....................... 1/4 Tanggal terbit Ditetapkan : PROSEDUR Pimpinan Palopo TETAP FARMASI
PENGERTIAN Merupakan kegiatan pemantauan dan pelaporan setiap kejadian
medication error. TUJUAN 1. Menurunnya insiden KTD dan KNC yang terkait medication error di klinik. 2. Meningkatnya mutu pelayanan farmasi dan keselamatan pasien. 3. Terciptanya budaya keselamatan pasien di klinik. 4. Meningkatnya akuntabilitas farmasi di klinik terhadap pasien dan masyarakat. 5. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan insiden tidak diharapkan. KEBIJAKAN 1. Pemantauan dan Pelaporan medication error dilaksanakan jika ditemukan kasus atau laporan dugaan terjadinya medication error. 2. Monitoring dan pelaporan medication error dikoordinir oleh Apoteker, 3. Laporan medication error Obat ditulis di formulir medication error. 4. Formulir medication error disiapkan oleh Apoteker dan di tempatkan di apotek dan ruang perawat. PROSEDUR 1. Petugas pelapor / petugas penerima laporan : a. Mengidentifikasi tipe insiden yang terjadi 1) KNC / kejadian nyaris cidera : diselesaikan terlebih dahulu sesegera mungkin dengan petugas farmasi sebelum melaporkan kepada atasan langsung untuk mencegah dan mengurangi dampak / cidera yang tidak diharapkan. 2) KTD / kejadian tidak diharapkan dan KTC / kejadian tidak cidera segera dilaporkan kepada atasan langsung maksimal 30 menit setelah ditemukannya insiden. b. Setelah ditindaklanjuti segera membuat laporan insiden dengan mengisi formulir Laporan insiden kepada tim keselamatan pasien Klinik dan menandatanganinya. c. Menyerahkan laporan insiden kepada atasan langsung petugas pelapor maksimal pada akhir shif nya. 2. Atasan langsung petugas pelapor / penanggung jawab apotek memeriksa laporan dan melaporkan kepada Dokter Penanggung Jawab Pelayanan/pasien, apabila insiden tersebut menyangkut pasien secarra langsung. 3. Atasan langsung / Apoteker melakukan assessment / grading resiko insiden. 4. Grading risiko menentukan bentuk investigasi dan analisis yang akan dilakukan, sebagai berikut : a. Grade Biru : investigasi sederhana oleh atasan langsung maksimal. b. Grade Hijau : investigasi sederhana oleh atasan langsung maksimal waktu adalah 2 minggu setelah insiden ditemukan. c. Grade Kuning : investigasi komprehensif / akar masalah (RCA) oleh TKP-Klinik (Waktu maksimal 45 hari) d. Grade Orange : investigasi komprehensif / akar masalah (RCA) oleh TKP-Klinik (Waktu maksimal 45 hari) e. Grade Merah : investigasi komprehensif / akar masalah (RCA) oleh TKP-Klinik (Waktu maksimal 45 hari). 5. Apabila grading risiko kuning, Orange dan merah maka atasan langsung petugas segera melaporkan insiden kepada TKP-Klinik maksimal 1 minggu dan melaporkan laporan insiden yang telah ditandatangani. 6. Apabila grading biru dan grading hijau maksimal 2 minggu setelah selesai melakukan investigasi sederhana segera melaporkan laporan insiden dan hasil investigasi sederhana kepada TKP- Klinik. 7. Petugas Farmasi melakukan analisa dan identifikasi kejadian medication error, analisa error / kesalahan pada fase : a. Tahapan purchasing dan ordering (perencanaan dan pengadaan) b. Tahapan Prescribing (Peresepan) c. Tahapan Transcribing (Pembacaan Resep) d. Tahapan Dispensing (Penyiapan Obat) e. Tahapan delivering (Pengiriman obat) f. Tahapan administering (Pemberian Obat) g. Tahapan storing (Penyimpanan obat) h. Tahapan Monitoring (Pemantauan terapi). 8. Petugas farmasi melakukan analisa dan identifikasi tipe medication error yang terjadi : a. E1 = Resep tidak terbaca b. E2 = Salah pasien c. E3 = Salah obat d. E4 = Salah dosis / kekuatan / frekuensi e. E5 = Salah peracikan / Bentuk sediaan f. E6 = Salah rute / Cara pemberian g. E7 = Salah waktu pemberian h. E8 = Salah kuantitas i. E9 = Salah label / instruksi j. E10 = Kontraindikasi k. E11 = Salah penyimpanan l. E12 = Tidak mendapat obat / kepatuhan m. E13 = Obat kadaluarsa/rusak/stabilitas n. E14 = Reaksi efek samping obat o. E15 = Interaksi obat/inkompabilitas p. E16 = Duplikasi q. E17 = Tidak ada indikasi r. E18 = Tidak sesuai kebijakan s. E19 = Lainnya. 9. Petugas farmasi mendokumentasikan kejadian medication error dan segera melaporkan (1 x 12 jam atau dalam shif kerjanya) kepada apoteker. 10. TKP-Klinik segera mengevaluasi dan menganalisis kembali laporan insiden dan laporan hasil investigasi untuk menentukan apakah perlu dilakukan investigasi lanjutan (RCA) dengan melakukan regrading. 11. Untuk grade kuning dan merah, TKP-Klinik akan melakukan investigasi komprehensif/akar masalah (RCA). 12. Setelah melakukan RCA, TKP-Klinik akan membuat laporan dan rekomendasi untuk perbaikan serta “ Pembelajaran” berupa : Petunjuk / “Safety Alert” untuk mencegah kejadian yang sama terulang kembali. 13. Mengidentifikasi unit atau bagian lain yang mungkin terkena dampak di masa depan. 14. Hasil RCA, rekomendasi dan rencana kerja dilaporkan secara berkala (maksimal tiga bulan) kepada Pimpinan Klinik. 15. Rekomendasi untuk “perbaikan dan pembelajaran” diberikan umpan balik kepada unit kerja terkait. 16. Unit kerja membuat análisis dan tren kejadian di satuan kerjanya masing-masing. 17. Monitoring dan evaluasi perbaikan oleh TKP-Klinik.
UNIT TERKAIT Dokter, Apoteker, Perawat/unit pelayanan lain, Tenaga Teknis