Anda di halaman 1dari 12

PERBANDINGAN RITUS KELAHIRAN JEPANG

DENGAN RITUS KELAHIRAN BROKOHAN


JAWA BARAT INDONESIA

Oleh : Kelompok 2
Anggota : Afifah Nur Alfiyyatu Hanifah (043123056)
: Angela Sarah Rofifah (043123053)
: Cinta Ratulativa (043123043)
: Muhammad Daffa Raihan (043123032
: Muhammad Iqbal Al Khumaidi (043123020)
: Muhammad Ridho Maulana (043123024)
: Nabila Putri Aprillia (043123016)
: Salsabila Hegiss Azzahra (043123046)
: Sandy Noor Mubaroq (043123002)

SASTRA JEPANG
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS PAKUAN BOGOR
Jl. Pakuan, RT. 02/RW. 06, Tegallega, Kec. Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat
16129
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. atas berkat
rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah
yang berjudul “PERBANDINGAN RITUS KELAHIRAN JEPANG DENGAN RITUS
KELAHIRAN BROKOHAN JAWA BARAT INDONESIA” ini disusun dengan
maksud dan tujuan untuk menyelesaikan ujian mata kuliah Pengantar Budaya Jepang.
Adapun penyusunan makalah ini dapat terselesaikan berkat dukungan dari
berbagai pihak, terutama rekan-rekan satu kelompok. Oleh karena itu, ucapan terima
kasih diberikan atas bantuan dan kerja keras yang telah dikeluarkan demi selesainya
makalah ini.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini tidak luput dari banyaknya
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang
kami miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran yang membangun dari pembaca
sangat diharapkan demi perbaikan makalah lebih lanjut. Penyusun berharap makalah ini
dapat memberikan manfaat dan pengetahuan baru bagi pembaca.
Demikian yang dapat penyusun sampaikan. Mohon maaf bila ada kesalahan kata
atau maksud, karena kesalahan selalu datang dari manusia, hanya Tuhan Yang Maha
Benar. Atas perhatiannya, penulis mengucapkan terima kasih.

Bogor, 4 November 2023


Penyusun
DAFTAR ISI

Hal
Halaman Judul
Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 1
1.3 Tujuan Penyusunan 1
BAB II PEMBAHASAN 2
2.1 Pengertian Ritus Kelahiran 2
2.2 Persamaan Ritus Kelahiran Jepang dengan Tradisi 2
Brokohan Jawa Barat
a. Pentingnya Tradisi dan Upacara 3
b. Peran Spiritual dan Keagamaan 3
c. Pemberian Nama dan Simbolisme 3
d. Peran Keluarga dan Msyarakat 3
2.3 Perbedaan Ritus Kelahiran Jepang dengan Tradisi 4
Brokohan Jawa Barat
a. Asal Usul dan Budaya 4
b. Upacara dan Tradisi 4
c. Perlengkapan dan Simbolisme 5
d. Doa dan Mantra 6
e. Peran Keluarga dan Masyarakat 6
BAB III PENUTUP 8
3.1 Kesimpulan 8
3.2 Saran 8
3.3 Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bumi terdiri dari berbagai pulau-pulau yang terpisah berdasarkan benua,
bahkan negara. Di setiap negara-negara itu, tentunya mempunyai banyak
perbedaan, baik dari struktur negara, pemerintahan, bahkan kesenian dan
kebudayaan.
Mata kuliah Pengantar Budaya Jepang mempelajari segala jenis kebudayaan
yang ada di negara Jepang, dari segala upacara mengenai lingkar kehidupan,
pakaian, budaya disana, dan cara hidup masyarakat Jepang. Meskipun Jepang
termasuk ke dalam kategori Negara Maju, tetapi Jepang tidak pernah melupakan
kesenian dan kebudayaan yang berasal dari nenek moyang mereka.
Makalah ini akan menjelaskan tentang perbandingan salah satu budaya di
Jepang dengan salah satu budaya yang ada di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


a. Apa pengertian dari Ritus Kelahiran Jepang dan Ritus Kelahiran Tradisi
Brokohan dari Jawa Barat di Indonesia?
b. Apa persamaan Ritus Kelahiran Jepang dengan Ritus Kelahiran Tradisi
Brokohan dari Jawa Barat di Indonesia?
c. Apa perbedaan Ritus Kelahiran Jepang dengan Ritus Kelahiran Tradisi
Brokohan dari Jawa Barat di Indonesia?

1.3 Tujuan Penyusunan


Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk memahami konsep dari
ritus kelahiran di Jepang dan mengetahui perbandingannya dengan ritus
kelahiran salah satu tradisi di Indonesia, Brokohan dari Jawa Barat.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ritus Kelahiran


Kelahiran adalah sebuah proses pada manusia dan hewan di mana anak
dikeluarkan dari badan ibunya. Ritus kelahiran adalah bagian penting dari
budaya dan tradisi di seluruh dunia. Pada saat melahirkan, biasanya akan
diadakan sebuah upacara atau perayaan. Hal ini dilakukan oleh orang-orang
(yang biasanya keluarga atau kerabat orang yang melahirkan) agar ibu serta anak
yang dilahirkan dapat selamat. Upacara kelahiran dilakukan sesuai dengan
keyakinan masyarakat dan sangat erat kaitannya dengan sistem kepercayaan.
Di Jepang, kelahiran adalah tahap penting dalam kehidupan manusia,
dirayakan melalui berbagai upacara yang melibatkan keluarga, kerabat, dan
masyarakat. Ritus kelahiran memiliki makna mendalam dan menggambarkan
hubungan kuat antara masyarakat dan kepercayaan agama Shinto serta
Buddhisme. Ritus kelahiran Jepang memperlihatkan keselarasan antara tradisi
kuno dan modern serta memiliki pengaruh yang kuat dalam membentuk
kehidupan keluarga dan sosial di Jepang.
Indonesia, dengan keberagaman etnis, budaya, dan agama yang kaya,
memiliki beragam tradisi dan ritus kelahiran yang unik. Ritual-ritual ini
mencerminkan kekayaan warisan budaya yang ada di seluruh nusantara. Ritus
kelahiran ini tidak hanya memiliki makna religius, tetapi juga menggambarkan
ikatan kuat antara generasi dan peran penting yang dimainkan oleh masyarakat
dalam merayakan kedatangan seorang anak.
Salah satu dari beragamnya tradisi dan ritus kelahiran di Indonesia adalah
Brokohan. Brokohan adalah salah satu upacara adat Jawa untuk menyambut
kelahiran bayi. Kata Brokohan berasal dari bahasa Arab, yaitu ‘barokah’ yang
artinya mengharapkan berkah. Oleh karena itu, tradisi Jawa yang satu ini adalah
tradisi yang di gelar ketika seorang ibu melahirkan seorang anak.

2.2 Persamaan Ritus Kelahiran Jepang dengan Tradisi Brokohan Jawa Barat
Meskipun ritus kelahiran di Jepang dan tradisi Brokohan dari Jawa Barat di
Indonesia berasal dari budaya yang berbeda, jika dibandingkan, secara garis
besar, dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu ritus ketika ibu hamil, ritus pada
saat kelahiran, dan ritus setelah kelahiran. Ada beberapa persamaan dan
perbedaan pada ritus-ritus kelahiran ini. Ada beberapa persamaan yang dapat
ditemukan dari upacara kelahiran di kedua budaya, yaitu :
a. Pentingnya Tradisi dan Upacara
Baik dalam ritus kelahiran di Jepang maupun tradisi Brokohan, keduanya
menekankan pentingnya tradisi dan upacara untuk merayakan kelahiran
seorang anak. Keduanya sama-sama memiliki perayaan makan bersama
setelah sang anak lahir.

Di Jepang, perayaan tersebut bernama “ubumeshi”, melibatkan makan


nasi bersama banyak orang agar anak diberkahi kestabilan jiwa dan raga. Di
tradisi Brokohan, setelah anak lahir, ada pembagian sesajen Brokohan
kepada sanak saudara dan para tetangga.
b. Peran Spiritiual dan Keagamaan
Keduanya melibatkan elemen spiritual dan keagamaan dalam upacara
tersebut. Meskipun agama dan kepercayaan yang mendasarinya berbeda,
baik tradisi Jepang maupun Jawa barat mengakui peran spiritualitas dalam
momen kelahiran. Keduanya sama-sama mengucapkan rasa syukur dan
terima kasih mereka kepada Sang Pencipta.
c. Pemberian Nama dan Simbolisme
Kedua tradisi tersebut sering melibatkan pemberian nama kepada bayi
sebagai bagian dari upacara. Di Jepang, pemberian nama kepada anak yang
baru lahir disebut “oshichiya”. Penggunaaan simbolisme tertentu juga dapat
ditemukan meskipun bentu dan maknanya mungkin berbeda di kedua
budaya.
d. Peran Keluarga dan Masyarakat
Baik di Jepang maupun tradisi Brokohan, peran keluarga dan masyarakat
sangat penting dalam merayakan kelahiran. Keterlibatan keluarga besar dan
masyarakat sekitar dalam memberikan dukungan serta merayakan kelahiran
bayi adalah aspek yang serupa.
2.3 Perbedaan Ritus Kelahiran Jepang dan Tradisi Brokohan Jawa Barat
Selain ada persamaan, tentunya ada perbedaan diantara kedua budaya dari
Jepang dan tradisi Brokohan, diantaranya adalah :
a. Asal Usul dan Budaya
Ritus kelahiran di Jepang sangat di pengaruhi oleh tradisi Shinto dan
Buddhisme. Sementara tradisi Brokohan merupakan bagian dari budaya
Jawa yang memiliki pengaruh dari kepercayaan lokal dan nilai-nilai
tradisional Jawa.
b. Upacara dan Tradisi

Gambar 2.1 Upacara dan Tradisi

Pada ritus kelahiran Jepang, terdapat banyak upacara. Saat sang ibu
mengandung anaknya, terdapat upacara “obi iwai”, dimana perut ibu yang
hamil disangga oleh stagen. Begitu sang anak sudah lahir, tali pusar yang
sudah lepas sering disimpan dan digunakan untuk pengobatan atau diberikan
kepada anak perempuan yang akan menikah. Ari-ari sang anak dikubur.
Setelah itu, ritus kelahiran Jepang melibatkan perayaan seperti “oshichiya”
(upacara pemberian nama pada malam ke-7 setelah kelahiran) dan
“omiyamairi” atau “hatsumiyamairi” (mengunjungi kuil untuk
menunjukkan rasa terima kasih atas kelahiran bayi). Ada juga upacara
“okuizome”, dimana bayi mendapatkan makanan pertamanya setelah
kelahiran hari ke-100 atau 120. Orang tua secara bergiliran memberi makan
sang bayi dan mendoakan sang bayi di anugerahi makanan yang banyak
sepanjang hidupnya dan upacara “hatsuzekku” (tanggal 3 Maret untuk
perempuan dan tanggal 5 Mei untuk laki-laki), dimana para orang tua
menghiasi rumah mereka boneka-boneka hina (untuk perempuan) dan
samurai (untuk laki-laki). Terakhir ada upacara “hatsutanjou”, dimana sang
anak merayakan ulang tahun pertamanya secara tradisional.

Gambar 2.2 Hatsumiyamairi


Gambar 2.3 Hatsuzekku

Di tradisi Brokohan, terdapat berbagai upacara. Ketika sedang hamil,


sang ibu selalu di doakan oleh keluarga dan kerabat hingga proses
melahirkan. Begitu anak lahir, terdapat upacara dimana ari-ari atau plasenta
sang bayi akan dipendam atau dikubur dan dilanjutkan dengan pembagian
makanan, seperti tumpeng kepada sanak saudara dan para tetangga.
Sejatinya, brokohan merupakan cara untuk mengucapkan rasa syukur dan
sukacita atas kelahiran yang berjalan lancar. Ari-ari atau plasenta sendiri di
dalam masyarakat Jawa sering disebut pula dengan batur bayi (teman bayi).
Oleh karena itu, plasenta harus dirawat dan dijaga sebaik mungkin setelah
bayi dilahirkan, yaitu dengan dipendam, diberi lampu, dan dipagari. Tidak
dibuang begitu saja, karena kita harus ingat bahwa batur bayi yang
menemani sang bayi saat di dalam kandungan.

Ada pula upacara tradisional seperti “ruwatan” (upacara untuk


memberkahi diri dan keluarga agar tidak sial) dan prosesi untuk memberi
nama bayi. Meski di tradisi Brokohan tidak ada upacara “okuizome”, tetap
terdapat sesaji yang harus di sediakan. Sesaji untuk bayi laki – laki dan bayi
perempuan tidak sama. Untuk bayi laki-laki, sesaji yang digunakan adalah
ayam betina yang belum pernah kawin. Sedangkan untuk bayi perempuan,
sesajinya adalah ayam jantan yang belum pernah kawin. Sesajian lain baik
untuk bayi laki-laki dan bayi perempuan adalah jenang baro-baro, bunga
raken, jenang putih, dan jenang merah putih.
c. Perlengkapan dan Simbolisme

Gambar 2.4 Perlengkapan dan Simbolisme Gambar 2.5 Sesajian


Perlengkapan yang digunakan dalam kedua tradisi tersebut juga mungkin
berbeda. Misalnya, dalam ritus kelahiran Jepang, kimono dan aksesorisnya
mungkin memiliki makna dan simbolis tertentu. Sedangkan, dalam tradisi
Brokoham, terdapat penggunaan barang-barang tertentu yang memiliki
makna sakral dalam upacara.

Sejumlah perlengkapan untuk upacara Brokohan dibagi untuk golongan


bangsawan dan rakyat biasa. Untuk golongan bangsawan, perlengkapan yang
harus disiapkan, seperti dawet, telur mentah, sayur menir, sekul ambeng,
kelapa dan beras. Sementara, untuk golongan rakyat biasa harus menyiapkan
nasi ambengan yang terdiri dari nasi, sayur, dan lauk pauk peyek, sambal
goreng, tempe, mihun, sayur menir, dan pecel ayam. Adapun brokohan
biasanya berisi telur ayam mentah, gula jawa setengah tangkep, kelapa
setengah buah, dawet, dan kembang brokohan, yaitu mawar, melati,dan
kantil.

d. Doa dan Mantra

Gambar 2.6 Doa dan Mantra

Penggunaan doa, mantra, atau ucapan dalam ritual kelahiran juga bisa
berbeda. Di Jepang, doa dan ucapan dalam bahasa Jepang yang terkait
dengan tradisi agama setempat sering digunakan. Pada saat masa kehamilan,
ibu yang hamil biasanya diberi stagen berisi doa pada perutnya untuk
menyangga perut dari kehamilannya.
Di Jepang, pada masa lalu, kelahiran biasanya dilakukan di “ubuya” atau
ruangan khusus melahirkan. Wanita yang hamil di isolasi dikarenakan
dianggap tidak suci selama masa nifas dan menstruasi.
Dalam tradisi Brokohan, doa dan mantra diucapkan dalam bahasa Jawa
atau terkait kepercayaan lokal yang mungkin lebih sering ditemui dan di
Indonesia, meski dalam masa kelahiran, nifas, dan mestruasi, wanita yang
hamil tidak di isolasi.
e. Peran Keluarga dan Masyarakat
Peran keluarga dan masyarakat dalam kedua ritual tersebut bisa berbeda.
Di Jepang, fokus pada penghargaan kepada leluhur dan kerja sama keluarga
mungkin lebih menonjol. Sementara, dalam tradisi Brokohan, keterlibatan
masyarakat setempat dan peran tokoh-tokoh adat bisa memiliki peran yang
penting. Meskipun keduanya merupakan ritual kelahiran, perbedaan-
perbedaan ini menunjuk keragaman budaya dan tradisi yang ada di
masyarakat Jepang dan Jawa Barat.

Gambar 2.7 Peran Keluarga dan Masyarakat


BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari pembahasan diatas, penyusun mengambil kesimpulan bahwa ritus
kelahiran di kedua budaya memiliki tujuan yang sama, yakni untuk melindungi
sang ibu dengan doa dan dukungan orang-orang sekitar selama masa kehamilan
dan memberkahi sang anak yang baru lahir dengan segala upacara dari kedua
budaya agar kelak sang anak tumbuh menjadi anak yang berperilakuan baik.
Kedua budaya melaksanakan upacara atas asas kekeluargaan dan berpegang
teguh kepada kepercayaan dan tradisi masyarakat setempat.
Upacara-upacara ini juga berperan penting pada keberlangsungan tahap hidup
anak yang dilahirkan menuju masa kanak-kanak, dewasa hingga menikah, dan
kematiannya.
Rasa syukur masyarakat akan keberlangsungan hidup anaknya tidak luput
dari berkah Sang Pencipta yang telah memberkahi keluarga dan orang-orang
yang senantiasa mengikuti ajaran-Nya.

3.2 Saran
Bagi pembaca, penyusun berharap makalah ini dapat menambah wawasan
pengetahuan terkait dengan ritus kelahiran di Jepang maupun ritus kelahiran di
Indonesia, khususnya tradisi Brokohan di Jawa Barat.

3.3 Penutup
Demikian makalah ini, penyusun menyadari kekurangan yang tentunya
membutuhkan saran dan kritik dari para pembaca sekalian untuk biasa
membangun agar ke depannya bisa diperbaiki untuk hasil yang lebih baik lagi.
Makalah ini merupakan sebagian cerminan materi yang telah dipelajari
penyusun dalam mata kuliah Pengantar Budaya Jepang.
DAFTAR PUSTAKA

Merah Putih.com, 2023. “Mengenal Upacara Adat Brokohan” [Online]


https://merahputih.com/post/read/mengenal-upacara-adat-brokohan [17/11/23]
Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara, 2017. “Perbandingan Ritus-Ritus
Kelahiran dalam Masyarakat Jepang dan Masyarakat Batak Toba” [Online]
https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/17670 [17/11/23]

Tugu Jogja, 2019. “Brokohan : Upacara Adat Jawa Menyambut Kelahiran Bayi”
[Online]
https://m.kumparan.com/amp/tugujogja/brokohan-upacara-adat-jawa-
menyambut-kelahiran-bayi-1sOcRgH0evk [17/11/23]

Anda mungkin juga menyukai