
pelanggaran. Dalam norma kesopanan terdapat sanksi-sanksi bagi aksi
pelanggaran sehingga dalam hal ini norma kesopanan berfungsi sebagai pedoman
atau acuan yang menjadi indikasi agar siswa tidak melakukan pelanggaran
terhadap serangkaian peraturan.
4) Norma kesopanan berfungsi untuk menciptakan keselarasan dalam suatu
lingkungan sekolah dan masyarakat. Dalam realitas sosial yang dijumpai dalam
dinamika kehidupan, keberadaan norma kesopanan membuat rasa nyaman dan
tenteram di lingkungan sekolah dan masyarakat.
5) Norma kesopanan berfungsi untuk mengontrol tingkah laku siswa/siswai sehingga
tidak melanggar peraturan-peraturan yang telah di tetapkan sekolah

6) Norma kesopanan berfungsi untuk mengontrol tingkah laku siswa/siswai sehingga


tidak melanggar peraturan-peraturan yang telah di tetapkan seko

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penerapan norma-norma dalam kehidupan sehari-hari sangatlah


penting terutama, penerapan dari norma kesopanan yang menjadi salah satu
norma penting dalam membentuk karakter diri yang baik bagi siswa dalam
lingkungan sekolah maupun bermasyarakat. Sehingga siswa dapat menjadi
teladan baik bagi teman-temannya ataupun orang lain. Untuk mengatasi masalah
tersebut, penanaman nilai-nilai norma sangat dibutuhkan oleh peserta didik agar
bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan mencegah mereka agar tidak
terjerumus ke arah hal-hal yang negatif. Peningkatan penerapan terkait dengan
norma dan khususnya norma kesopanan juga merupakan salah satu upaya kita
dalam membentuk generasi yang berkualitas nantinya karena itu diharapkan
adanya kesadaran dari dalam diri untuk membentuk karakter diri yang baik
berlandaskan norma-norma yang berlaku khususnya norma kesopanan.
Ada beberapa bentuk-bentuk penerapan norma-norma kesopanan yang sudah di
jalankan di SMPK ST. YOSEFA yaitu: 1) Menghormati guru. 2) Mendengarkan
nasihat yang disampaikan oleh guru. 3) Berjabat tangan atau menundukkan
badan ketika bertemu atau berpapasan dengan guru. 4) Berbicara dengan guru
menggunakan bahasa yang santun. 5) Tidak membuat kegaduhan di lingkungan
sekolah. 6) Tidak mengotori fasilitas sekolah, seperti mencoret-coret meja dan
dinding. 7) Tidak berbicara kotor dan kasar. 8) Berbicara dengan teman
menggunakan bahasa yang baik. 9) Menghindari sikap saling mengejek sesama
teman. 10) Menggunakan tata bahasa yang baik dan santun ketika ingin
menghubungi guru. 11) Bersikap sopan kepada staf sekolah. 12) Selalu
menunjukkan keramahan dengan tersenyum jika berbicara pada orang lain.
Beberapa hal diatas, merupakan wujud dari penerapkan norma kesopanan yang
dapat dilakukan oleh siswa dalam lingkungan sekolah.
3.2 Saran

Peserta didik Sekolah Menengah Pertama Katolik berada pada masa remaja
awal, dimana peserta didik sifatnya sedang labil dan mudah terjerumus dalam hal-hal
yang negatif. Selama masa remaja berlangsung, akan muncul banyak masalah dalam
kehidupan peserta didik. Berbagai masalah seperti masalah keluarga, masalah
pergaulan, masalah sekolah, masalah penampilan dan lain sebagainya. Oleh karena
itu, kita sebagai penerus generasi bangsa yang berpendidikan hendaknya mempunyai
etika dan sopan santun yang baik. Agar kelak, kita dapat menjadi anak bangsa yang
bisa mencerminkan pada negara lain bahwa bangsa Indonesia adalah negara dengan
pengembangan etika dan sikap yang baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. “Pengertian Norma, Fungsi, Jenis, dan Contohnya” Gramedia, 2021, diakses
17 Januari 2023, https://www.gramedia.com/literasi/pengertian-norma/
Afriyanto, B., Indriyati, E. W., & Hardini, P. (2019). Pengaruh Limbah Plastik Low
Density Polyethylene (LDPE) Terhadap Karakteristik Dasar Aspal. Jurnal
Transportasi, Vol. 19 No. 1: 59-66.
Ali Khan, Shafique. 2005. Filsafat Pendidikan Al-Ghazali. Bandung, Pustaka Setia.
Ali, M. (2010). Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Alvin L. Bertrand.1980. Basic Sosiology: An Introduction to Theory and
Method. Terbitan: Appleton-Century-Crofts.

A.M, Sardiman. 2003. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT


Raja Grafindo Persada.
Anna, Jestica. “18 Contoh Penerapan Norma Kesopanan di Lingkungan Sekolah”
Adjar.id, 28 September 2022, diakes 20 Februari 2023,
https://adjar.grid.id/read/543499663/18-contoh-penerapan-norma-kesopanan-di-
lingkungan-sekolah
Anjani, Anatasia. “Mengenal Norma Kesopanan dan Norma Lainya” DetikEdu, 31
Agustus 2021, diakses 20 Februari 2023,
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5703861/mengenal-norma-kesopanan-
dan-norma-norma-lainnya

Basrowi.2005.Pengantar Sosiologi. Ghalia Indonesia. Bogor

Boeree, C. George. 2006 . Dasar-Dasar Piskologi Sosial. Ar-ruzz Media. Yogyakarta

Departemen Pendidikan Nasional . 2008 . Peraturan Menteri Pendidikan Nasional


Nomor 27 Tahun 2008 Tentang Standar akademik dan Kompetensi Konselor.[On
Line ]. Tersedia : http//www.bnsp-indonesia.org/document.php?id=44. Di akses
22 Mei 2012 08.30
Depdiknas .2003. Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem pendidikan
nasional.

Daradjat, Zakiyah. 1995. Remaja Harapan Dan Tantangan.Jakarta: Ruhama.


Iwan. (2020). Merawat Sikap Sopan Santun dalam Lingkungan Pendidikan.
Pendidikan Katolik. Jakarta .
Koentjaraningrat. 1982. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Aksara Baru.

21
Lickona, T. (2012). Mendidik Untuk Membentuk Karakter. Yogyakarta :Pustaka Insan
kamil

Musaheri. 2005. Pengantar Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.


Slamet dan Suwarto, 2007. Pengaruh Penerapan Kecakapan Hidup Universitas
Pendidikan Indonesia.
Wijaya, dkk. (2016). Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta :Pustaka Insan kamil.

22
LAMPIRAN I
DOKUMENTASI BENTUK-BENTUK NORMA KESOPANAN DI SMPK ST.
YOSEFA

Dokumentasi Bentuk-Bentuk Norma


Kesopanan
1) Berjabat tangan atau
menundukkan badan ketika
bertemu atau berpapasan dengan
guru

Gambar 3 ( Sumber : Dokumen Pribadi)


2) Mendengarkan nasihat yang
disampaikan oleh guru.

Gambar 4 ( Sumber : Dokumen Pribadi)

23
8) Bersikap sopan di kelas, tidak
duduk di meja atau berdiri di atas
kursi.

Gambar 8 ( sumber : dokumen pribadi)


9) Menggunakan seragam dengan
rok di bawah lutut.

Gambar 9 ( sumber : dokumen pribadi)

10) Berbicara dengan teman


menggunakan bahasa yang baik.

Gambar 10 ( sumber : dokumen pribadi)

24
LAMPIRAN 2:

YAYASAN DIAN YOSEFA RUTENG


SMPK ST. YOSEFA LABUAN BAJO
Jl. Frans Sales Lega, No. 15, Kab. Manggarai Barat

PEDOMAAN WAWANCARA

A. Judul Makalah : Penerapan Norma Kesopanan di SMPK St. YOSEFA


B. Jadwal Wawancara
A. a) Tempat : SMPK ST. YOSEFA
b) Hari/Tanggal : Rabu, 14 Februari 2023.
c) Waktu : Pukul 09:30 – 11:10 WITA
Identitas Nara Sumber
Jenis Kelamin : Permpuan (P)
Usia : 27 Thn
Jabatan : Guru

Daftar Pertanyaan:

1. Apa saja bentuk-bentuk penerapan Norma kesopanan di SMPK St. YOSEFA ?

2. Bagimana upaya Guru untuk meningkatkan Norma Kesopanan Siswa di SMPK


ST. YOSEFA ?
3. Apa faktor pendukung dan penghambat dalam upaya Guru untuk meningkatkan
Norma Kesopanan Siswa di SMPK ST. YOSEFA ?
4. Apa manfaat penerapan Norma kesopanan di lingkungan sekolah ?
5. Apa fungsi penerapan Norma kesopanan di lingkungan sekolah ?

25
DOKUMENTASI WAWANCARA

Gambar: 1 dan 2 foto wawancara dengan nara sumber berkaitan norma


kesopanan di SMPK ST. YOSEFA

Sumber: dokumen pribadi Sumber: dokumen pribadi

26

Anda mungkin juga menyukai