Anda di halaman 1dari 3

Mekanisme Peredaman DPPH oleh Asam Askorbat

Pendahuluan :
Asam askorbat (vitamin C, AA, 2,3-dehidro-L-gulonat-γ-lakton) adalah molekul
hidrofilik kecil yang larut dalam air. Asam ini berperan sebagai salah satu antioksidan alami
yang paling efektif dalam peredaman spesies radikal berbasis oksigen reaktif (atau berbasis
nitrogen). Potensi antioksidan ini terkait dengan setidaknya tiga faktor :
1. Potensi redoks lingkungan
2. Ada/tidaknya logam transisi
3. Konsentrasi askorbat lokal (seluler atau plasma)
Sistem lakton 2,3-endiol yang kaya elektron memungkinkan AA menyumbangkan satu
atau dua elektron. Dalam kondisi fisiologis, AA ada sebagai anion askorbat yang distabilkan
dengan resonansi yang dibentuk oleh deprotonasi gugus hidroksil pada C3 [8,9]. Paparan udara,
cahaya, panas, air, ion logam transisi seperti Cu2+ dan Fe2+, dan kondisi pH basa menyebabkan
oksidasi asam askorbat yang dapat dibalik menjadi asam dehidroaskorbat. Dehidroaskorbat dapat
dihidrolisis menjadi 2,3-diketo-L-gulonat, yang secara spontan terdegradasi menjadi oksalat,
CO2, dan L-eritrulosa [1,10,11]. Di sisi lain, oksidasi menghasilkan berbagai produk, seperti
asam L-treonat (ThrO), asam oksalat (OxA), dan esternya [12-14]. Asam askorbat
mempertahankan stabilitas maksimum di dekat pH 3.0 dan pH 6.0 [15]. Sebagai alternatif, dalam
kondisi anaerobik dalam larutan air, asam askorbat mengalami dehidrasi dan dihidrolisis untuk
menghasilkan furfural dan karbon dioksida. Laju degradasi maksimum pada pH 4.1, sesuai
dengan pKa AA.
a. Kemiripan Struktur Asam Askorbat dengan Asterina – 330

Asam Askorbat
Asterina - 330

Kedua senyawa tersebut memiliki sifat kepolaran yang sama yaitu, kedua nya
mudah larut dalam pelarut polar. Selain itu asam askorbat dan asterina – 330 memiliki
karakteristik sebagai senyawa yang bersifat amfoter atau senyawa yang dapat terionisasi
menjadi asam dan basa sesuai keadaan pH lingkungan.
1. Asam askorbat memiliki 2 gugus yang dapat terionisasi dengan mudah
berdasarkan kondisi pH lingkungan yaitu, gugus hidroksi (OH) dan gugus
karbonil (C=O). Dalam kondisi asam, gugus fungsi hidroksil (-OH) dari asam
askorbat dapat menyumbangkan proton (H+) dan bertindak sebagai asam.
Secara khusus, gugus hidroksil pada atom karbon yang berdekatan dengan
gugus karbonil (-C=O) adalah gugus yang paling asam dalam asam askorbat
dan paling mungkin menyumbangkan proton dalam kondisi asam.

Dalam kondisi basa, gugus fungsi karbonil (-C=O) dalam asam askorbat dapat
menerima proton (H+). Atom oksigen dari gugus karbonil memiliki sepasang
elektron tunggal yang dapat dengan mudah menerima proton dalam kondisi
basa.

Singkatnya, gugus karbonil dalam asam askorbat dapat bertindak sebagai


akseptor proton dalam kondisi basa, sedangkan gugus hidroksil dapat
bertindak sebagai donor proton dalam kondisi asam.
(Tu dkk., 2017)
2. Asterina – 330 termasuk dalam golongan senyawa mycosporine – like amino
acids (MAAs). Senyawa MAAs memiliki karakteristik sebagai senyawa
amfoter yang dapat terionisasi menjadi asam dan basa berdasarkan pH larutan.

Pada kondisi basa senyawa MAAs akan mengalami kehilangan proton (H +)


pada gugus asam karboksilat (deprotonasi) menjadi anion karboksilat yang
bermuatan negative (Wada dkk., 2013). Gugus anion karboksilat tersebut
memiliki kecenderungan membentuk garam dengan kation yang tersedia,
seperti Na+ yang berasal dari basa.

Pada kondisi asam senyawa MAAs dapat menerima proton (H+) yang berasal
dari pelarut. Gugus amino (NH) pada Asterina dapat menerima proton (H+)
dari lingkungan asam dan membentuk senyawa yang bermuatan positif
(kation) (Wada dkk., 2015).

Singkatnya, gugus karboksilat pada MAAs dapat bertindak sebagai donor


proton dalam kondisi basa, sedangkan gugus amino (NH) dapat bertindak
sebagai akseptor proton dalam kondisi asam.
Mekanisme Peredeman DPPH oleh Asam Askorbat
1. Tahap Inisiasi

+
+

DPPH L – Asam Askorbat DPPH - Hidrazil Radikal L – Asam Askorbat


Pada tahap inisiasi, asam askorbat akan mulai bereaksi dengan DPPH. Asam
askorbat akan menyumbangkan satu elektron untuk mengisi orbital kosong pada radikal
bebas DPPH, sehingga DPPH tereduksi dan warnanya berubah. Asam askorbat
melepaskan elektron yang berasal dari gugus hidroksilnya. Tahap inisiasi ini merupakan
langkah pertama dalam pengukuran aktivitas antioksidan dengan menggunakan metode
DPPH.

2. Tahap propagasi

+
+

DPPH Radikal L – Asam Askorbat DPPH - Hidrazil Radikal L – Askorbil

Tahap propagasi adalah tahap dimana terjadi perpindahan elektron atau transfer
hidrogen dari asam askorbat ke radikal bebas DPPH secara berulang – ulang. Dalam
tahap ini, radikal bebas DPPH yang telah tereduksi akan menjadi radikal bebas yang lebih
stabil. Proses propagasi ini akan terus berlangsung hingga semua radikal bebas DPPH
yang tersedia bereaksi dengan senyawa uji atau sampai asam askorbat yang digunakan
habis.
3. Tahap terminasi

+
+

DPPH Radikal L – Askorbil DPPH - Hidrazil Asam Dehidroaskorbat


Tahap terminasi adalah tahap dimana jumlah radikal bebas DPPH yang masih
tersisa semakin sedikit, sehingga laju reaksi semakin melambat dan akhirnya berhenti.
Pada tahap ini, asam askorbat tidak lagi bereaksi dengan radikal bebas DPPH karena
radikal bebas DPPH sudah habis atau sangat sedikit. Reaksi yang terjadi adalah reaksi
disproporsionasi untuk membentuk dehidroaskorbat yang bersifat tidak stabil.
Dehidroaskorbat akan terdegradasi untuk membentuk asam oksalat dan asam treonat.

Pada akhir tahap ini, aktivitas antioksidan dari senyawa uji akan dievaluasi berdasarkan
seberapa banyak radikal bebas DPPH yang telah direduksi oleh senyawa uji tersebut.

Anda mungkin juga menyukai