Anda di halaman 1dari 64

LAPORAN 1

ANALISIS MATERI PEMBELAJARAN


BERBASIS MASALAH

RUSNI JAMIL, S.Kom.


NPM. 239012495110

TEKNIK JARINGAN KOMPUTER & TELEKOMUNIKASI

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI GURU


UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
SEPTEMBER 2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, segala puja dan puji syukur penulis panjatkan


kehadirat Allah SWT atas rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan 1 Analisis Materi Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pendidikan Profesi
Guru Dalam Jabatan jalur Guru Penggerak di Universitas Negeri Makassar.

Sholawat beserta salam semoga tetap terlimpahkan pada Rasulullah SAW


yang merupakan suri tauladan bagi umat manusia.

Laporan 1 Analisis Materi Pembelajaran Berbasis Masalah pada Pendidikan


Profesi Guru Dalam Jabatan jalur Guru Penggerak di Universitas Negeri Makassar
menjelaskan berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh penulis dalam kurun
waktu tertentu pada program Pendidikan Guru Penggerak (PGP) Angkatan 2 tahun
2022.

Tidak lupa penulis ucapkan terimakasih kepada Pengajar Praktik Bapak


Jaka Suryadinata, S.Pd., Fasilitator Ibu Angga Citra Mahardika, M.Pd., Civitas
SMK Bhima Sakti Way Jepara, Civitas SMK Darunnajah Braja Selebah, rekan-
rekan sejawat serta Ibu dan Keluarga yang membantu dan memotivasi penulis
dalam penyusunan laporan 1 ini.

Tiada kata yang pantas penulis ucapkan selain ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga laporan 1 ini bisa terselesaikan dengan
baik. Akhir kata semoga laporan 1 ini dapat bermamfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan. Aamiin.

Kab. Lampung Timur, September 2023


Penulis

ii | P P G D a l j a b 2 0 2 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

RINGKASAN ........................................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1

1. LATAR BELAKANG ............................................................. 1

2. TUJUAN KEGIATAN............................................................. 4

3. MAMFAAT KEGIATAN........................................................ 4

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................ 6

1. Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki Hadjar Dewantara 6

2. Nilai dan Peran Guru Penggerak ........................................... 9

3. Visi Guru Penggerak ............................................................. 23

4. Budaya Positif ....................................................................... 28

BAB 3 PENUTUPAN ............................................................................ 56

1. Refleksi................................................................................. 56

2. Tindak Lanjut ....................................................................... 56

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

iii | P P G D a l j a b 2 0 2 3
RINGKASAN

Program Pendidikan Guru Penggerak ini merupakan wujud komitmen Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) berkolaborasi dengan berbagai pihak
pemangku kepentingan untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas bagi
murid-murid Indonesia. Melalui individu-individu yang proaktif dan memiliki
kepedulian terhadap kemajuan dan mutu pendidikan di Indonesia.

Selama beberapa bulan individu-individu yang masuk dalam program Pendidikan


Guru Penggerak akan dilatih untuk mempertajam keterampilan kepemimpinan dan
mengasah berbagai keterampilan manajemen sekolah secara daring maupun tatap
muka. Program Pendidikan Guru Penggerak sebagai bagian dari rangkaian
kebijakan Merdeka Belajar episode kelima, didesain untuk mempersiapkan guru-
guru terbaik Indonesia untuk menjadi pemimpin sekolah yang berfokus pada
pembelajaran (instructional leaders).

setelah mengikuti pendidikan Guru Penggerak diharapkan dapat mewujudkan


standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan di seluruh wilayah
Indonesia, di mana keberpihakan pada murid menjadi orientasi utamanya.

iv | P P G D a l j a b 2 0 2 3
BAB 1
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Pendidikan Guru Penggerak adalah program pendidikan kepemimpinan


bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran. Program ini meliputi
pelatihan daring, lokakarya, konferensi, dan pendampingan selama 6 bulan
bagi calon Guru Penggerak. Selama program, guru tetap menjalankan tugas
mengajarnya sebagai guru. Topik utama program pendidikan guru
penggerak adalah Pemimpin Pembelajaran selama pelatihan kami
memperoleh materi pembelajaran praktik lapangan antara lain
Pembelajaran Berdeferensiasi, Komunitas Praktik dan Pembelajaran Sosial
dan Emosi.

Metode pelatihan yang digunakan pelatihan daring, lokakarya dan


pendampingan. Selama pelatihan proporsional pembelajaran sebesar 70%
belajar di tempat kerja dan komunitas praktik meliputi pemberian umpan
balik dari atasan, rekan dan siswa, 20% belajar dari rekan guru dan guru lain
dan 10% pelatihan formal.

Materi dan Capaian Pembelajaran dalam program pendidikan guru


penggerak anatara lain:

1|PPG Daljab 2023


No Materi Capaian Pembelajaran Topik
 Calon Guru Penggerak mampu memahami  Filosofi
filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara Pendidikan
dan melakukan refleksi kritis atas Indonesia
hubungan nilai-nilai tersebut dengan  Nilai-nilai dan
Modul 1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak

konteks pendidikan lokal dan nasional peran Guru


pada saat ini. Penggerak
 Calon Guru Penggerak mampu  Membangun
menjalankan strategi sebagai pemimpin visi sekolah
1 pembelajaran yang mengupayakan  Membangun
terwujudnya sekolah sebagai pusat budaya positif
pengembangan karakter dengan budaya di sekolah
positif.
 Calon Guru Penggerak mampu
mengembangkan dan
mengkomunikasikan visi sekolah yang
berpihak pada murid kepada para guru dan
pemangku kepentingan.
 Calon Guru Penggerak dapat  Pembelajaran
Modul 2 Praktik Pembelajaran yang Berpihak pada

mengimplementasikan pembelajaran berdifferensiasi


berdiferensiasi untuk mengakomodasi  Pembelajaran
kebutuhan belajar siswa yang berbeda. emosi dan
 Calon Guru Penggerak mampu mengelola sosial
emosi dan mengembangkan keterampilan  Coaching
Murid

2 sosial yang menunjang pembelajaran.


 CGP mampu melakukan praktik
komunikasi yang memberdayakan sebagai
keterampilan dasar seorang coach.
 Calon Guru Penggerak mampu
menerapkan praktik coaching sebagai
pemimpin pembelajaran.

2|PPG Daljab 2023


 Calon Guru Penggerak mampu  Pengambilan
melakukan praktik pengambilan keputusan
keputusan yang berdasarkan prinsip sebagai
pemimpin pembelajaran. pemimpin
 Calon Guru Penggerak mampu pembelajaran

Modul 3 Pemimpin belajaran dalam Pengembangan Sekolah

melakukan strategi pengelolaan sumber Pemimpin


daya manusia, keuangan, waktu, dan dalam
sarana dan prasarana yang dimiliki oleh pengelolaan
sekolah untuk meningkatkan kualitas sumber daya
pembelajaran yang berdampak pada  Pengelolaan
murid. program yang
 Calon Guru Penggerak mampu berdampak
3
merencanakan, mengorganisasikan, dan pada murid
mengarahkan program perbaikan dan
perubahan sekolah, serta memantaunya
agar berjalan sesuai rencana dan
mengarah pada tujuan.
 Calon Guru Penggerak mampu
mengembangkan kegiatan berkala yang
memfasilitasi komunikasi murid, orangtua
dan guru serta menyediakan peran bagi
orangtua terlibat dalam proses belajar
yang berdampak pada peningkatan
kualitas pembelajaran.

Selama mengikuti pendidikan program pendidikan guru penggerak penulis


memperoleh banyak hal khususnya terkait dengan paradigma pendidikan
yang berpihak pada murid. Sebagai lulusan Guru Penggerak diharapkan
mampu menciptakan ekosistem belajar yang berpihak pada murid
dilingkungan sekolah, serta mampu membangun kolaborasi antar sesama
pendidik melalui komunitas pembelajar yang saling berbagi baik dan aksi
nyata.

Dalam pelaksanaan Pendidikan Profesi Guru Dalam Jabatan Tahun 2023


proses pembelajaran bagi mahasiswa PPG lulusan Pendidikan Guru

3|PPG Daljab 2023


Penggerak berbeda degan mahasiswa PPG regular, hal ini tertuang
dalamsurat edaran KEMENDIKBUDRISTEK melalui Dirgen GTK
nomor:1847/B2/GT.00.08/2022 tanggal 11 Agutus tahun 2022. Atas dasar
hukum tersebut di atas, maka Penulis sebagai Mahasiswa PPG Dalam
Jabatan Tahun 2023 di Universitas Negeri Makasar dari unsur lulusan
Pendidikan Guru Penggerak membuat laporan pertama terkait materi
Pendidikan Profesi Guru yaitu Analisis Materi Berbasis Masalah. Dalam
penyusunan laporan, penulis akan mengaitkan materi dan aksi nyata dalam
Pendidikan Guru Penggerak dengan lembar kerja mata kuliah PPG tentang
Analisis Materi Berbasis Masalah.

2. TUJUAN KEGIATAN
Program Pendidikan Guru Penggerak bertujuan untuk memajukan
pendidikan Indonesia dengan menciptakan pembelajaran yang berpusat
pada murid dan menggerakkan ekosistem pendidikan yang lebih baik. Guru
Penggerak sebagai agen transformasi pendidikan berperan di garda terdepan
untuk mewujudkan visi dan misi dari Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia untuk mewujudkan Generasi emas yang
berkarakter Profil Pelajar Pancasila.

3. MAMFAAT KEGIATAN
Program Pendidikan Guru Penggerak diharapkan mampu akan menciptakan
guru penggerak yang dapat:
1) Mengembangkan diri dan guru lain dengan refleksi, berbagi dan
kolaborasi secara mandiri
2) Memiliki kematangan moral, emosi dan spiritual untuk berperilaku
sesuai kode etik
3) Merencanakan, menjalankan, merefleksikan dan mengevaluasi
pembelajaran yang berpusat pada murid dengan melibatkan orang
tua
4) Berkolaborasi dengan orang tua dan komunitas untuk
mengembangkan sekolah dan menumbuhkan kepemimpinan murid

4|PPG Daljab 2023


5) Mengembangkan dan memimpin upaya mewujudkan visi sekolah
yang berpihak pada murid dan relevan dengan kebutuhan komunitas
di sekitar sekolah

5|PPG Daljab 2023


BAB 2
PEMBAHASAN

1. Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional-Ki Hadjar Dewantara

Diawal pendidikan guru penggerak penulis mempelajari modul 1.1 Refleksi


Filosofis Pendidikan Nasional-Ki Hadjar Dewantara. Tahapan pembelajara
yang penulis ikuti antara laian:
1. Pembelajaran 1 – Mulai Dari Diri
Pada awal pembelajaran 1 – Mulai dari diri penulis diajak untuk
membuat refleksi diri tentang pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hajar
Dewantara.

2. Pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep


Pada pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep penulis mendalami materi
konsep pemikiran (filosofi pendidikan) Ki Hajar Dewantara. Berikut
penulis resume materi dari modul 1.1 Refleksi Filosofis Pendidikan
Nasional-Ki Hadjar Dewantara
dalam modul ini banyak hal yang penulis pelajari terkait paradigma
pendidikan yang dicetuskan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar
Dewantara. Menurut Ki Hajar Dewantara (KHD), Pendidikan dan
Pengajaran tidak dapat dipisahkan. pengajaran adalah bagian dari
pendidikan. Pengajaran merupakan proses pendidikan dalam memberi
ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin.

6|PPG Daljab 2023


sedangkan Pendidikan memberi tuntunan terhadap segala kekuatan
kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia
maupun sebagai anggota masyarakat. dari pengertian diatas penulis
menyimpulkan bahwa Pendidikan dan Pengajaran adalah sebuah proses
pembelajaran yang mentransfer pengetahuan dan memberikan suri
tauladan yang baik dan dapat memberikan kebermamfaatan dan
kelamatan sesuai dengan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing
individu anak dimasa mendatang. oleh karna itu sangat diharuskan
seorang guru menjiwai semboyan KHD yang terkenal yakni "Ing
Ngarso Sung Tulodho Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani".

Ing Ngarso Sung Tulodho sebagai seorang guru dituntut untuk memiliki
budi pekerti yang baik nan elok, karna dengan budi pekerti yang baik
nan elok yang sudah dimiliki oleh seorang guru maka akan dapat
memberikan suri tauladan yang baik kepada semua anak didiknya. Suri
teladan dari seorang guru memiliki peranan yang sangat penting untuk
membangun karakter anak sesuai harapan dan tujuan dari sebuah
pembelajaran. Dapat dibayangkan jika seorang guru memiliki attitude
yang kurang baik tentu ini akan berpengaruh besar terhadap semua anak
didiknya seperti pribahasa “guru kencing berdiri, murid kencing berlari”
yang dapat kita maknai dari pribahasa tersebut adalah Prilaku seorang
siswa atau anak didik selalu mencontoh dari guru yang mendidiknya.

Ing Madyo Mangun Karso selain dituntut memiliki budi pekerti yang
baik seorang guru juga dituntut Energik (Bersemangat) dalam
memimpin pembelajaran dikelas. ditengah-tengah kesibukanya seorang
guru dalam melakukan pengajaran harus juga mampu membangkitkan
atau menggugah semangat dari anak didiknya. Dengan memberikan
semangat dan dorongan kepada anak didik tentu akan dapat membangun
jiwa dan mentalnya menjadi lebih baik dan siap. Tidak sedikit diwaktu

7|PPG Daljab 2023


dan atau moment-moment tertentu anak menurun kualitas semangat
belajarnya. Maka disinilah seorang guru diharuskan mampu
menciptakan suasana kelas yang menyenangkan dan nyaman oleh karna
itu guru juga dituntut untuk cerdas dalam menciptakan kreasi-kreasi
pembelajaran yang efektif dan humoris. Contoh seperti menyanyikan
lagu-lagu yang dapat menghibur anak didik, membuat permainan yang
menyenangkan, kegiatan lintas alam, kegiatan kunjungan di dunia
industri dan usaha.
Tut Wuri Handayani maka sangat perlu juga sorang guru menjadi
motivator yang handal yang sigap dan peka terhadap perubahan daya
belajar pada anak-anak. Seorang guru harus mampu memberikan
support atau dorongan kepada anak-anak didiknya dan menuntun untuk
mengarahkan anak kepada cita-cita yang diimpikannya. Impian yang
dimiliki anak inilah yang akan menjadi pemicu anak didik lebih
bersemangat dan berenergi dalam proses pembelajaran apalagi disertai
dengan support yang membangun dari seorang guru yang menjadi
idolanya. Sangat perlu seorang guru memiliki EDS (Evaluasi Diri
Sendiri) untuk mengukur kualitas elektabilitas seorang guru dihadapan
anak-anak didiknya.
KHD juga mengingatkan para pendidik untuk tetap terbuka dan
mengikuti perkembangan zaman yang ada namun tidak semua yang baru
itu baik, jadi perlu diselaraskan dulu. Perkembangan teknologi yang
cepat secara langsung juga merubah peradaban manusia khususnya
dalam dunia pendidikan. Maka sangat penting dizaman sekarang ini
seorang guru harus mampu bersahabat dengan teknologi digital.
Penguasaan teknologi digital oleh seorang guru memiliki peranan
penting untuk menyiapkan SDM-SDM unggul dan siap menghadapi
tantangan dizaman sekarang ini. Di SMK Bhima Sakti Way Jepara
tempat penulis bertugas mengajar, selalu menggunakan teknologi dalam
proses pembelajaranya dengan menggunakan smartphone anak-anak

8|PPG Daljab 2023


berselancar menggali informasi dan memvisualkannya dalam bentuk
video.

2. Nilai dan Peran Guru Penggerak

Setelah menyelesaikan pembelajaran di modul 1.1 Refleksi Filosofi


Pendidikan Nasional-Ki Hadjar Dewantara dilanjutkan dengan modul 1.2
Nilai dan Peran Guru Penggerak. Tahapan pembelajaran yang penulis ikuti
antara lain:
1. Pembelajaran 1: Mulai dari Diri
Pada tahap pembelajaran 1: Mulai dari Diri penulis diperkenalkan dan
membuat Diagram Trapesium Usia. Dalam proses pembelajaran penulis
diajak berkolaborasi untuk menggambarkan trapesium usia dan
meceritakan peristiwa-peristiwa yang positif maupun yang negatif serta
dampak emosi yang dirasakan hingga sekarang dengan menggunakan
roda emosi Plutchik untuk mengidentifikasi perasaan secara tepat.

9|PPG Daljab 2023


2. Pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep
Pada pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep, penulis memproleh bahasan
materi Nilai Kemanusiaan:Kebajikan Universal. Iwan Syahril Dirjen
GTK Kemendikbudristek, menyatakan dalam refleksinya atas Asas
Konvergensi Ki Hadjar Dewantara: "Perubahan yang kita lakukan di
pendidikan harus menuju pada suatu titik yang memanusiakan manusia
dan memperkuat nilai kemanusiaan kita." Penulis menyadari bahwa
sebagai pendidik digarda terdepan harus mampu menumbuhkan
menumbuhkan manusia (peserta didik) yang kuat nilai kemanusiaanya,
yang memegang teguh nilai-nilai kebajikan. Guru penggerak dalam
memainkan peran pemimpin perubahan dalam ekosistem pendidikan
maka harus mengetahui hubungan antara emosi, cara kerja otak,
kebutuhan dasar manusia, daya untuk memilih, motivasi intrinsik dan
struktur sistemik lingkungan dalam pembentukan nilai-nilai dalam diri
seseorang. Berikut penulis resume materi dari modul 1.2 Nilai dan Peran
Guru Penggerak.

A. Bagaimana Manusia Tergerak


A.1. Cara kerja otak : Sistem berfikir cepat dan lambat
Pada bagian ini penulis belajar bagaimana otak mempengaruhi,
bagaimana manusia tergerak. Dalam video pendek yang berjudul
“Ekskalator dan Kerja Otak” penulis memproleh penjelasan bagaimana
otak bekerja dalam dua sistem berfikir yang berbeda yaitu berfikir cepat
dan berfikir lambat melalui perumpamaan ekskalator yang berjalan
turun. Guru adalah manusia yang senantiasa berusaha untuk
menggerakkan manusia lainnya. Oleh karena itu, guru harus lebih dulu
sadar bagaimana dirinya tergerak, kemudian mempengaruhi dirinya
untuk bergerak. Emosi adalah bagian utama dari lingkungan yang
sifatnya psikis dan intrinsik yang dapat dipengaruhi dan harus
dipertimbangkan pengembangannya oleh seorang guru.

10 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
A.2. Lima (5) Kebutuhan Dasar Manusia : Kebutuhan Genetis
Dalam materi ini penulis mempelajari 5 (lima) kebutuhan dasar manusia
sebagai sifat dasar manusia dalam menjaga keberlangsungan spesiesnya
secara genetis yakni:
1. Kebutuhan Bertahan Hidup
Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang
bersifat fisiologis untuk bertahan hidup misalnya makanan,
pakaian, istirahat, tempat berlindung, keamanan, dan kesehatan.
Secara sederhana itu dapat dipenuhi dengan makan, tidur,
olahraga, memberikan perlindungan.
2. Kasih Sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk diterima)
Kebutuhan ini termasuk kebutuhan psikologis seperti: rasa
diterima, dipedulikan, berbagi, bekerja sama, menjadi bagian
dari suatu kelompok, dikasihi-mengasihi, disayangi-
menyayangi. Kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial,
kebutuhan untuk terhubung dengan orang lain, teman, keluarga,
pasangan, rekan kerja, kelompok, dan bahkan dengan binatang
peliharaan. Kebutuhan ini biasanya dapat dipenuhi melalui
ketulusan dan kehangatan hubungan dengan keluarga, teman-
teman, kelompok, klub, guru, konselor, coach.
3. Kekuasaan dan Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas
Kemampuan)
Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan seseorang untuk
untuk mencapai sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil,
memimpin, berprestasi, diakui, dan didengar. Kebutuhan ini
meliputi harga diri, keinginan untuk dianggap, dan
meninggalkan pengaruh. Kebutuhan ini dapat dipenuhi melalui
kegiatan-kegiatan seperti: proyek, hobi, tugas sekolah yang
menantang-kontekstual-relevan, belajar menjadi orang yang
kuat, membuat pilihan positif, dan bekerja.
4. Kebebasan (Kebutuhan akan Pilihan)

11 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Kebutuhan untuk bebas adalah kebutuhan untuk mandiri,
otonom, memiliki pilihan, mengembangkan daya lenturnya, dan
mampu mengendalikan arahnya sendiri. Kebutuhan ini terkait
dengan kebebasan untuk memilih dan membuat pilihan,
kebutuhan bergerak, mencoba-coba, mengeksplorasi hal baru
dan menarik. Pemenuhan kebutuhan ini dapat dilakukan dengan
menyediakan variasi, waktu senggang, memberikan ruang untuk
jadi diri sendiri yang merdeka, serta liburan.
5. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)
Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari
kesenangan, humor, bermain, bersenang-senang, bergembira,
antusiasme, dan tertawa. Glasser menghubungkan kebutuhan ini
dengan belajar. Menurutnya, dengan bermain kita sekaligus
mempelajari banyak keterampilan hidup yang penting. Biasanya
kebutuhan ini juga dapat dipenuhi dengan menyediakan
tantangan, gurauan, dan pembelajaran yang bermakna.

A.3. Tahap Tumbuh Kembang Anak


Bahasan selanjutnya penulis belajar tahap tumbuh kembang anak yang
diyakini oleh Ki Hajar Dewantara bahwa proses belajar harus selaras
dengan kodrat anak. Menurut KHD bahwa dalam tiap periode usia anak
memiliki kekhususan yang harus dijadikan bahan pertimbangan dalam
proses belajar. Ki Hadjar Dewantara membagi periode usia anak ke
dalam 3 tingkatan jiwa tiap 8 tahun (windu),

12 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Setelah mempelajari tahap tumbuh kembang anak penulis mempelajari
Tahap perkembangan psikososial erik eriskson. Erik Erikson adalah
psikolog yang meyakini bahwa kepribadian seseorang itu tumbuh dalam
rangkaian tahapan (8 tahapan). Tiap tahapan menggambarkan dampak
dari pengalaman sosial pada mereka.

B. Bagaimana Manusia Merdeka Bergerak


B.1. Manusia Merdeka : Berdaya dalam Memilih (Teori Pilihan)
Ki Hadjar Dewantara pernah mengingatkan pada kita tentang konsep
manusia merdeka, yaitu: mereka tidak terperintah, mereka dapat
menegakkan dirinya, tertib mengatur perikehidupannya, sekaligus tertib
mengatur perhubungan mereka dengan kemerdekaan orang lain.
Dengan begitu, pendidikan seyogyanya adalah upaya sadar untuk
menumbuhkan manusia-manusia yang merdeka. Dalam pernyataannya
yang lain, Ki Hadjar Dewantara (Dasar-dasar Pendidikan, 1936),
menyampaikan bahwa: “Maksud pendidikan itu adalah menuntun
segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat
mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik
sebagai manusia, maupun anggota masyarakat.” Jika kita sebagai guru
mendalami pernyataan KHD tersebut, maka kita sadar bahwa dalam
proses pendidikan kita harus mampu menuntun anak didik untuk
memilih jalan kodrat yang menguatkan mereka sebagai manusia dan
anggota masyarakat kemudian menuntun anak didik untuk
mengharmoniskan hubungan dirinya dengan Tuhannya, dirinya dengan
dirinya sendiri dan dirinya dengan sesama dan semesta.

13 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
B.2. Manusia Merdeka : Termotivasi dari Dalam (Motivasi Intrinsik)
UU RI No. 20/2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab I,
Ketentuan Umum Pasal 1, No.1, menyatakan: “Pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”. pernyataan
tersebut merupakan penguatan bahwa kita sebagai pendidik harus
menuntun segala kekuatan kodrat anak dari dalam.

Ryan dan Deci (2000) melalui teori determinasi diri (self determination
theory), mengisyaratkan bahwa pendidik perlu fokus dalam
menyediakan suasana belajar dan proses pembelajaran yang
memungkinkan anak menguatkan dan menumbuh kembangkan
motivasi intrinsik mereka. Dalam penerapannya, suasana belajar dan
proses pembelajaran yang disediakan harus dapat membuat anak
senantiasa: merasa kompeten (mampu, dapat, cakap), merasa saling-
terhubung (kebutuhan sosial yang diusahakan oleh individu untuk
membangun hubungan dengan sesamanya), dan merasa otonom
(mandiri, merdeka).

Dalam pembahasan materi tersebut penulis menyadari akan pentingnya


membangun ekosistem pembelajaran yang menyenangkan untuk peserta
didik dalam proses pembelajarannya menciptakan suasana kelas yang
dapat memicu tumbuh kembangnya pemikiran-pemikiran positif pada
peserta didik.

B.3. Mewujudkan Profil Pelajar Pancasila

14 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Materi ini merupakan intisari dari pendidikan guru penggerak dimana
guru diharapkan dapat menetaskan generasi emas yang memiliki nilai-
nilai profil pelajar pancasila. Dunia pendidikan Indonesia kini telah
memiliki acuan Profil Pelajar Pancasila sebagai gambaran, proyeksi,
dan harapan yang bangsa kita upayakan agar mewujud pada murid
Indonesia di masa depannya kelak.

Profil Pelajar Pancasila ini dicetuskan sebagai pedoman untuk


pendidikan Indonesia. Tidak hanya untuk kebijakan pendidikan di
tingkat nasional saja, akan tetapi diharapkan juga menjadi pegangan
untuk para pendidik, dalam membangun karakter anak di ruang belajar
yang lebih kecil. Pelajar Pancasila disini berarti pelajar sepanjang hayat
yang kompeten dan memiliki karakter sesuai nilai-nilai Pancasila.
Pelajar yang memiliki profil ini adalah pelajar yang terbangun utuh
keenam dimensi pembentuknya yang harus dilihat sebagai satu
kesatuan yang tidak terpisahkan. Apabila satu dimensi ditiadakan, maka
profil tersebut menjadi tidak bermakna. Profil Pelajar Pancasila
mengandung enam dimensi yang kesemuanya berakar pada falsafah
Pancasila keenam dimensi itu adalah:
(1) Beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak
mulia;
(2) Mandiri;
(3) Bergotong-royong;

15 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
(4) Berkebinekaan global;
(5) Bernalar kritis;
(6) Kreatif.
Peran kita sebagai pendidik yang pertama terkait dengan Profil Pelajar
Pancasila ini adalah mengenali dan menjalankan profil ini terlebih
dahulu. Ketika seorang pendidik menghidupi profil ini, maka akan lebih
mudah bagi murid untuk mengikutinya. Keteladanan seorang guru
dalam menjalankan profil ini pasti akan dilihat dan dipelajari oleh para
muridnya

B.4. Nilai-nilai Guru Penggerak

Rokeach (dalam Abdul H., 2015), menyatakan bahwa nilai merupakan


keyakinan sebagai standar yang mengarahkan perbuatan dan tolok ukur
pengambilan keputusan terhadap objek atau situasi yang sifatnya sangat
spesifik. Kehadiran nilai-nilai positif dalam diri seseorang akan
membantu mereka mengambil posisi ketika berhadapan dengan situasi
atau masalah, sebagai bahan evaluasi ketika membuat keputusan dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai guru penggerak yang ditanamkan
dalam proses pendidikan ini antara lain:
- Nilai 1. Berpihak pada murid
Nilai ini mensyaratkan kita sebagai Guru Penggerak untuk selalu
bergerak dengan mengutamakan kepentingan murid. Segala
keputusan yang diambil oleh seorang Guru Penggerak harus
didasari oleh semangat untuk memberdayakan dirinya serta

16 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
memanfaatkan aset/kekuatan yang ada untuk menyediakan
suasana belajar dan proses pembelajaran yang positif serta
berkualitas bagi muridnya. Segala hal yang Guru Penggerak
lakukan, harus bergeser dari pemuasan kepentingan diri sendiri,
maupun pihak lain, menuju kepentingan pembelajaran murid.
Guru Penggerak yang memiliki nilai ini, akan selalu berpikir
mengenai pertanyaan utama yang mendahulukan muridnya,
seperti: “apa yang murid butuhkan?”, “apa yang bisa saya
lakukan agar suasana belajar dan proses pembelajaran ini lebih
baik?”, “bagaimana saya dapat membuka lebih banyak
kesempatan bagi anak untuk mewujudkan dunia yang mereka
idamkan?”, dan lain-lain.
- Nilai 2. Mandiri
Nilai Mandiri ini, secara sederhana menggambarkan semangat
Guru Penggerak untuk terus belajar sepanjang hayat. Ini juga
berarti seorang Guru Penggerak harus senantiasa memampukan
dirinya sendiri dalam melakukan aksi serta berkenan mengambil
tanggung jawab dan turun tangan untuk memulai perubahan.
Guru Penggerak yang mandiri termotivasi untuk
mengembangkan dirinya tanpa harus menunggu adanya
pelatihan yang ditugaskan oleh sekolah, dinas, atau pihak lain.
- Nilai 3. Reflektif
Nilai Reflektif layaknya adalah model mental yang diharapkan
menubuh pada Guru Penggerak dimana mereka senantiasa
memaknai pengalaman yang terjadi di sekelilingnya, baik yang
terjadi pada diri sendiri maupun pihak lain secara positif
apresiatif-produktif. Dengan mengamalkan nilai reflektif, Guru
Penggerak memanfaatkan pengalaman-pengalaman tersebut
sebagai pembelajaran untuk menuntun dirinya, murid, dan
sesama dalam menangkap pembelajaran positif, sehingga
mampu menjalankan perannya dari waktu ke waktu. Guru

17 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Penggerak yang reflektif tidak hanya berhenti sampai rencana
tindakan saja, mereka juga mengejawantahkannya lewat
tindakan nyata sebagai perbaikan yang perlu dilakukan.
- Nilai 4. Kolaboratif
Nilai Kolaboratif berarti seorang Guru Penggerak mampu
senantiasa membangun daya sanding. Mereka memperhatikan
pentingnya kesalingtergantungan yang positif terhadap seluruh
pihak pemangku kepentingan yang berada di lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah (contoh: orang tua murid dan komunitas
terkait) dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Guru Penggerak yang menjiwai nilai kolaboratif mampu
membangun rasa saling percaya dan saling menghargai, serta
mengakui dan mengelola kekuatan serta perbedaan peran tiap
pemangku kepentingan di sekolah, sehingga tumbuh semangat
saling mengisi, saling melengkapi. Semangat pembelajaran tim.
Mereka beranjak dari laku yang terisolasi dan saling terpisah
menuju laku yang terhubung oleh perhatian dan urgensitas yang
sama dalam komunitasnya, dalam hal ini adalah kepentingan
pembelajaran murid
- Nilai 5. Inovatif
Makna dari nilai Inovatif adalah seorang Guru Penggerak
mampu senantiasa memunculkan gagasan segar dan tepat guna.
Guru Penggerak yang mempunyai nilai inovatif juga pantang
menyerah (daya lenting) serta jeli melihat peluang/potensi yang
ada di sekitarnya untuk mendukung dan meningkatkan kualitas
pembelajaran murid.

C. Bagaimana Menggerakan Manusia: Menuntun Kekuatan Kodrat


Manusia
C.1. Berfikir strategis dan menguatkan lingkaran pengaruh

18 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Dalam materi ini penulis diajak untuk memahami bahwa perubahan
yang sifatnya transformatif demi menjangkau kepentingan lebih banyak
murid tidak akan mampu dilakukan sendirian, perlu menggerakkan
lebih banyak guru, lebih banyak pihak. Agar mampu menggerakkan
orang lain agar berdampak pada murid, kita perlu memahami konsep
lingkaran pengaruh. Secara sederhana, lingkaran pengaruh adalah
gambaran sejauh mana pengaruh kita efektif dalam membawakan
perubahan atau dalam menggerakkan orang lain. Dalam lingkaran
pengaruh, kita dapat diumpamakan sebagai supir, dimana supir yang
memegang kendali arah kendaraan, serta mengatur kecepatannya. Jadi
dalam lingkaran pengaruh, kita punya “kuasa” dan kepercayaan diri
untuk menjalankan inisiatif perubahan pada dimensi: diri, orang lain,
institusi, dan lingkungan-masyarakat. Dalam masing-masing dimensi,
kita perlu menguatkan relasi, agar terbukalah komunikasi, lalu
memungkinkan kolaborasi, hingga menghadirkan kontribusi.
C.2. Diagram Identitas Gunung Es
“Diagram Identitas Gunung Es” berusaha menggambarkan bagaimana
karakter seseorang ditumbuhkan. Guru adalah tukang kebun, yang
merawat tumbuhnya nilai-nilai kebajikan di dalam diri murid-muridnya.
Guru berkesempatan untuk mengembangkan lingkungan yang dapat
mempengaruhi identitas murid agar berproses menumbuhkan nilai-nilai
kebajikan. Oleh karena itu, guru harus terus mengembangkan diri
menjadi teladan nilai-nilai kebajikan dan memanfaatkan ekosistem
lingkungan sadar-bawah sadar, fisik-psikis, maupun ekstrinsik-intrinsik
untuk menumbuhkan nilai-nilai kebajikan dengan konsisten melalui
gotong-royong bersama segenap anggota komunitas di sekolahnya.

19 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik
mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat
melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya
memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian
mereka mempercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa
mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan
karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah
masyarakat melalui murid-murid mereka.
C.3. Peran Guru Penggerak
Dalam materi ini penulis mendapatkan pembelajaran yang sangat
bermamfaat yakni Peran Guru Penggerak, sebagai vitamin yang dapat
meningkatkan kompetensi guru penggerak sebagai pemimpin yang
menggerakan perubahan ekosistem pendidikan disekolah. Terdapat 5
peran Guru Penggerak yang akan diuraikan secara singkat antara lain :
- Menjadi Pemimpin Pembelajaran
Menjadi pemimpin pembelajaran juga berarti menjadi pemimpin
yang menaruh perhatian penuh secara sengaja pada komponen
pembelajaran, seperti kurikulum (intra, ekstra, dan ko -
kurikuler), proses belajar-mengajar, refleksi dan asesmen yang
otentik dan efektif, pengembangan guru, pemberdayaan dan
pelibatan komunitas yang kesemuanya mendorong terwujudnya
wellbeing dalam ekosistem pendidikan di sekolah. Yang
dimaksud dengan wellbeing disini adalah semua yang terkait
dengan kondisi yang berpihak pada murid. Apakah kondisi
tersebut sudah membuat murid nyaman untuk belajar? Apakah
sudah sesuai dengan kebutuhan murid? Apakah lingkungan
belajar di sekolah sudah memungkinkan anak untuk
mendapatkan manfaat maksimal dari belajar? Guru Penggerak
berperan besar dalam membuat lingkungan sekolah yang aman,
nyaman, menyenangkan, namun tetap menantang, dan relevan
untuk para muridnya. Mereka diharapkan mampu berperan

20 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
sebagai pemimpin yang berorientasi pada sebesar-besarnya
kepentingan tumbuh, kembang, dan mekarnya murid (flourish).
- Menjadi Coach bagi Guru lain
Dalam menjalankan peran menjadi coach bagi guru lain,
terutama yang terkait dengan peningkatan kualitas pembelajaran
bagi murid di sekolah, Guru Penggerak dituntut untuk berdaya
dalam menemani dan menuntun rekan sejawatnya itu untuk
menelaah proses belajar mereka sendiri. Hal ini sekaligus
mengisyaratkan bahwa selain belajar keterampilan coaching,
Guru Penggerak juga harus memberdayakan dirinya melalui
refleksi atas hasil pengalaman praktik-praktik profesionalnya
sendiri. Mereka harus dapat mengambil pembelajaran,
memunculkan pertanyaan-pertanyaan mendalam untuk
mengakses keterampilan metakognitifnya ketika melihat dan
mengevaluasi proses berfikirnya sendiri terkait belajar,
pencapaian tujuan, dan pemecahan masalah. Sebagai coach
Guru Penggerak juga harus lincah berpindah-pindah dari
pemikiran pengembangan rekan sejawat pada level individu dan
level anggota komunitas pendidik di sekolah.
- Mendorong Kolaborasi
Secara sederhana, kolaborasi berarti bekerja bersama untuk
mencapai suatu tujuan atau menghasilkan sesuatu. Di sana
tersirat makna bahwa setiap pihak yang terlibat memiliki
kekuatan yang saat dipersatukan menjadi saling melengkapi dan
produktif. Oleh karena itu, agar suatu inisiatif kolaborasi
menjadi produktif, maka tiap anggota yang terlibat di dalamnya
membawa “sesuatu” yang berkontribusi pada proses dan
hasilnya nanti. Guru Penggerak harus punya pandangan
apresiatif yang memungkinkan pengungkapan potensi positif
rekan yang lain. Mereka membuka lebih banyak ruang dialog
positif antar guru, antara guru dan pemangku kepentingan baik

21 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
di dalam maupun di luar sekolah demi meningkatkan kualitas
pembelajaran bagi murid. Lewat peran ini, seorang Guru
Penggerak diharapkan mampu mengomunikasikan urgensi dari
inisiatif perubahan yang sedang dibawakannya pada lebih
banyak pemangku kepentingan, terutama mereka yang kiranya
dapat membawa dampak positif pada murid
- Mewujudkan Kepemimpinan Murid (Student Agency)
Guru Penggerak diharapkan mengambil peran untuk
mewujudkan kepemimpinan murid. Untuk itu, Guru Penggerak
perlu memahami bagaimana meramu pengalaman belajar
sedemikian rupa sehingga murid merasa kompeten, mandiri,
dicintai, dan memiliki kepercayaan diri serta determinasi untuk
mencapai segala yang mereka impikan. Guru Penggerak
senantiasa memampukan diri untuk menuntun murid di
sekolahnya agar murid mereka sadar bahwa sebagai murid di
saat ini, mereka juga adalah wajah Indonesia di masa depan,
sehingga mereka berdaya dan turut aktif berkontribusi pada
makin indahnya dunia di masa depan sejak sekarang. Dalam
mewujudkan kepemimpinan murid, Guru Penggerak mengerti
betul esensi dari Tut Wuri Handayani, sehingga mereka
menempatkan murid pada kursi pemegang kendali proses
pembelajaran mereka sendiri. Guru Penggerak menuntun murid
mereka belajar merdeka untuk merdeka belajar.
- Menggerakan Komunitas Praktisi
Guru Penggerak diharapkan dapat mengambil peran untuk
menggerakkan komunitas praktisi di sekolah dan di wilayahnya.
Agar komunitas praktisi dapat berjalan secara
berkesinambungan, Guru Penggerak pun perlu menumbuhkan
budaya belajar kolaboratif atau komunitas belajar profesional
bersama para rekan guru di sekolah maupun wilayahnya.
Komunitas belajar inilah yang menjadi wahana perjumpaan

22 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
profesional para guru. Komunitas belajar ini memungkinkan
terjadinya dialog akademik, percakapan profesional,
perencanaan strategis, diskusi teknis secara kolaboratif, terkait
dengan upaya peningkatan kualitas pembelajaran sekaligus
membuahkan inovasi pembelajaran (cara baru atau cara pandang
baru) yang berdampak positif bagi murid. Kerangka kerja
Lesson Study: Merencanakan (Plan), Mengerjakan (Do),
Melihat kembali (See) adalah satu dari banyak contoh kerangka
kerja kolaboratif yang dapat digunakan untuk menggerakkan
sebuah komunitas belajar profesional dan menghasilkan praktik-
praktik baik. Banyaknya praktik baik yang dibagikan dalam
komunitas tersebut akan menjadi bahan belajar bersama
sehingga terus mendorong agar praktik yang dilakukan menjadi
semakin baik. Dalam Program Guru Penggerak, Bapak/Ibu
sebagai Calon Guru Penggerak akan diperlengkapi (di kegiatan
lokakarya) dengan pengetahuan dan keterampilan untuk
mengidentifikasi dan menggerakkan komunitas praktisi dalam
ekosistem pendidikan di wilayah masing-masing

3. Visi Guru Penggerak


Sampai pada modul 1.3 Visi Guru Penggerak penulis diperkenalkan dengan
sub materi Memimpin Perubahan Positif dan Mengelola Perubahan Positif.
Tahapan pembelajaran yang penulis ikuti antara laian:
1. Pembelajaran 1 - Mulai Dari Diri
Dipembelajaran awal ini penulis diajak untuk merumuskan visi pribadi
mengenai murid dan sekolah yang menumbuhkembangkan Profil
Pelajar Pancasila. Dalam kegiatan pembelajaran penulis diajak untuk
dapat menggambarkan imaji murid dimasa depan. Berikut imaji penulis
terkait murid dimasa depan “ Saya memimpikan murid dimasa

23 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
mendatang adalah “Generasi emas yakni murid yang berkarakter benar
dan berjiwa kepemimpinan”

Selanjutnya sebagai pendidik Tentunya kita pernah mengajukan sebuah


pertanyaan “Mau jadi apa kalian nanti jika sudah besar.?” Kita melihat
anak-anak akan menjawab dengan semangat tentang cita-citanya yang
ingin digeluti dimasa mendatang. Padahal anak-anak belum tahu dengan
pasti apakah hal tersebut dapat dicapai atau tidak. seperti itulah visi
dapat kita ibaratkan sebagai bintang penunjuk arah yang memandu
anak-anak untuk mencapai tujuanya atau cita-citanya.

2. Pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep


Pada pembelajaran ke-2 penulis diajak untuk memahami pentingnya visi
yang berpihak pada murid sebagai landasan segala inisiatif perubahan
dalam pendidikan dan memahami mengapa dan bagaimana manajemen
perubahan dengan pola pikir positif melalui pendekatan inkuiri
apresiatif dilakukan. Berikut penulis resume materi dari modul 1.3 Visi
Guru Penggerak.

A. Memimpin Perubahan Positif


A.1. Berfikir Strategis
Pada materi ini penulis belajar bahwa visi dapat disajikan dalam bentuk
yang beraneka ragam dan apapun bentuknya, visi itu harus
menyemangati, menggerakkan hati dan kolaborasi tiap anggota dalam
suatu komunitas. Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman,

24 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang
umum diinginkan semua pihak Namun, dalam prakteknya, kalimat
tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan. Perlu perubahan
yang mendasar dan upaya yang konsisten.

Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi


secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin
sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan
budaya sekolah. Budaya sekolah berarti merujuk pada kebiasaan-
kebiasaan yang selama ini dilakukan di sekolah. Kebiasaan ini
dapat berupa sikap, perbuatan, dan segala bentuk kegiatan yang
dilakukan warga sekolah. Walaupun sulit, reformasi budaya sekolah
bukanlah hal yang tidak mungkin. Untuk melakukannya diperlukan
orang-orang yang bersedia untuk terus berinovasi dan terbuka terhadap
perubahan zaman. Untuk mewujudkan hal ini seorang pemimpin
membutuhkan partisipasi dari semua warga sekolah.

Penulis menyadari bahwa perubahan yang positif dan konstruktif


disekolah biasanya membutuhkan waktu dan bersifat bertahap. Disatuan
pendidikan penulis berupaya melakukan peruabahan-perubahan positif
yang konsisten dilakukan serta kontinyu antara lain: Pembiasaan
menyanyikan lagu kebangsaan untuk menumbuhkan jiwa nasionlisme
peserta didik, pembiasaan piket kelas sebelum KBM dll.

A.2. Inkuiri Apresiatif sebagai Paradigma


Dimateri selanjutnya penulis belajar Untuk dapat mewujudkan visi
sekolah impian dan melakukan proses perubahan, maka perlu sebuah
pendekatan atau paradigma yang dikenal dengan Inkuiri Apresiatif (IA).
IA dikenal sebagai pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif
dan berbasis kekuatan. Konsep IA ini pertama kali dikembangkan oleh

25 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
David Cooperrider (Cooperrider & Whitney, 2005; Noble & McGrath,
2016).

IA menggunakan prinsip-prinsip utama psikologi positif dan pendidikan


positif. Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif
yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. Inti positif ini
merupakan potensi dan aset organisasi. Dengan demikian, dalam
implementasinya, IA dimulai dengan menggali hal-hal positif,
keberhasilan yang telah dicapai dan kekuatan yang dimiliki organisasi,
sebelum organisasi menapak pada tahap selanjutnya dalam melakukan
perencanaan perubahan. Menurut Cooperrider & Whitney (2005),
Inkuiri Apresiatif adalah suatu filosofi, suatu landasan berpikir yang
berfokus pada upaya kolaboratif menemukan hal positif dalam diri
seseorang, dalam suatu organisasi dan dunia di sekitarnya baik di masa
lalu, masa kini maupun masa depan. Ia berpendapat juga bahwa saat ini
kita hidup pada zaman yang membutuhkan mata yang dapat melihat dan
mengungkap hal yang benar dan baik. Mata yang mampu membukakan
kemungkinan perbaikan dan memberikan apresiasi atas hal yang sudah
berjalan baik. Bila organisasi lebih banyak membangun sisi positif yang
dimilikinya, maka kekuatan sumber daya manusia dalam organisasi
tersebut dipastikan akan meningkat dan kemudian organisasi akan
berkembang secara berkelanjutan.
.
B. Mengelola Perubahan Positif
B.1. Inkuiri Apresiatif sebagai Pendekatan Manajemen Perubahan
(BAGJA)

26 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
BAGJA Adalah tahapan inkuiri apresiatif sebagai pendekatan
manajemen perubahan. Dalam merumuskan visi kita sebagai guru dapat
menggunakan tahapan-tahapan BAGJA untuk menerapkan perubahan
di sekolah. Tahapan tersebut antara laian: Buat Pertanyaan (Define),
Ambil Pelajaran (Discover), Gali Mimpi (Dream), Jabarkan Rencana
(Design), Atur Eksekusi (Deliver).

B.2. Proses Inkuiri dalam BAGJA


Dalam Program Guru Penggerak ini, BAGJA dipilih karena dapat
berfungsi sebagai wahana yang menguatkan hubungan antar manusia di
sekolah. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat dalam tahap demi tahap
memungkinkan Guru Penggerak sebagai pemrakarsa (pemimpin dan
pengelola) perubahan untuk menguatkan hubungan antar manusia dan
gotong-royong. Hal itu selaras dengan apa yang dinyatakan oleh Lewis
(2016), dimana maksud dari Inkuiri Apresiatif adalah untuk
memungkinkan anggota komunitas sekolah melakukan ko-kreasi
langkah maju bersama yang berangkat dari kedalaman pemahaman akan
makna/inti kesuksesan dan sumber-daya mereka sendiri; sehingga ko-
kreasi kesuksesan masa depan mereka kontekstual. BAGJA pun
menuntut Guru Penggerak beranjak dari cara berpikir defisit ke cara
berpikir aset, menjadi tangguh pantang menyerah, dan terus
meningkatkan efikasi diri dalam memimpin dan mengelola perubahan.

27 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Kekuatan BAGJA ada pada proses penggalian jawaban pertanyaan yang
didasari oleh rasa ingin tahu, kebaikan, dan kebersamaan. BAGJA
mewujud menjadi pengalaman kolaboratif yang apresiatif dan bermakna
bagi peningkatan kualitas belajar murid di sekolah. Pertanyaan itu akan
membawa komunitas sekolah untuk berefleksi, menggali lebih dalam
hal-hal yang bermakna, untuk kemudian diinternalisasi dan dijadikan
sebagai bahan perbaikan-peningkatan dalam menjalankan perubahan
demi perubahan.

4. Budaya Positif
Tahapan pembelajaran yang penulis ikuti antara lain:
1. Pembelajaran 1 – Mulai Dari Diri
Ditahap awal pembelajaran 1 modul 1.4 penulis diajak untuk melakukan
refleksi mandiri melalui pengamatan dilingkungan sekolah, bagaimana
suasananya?, bagaimana murid saling berinteraksi, bagaimana guru
saling bertegur sapa, bagaimana guru menyapa murid, bagaimana guru
menyelesaikan suatu permasalahan atau konflik antar murid. Dari hasil
refleksi yang telah dilakukan oleh penulis, dapat disimpulkan bahwa
suasana dan budaya yang berkembang disekolah secara tidak langsung
menjadi cermin dari tujuan mulia atau nilai-nilai yang sekolah yakini
selama ini.

2. Pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep


Pada pembelajaran 2 – Eksplorasi Konsep penulis disajikan beberapa
materi utama terkait dengan penanganan murid dengan konsep
“berpihak pada murid” Berikut penulis resume materi dari modul 1.4
Budaya Positif.

A. Disiplin Positif dan Nilai Kebajikan Universal


A.1. Perubahan Paradigma

28 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Pada bahasan materi ini penulis diajak untuk melakukan kegiatan
pemantik:
Anda dan teman Anda akan melakukan kegiatan ‘Cobalah Buka’. Anda
adalah A, tugas Anda adalah mengepalkan salah satu tangan Anda. Coba
Anda bayangkan bahwa Anda menyimpan sesuatu yang sangat berharga
di dalam kepalan tangan Anda. Anda perlu menjaga benda tersebut
sekuat tenaga Anda karena begitu pentingnya untuk kehidupan Anda.
Tugas rekan Anda, B, adalah mencoba dengan segala cara untuk
membuka kepalan tangan Anda. Teman Anda B boleh membujuk,
menghardik, mengintimidasi, memarahi, menggoda, menggelitik,
bahkan menawari Anda uang agar Anda bersedia membuka kepalan
tangan Anda.
secara bergantian, masing-masing A dan B memiliki waktu 30 detik
saja. Sesudah itu diskusikan kegiatan ini dan coba jawab pertanyaan-
pertanyaan di bawah ini secara mandiri, dan diskusikan kembali dengan
rekan Anda B. Bandingkan jawaban Anda, apakah berbeda, atau sama.
Bilamana berbeda, kira-kira
mengapa?
1. Apakah Anda atau B membuka kepalan tangan Anda? Mengapa, apa
alasan Anda atau B
membuka kepalan tangan Anda?
2. Apakah Anda atau B menutup kepalan tangan Anda? Mengapa, apa
alasan Anda atau B tetap menutup kepalan tangan Anda?
3. Dalam kegiatan ini, sesungguhnya siapa yang memegang kendali atau
kontrol untuk membuka atau menutup kepalan tangan?
Dari pertanyaan-pertanyaan tersebut tentunya bervariasi jawabanya, ada
yang bersedia membuka kepalan tanganya, dan yang tetap bertahan
menutup kepalan tanganya. Pertanyaan ketiga, siapakah yang
sesungguhnya memegang kontrol, yang menutup kepalan tangan atau
yang berusaha dengan segala cara untuk membuka kepalan tangan
rekannya? Jawabannya tentu kita sendiri yang memegang kontrol atas

29 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
kepalan tangan kita, apakah kita membuka atau menutup kepalan tangan
kita, itu bergantung pada diri kita masing-masing, sesuai dengan
kebutuhan dasar kita saat itu.
psikiater dan pendidik, Dr. William Glasser dalam Control Theory yang
kemudian hari berkembang dan dinamakan Choice Theory, meluruskan
berapa miskonsepsi tentang makna ‘kontrol’
Ilusi guru mengontrol murid.
Pada dasarnya kita tidak dapat memaksa murid untuk berbuat
sesuatu jikalau murid tersebut memilih untuk tidak
melakukannya. Walaupun tampaknya guru sedang
mengontrol perilaku murid, hal demikian terjadi karena murid
sedang mengizinkan dirinya dikontrol. Saat itu bentuk kontrol
guru menjadi kebutuhan dasar yang dipilih murid tersebut.
Teori Kontrol menyatakan bahwa semua perilaku memiliki
tujuan, bahkan terhadap perilaku yang tidak disukai.

Ilusi bahwa semua penguatan positif efektif dan bermanfaat.


Penguatan positif atau bujukan adalah bentuk-bentuk kontrol.
Segala usaha untuk mempengaruhi murid agar mengulangi
suatu perilaku tertentu, adalah suatu usaha untuk mengontrol
murid tersebut. Dalam jangka waktu tertentu, kemungkinan
murid tersebut akan menyadarinya, dan mencoba untuk
menolak bujukan kita atau bisa jadi murid tersebut menjadi
tergantung pada pendapat sang guru untuk berusaha.

Ilusi bahwa kritik dan membuat orang merasa bersalah dapat


menguatkan karakter.
Menggunakan kritik dan rasa bersalah untuk mengontrol
murid menuju pada identitas gagal. Mereka belajar untuk
merasa buruk tentang diri mereka. Mereka mengembangkan
dialog diri yang negatif. Kadang kala sulit bagi guru untuk

30 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
mengidentifikasi bahwa mereka sedang melakukan perilaku
ini, karena seringkali guru cukup menggunakan ‘suara halus’
untuk menyampaikan pesan negatif.

Ilusi bahwa orang dewasa memiliki hak untuk memaksa.


Banyak orang dewasa yang percaya bahwa mereka memiliki
tanggung jawab untuk membuat murid-murid berbuat hal-hal
tertentu. Apapun yang dilakukan dapat diterima, selama ada
sebuah kemajuan berdasarkan sebuah pengukuran kinerja.
Pada saat itu pula, orang dewasa akan menyadari bahwa
perilaku memaksa tidak akan efektif untuk jangka waktu
panjang, dan sebuah hubungan permusuhan akan terbentuk.

Bagaimana seseorang bisa berubah dari paradigma Stimulus-Respon


kepada pendekatan teori Kontrol? Stephen R. Covey (Principle-
Centered Leadership, 1991) mengatakan bahwa,
“..bila kita ingin membuat kemajuan perlahan, sedikit-sedikit, ubahlah
sikap atau perilaku Anda. Namun bila kita ingin memperbaiki cara-
cara utama kita, maka kita perlu mengubah kerangka acuan kita.
Ubahlah bagaimana Anda melihat dunia, bagaimana Anda berpikir
tentang manusia, ubahlah paradigma Anda, skema pemahaman dan
penjelasan aspek-aspek tertentu tentang realitas”.

Stimulus Respon Teori Kontrol


Realitas (kebutuhan) kita sama. Realitas (kebutuhan) kita
berbeda.
Semua orang melihat hal yang Setiap orang memiliki gambaran
sama. berbeda.
Kita mencoba mengubah orang Kita berusaha memahami
agar berpandangan sama pandangan orang lain tentang
dengan kita. dunia.
Perilaku buruk dilihat sebagai Semua perilaku memiliki tujuan.
suatu kesalahan
Orang lain bisa mengontrol saya. Hanya Anda yang bisa
mengontrol diri Anda

31 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Saya bisa mengontrol orang lain. Anda tidak bisa mengontrol
orang lain.
Pemaksaan ada pada saat Kolaborasi dan konsensus
bujukan gagal. menciptakan pilihan-pilihan
baru.
Model Berpikir Menang/Kalah Model Berpikir Menang-menang

A.2. Makna Disiplin


Bapak Pendidikan Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa: “dimana
ada kemerdekaan, disitulah harus ada disiplin yang kuat. Sungguhpun
disiplin itu bersifat ‘self discipline’ yaitu kita sendiri yang mewajibkan
kita dengan sekeras-kerasnya, tetapi itu sama saja; sebab jikalau kita
tidak cakap melakukan self discipline, wajiblah penguasa lain
mendisiplin diri kita. Dan peraturan demikian itulah harus ada di dalam
suasana yang merdeka”.
Disitu Ki Hajar menyatakan bahwa untuk mencapai kemerdekaan atau
dalam konteks pendidikan kita saat ini, untuk menciptakan murid yang
merdeka, syarat utamanya adalah harus ada disiplin yang kuat. Disiplin
yang dimaksud adalah disiplin diri, yang memiliki motivasi internal.
Jika kita tidak memiliki motivasi internal, maka kita memerlukan pihak
lain untuk mendisiplinkan kita atau motivasi eksternal, karena berasal
dari luar, bukan dari dalam diri kita sendiri.
Adapun definisi kata ‘merdeka’ menurut Ki Hajar adalah: mardika iku
jarwanya, nora mung lepasing pangreh, nging uga kuwat kuwasa
amandiri priyangga (merdeka itu artinya; tidak hanya terlepas dari
perintah; akan tetapi juga cakap buat memerintah diri sendiri)

A.3. Nilai-nilai Kebajikan Universal


Nilai-nilai kebajikan adalah sifat-sifat positif manusia yang merupakan
tujuan mulia yang ingin dicapai setiap individu. Seperti yang telah
dikemukakan oleh Dr. William Glasser pada Teori Kontrol (1984),
menyatakan bahwa setiap perbuatan memiliki suatu tujuan, dan
selanjutnya Diane Gossen (1998) mengemukakan bahwa dengan

32 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
mengaitkan nilai-nilai kebajikan yang diyakini seseorang maka motivasi
intrinsiknya akan terbangun, sehingga menggerakkan motivasi dari
dalam untuk dapat mencapai tujuan mulia yang diinginkan.
Contoh nilai-nilai kebajkan dari berbagai intitusi/organisasi:
1. Profil Pelajar Pancasila
- Beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
Berakhlak Mulia.
- Mandiri
- Bernalar Kritis
- Berkebinekaan Global
- Bergotong royong
- Kreatif
2. IBO Primary Years Program (PYP)
Sikap Murid:Toleransi
- Rasa Hormat
- Integritas
- Mandiri
- Menghargai
- Antusias
- Empati
- Keingintahuan
- Kreativita
- Kerja sama
- Percaya Diri
- Komitmen
3. Sembilan Pilar Karakter (Indonesian Heritage Foundation/IHF)
- Cinta Tuhan dan segenap ciptaanNYA
- Kemandirian dan Tanggung jawab
- Kejujuran (Amanah), Diplomatis
- Hormat dan Santun
- Dermawan, Suka Menolong dan Gotong Royong

33 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
- Percaya Diri, Kreatif dan Pekerja Keras
- Kepemimpinan dan Keadilan
- Baik dan Rendah Hati
- Toleransi, Kedamaian dan Kesatuan
4. Petunjuk Seumur Hidup dan Keterampilan Hidup (Lifelong
Guidelines and Life Skills)
Keterampilan Hidup
- Dapat dipercaya
- Lurus Hati
- Pendengar yang Aktif
- Tidak Merendahkan Orang Lain
- Memberikan yang Terbaik dari Diri
Petunjuk HidupPeduli
- Penalaran
- Bekerja sama
- Keberanian
- Keingintahuan
- Usaha
- Keluwesan/Fleksibilitas
- Berorganisasi
- Kesabaran
- Keteguhan hati
- Kehormatan
- Memiliki Rasa Humor
- Berinisiatif
- Integritas
- Pemecahan Masalah
- Sumber pengetahuan
- Tanggung jawab
- Persahabatan

34 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
The Seven Essential Virtues (dari Building Moral Intelligence,
Michele Borba):Empati
- Suara Hati
- Kontrol Diri
- Rasa Hormat
- Kebaikan
- Toleransi
- Keadilan
5. The Virtues Project (Proyek Nilai-nilai Kebajikan)
Peduli Rajin Integritas Rasa Hormat
Keterusterangan Keberanian Kebahagiaan Tanggung Jawab
Kebersihan Kesantunan Keadilan Pengabdian
Komitmen Kreatif Baik Hati Bijaksana
Belas Kasih Semangat Kesetiaan Bersyukur
Percaya Diri Kedermawan Berprinsip Toleransi
Belas Kasih Kejujuran Bersahaja Percaya
Bertujuan Dermawan Keteraturan Lurus Hati
Tenggang Rasa Harga Diri Kedamaian Ketegasan
Gotong Royong Rendah Hati Keteguhan Hati Pengertian

B. Teori Motivasi, Hukuman dan Penghargaan, Restitusi


B.1. 3 Motivasi Perilaku Manusia
Diane Gossen dalam bukunya Restructuring School Discipline,
menyatakan ada 3 motivasi perilaku manusia:
1. Untuk menghindari ketidaknyamanan atau hukuman; Ini adalah
tingkat terendah dari motivasi perilaku manusia. Biasanya orang
yang motivasi perilakunya untuk menghindari hukuman atau
ketidaknyamanan, akan bertanya, apa yang akan terjadi apabila
saya tidak melakukannya? Sebenarnya mereka sedang
menghindari permasalahan yang mungkin muncul dan
berpengaruh pada mereka secara fisik, psikologis, maupun tidak

35 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
terpenuhinya kebutuhan mereka, bilamereka tidak melakukan
tindakan tersebut. Motivasi ini bersifat eksternal.
2. Untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari orang lain;
Satu tingkat di atas motivasi yang pertama, disini orang
berperilaku untuk mendapatkan imbalan atau penghargaan dari
orang lain. Orang dengan motivasi ini akan bertanya, apa yang
akan saya dapatkan apabila saya melakukannya? Mereka
melakukan sebuah tindakan untuk mendapatkan pujian dari
orang lain yang menurut mereka penting dan mereka letakkan
dalam dunia berkualitas mereka. Mereka juga melakukan
sesuatu untuk mendapatkan hadiah, pengakuan, atau imbalan.
Motivasi ini juga bersifat eksternal.
3. Untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri
sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya; Orang dengan
motivasi ini akan bertanya, akan menjadi orang yang seperti
apabila saya melakukannya? Mereka melakukan sesuatu karena
nilai-nilai yang mereka yakini dan hargai, dan mereka
melakukannya karena mereka ingin menjadi orang yang
melakukan nilai-nilai yang mereka yakini tersebut. Ini adalah
motivasi yang akan membuat seseorang memiliki disiplin positif
karena motivasi berperilakunya bersifat internal, bukan
eksternal.
B.2. Hukuman dan Penghargaan
Dalam sub materi ini penulis diajak dalam Kegiatan Pemantik yakni :
Iva kurang menguasai pelajaran Matematika, sehingga pada saat
pelajaran tersebut berlangsung, dia lebih banyak berdiam diri atau
menggambar di buku pelajarannya. Pada saat guru Matematikanya,
Pak Seno, menanyakan pertanyaan Iva menjadi gugup, dan tak
sengaja menjatuhkan tasnya dari kursi, serta tiba-tiba menjadi gagap
pada saat berupaya menjawab. Seluruh kelas pun tertawa melihat
perilaku Iva yang bicara tergagap dan terkejut tersebut. Pak Seno pada

36 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
saat itu membiarkan teman-teman Iva menertawakan Iva yang
tergagap dan malu luar biasa, dan malahan minta Iva untuk maju ke
depan dan berdiri di depan kelas sambil menunjuk hidungnya karena
tidak bisa menjawab pertanyaan Pak Seno. Kelas makin gaduh, dan
anak-anak pun tertawa melihat Iva di depan kelas memegang ujung
hidungnya.
Jawablah kedua pertanyaan ini, dan berilah minimal 2 tanggapan
terhadap jawaban rekan Anda.
1. Apakah Anda setuju dengan tindakan pak Seno terhadap Iva?
Mengapa?
2. Menurut Anda, tindakan Pak Seno terhadap Iva adalah sebuah
hukuman atau konsekuensi? Mengapa?
Dalam aktifitas tersebut penulis diarahkan untuk dapat mengetahui
perbedaan antara hukuman dan konsekuensi. Pada bagan dibawah ini
terlihat jelas perbedaanya.
IDENTITAS
IDENTITAS SUKSES
GAGAL
DISIPLIN
HUKUMAN
KONSEKUENSI RESTITUSI
Sesuatu yang
Sesuatu harus Restitusi merupakan
menyakitkan harus
terjadi pilihan
terjadi
Tidak nyaman Menguatkan untuk
Tidak nyaman untuk
untuk murid/anak murid/anak dalam
murid/anak untuk
untuk jangka waktu jangka waktu
jangka waktu panjang
pendek. panjang.
‘Korban’ mendapatkan ‘Korban’ bisa ‘Korban’
keadilan diabaikan. mendapatkan ganti.

37 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Murid/anak
Murid/anak akan Murid/anak dibuat
mendapatkan
tersakiti. tidak nyaman.
penguatan.
Penguatan hanya
Perilaku pasif-agresif bertahan dalam Masalah
meningkat jangka waktu terpecahkan.
pendek
Memerlukan
Sistem tidak akan Murid belajar
monitoring dan
berjalan bila murid bertanggung jawab
supervisi terus
tidak takut. untuk perilakunya.
menerus dari guru.
Berlaku hanya pada Membantu Fokus pada
sebuah institusi; tidak penerapan pemecahan masalah
berlanjut pada mengikuti peraturan dalam jangka waktu
kehidupan nyata. dalam masyarakat. panjang.
“Apa “Apa yang kamu
“Peraturannya peraturannya?” yakini?” “Apa yang
adalah….kamu “Mampukah kamu bisa kamu lakukan
harus..” melakukannya? untuk memperbaiki
Terima kasih”. masalah ini?”
Murid/anak
Murid/anak
Murid/anak membenci menghormati
menghormati
peraturan. dirinya dan orang
peraturan.
lain.
NEGATIF NETRAL POSITIF
“Apakah hal ini
“Awas kalau
“Lakukan apa yang yang sesungguhnya
dilakukan lagi ya,
saya katakan” ingin kamu
nanti awas kamu”
lakukan?”
Mode Paksaan Stimulus-Response Teori-Kontrol

38 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Mendorong Mendorong Mendorong disiplin
menyalahkan diri kepatuhan positif
Konsep Diri Buruk Konsep Diri Baik Konsep Diri Kuat
Murid/anak belajar Murid/anak belajar
Murid/anak belajar
menyembunyikan memecahkan
taat peraturan
kesalahan masalah.
Mencoba mengontrol
Mencoba Anak paham bahwa
anak dengan
mengontrol anak dirinya sendiri yang
penguatan negatif
dengan penguatan pegang kendali
(membayar impas
positif kontrol
kesalahan
Kehilangan hak, Murid/anak tidak
Dampak pada Murid:
waktu jeda seorang kehilangan waktu,
Marah, merasa
diri (timeout), namun bersemangat
bersalah, rendah diri,
penahanan untuk memperbaiki
mengasingkan diri.
(detention). diri
Tiba-tiba, tidak Berupa undangan
Sudah diketahui,
diharapkan, atau untuk mengadakan
masuk akal
sangat melukai. restitusi
Dibuat oleh guru Dibuat oleh
Dibuat guru
dan murid/anak murid/anak
Membantu, guru Menguatkan, guru
Menyakitkan, guru menyatakan menyebutkan
menjalani konsekuensi peraturan, keyakinan kelas,
dengan menyalahkan, melakukan membimbing
mengkritik, menyindir, peringatan, dan kerangka acuan
merendahkan. menerapkan berpikir restitusi
konsekuensi. murid/anak.

Berdasarkan bagan di atas, maka kita bisa menyimpulkan bahwa


hukuman bersifat tidak terencana atau tiba-tiba. Anak atau murid tidak

39 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
tahu apa yang akan terjadi, dan tidak dilibatkan. Hukuman bersifat satu
arah, dari pihak guru yang memberikan, dan murid hanya menerima
suatu hukuman tanpa melalui suatu kesepakatan, atau pengarahan dari
pihak guru, baik sebelum atau sesudahnya. Hukuman yang diberikan
bisa berupa fisik maupun psikis, murid/anak disakiti oleh suatu
perbuatan atau kata-kata.

Sementara disiplin dalam bentuk konsekuensi, sudah terencana atau


sudah disepakati; sudah dibahas dan disetujui oleh murid dan guru.
Umumnya bentuk-bentuk konsekuensi dibuat oleh pihak guru (sekolah),
dan murid sudah mengetahui sebelumnya konsekuensi yang akan
diterima bila ada pelanggaran. Pada konsekuensi, murid tetap dibuat
tidak nyaman untuk jangka waktu pendek. Konsekuensi biasanya
diberikan berdasarkan suatu data yang umumnya dapat diukur,
misalnya, setelah 3 kali tugasnya tidak diselesaikan pada batas waktu
yang diberikan, atau murid melakukan kegiatan diluar kegiatan
pembelajaran, misalnya mengobrol, maka murid tersebut akan
kehilangan waktu bermain, dan harus menyelesaikan tugas karena
ketertinggalannya. Peraturan dan konsekuensi yang mengikuti ini sudah
diketahui sebelumnya oleh murid. Sikap guru di sini senantiasa
memonitor murid.

B.3. Dihukum oleh Penghargaan


Alfie Kohn (Punished by Rewards, 1993, Wawancara ASCD Annual
Conference, Maret 1995) mengemukakan baik penghargaan maupun
hukuman, adalah cara-cara mengontrol perilaku seseorang yang
menghancurkan potensi untuk pembelajaran yang sesungguhnya.
Menurut Kohn, secara ideal tindakan belajar itu sendiri adalah
penghargaan sesungguhnya. Kohn selanjutnya juga mengemukakan
beberapa pernyataan dari hasil pengamatannya selama ini tentang
tindakan memberikan penghargaan yang nilainya sama dengan

40 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
menghukum seseorang.
Pengaruh Jangka Pendek dan Jangka Panjang
- Penghargaan efektif jika kita menginginkan seseorang
melakukan sesuatu yang kita inginkan, dalam jangka waktu
pendek.
- Jika kita menggunakan penghargaan lagi, dan lagi, maka
orang tersebut akan bergantung pada penghargaan yang
diberikan, serta kehilangan motivasi dari dalam.
- Jika kita mendapatkan penghargaan untuk melakukan sesuatu
yang baik, maka selain kita senantiasa berharap mendapatkan
penghargaan tersebut lagi, kita pun menjadi tidak menyadari
tindakan baik yang kita lakukan.

Penghargaan Tidak Efektif.


- Suatu penghargaan adalah suatu benda atau peristiwa yang
diinginkan, yang dibuat dengan persyaratan: Hanya jika Anda
melakukan hal ini, maka Anda akan mendapatkan
penghargaan yang diinginkan.
- Jika saya mengharapkan suatu penghargaan dan tidak
mendapatkannya, maka saya akan kecewa dan berkecil hati,
serta kemungkinan lain kali saya tidak akan berusaha sekeras
sebelumnya.
- Jika kita memberikan seseorang suatu penghargaan untuk
melakukan sesuatu, maka kita harus terus menerus
memberikan penghargaan itu jika kita ingin orang tersebut
meneruskan perilaku yang kita inginkan.
- Orang yang berusaha berhenti merokok, atau orang yang
berusaha diet menguruskan badan bila diberikan penghargaan
hampir pasti tidak berhasil.

41 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Penghargaan Merusak Hubungan
- Ketika seorang diberi penghargaan atau dipuji di depan orang
banyak, maka yang lain akan merasa iri, dan sebagian dari
mereka akan tidak menyukai orang yang diberikan
penghargaan tersebut.
- Jika seorang guru sering memberikan penghargaan kepada
murid-muridnya, besar kemungkinan murid-muridnya
termotivasi hanya untuk menyenangkan gurunya. Mereka
tidak akan bersikap jujur kepada guru tersebut.
- Penghargaan menciptakan persaingan di dalam kelas, dan
persaingan menciptakan kecemasan.
- Mereka yang percaya bahwa mereka tidak memiliki
kesempatan untuk mendapatkan penghargaan akan berhenti
mencoba.

Penghargaan Mengurangi Ketepatan


- Riset I: Dalam sebuah percobaan, sekelompok anak laki-laki
berusia sekitar 9 tahun diminta untuk melihat gambar-gambar
wajah yang ditampilkan di layar, dan mereka harus
memberitahukan jika wajah-wajah tersebut sama atau
berbeda. Gambargambar tersebut hampir sama. Beberapa dari
mereka diberi penghargaan (dalam bentuk uang) pada saat
mereka memberikan jawaban benar, sementara sebagian yang
lain tidak. Hasil: Anak laki-laki yang dibayar membuat lebih
banyak kesalahan.
- Riset II: Anak-anak diminta mengingat kata-kata tertentu,
kemudian mereka diminta mengambil kartu yang berisi kata-
kata yang diingat tersebut setiap kali muncul. Beberapa anak
diberikan permen setiap mereka memberikan jawaban yang
benar, dan sebagian yang lain hanya diberitahu saja bila

42 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
jawaban mereka benar. Hasil: Anak-anak yang mendapatkan
permen jawabannya banyak yang tidak tepat dibandingkan
anak-anak yang hanya diberitahu jawabannya benar.

Penghargaan Menurunkan Kualitas


- Pengamatan dilakukan pada sekelompok mahasiswa/i yang
sedang kerja praktik di sebuah surat kabar universitas; saat itu
mereka sedang belajar menuliskan sebuah artikel tentang
sebuah judul berita utama. Seiring waktu mahasiswa/i tersebut
semakin mampu bekerja dengan cepat. Kemudian, ada
beberapa mahasiswa/i yang dibayar untuk setiap judul berita
utama yang mereka mampu hasilkan, dan setelah beberapa
lama mahasiswa/i yang dibayar ini hasil kinerjanya berhenti
berkembang. Mereka yang tidak menerima bayaran terus
berupaya mengasah diri menjadi lebih baik.

Penghargaan Mematikan Kreativitas


- Murid-murid diminta berpikir mengenai hadiah atau
penghargaan yang bisa mereka dapatkan bila berhasil menulis
sebuah puisi. Kreatifitas kelompok muridmurid ini menjadi
berkurang, dibandingkan dengan yang tidak diberitahukan
tentang hadiah yang bisa mereka terima.
- Penelitian menunjukkan bahwa pekerjaan seni atau sebuah
penulisan cerita menjadi kurang kreatif bila dijanjikan sebuah
hadiah/penghargaan.
- Dalam tugas-tugas memecahkan masalah, para murid
memakan waktu lebih lama dan memberikan jalan keluar
kurang kreatif, saat mereka dijanjikan suatu penghargaan.

Penghargaan Menghukum

43 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
- Penghargaan ‘menghukum’ mereka yang tidak mendapatkan
penghargaan. Misalnya dalam sistem ‘ranking’. Mereka yang
mendapatkan ranking kedua akan merasa paling ‘dihukum’.
- Memberikan penghargaan dan hukuman adalah hal yang
sama, karena keduanya mencoba mengendalikan perilaku
seseorang.
- Karena orang pada dasarnya tidak suka dikendalikan, dalam
jangka waktu lama, penghargaan akan terlihat sebagai
hukuman.
- Jika suatu penghargaan diharapkan, namun Anda tidak
mendapatkannya, Anda akan merasa dihukum.

Motivasi dari Dalam Diri (Intrinsik)


- Saat seorang anak belajar untuk pertama kali, menggabungkan
huruf-huruf dan kata-kata, serta menyadari bahwa ia dapat
membaca, timbul pijar di matanya dan sebuah senyuman di
wajahnya. Anak tersebut begitu gembira bahwa ia telah
mempelajari dan menguasai suatu keterampilan baru.
Kesadaran akan kemampuannya bahwa ‘dia’ sudah dapat
membaca, sesungguhnya sudah merupakan sebuah
penghargaan.
- Jika kita memberikan penghargaan kepada seorang anak pada
saat dia sedang merasa bangga dengan pencapaiannya sendiri,
maka kita akan mengambil kegembiraan yang saat itu sedang
dirasakan secara alamiah.

B.4. Restitusi : Sebuah Pendekatan untuk Menciptakan Disiplin Positif


Restitusi adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk
memperbaiki kesalahan mereka, sehingga mereka bisa kembali pada
kelompok mereka, dengan karakter yang lebih kuat (Gossen; 2004)

44 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Restitusi juga adalah proses kolaboratif yang mengajarkan murid untuk
mencari solusi untuk masalah, dan membantu murid berpikir tentang
orang seperti apa yang mereka inginkan, dan bagaimana mereka harus
memperlakukan orang lain (Chelsom Gossen, 1996).
Restitusi membantu murid menjadi lebih memiliki tujuan, disiplin
positif, dan memulihkan dirinya setelah berbuat salah. Penekanannya
bukanlah pada bagaimana berperilaku untuk menyenangkan orang lain
atau menghindari ketidaknyamanan, namun tujuannya adalah menjadi
orang yang menghargai nilai-nilai kebajikan yang mereka percayai.
Melalui pendekatan restitusi, ketika murid berbuat salah, guru akan
menanggapi dengan mengajak murid berefleksi tentang apa yang dapat
mereka lakukan untuk memperbaiki kesalahan mereka sehingga mereka
menjadi pribadi yang lebih baik dan menghargai dirinya. Pendekatan
restitusi tidak hanya menguntungkan korban, tetapi juga
menguntungkan orang yang telah berbuat salah. Restitusi juga sesuai
dengan prinsip dari teori kontrol William Glasser tentang solusi
menang-menang.
Di bawah ini adalah ciri-ciri restitusi yang membedakannya dengan
program disiplin lainnya.
- Restitusi bukan untuk menebus kesalahan, namun untuk belajar
dari kesalahan
- Restitusi memperbaiki hubungan
- Restitusi adalah tawaran, bukan paksaan
- Restitusi ‘menuntun’ untuk melihat ke dalam diri
- Restitusi mencari kebutuhan dasar yang mendasari tindakan
- Restitusi diri adalah cara yang paling baik
- Restitusi fokus pada karakter bukan tindakan
- Restitusi menguatkan
- Restitusi fokus pada solusi
- Restitusi mengembalikan murid yang berbuat salah pada
kelompoknya

45 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
C. Keyakinan Kelas
Tahapan menciptakan Program Kebajikan 1.
- Lihat daftar kebajikan yang telah disusun bersama (contoh pada
pembelajaran 2.1).
- Tentukan nilai-nilai kebajikan yang ingin dijadikan perhatian
utama di sekolah Anda. Curah pendapat dalam kelompok.
- Sempurnakan beberapa daftar nilai-nilai kebajikan yang utama,
bahas kembali dalam kelompok utama.
- Buatlah poster atau muat di sosial media keyakinan
sekolah/kelas Anda.
Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:
- Keyakinan kelas bersifat lebih ‘abstrak’ daripada peraturan,
yang lebih rinci dan konkrit.
- Keyakinan kelas berupa pernyataan-pernyataan universal.
- Pernyataan keyakinan kelas senantiasa dibuat dalam bentuk
positif.
- Keyakinan kelas hendaknya tidak terlalu banyak, sehingga
mudah diingat dan dipahami oleh semua warga kelas.
- Keyakinan kelas sebaiknya sesuatu yang dapat diterapkan di
lingkungan tersebut.
- Semua warga kelas hendaknya ikut berkontribusi dalam
pembuatan keyakinan kelas lewat kegiatan curah pendapat.
- Bersedia meninjau kembali keyakinan kelas dari waktu ke
waktu.

Prosedur Pembentukan Keyakinan Sekolah/Kelas:


- Mempersilakan warga sekolah atau murid-murid di
sekolah/kelas untuk bercurah pendapat tentang peraturan yang
perlu disepakati di sekolah/kelas.

46 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
- Mencatat semua masukan-masukan para murid/warga sekolah di
papan tulis atau di kertas besar (kertas ukuran poster), di mana
semua anggota kelas/warga sekolah bisa melihat hasil curah
pendapat.
- Susunlah keyakinan kelas sesuai prosedur ‘Pembentukan
Keyakinan Sekolah/Kelas’.Gantilah kalimat-kalimat dalam
bentuk negatif menjadi positif.
Contoh
Kalimat negatif : Jangan berlari di kelas atau koridor.
Kalimat positif : Berjalanlah di kelas atau koridor.
- Tinjau kembali daftar curah pendapat yang sudah dicatat. Anda
mungkin akan mendapati bahwa pernyataan yang tertulis di sana
masih banyak yang berupa peraturan-peraturan. Selanjutnya,
ajak warga sekolah/murid-murid untuk menemukan nilai
kebajikan atau keyakinan yang dituju dari peraturan tersebut.
Contoh: Berjalan di kelas, Dengarkan Guru, Datanglah Tepat
Waktu berada di bawah 1 ‘payung’ yaitu keyakinan untuk
‘Saling Menghormati’ atau nilai kebajikan ‘Hormat’. Keyakinan
inilah yang dimasukkan dalam daftar untuk disepakati. Kegiatan
ini juga merupakan pendalaman pemahaman bentuk peraturan
ke keyakinan sekolah/kelas.
- Tinjau ulang Keyakinan Sekolah/Kelas secara bersama-sama.
Seharusnya setelah beberapa peraturan telah disatukan menjadi
beberapa keyakinan maka jumlah butir pernyataan keyakinan
akan berkurang. Sebaiknya keyakinan sekolah/kelas tidak terlalu
banyak, bisa berkisar antara 3-7 prinsip/keyakinan. Bilamana
terlalu banyak, maka warga kelas akan sulit mengingatnya dan
akibatnya sulit untuk dijalankan.
- Setelah keyakinan sekolah/kelas selesai dibuat, maka semua
warga kelas dipersilakan meninjau ulang, dan menyetujuinya

47 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
dengan menandatangani keyakinan sekolah/kelas tersebut,
termasuk guru dan semua warga/murid.
- Keyakinan Sekolah/Kelas selanjutnya bisa dilekatkan di dinding
kelas di tempat yang mudah dilihat semua warga kelas.
Contoh keyakinan kelas:
Keyakinan Kelas 1
- Setiap anggota kelas perlu belajar.
- Setiap anggota kelas perlu senang.
- Setiap anggota kelas perlu melakukan tugas.
- Setiap anggota kelas perlu saling menghargai.
- Setiap anggota kelas perlu merasa aman.

Keyakinan Kelas 7
HORMAT
Kami meyakini bahwa sangat penting untuk menghormati semua
orang dan barang milik orang lain

BEKERJA
Kami meyakini bahwa sangat penting untuk mengerjakan segala
pekerjaan atau mengikuti kegiatan yang telah ditugaskan.

DITERIMA DAN DIMILIKI


Kami meyakini bahwa sangat penting untuk merasa diterima pada
suatu kelompok dan saling peduli satu dengan yang lain.

D. Kebutuhan Dasar Manusia dan Dunia Berkualitas


1. Kebutuhan Bertahan Hidup
Kebutuhan bertahan hidup (survival) adalah kebutuhan yang bersifat
fisiologis untuk bertahan hidup misalnya kesehatan, rumah, dan
makanan. Kebutuhan biologis sebagai bagian dari proses reproduksi
termasuk kebutuhan untuk tetap bertahan hidup. Komponen

48 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
psikologis pada kebutuhan ini meliputi kebutuhan akan perasaan
aman. Dalam kasus Doni di atas, apabila jawaban Doni ketika
ditanya oleh Ibu Ambar adalah karena ia lapar dan orangtuanya tidak
membawakannya bekal makan siang, maka kebutuhan dasar yang
sedang berusaha dipenuhi oleh Doni, adalah kebutuhan untuk
bertahan hidup (survival).
2. Kasih sayang dan Rasa Diterima (Kebutuhan untuk Diterima)
Kebutuhan ini dan tiga kebutuhan berikutnya adalah kebutuhan
psikologis. Kebutuhan untuk disayangi dan diterima meliputi
kebutuhan akan hubungan dan koneksi sosial, kebutuhan untuk
memberi dan menerima kasih sayang dan kebutuhan untuk merasa
menjadi bagian dari suatu kelompok. Kebutuhan ini juga meliputi
keinginan untuk tetap terhubung dengan orang lain, seperti teman,
keluarga, pasangan hidup, teman kerja, binatang peliharaan, dan
kelompok dimana kita tergabung.
Anak-anak yang memiliki kebutuhan dasar kasih sayang dan rasa
diterima yang tinggi biasanya ingin disukai dan diterima oleh
lingkungannya. Mereka juga akrab dengan orang tuanya. Biasanya
mereka belajar karena suka pada gurunya. Bagi mereka, teman
sebaya sangatlah penting. Mereka juga biasanya suka bekerja dalam
kelompok. Dalam kasus diatas, apabila Doni menjawab bahwa
alasannya mengambil bekal temannya karena dia merasa senang
temannya jadi memperhatikan dia. Ketika temannya melaporkan
tindakannya itu pada gurunya, dan gurunya memberitahu orang
tuanya, sehingga orang tuanya jadi memperhatikan dia, maka
kebutuhan dasar yang sedang dipenuhi Doni adalah kebutuhan akan
kasih sayang dan rasa diterima.
3. Penguasaan (Kebutuhan Pengakuan atas Kemampuan)
Kebutuhan ini berhubungan dengan kekuatan untuk mencapai
sesuatu, menjadi kompeten, menjadi terampil, diakui atas prestasi
dan keterampilan kita, didengarkan dan memiliki rasa harga diri.

49 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Kebutuhan ini meliputi keinginan untuk dianggap berharga, bisa
membuat perbedaan, bisa membuat pencapaian, kompeten, diakui,
dihormati. Ini meliputi self esteem, dan keinginan untuk
meninggalkan pengaruh. Anak-anak yang memiliki kebutuhan dasar
akan penguasaan yang tinggi biasanya selalu ingin menjadi
pemimpin, mereka juga suka mengamati sebelum mencoba hal baru
dan merasa kecewa bila melakukan kesalahan. Mereka juga
biasanya rapi dan sistematik dan selalu ingin mencapai yang terbaik.
Dalam kasus diatas, apabila jawaban Doni adalah dia merasa hebat
karena temannya jadi takut dengan dia dan menuruti keinginannya,
maka sebetulnya Doni sedang berusaha memenuhi kebutuhan
dasarnya akan kekuasaan.
4. Kebebasan (Kebutuhan Akan Pilihan) Kebutuhan untuk bebas
adalah kebutuhan akan kemandirian, otonomi, memiliki pilihan dan
mampu mengendalikan arah hidup seseorang. Anak-anak dengan
kebutuhan kebebasan yang tinggi menginginkan pilihan, mereka
perlu banyak bergerak, suka mencoba-coba, tidak terlalu
terpengaruh orang lain dan senang mencoba hal baru dan menarik.
Bila jawaban Doni dalam kasus diatas adalah bahwa dia merasa
bosan dengan bekal makanan yang dibawakan ibunya dari rumah,
karena ibunya selalu membawakan bekal yang sama, oleh karena itu
dia ingin mencoba makanan teman-temannya yang beraneka ragam,
maka Doni sedang berusaha memenuhi kebutuhannya akan
kebebasan.
5. Kesenangan (Kebutuhan untuk merasa senang)
Kebutuhan akan kesenangan adalah kebutuhan untuk mencari
kesenangan, bermain, dan tertawa. Bayangkan hidup tanpa
kenikmatan apa pun, betapa menyedihkan. Glasser menghubungkan
kebutuhan akan kesenangan dengan belajar. Semua hewan dengan
tingkat intelegensi tinggi (anjing, lumba-lumba, primata, dll)

50 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
bermain. Saat mereka bermain, mereka mempelajari keterampilan
hidup yang penting. Manusia tidak berbeda.
Anak-anak dengan kebutuhan dasar kesenangan yang tinggi
biasanya ingin menikmati apa yang dilakukan. Mereka juga bisa
berkonsentrasi tinggi saat mengerjakan hal yang disenangi. Mereka
suka permainan dan suka mengoleksi barang, suka bergurau, suka
melucu dan juga menggemaskan. Bahkan saat mereka bertingkah
laku buruk, mereka masih terlihat lucu.
Dalam kasus diatas, bila Doni menjawab bahwa ia melakukannya
karena iseng saja dan ia menikmati ekspresi wajah teman-temannya
yang kesal karena diambil makanannya dan menurut dia, ekspresi
teman-temannya itu lucu. Maka berarti Doni sedang berusaha
memenuhi kebutuhannya akan kesenangan.

Dunia Berkualitas Anda adalah tempat khusus dalam pikiran Anda,


tempat Anda menyimpan gambaran representasi dari semua yang
Anda inginkan: bisa berisi orangorang, hal-hal dan apa saja yang
terbaik dalam hidup Anda dan membuat Anda merasa bahagia dan
terpenuhi kebutuhan dasar Anda. Dr. William Glasser menyebutnya
seperti semacam album foto sehingga isinya tidak akan terlalu
banyak, hanya akan terdiri dari beberapa hal saja yang sangat
signifikan dan benar-benar terbaik dalam hidup Anda yang membuat
hidup Anda menjadi lebih bermakna. Kebutuhan dasar bersifat lebih
umum dan universal, sedangkan dunia berkualitas lebih unik dan
personal. Orang, tempat, benda, nilai-nilai, dan kepercayaan yang
penting bagi Anda akan termasuk di sana. Untuk masuk ke dunia
berkualitas, syaratnya adalah bahwa sesuatu itu harus terasa sangat
baik bagi Anda dan memenuhi setidaknya satu atau lebih kebutuhan
dasar Anda. Dalam menentukan segala sesuatu yang masuk dalam
dunia berkualitas, tidak perlu kita terlalu mempertimbangkan
standar masyarakat tentang apa saja yang penting dan yang tidak.

51 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Gambaran dunia berkualitas adalah unik dan spesifik untuk setiap
orang. Jika Anda bisa hidup di dunia berkualitas Anda, hidup akan
sempurna buat Anda, tapi sayangnya, Anda tidak bisa tinggal di
sana.
Murid kita juga mempunyai gambaran dunia berkualitas mereka.
Tentunya sebagai guru kita ingin mereka memasukkan hal-hal yang
bermakna dan nilai-nilai kebajikan yang hakiki ke dalam dunia
berkualitas mereka. Bila guru dapat membangun interaksi yang
memberdayakan dan memerdekakan murid, maka murid akan
meletakkan dirinya sendiri sebagai individu yang positif dalam
dunia berkualitas karena mereka menghargai nilai-nilai kebajikan.

E. Restitusi : 5 Posisi Kontrol


Diane Gossen dalam bukunya Restitution-Restructuring School
Discipline (1998) mengemukakan bahwa guru perlu meninjau kembali
penerapan disiplin di dalam ruang-ruang kelas mereka selama ini.
Apakah telah efektif, apakah berpusat, memerdekakan, dan
memandirikan murid, bagaimana dan mengapa? Melalui serangkaian
riset dan berdasarkan pada teori Kontrol Dr. William Glasser, Gossen
berkesimpulan ada 5 posisi kontrol yang diterapkan seorang guru, orang
tua ataupun atasan dalam melakukan kontrol. Kelima posisi kontrol
tersebut adalah Penghukum, Pembuat Rasa Bersalah, Teman, Pemantau
dan Manajer.
5 Posisi Kontrol Restitusi
Motivasi
Motivasi Eksternal
Motivas Intrinsik
i Identitas Gagal Identitas Sukses
Prilaku Kontrol Negatif Prilaku Kontrol Positif Kontrol Diri
Pembuat
Penghuku
Merasa Teman Pemantau Manajer
m
Bersalah

52 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Bercerama
Menghardi Membuatk
h,
k an alasan-
Guru Menunjuk Menghitung Mengajukan
Menunjuk alasan
Berbuat kan dan pertanyaan-
- nunjuk untuk
: kekecewaa mengukur pertanyaan
Menyakiti muridmuri
n
Menyindir dnya.
mendalam
“Apa yang
kita yakini?
Apa kamu
meyakini hal
tersebut?”
“Apa
“Kalau kamu
peraturannya
“Lakukan meyakininya,
?” “Apa
“Kalau “Kamu demi maukah
konsekuensi
kamu sudah Bapak/Ibu” kamu
Guru nya?” “Apa
tidak mengecew “Ya sudah memperbaiki
Berkata yang telah
melakukan akan nanti nya?” “Kalau
: kamu
nya, saya Ibu/Bapak Bapak/Ibu kami
lakukan?”
akan…” ” bantu memperbaiki
“Apa yang
bereskan” nya, jadi
terjadi
kira-kira hal
sekarang?”
tersebut akan
menggambar
kan apa
tentang
dirimu?”
Memberon
tak Menyemb
Pendenda unyi- kan Menyesuaik Menguatkan
Ketergantu
Hasil: m Menyangk an bila watak/karakt
ngan
Menyalah al diawasi. er
kan orang Berbohong
lain
Murid “Saya “Saya akan “Bagaimana
“Maafkan “Saya pikir
Berkata tidak dapat berapa caranya agar
saya”. Bapak/Ibu
: peduli” bintang saya bisa

53 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
teman kalau memperbaiki
saya” melakukan keadaan ini?”
hal “Saya akan
tersebut?” memperbaiki
“Jika sudah masalah ini
melakukan dengan…”
hal tersebut,
saya akan
mendapatka
n apa?”

Menitikberat
Mengulan kan pada
Tergantung
gi Rendah dampak Mengevaluas
Tidak
kesalahan diri pada diri i diri
Dampa mandiri
berulang Merasa sendiri, bagaimana
k pada dan tidak
kali. gagal dan mendapatka menjadi diri
Murid: bisa
Perilaku tidak n hadiah yang lebih
memutuska
menjadi berharga atau baik.
n
agresif mendapatka
n hukuman
Murid
Murid
Murid meletakkan
Murid Murid meletakkan
Kaitan meletakka guru
meletakka meletakkan dirinya
dengan n guru di sebagai
n guru di guru, sebagai
Dunia dalam orang
luar Dunia peraturan di individu yang
Berkual Dunia penting
Berkualita Dunia positif dalam
itas Berkualita dalam
s. Berkualitas. Dunia
s. Dunia
Berkualitas.
Berkualitas

F. Restitusi : Segitiga Restitusi

54 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
Diane Gossen dalam bukunya Restitution; Restructuring School
Discipline, (2001) telah merancang sebuah tahapan untuk memudahkan
para guru dan orangtua dalam melakukan proses untuk menyiapkan
anaknya untuk melakukan restitusi, bernama segitiga
restitusi/restitution triangle. Proses tiga tahapan tersebut didasarkan
pada prinsip-prinsip utama dari Teori Kontrol, yaitu:
Langkah Teori Kontrol
Kita semua akan melakukan
Menstabilkan Identitas
1 hal terbaik yang bisa kita
Stabilize the Identity
lakukan
Validasi Tindakan yang
Semua perilaku memiliki
2 Salah Validate the
alasan
Misbehaviour
Menanyakan Keyakinan Kita semua memiliki
3
Seek the Belief motivasi internal

55 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
BAB 3
PENUTUP
1. Refleksi
Setelah tuntas menyelesaikan materi pada Modul 1 Paradigma dan Visi
Guru Penggerak dalam program pendidikan Guru Penggerak hal baru yang
penulis dapatkan adalah pencerahan serta menambah pengetahuan dan
pemahaman tentang konsep pendidikan yang dicetuskan oleh Ki Hajar
Dewantara. Sebelumnya penulis belum mengerti terkait bagaimana
mendidik dengan konsep “menghamba pada murid”. Penulis dalam
mengartikan menghamba pada murid sesuatu yang mengganjal bagaimana
seorang guru yang memiliki marwah lebih tinggi dari murid harus
memposisikan murid sebagai sesuatu yang lebih tinggi dari gurunya.
Namun setelah mempelajari modul 1 Paradigma dan Visi Guru Penggerak
penulis memahami bahwa setiap murid itu unik, memiliki kekuatannya
masing-masing dengan kodrat alam dan kodrat zaman yang melekat pada
dirinya.

2. Tindak Lanjut
Dari refleksi sebagai umpan balik maka perlu dilakukan perencanaan
pengembangan/tindak lanjut secara berkesinambungan. Penulis secara
bertahap akan mengimplementasikan konsep pendidikan KHD disekolah
dengan pembelajaran yang berpihak pada murid. Untuk dapat mewujudkan
rencana implementasi tersebut penulis akan:
1. Melakukan identifikasi untuk memetakan kekuatan-kekuatan yang ada
disekolah dengan menggunakan inkuiri apresiatif melalui tahapan
BAGJA.
2. Berkolaborasi dengan warga sekolah untuk membangun ekosistem
sekolah yang berpihak pada murid. Serta menyusun dan merancang
program-program sekolah yang berdampak pada murid.

56 | P P G D a l j a b 2 0 2 3
DAFTAR PUSTAKA

Rafael, Simon Petrus. 2022. Paket Modul 1: Paradigma dan Visi Guru Penggerak Modul 1.1 “Refleksi
Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara”. Edisi Ketiga. Jakarta. Direktorat Jend-
eral Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekn-
ologi.

Dharma, Aditya. 2022. Paket Modul 1: Paradigma dan Visi Guru Penggerak Modul 1.2 “Nilai-nilai
dan Peran Guru Penggerak” Edisi Ketiga. Jakarta. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kepe-
ndidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Dharma, Aditya. 2022. Paket Modul 1: Paradigma dan Visi Guru Penggerak Modul 1.3 “Visi Guru
Penggerak”Edisi Ketiga. Jakarta. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Keme-
nterian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.

Nurcahyani, Andri, dkk.2022. Paket Modul 1: Paradigma dan Visi Guru Penggerak Modul 1.4 “Buda-
ya Positif” Edisi Keempat. Jakarta. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi.
|
LAMPIRAN
|
LAMPIRAN 1
FOTO DOKUMENTASI KEGIATAN PENDIDIKAN GURU PENGGERAK ANGKATAN 6
TAHUN 2022

1. Aktifitas Pembelajaran Daring Oleh Instruktur Ibu Angga Citra Mahardika, M.Pd.

2. Aktifitas Pendampingan Individu oleh Pengajar Praktik Bapak Jaka Suryadinata, S.Pd.

3. Aktifitas Loka Karya

|PPG Daljab 2023


LAMPIRAN 2
LINK TUGAS, JURNAL REFLEKSI & AKSI NYATA
1. Channel Youtube :
https://www.youtube.com/@RJTVChannel

2. Media Sosial Facebook :


https://www.facebook.com/rusnijamil.skom

3. Website Portofolio
https://sites.google.com/guru.smk.belajar.id/rusnijamil-skom/perjalanan-pgp-angk-6

|PPG Daljab 2023

Anda mungkin juga menyukai