Modul 1
Keilmuan Informatika, Literasi Digital, dan Berpikir
Komputasional
Penulis:
Leli Alhapip, S.Pd., M.Eng
Septiaji Eko Nugroho,ST, M.Sc
Mharta Adji Wardana, S.Si, M.Si.P., EPC
Nur Ernawati, S.Pd., Gr.
I Nyoman Haryantara, S.Pd.
Copyright © 2023
Hal ini berarti Anda bebas untuk menggunakan dan mendistribusikan buku ini, dengan
ketentuan:
• Attribution: Apabila Anda menggunakan materi-materi pada buku ini, Anda harus
memberikan kredit dengan mencantumkan sumber dari materi yang Anda gunakan.
• NonCommercial: Anda tidak boleh menggunakan materi ini untuk keperluan komersial,
seperti menjual ulang buku ini,
• ShareAlike: Apabila Anda mengubah atau membuat turunan dari materi-materi pada buku
ini, Anda harus menyebarluaskan kontribusi Anda di bawah lisensi yang sama dengan
materi asli.
Penetapan Mata Pelajaran Informatika dalam Kurikulum Merdeka perlu didukung dengan
penyiapan kompetensi guru yang mengampu mata pelajaran tersebut. Bimbingan Teknis
(Bimtek) merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
kompetensi guru Mata Pelajaran Informatika. Kegiatan bimtek ini diharapkan para guru dapat
meningkatkan pemahaman kebijakan Kurikulum Merdeka, menguasai pengetahuan konten
keilmuan Informatika, dan menguasai TPACK (Technological Pedagogical Content Knowledge
Framework) dalam pembelajaran Informatika.
Direktorat Guru Pendidikan Dasar, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
telah menyelesaikan Modul bimtek Peningkatan Kompetensi Guru Informatika SMP yang
terdiri dari 4 modul yaitu:
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah terlibat dalam
penyusunan modul ini. Semoga dengan diluncurkannya modul-modul ini, percepatan
peningkatan kompetensi guru Informatika SMP secara bersama-sama dapat kita wujudkan.
Keilmuan informatika terus berkembang dan akan terus memberikan kontribusi besar
bagi kemajuan teknologi dan kesejahteraan manusia di masa depan. Informatika merupakan
cabang ilmu komputer yang mencakup berbagai studi tentang penggunaan komputer dan
sistem informasi untuk menyimpan, mengambil, mengelola, dan menganalisis data serta
informasi. Keilmuan informatika sangat bermanfaat digunakan dalam kehidupan sehari-hari,
diantaranya:
4. Transformasi Industri
Berbagai bidang industri telah mengalami transformasi yang besar-besaran berkat adanya
teknologi informatika. Berbagai perusahaan mengadopsi solusi dan sistem teknologi yang
tepat sehingga mendapatkan keunggulan yang kompetitif, meningkatkan layanan kepada
pelanggan, dan memperluas jangkauan pasar.
Peserta didik mempelajari mata pelajaran Informatika tidak hanya untuk menjadi
pengguna komputer, tetapi juga untuk menyadari perannya sebagai problem solver yang
menguasai konsep (core concept) dan terampil dalam praktik (core practices), serta
berpandangan terbuka ke bidang lain. Pendidik dapat menentukan tema atau kasus sesuai
dengan kondisi lokal, terutama tema atau kasus tentang analisis data.
Di tengah transformasi digital yang mengalir deras, literasi digital dan berpikir kritis
menjadi prasyarat penting supaya peserta didik memiliki bekal untuk menjadi warga digital
berbudaya dan beradab (civilized digital citizen), produktif di dunia digital dengan
meminimalisir dampak negatifnya. Informatika mengakomodasi literasi digital yang
didefinisikan sebagai kemampuan untuk mengakses, mengatur, memahami,
mengintegrasikan, mengkomunikasikan, mengevaluasi dan mengkreasi informasi dengan
aman dan tepat melalui teknologi digital untuk bekerja dan berwirausaha, yang mencakup
Sebagai pendidik yang profesional tentu Bapak/Ibu diharapkan mampu memahami secara
mendalam apa itu Informatika, tujuan membelajarkannya serta kecakapan-kecakapan yang
B. Materi
Berpikir komputasional dan literasi digital berperan penting dalam mata pelajaran
informatika karena keduanya merupakan keterampilan inti yang mendukung pemahaman
yang mendalam dan penerapan efektif teknologi informasi. Mata pelajaran Informatika
memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir
komputasional dan literasi digital yang mendalam, yang nantinya akan menjadi modal utama
dalam menghadapi dunia yang semakin tergantung pada teknologi informasi. Keduanya
membantu mempersiapkan peserta didik menjadi warga digital yang berdaya saing dan
bertanggung jawab dalam menghadapi tantangan masa depan.
Untuk dapat menciptakan solusi yang efektif efisien dan optimal maka kita perlu
memandang setiap permasalahan dengan keempat aspek berpikir komputasional yang
digambarkan melalui metafora batu penyangga (cornerstone) dalam pondasi. Seperti yang kita
Keempat cornerstone ini diperjelas oleh definisi operasional CT oleh ISTE dan CSTA pada
tahun 2011 yang telah diberi feedback oleh 700 computer scientist dan praktisi pengajar.
Definisi operasional CT ini mencakup Kata Kerja Operasional antara lain, merumuskan
masalah, mengelola dan menganalisis data, hingga memperumum dan menerapkan solusi
pada variasi masalah yang lebih luas.
Lebih dari itu sebagai pendidik profesional kita diharapkan benar-benar paham dan
memberi contoh kepada peserta didik berpikir layaknya computational thinker di setiap kita
memecahkan masalah. Kita bisa menunjukkan pemahaman kita tentang Berpikir
Komputasional dengan enam ciri paham yakni mampu menjelaskan, menafsirkan,
menerapkan, menyadari adanya beragam perspektif, berempati dan mempunyai
pengetahuan diri. Berikut ini adalah contoh refleksi seorang pendidik mengenai
pemahamannya tentang CT, kita gunakan framework enam ciri paham oleh Wiggins &
McTighe (2005) untuk melakukan refleksi diri mulai dari menjelaskan, menafsirkan,
menerapkan, melihat dengan perspektif, berempati dan membangun pengetahuan diri.
Setelah memahami betul apa itu CT maka akan muncul kesadaran bahwa CT memang
sudah kita laksanakan sehari-hari, namun tantangan bagi kita semua adalah bagaimana kita
bisa mengajarkannya secara bertahap dan mengakar kuat menjadi pola pikir.
Oleh karena itu pada Kurikulum Merdeka telah diuraikan fase capaian belajar dari kelas 1
hingga kelas 12. Jika kita perhatikan pada uraian CP ini kita garis bawahi kata kunci yang
menjadi pembeda pada setiap tahap. Mulai dari Fase A diharapkan pendidik mampu
menyajikan objek konkrit, pada fase B objek konkrit direpresentasikan ke dalam data, pada
fase C data yang digunakan meningkat jumlahnya, Kemudian berlanjut ke Fase D yakni SMP
menekankan pada disposisi atau kesiagaan sikap menerapkan CT dan menyusun solusi lebih
dari satu, pada Fase E penekanan pada strategi algoritma standar, dan Fase F peserta didik
diajak untuk mengkaji dan memberi justifikasi efisiensi solusi yang disusun.
Sebagai bentuk empati kepada peserta didik, pendidik informatika yang profesional
hendaknya merasakan apa yang dirasakan oleh peserta didik dan memastikan munculnya
pertanyaan-pertanyaan berikut ini di benak peserta didik:
● Dapatkah permasalahan ini diselesaikan dengan lebih baik dan mudah oleh manusia
atau komputer?
● Adakah pola yang sama antara permasalahan ini dengan permasalahan yang sudah
aku selesaikan sebelumnya?
● Bagaimana data bisa diorganisasi atau dikelola untuk membantu menyelesaikan
permasalahan ini?
● Bagaimana saya membuat solusi yang umum agar dapat diterapkan pada input
dengan range tertentu?
● Langkah-langkah apa saja yang bisa saya jelaskan dalam menyelesaikan
permasalahan ini?
● Apa strategi komputer yang bisa saya gunakan?
● Apa saja batasan, konsekuensi, dan hambatan dari solusi yang saya rancang ini?
Literasi digital juga harus mencakup pemahaman tentang dampak sosial media pada
individu dan masyarakat. Ini termasuk pemahaman tentang privasi dan keamanan data, etika
bermedia sosial, efek psikologis penggunaan media sosial, serta kemampuan untuk
mengidentifikasi berita palsu (hoaks) dan konten yang meragukan. Selain itu literasi digital
mencakup kemampuan untuk secara kritis menilai dan mengevaluasi informasi yang
ditemukan di internet, memahami sumber daya online, dan membedakan informasi yang
dapat diandalkan dari yang tidak dapat dipercaya.
Peserta didik juga harus belajar tentang dampak teknologi pada lingkungan dan
kesehatan manusia. Ini termasuk masalah seperti penggunaan energi oleh perangkat digital,
pengelolaan limbah elektronik, dan pengaruh radiasi dari perangkat elektronik terhadap
kesehatan. Literasi digital juga mencakup pengenalan tentang berpikir komputasional, yaitu
Di tengah transformasi digital yang mengalir deras, literasi digital dan berpikir kritis
menjadi prasyarat penting supaya peserta didik memiliki bekal untuk produktif di dunia digital
dengan tetap menjaga martabat, etika dan budaya.
Dalam kurikulum yang disusun oleh Japelidi beserta Kemkominfo dan Siberkreasi (2021),
setidaknya ada 4 pilar literasi digital meliputi Cakap, Etis, Budaya dan Aman bermedia digital.
Berikut ini adalah contoh pembelajaran unplugged Berpikir Komputasional kelas VII “Cara
Kerja Mesin ATM”. Pendidik dapat menyiapkan media ajar berupa kartu yang nantinya akan
menjadi bahan simulasi peserta didik.
Gambar 6. Media Ajar berupa kertas untuk simulasi cara kerja mesin ATM
Dalam hal ini, penting bagi pendidik untuk bisa memahami dan menerapkan metode
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student-centered), menarik, dan menjamin
ketercapaian pembelajaran pada tingkatan yang tepat (teaching at the right level).
Untuk melakukannya, berikut adalah beberapa langkah praktikal yang dapat dilakukan
oleh pendidik untuk menjamin ketercapaian pembelajaran pada tingkatan yang tepat
(teaching at the right level) diantaranya:
1) Melaksanakan asesmen awal di awal pembelajaran untuk mengetahui kemampuan
dasar peserta didik terkait suatu materi.
2) Melakukan pengelompokan hasil asesmen sesuai dengan kemampuan atau tingkat
capaian peserta didik.
3) Pemberian intervensi dan aktivitas pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan
karakteristik peserta didik.
UNESCO (2018). A Global Framework of Reference on Digital Literacy Skills for Indicator 4.4.2.
Diakses dari https://uis.unesco.org/sites/default/files/documents/ip51-global-
framework-reference-digital-literacy-skills-2018-en.pdf pada 20 Juli 2023.
UNESCO (2021). Media and information literate citizens: think critically, click wisely! Diakses
dari https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000377068 pada 20 Juli 2023.
Kemkominfo, Japelidi, Siberkreasi (2021). Modul Cakap Bermedia Digital. Diakses dari
https://literasidigital.id/buku/modul-cakap-bermedia-digital pada 20 Juli 2023.
Kemkominfo, Japelidi, Siberkreasi (2021). Modul Etis Bermedia Digital. Diakses dari
https://literasidigital.id/buku/modul-etis-bermedia-digital pada 20 Juli 2023.
Kemkominfo, Japelidi, Siberkreasi (2021). Modul Budaya Bermedia Digital. Diakses dari
https://literasidigital.id/buku/modul-budaya-bermedia-digital pada 20 Juli 2023.
Kemkominfo, Japelidi, Siberkreasi (2021). Modul Aman Bermedia Digital. Diakses dari
https://literasidigital.id/buku/modul-aman-bermedia-digital pada 20 Juli 2023.
Mafindo, Ma’arif Institute, Love Frankie (2020). Kurikulum Tular Nalar. Diakses dari
https://tularnalar.id/ pada 20 Juli 2023.
Yadav, A., Mayfield, C., Zhou, N., Hambrusch, S., & Korb, J. T. (2014). Computational thinking
in elementary and secondary teacher education. ACM Transactions on Computing
Education (TOCE), 14(1), 1-16. https://doi.org/10.1145/2576872.
Wiggins, G., & McTigue, J. (2005). Understanding by design. Alexandria, VA: ASCD.