Anda di halaman 1dari 127

KELAS

PENDALAMAN
MATERI
Juli 2022

Kardiologi, Bedah
Vaskular
Penyakit Jantung Bedah Vaskular Penyakit
Daftar Isi Koroner ▪ Ulkus Tungkai Vaskular
▪ Stable Angina ▪ Ulkus Diabetik ▪ Diseksi Aorta
▪ UAP ▪ Ulkus Dekubitus ▪ Aneurisma aorta
▪ NSTEMI abdominalis
▪ STEMI ▪ PAD, ALI, CLI
Penyakit Katup ▪ Buerger Disease
Gagal Jantung Jantung ▪ Insufisiensi Vena
▪ Sistolik dan Diastolik ▪ Stenosis dan Regurgitasi Kronik
▪ Akut dan Kronik ▪ Endokarditis Infektif ▪ Tromboemboli Vena

ACLS Aritmia dan Penyakit Jantung


Syok Bawaan
▪ Cardiac Arrest
▪ Acyanotic (VSD, ASD, PDA)
▪ Takiaritmia
▪ Cyanotic (ToF, TGA)
▪ Bradiaritmia
▪ VES/PVC
▪ Syok Kardiogenik
PENYAKIT JANTUNG KORONER

Stable
UAP
Angina

NSTEMI STEMI

PERKENI. Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 dewasa di Indonesia PB Perkeni: Jakarta; 2019
ATHEROSCLEROSIS

Lilly S. Pathophysiology of heart disease. 6th ed. New York: Wolters Kluwer; 2016
ANGINA
Angina Tipikal vs Angina Atipikal Faktor Risiko
Angina Tipikal Memenuhi semua 3 karakteristik:
1. Rasa tidak nyaman seperti terikat di dada
• Usia
atau leher, rahang, bahu, atau lengan • Hipertensi
2. Dicetuskan oleh aktivitas fisik
3. Perbaikan setelah istirahat atau nitrat • Merokok
dalam 5 menit
• Dislipidemia
• Diabetes Mellitus
Angina Atipikal Memenuhi 2 dari karakteristik
• Riwayat Penyakit
Nyeri dada Non-angina Memenuhi 1 atau tidak memenuhi Jantung Koroner

Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. Pedoman tatalaksana sindrom koroner akut. 3rd ed. Jakarta: Centra Communications; 2015. 1-21 p
Knuuti J, Wijns W, Saraste A, Capodanno D, Barbato E, Funck-Brentano C, et al. 2019 Esc guidelines for the diagnosis and management of chronic coronary syndromes. Eur Heart J. 2019;
Scirica BM, Libby P, Morrow DA. St-elevation myocardial infarction: pathophysiology and clinical evolution. In: Braundwald’s heart disease. 11th ed. Philadelphia: Elsevier; 2019. p. 1095
120.
PENYAKIT JANTUNG KORONER
SKDI 3B
PENYAKIT JANTUNG KORONER
SKDI 3B
PENYAKIT JANTUNG KORONER SKDI 3B
EKG

STEMI NON STEMI


• Elevasi segmen ST sebesar 0.1 mV pada 2 sadapan • Gambaran ST depresi ≥0.1 mV
bersebelahan, kecuali untuk sadapan V1-V3 • Gambaran T inverted ≥0.2 mV
• Nilai ambang elevasi segmen ST di sadapan V1–V3 • Tanpa perubahan EKG / Normal
pada:
• Pria usia ≥40 tahun: ≥0.2 mV
• Pria usia <40 tahun : ≥0.25 mV
• Pada perempuan: ≥0.15 mV
• LBBB baru
SKDI 3B
PENYAKIT JANTUNG KORONER
EKG
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Biomarker Jantung
Troponin I/T :

• Marka nekrosis jantung → sensitivitas dan spesifisitas lebih tinggi dari CK-MB

NOTE PENTING:

• Peningkatan marka jantung hanya menunjukkan adanya nekrosis miosit,


namun tidak dapat dipakai untuk menentukan penyebab nekrosis sel jantung
tersebut (koroner/non koroner)

Parameter Waktu Asal Peak / Waktu


Nekrosis
Peningkatan Puncak (Jam) kembali ke Miosit
(Jam) normal (Troponin +)

CK-MB 3-4 15-24 24-36 jam


Penyakit Penyakit
Jantung non Jantung
Myoglobin 1-3 6-9 12-24 jam Koroner Koroner

Troponin I 4-6 14-36 4-7 hari


Gagal jantung,
Trauma Miokarditis /
Troponin T 3-4 10-24 7-14 hari Takiaritmia Hipertrofi STEMI NSTEMI
kardiak perikarditis
ventrikel kiri
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Tata Laksana
Aspirin
• 160–320 mg diberikan pada semua pasien

Penghambat reseptor ADP :


• Ticagleror 180 mg dilanjutkan dosis maintenance 2x90
mg/hari
• atau
• Clopidogrel 300 mg dilanjutkan dosis maintenance 75
mg/hari
• Pada pasien yang akan dilakukan fibrinolitik dianjurkan
Clopidogrel

Nitrogliserin spray / tablet


sublingual
• (ISDN tab 5 mg, NTG 0.4–0.5 mg) pada pasien masih
nyeri dada di ruang IGD
• Dapat diulang 3x degnan jarak 5 menit, jika tidak
membaik nitrat dapat diberikan secara IV

Tata Laksana Awal (O-ANIMO) Morfin Sulfat


• 1-5 mg intravena
O2 (Jika Aspirin + NItroglis MOrphi • Dapat diulang setiap 10-30 menit, bagi pasien yang
tidak responsif dengan terapi 3 dosis NTG sublingual
SpO2<95 Pengham erine ne
PENYAKIT JANTUNG KORONER
PENYAKIT JANTUNG KORONER
Fibrinolisis

Waktu dari kontak medis pertama hingga perekaman EKG


pertama ≤ 10 menit
Kontraindikasi
Waktu dari kontak medis pertama hingga pemberian
Fibrinolitik
terapi reperfusi:
• Untuk fibrinolisis ≤30 menit
5 KEPALA, 1 DADA, 1
• Untuk IKP primer ≤90 menit (≤60 menit apabila pasien datang dengan awitan
kurang dari 120 menit atau langusng dibawa ke rumah sakit yang mampu
LAINNYA
melakukan IKP) Stroke hemoragik kapanpun

Stroke Iskemik >3 jam dan <3 bulan


Streptokinase (SK) 1.5 juta U dalam 100 mL Heparin IV Sebelum Sk atau
dextrose 5% atau larutan selama 24-48 anistreplase Trauma kraniofasial signifikan dalam 3 bulan
salin 0.9% dalam waktu jam
30–60 menit
Lesi vaskular serebral struktural (misal AVM)

Alteplase (tPA) Bolus 15 mg IV Heparin IV


Neoplasma intrakranial maligna
0.75 mg/kg selama 30 selama 24-48
menit kemudian 0.5 jam
mg/kg selama 60 menit Kecurigaan diseksi aorta

Perdrahan aktif atau gangguan perdaraahn (tidak termasuk


Dosis total tidak lebih dari menstruasi)
100 mg
SOAL NO. 1
Tn. B, 45 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 2 jam yang lalu. Nyeri
dada terasa seperti tertindih beban berat, menjalar ke bahu kiri dan epigastrium, disertai
mual dan keringat dingin. Pemeriksaan EKG terlampir.

Pembuluh darah jantung bagian manakah yang mengalami oklusi pada pasien ini?
A. Right coronary artery
B. Left anterior descending coronary artery
C. Left circumflex coronary artery
D. Left main coronary artery
E. Posterior descending coronary artery
SOAL NO. 1
Tn. B, 45 tahun datang ke UGD dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 2 jam yang lalu. Nyeri
dada terasa seperti tertindih beban berat, menjalar ke bahu kiri dan epigastrium, disertai
mual dan keringat dingin. Pemeriksaan EKG terlampir.

Pembuluh darah jantung bagian manakah yang mengalami oklusi pada pasien ini?
A. Right coronary artery
B. Left anterior descending coronary artery
C. Left circumflex coronary artery
D. Left main coronary artery
E. Posterior descending coronary artery
SOAL NO. 2
Ny. Mirta, 60 tahun mengeluh nyeri dada seperti tertindih sejak 1 jam yang lalu. Keluhan
dirasakan mendadak setelah pasien berolahraga jogging pagi. Nyeri dada baru pertama
kali dirasakan, terjadi selama 10 menit dan dapat membaik dengan istirahat. Keluhan
mual, muntah, sesak napas disangkal. Pemeriksaan EKG menunjukkan hasil yang normal.

Pemeriksaan penunjang apa yang sebaiknya dilakukan selanjutnya untuk menegakkan


diagnosis?
A. Rontgen thorax
B. Enzim jantung
C. Angiografi koroner
D. Treadmill test
E. Lab profil lipid
SOAL NO. 2
Ny. Mirta, 60 tahun mengeluh nyeri dada seperti tertindih sejak 1 jam yang lalu. Keluhan
dirasakan mendadak setelah pasien berolahraga jogging pagi. Nyeri dada baru pertama
kali dirasakan, terjadi selama 10 menit dan dapat membaik dengan istirahat. Keluhan
mual, muntah, sesak napas disangkal. Pemeriksaan EKG menunjukkan hasil yang normal.

Pemeriksaan penunjang apa yang sebaiknya dilakukan selanjutnya untuk menegakkan


diagnosis?
A. Rontgen thorax
B. Enzim jantung
C. Angiografi koroner
D. Treadmill test
E. Lab profil lipid
SOAL NO. 3
Tn. Dodi, 55 tahun, datang ke IGD PKM kabupaten dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 1
jam yang lalu Nyeri dirasakan tiba-tiba saat sedang menonton TV dan masih dirasakan
hingga saat ini, disertai dengan mual dan keringat dingin. Pada pemeriksaan didapatkan
TD 150/90 mmHg, HR 95x/min, RR 21x/min, suhu 36,5 C. Pada pemeriksaan EKG
didapatkan adanya STEMI lead I, aVL, V5-V6. Jarak RS rujukan di ibukota provinsi dengan
cathlab sejauh 2,5 jam perjalanan.

Tatalaksana definitif yang tepat pada pasien adalah:


a. Rujuk ke RS rujukan untuk tindakan PCI
b. Streptokinase 1,5 juta unit IV
c. Asam asetilsalisilat 1x80 mg PO
d. Asam asetilsalisilat 1x320 mg PO
e. ISDN 5 mg sublingual
SOAL NO. 3
Tn. Dodi, 55 tahun, datang ke IGD PKM kabupaten dengan keluhan nyeri dada kiri sejak 1
jam yang lalu Nyeri dirasakan tiba-tiba saat sedang menonton TV dan masih dirasakan
hingga saat ini, disertai dengan mual dan keringat dingin. Pada pemeriksaan didapatkan
TD 150/90 mmHg, HR 95x/min, RR 21x/min, suhu 36,5 C. Pada pemeriksaan EKG
didapatkan adanya STEMI lead I, aVL, V5-V6. Jarak RS rujukan di ibukota provinsi dengan
cathlab sejauh 2,5 jam perjalanan.

Tatalaksana definitif yang tepat pada pasien adalah:


a. Rujuk ke RS rujukan untuk tindakan PCI
b. Streptokinase 1,5 juta unit IV
c. Asam asetilsalisilat 1x80 mg PO
d. Asam asetilsalisilat 1x320 mg PO
e. ISDN 5 mg sublingual
Gagal Jantung
GAGAL JANTUNG

Sistolik dan Akut dan


Diastolik Kronik

PERKENI. Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 dewasa di Indonesia PB Perkeni: Jakarta; 2019
SKDI 3A/3B
GAGAL JANTUNG
Sindrom klinis yang terjadi akibat gangguan Kumpulan gejala klinis, berupa
struktural atau fungsional (pengisian ventrikel • Gejala khas: Sesak nafas saat istirahat
atau ejeksi darah) pada jantung. Kelainan pada atau aktivitas, kelelahan, edema tungkai
struktur atau fungsi jantung tersebut • DAN
menyebabkan penurunan cardiac output dan
peningkatan tekanan intrakardiak. • Tanda khas: Takikardia, takipneu, ronki
paru, efusi pleura, peningkatan tekanan
vena jugularis, edema perifer,
hepatomegali
• DAN
• Tanda objektif gangguan struktur /
fungsional
Positif bilajantung saat istirahat ,
kardiomegali,
2 mayor suara jantung ke-3, murmur
jantung,
ATAU abnormalitas dalam gambaran
1 mayor + 2 minor kenaikan
ekokardiografi, konsentrasi
peptida natriuretik

Mann DL, Zipes DP, Libby P, Bonow RO, Braunwald E, editors. Braunwald’s heart disease: a textbook of cardiovascular medicine. Tenth edition. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2015.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Buku ajar ilmu penyakit dalam (Jilid 3). 4th ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2006.
Harrison T, Kasper D. Harrison’s principle of internal medicine. New York: McGraw-Hill Medical Publ. Division;2015
GAGAL JANTUNG
GAGAL JANTUNG

1. Harrison T, Kasper D. Harrison’s principle of internal medicine. New York: McGraw-Hill Medical Publ. Division;2015
2. Goldman L, Schafer AI, editors. Goldman-Cecil medicine. 25th edition. Philadelphia, PA: Elsevier/Saunders; 2016. 2 p.
GAGAL JANTUNG
Gagal Jantung Akut Gagal Jantung Kronik

• De novo: kasus baru gagal • Sistolik (EF berkurang)


jantung • Cardiac Output ↓ →
kelemahan, fatigue
• Acute Decompensated Heart
Failure : perburukan secara tiba- • Diastolik (EF normal)
tiba pada pasien dengan gagal
jantung kronik
• Pencetus: infark miokard akut,
aritmia
GAGAL JANTUNG
Klasifikasi NYHA
Kelas Gejala
Tidak ada batasan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas
I sehari-hari tidak menyebabkan lelah, dyspnea, atau palpitasi
(disfungsi ventrikel kiri asimptomatik).

Keterbatasan ringan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.


II Aktivitas sehari-hari menimbulkan lelah, palpitasi, dyspnea, dan
nyeri dada (gagal jantung kronik ringan).

Keterbatasan yang signifikan dalam melakukan aktivitas sehari-


III hari. Aktivitas ringan menimbulkan gejala (gagal jantung sedang).
Tidak dapat beraktivitas. Gejala gagal jantung muncul saat
IV istirahat (gagal jantung berat).

American Heart Association. NYHA classification [internet]. Available at: http://www.heartonline.org.au/media/DRL/New_York_Heart_Association_(NYHA)_classification.pdfLily LS. Pathophysiology of heart disease. 6th ed. USA: Wolters Kluwer; 2016
GAGAL JANTUNG
Alur Diagnosis
PEMBESARAN JANTUNG
ATRIUM KANAN

• Pembesaran Batas atrium kanan


• Double contour pada jantung kanan
• Pada EKG menunjukkan P pulmonal

P Pulmonale

• gambaran P yang meninggi, yaitu P yang


lebih dari 3 kotak
• Sering diakibatkan karena kelainan jantung
kongenital, kelainan katup trikuspid, dan
hipertensi pulmonal.

American Heart Association. NYHA classification [internet]. Available at: http://www.heartonline.org.au/media/DRL/New_York_Heart_Association_(NYHA)_classification.pdfLily LS. Pathophysiology of heart disease. 6th ed. USA: Wolters Kluwer; 2016
PEMBESARAN JANTUNG
VENTRIKEL KANAN (RVH)

• PF : Apex jantung geser ke lateral


• Foto thorax:
• apex terangkat pada foto PA
• Penyempitan ruang retrosternal pada lateral
• EKG : rasio R/S >1 di V1
• Etiologi: penyakit paru kronis (TB / PPOK) yang
menyebabkan hipertensi pulmonal

American Heart Association. NYHA classification [internet]. Available at: http://www.heartonline.org.au/media/DRL/New_York_Heart_Association_(NYHA)_classification.pdfLily LS.
Pathophysiology of heart disease. 6th ed. USA: Wolters Kluwer; 2016
PEMBESARAN JANTUNG
ATRIUM KIRI

• X-ray :
• double density pada bagian kiri jantung
• Pinggang jantung mendatar
• Bronkus kiri terangkat
• EKG:
• P mitral : P >3 kotak, dapat berbentuk seperti
huruf M
• Etiologi:
• Infark miokard akut, mitral stenosis / regurgitasi,
gangguan katup semilunar aorta, hipertensi MIKI MOKA
sistemik

P MItral KIri,
P pulMOnal KAnan

American Heart Association. NYHA classification [internet]. Available at: http://www.heartonline.org.au/media/DRL/New_York_Heart_Association_(NYHA)_classification.pdfLily LS.
Pathophysiology of heart disease. 6th ed. USA: Wolters Kluwer; 2016
PEMBESARAN JANTUNG
VENTRIKEL KIRI

• PF :
• Apex jantung geser ke laterocaudal
• X-ray :
• Apex tertanam ke diafragma pada foto PA
• Penyempitan ruang retrocardial pada lateral
• EKG:
• Kriteria Sokolow Lyon
• Kriteria Cornell

Kriteria EKG
1. Sokolow Lyon : S di V1 + R di V5/V6 >35 mm
2. Cornell : S pada V3 + R di aVL >24 mm pada pria dan >20 mm pada
wanita

American Heart Association. NYHA classification [internet]. Available at: http://www.heartonline.org.au/media/DRL/New_York_Heart_Association_(NYHA)_classification.pdfLily LS. Pathophysiology of heart disease. 6th ed. USA: Wolters Kluwer; 2016
FOTO TORAKS
Abnormalitas Penyebab Implikasi Klinis
Kardiomegali Dilatasi ventrikel kiri, Ekokardiografi, doppler
ventrikel kanan, atrium,
efusi perikard

Hipertrofi Ventrikel Hipertensi, stenosis aorta, Ekokardiografi, doppler


kardiomiopati, hipertrofi

Tampak paru normal Bukan kongesti paru Nilai ulang diagnosis

Kongesti vena paru Peningkatan tekanan Mendukung diagnosis gagal


pengisian ventrikel krii jantung kiri
Edema interstitial Peningkatan tekanan Mendukung diagnosis gagal
pengisian ventrikel kiri jantung kiri
Efusi Pleura • Gagal jantung dnegna Pikirkan etiologi non
peningkatan tekanan kardiak (jika efusi banyak)
pengisian jika efusi
bilateral, Infeksi paru,
Pasca bedah /
keganasan

Garis Kerley B Peningkatan tekanan Mitral stenosis / gagal


limfatik jantung kronik
Area paru hiperlusen Emboli paru atau emfisema Pemeriksaan T, Spirometri,
ekokardiografi

Infeksi paru Pneumonia sekunder akibat Tatalaksana kedua


kongesti paru penyakit: gagal jantung dan
infeksi paru

Infiltrat paru Penyakit sistemik Pemeriksaan diagnostik


lanjutan

American Heart Association. NYHA classification [internet]. Available at: http://www.heartonline.org.au/media/DRL/New_York_Heart_Association_(NYHA)_classification.pdfLily LS. Pathophysiology of heart disease. 6th ed. USA: Wolters Kluwer; 2016
TATALAKSANA GAGAL JANTUNG KRONIK
TATALAKSANA GAGAL JANTUNG AKUT
OBAT-OBATAN GAGAL JANTUNG
SOAL NO. 4
Tn. G, 48 tahun, datang dengan keluhan kedua kaki bengkak. Pasien mengeluh sesak
nafas kurang lebih sejak 5 tahun ini. Dari pemeriksaan fiisk didapatkan barrel chest,
perkusi hipersonor, dan wheezing minimal. Ditemukan juga kardiomegali dan pitting
edema tungkai bilateral. Dari EKG didapatkan gelombang P di lead II >2.5 mm.

Diagnosis yang paling tepat pada pasien ini adalah?


A.Emfisema
B.PPOK eksaserbasi akut
C.Gagal jantung kanan
D.Gagal jantung kiri
E.Cor Pulmonale
SOAL NO. 4
Tn. G, 48 tahun, datang dengan keluhan kedua kaki bengkak. Pasien mengeluh sesak
nafas kurang lebih sejak 5 tahun ini. Dari pemeriksaan fiisk didapatkan barrel chest,
perkusi hipersonor, dan wheezing minimal. Ditemukan juga kardiomegali dan pitting
edema tungkai bilateral. Dari EKG didapatkan gelombang P di lead II >2.5 mm.

Diagnosis yang paling tepat pada pasien ini adalah?


A.Emfisema
B.PPOK eksaserbasi akut
C.Gagal jantung kanan
D.Gagal jantung kiri
E.Cor Pulmonale
SOAL NO. 5
Laki-laki 55 tahun ke poliklinik dengan keluhan sesak napas sejak >3 bulan yang lalu.
Sesak dirasakan terus menerus saat beraktivitas maupun istirahat. Pasien sering bangun
malam hari karena sesak, riwayat hipertensi 10 tahun tidak rutin minum obat. TD
160/100, HR 96, RR 32, suhu 36,9. JVP 5+3, ronkhi +/+, edema kedua tungkai, foto toraks
kardiomegali

Apa diagnosis kasus tersebut?


A.Emboli paru
B.Angina pectoris stabil
C.Asma kardiak
D.PPOK
E.Gagal jantung kronik
SOAL NO. 5
Laki-laki 55 tahun ke poliklinik dengan keluhan sesak napas sejak >3 bulan yang lalu.
Sesak dirasakan terus menerus saat beraktivitas maupun istirahat. Pasien sering bangun
malam hari karena sesak, riwayat hipertensi 10 tahun tidak rutin minum obat. TD
160/100, HR 96, RR 32, suhu 36,9. JVP 5+3, ronkhi +/+, edema kedua tungkai, foto toraks
kardiomegali

Apa diagnosis kasus tersebut?


A.Emboli paru
B.Angina pectoris stabil
C.Asma kardiak
D.PPOK
E.Gagal jantung kronik
SOAL NO. 6
Seorang perempuan 55 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas
sejak 1 tahun. Sesak memberat bila pasien beraktivitas berat. Pasien sering
terbangun saat tidur karena sesak dan tidur dengan 2 bantal. Pasien memiliki
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan
tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 100x/menit, frekuensi napas 22 x/menit, suhu
afebris. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda kongesti.

Apakah tatalaksana yang tepat pada pasien di atas?


A. ACE inhibitor dan nitrat
B. ACE inhibitor dan beta-blocker
C. Calcium channel blocker dan beta-blocker
D. Calcium channel blocker dan loop diuretic
E. Nitrat dan loop diuretic
SOAL NO. 6
Seorang perempuan 55 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas
sejak 1 tahun. Sesak memberat bila pasien beraktivitas berat. Pasien sering
terbangun saat tidur karena sesak dan tidur dengan 2 bantal. Pasien memiliki
hipertensi sejak 10 tahun yang lalu. Pada pemeriksaan tanda vital ditemukan
tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 100x/menit, frekuensi napas 22 x/menit, suhu
afebris. Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan tanda kongesti.

Apakah tatalaksana yang tepat pada pasien di atas?


A. ACE inhibitor dan nitrat
B. ACE inhibitor dan beta-blocker
C. Calcium channel blocker dan beta-blocker
D. Calcium channel blocker dan loop diuretic
E. Nitrat dan loop diuretic
ACLS Aritmia &
Syok
ACLS ARITMIA DAN SYOK

Cardiac
Takiaritmia Bradiaritmia
Arrest

Syok
VES/PVC
Kardiogenik

PERKENI. Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 dewasa di Indonesia PB Perkeni: Jakarta; 2019
CARDIAC
ARREST
SKDI 3B
High Quality CPR
Push fast
Push hard
(kecepatan
(minimal 5 cm
kompresi 100-
untuk dewasa)
120/min)
Complete
recoil Hindari
ventilasi
setelah setiap berlebihan
kompresi

Interupsi
minimal

Prakoso R, Rizki, Fauzan F, Satria M, Priyanti DA, Firsty TE. Panduan khusus bantuan hidup jantung dasar. Jakarta: PERKI; 2021
The Cardiac Arrest Rhythm - Shockable
Ventrikel tersusun atas area miokardium normal bergantian dengan
area iskemi, luka, atau infark, menyebabkan pola depolarisasi
ventrikel yang chaotic (semrawut

Nadi hilang saat onset VF → tidak perlu


cek nadi

Terapi:
Memperpanjang
Mencegah
periode kematian
refibrilasi
reversible
•Oksigen •Amiodarone
•CPR
•Intubasi
•Epinefrin

Prakoso R, Rizki, Fauzan F, Satria M, Priyanti DA, Firsty TE. Panduan khusus bantuan hidup jantung dasar. Jakarta: PERKI; 2021
The Cardiac Arrest Rhythm - Non Shockable

Konduksi kardiak terjadi dengan pola terorganisasi,


tetapi gagal untuk memproduksi kontraksi miokardium
(dulu disebut electomechanical dissociation)

Asystole

Prakoso R, Rizki, Fauzan F, Satria M, Priyanti DA, Firsty TE. Panduan khusus bantuan hidup jantung dasar. Jakarta: PERKI; 2021
SKDI 3B
TAKIARITMIA
Supraventrikular Takikardia Atrial Fibrilasi Ventrikular Takikardia
Laju 150–250 x/menit >350 x/menit 100–250 x/menit
irama Reguler Irreguler Reguler
Gelombang P Tidak terlihat Tidak telrihat Tidak ada
Interval PR Sulit dinilai Sulit dinilai Tidak ada

Torsades De Pointes Ventrikular Fibrilasi Sinus Takikardia


Laju 200–250 x/menit Tidak dapat dinilai >100 x/menit
irama Irreguler Kacau Reguler
Gelombang P Tidak ada Tidak ada Normal
Interval PR Tidak ada Tidak ada Normal

Tidak masuk algoritma takiaritmia, langsung


tatalaksana penyebab takikardi
SKDI 3B
TAKIARITMIA
• Oxygen (2 LPM via nasal
kanul)

• Pasang akses IV
• Monitor blood pressure,
SpO2 heart rate and
rhythm

Prakoso R, Rizki, Fauzan F, Satria M, Priyanti DA, Firsty TE. Panduan khusus bantuan hidup jantung dasar. Jakarta: PERKI; 2021
SKDI 3B
TAKIARITMIA
PSVT, Atrial Flutter Atrial Fibrillation VT monomorfik Torsades de
Carotid Sinus Massage Pointes
Manuver Vagal CCB non dihidropiridin Procainamide 10 Magnesium IV 1-2
Evaluasi kontraindikasi:  • Diltiazem 15-20 mg IV mg/kgBB gram
Adenosine 6 mg IV – 12 - 12 • Verapamil 2.5-5 mg IV
• Riwayat event vaskular (infark
miokard, TIA, stroke) CCB, BB Digoksin Sotalol IV 0100 mg
• Riwayat VT / VF Amiodarone 150 mg IV
• Bruit karotis
• Riwayat adverse reaction
terhadap CSM

Note:

• Lakukan CSM sambil monitor


ritme. Jika gagal → reevaluasi
→ Jika pasien stabil lakukan
manuver vagal pada sisi
kontralateral

Prakoso R, Rizki, Fauzan F, Satria M, Priyanti DA, Firsty TE. Panduan khusus bantuan hidup jantung dasar. Jakarta: PERKI; 2021
SKDI 3B
BRADIARITMIA
SKDI 3B
BRADIARITMIA

Prakoso R, Rizki, Fauzan F, Satria M, Priyanti DA, Firsty TE. Panduan khusus bantuan hidup jantung dasar. Jakarta: PERKI; 2021
SKDI 3A
VES / PVC
VES / PVC
Kriteria VES Benign vs
Malignant
>6 dalam 1 menit
R on T
Infark Miokard
Polimorfik
Repetitif dan konsekutif (bigemini, trigemini)

Tata Laksana VES


Asimptomatik: Simptomatik:
• tidak perlu dilakukan terapi, • Farmakologi: CCB non
hanya perlu reassurance, tidak dihidroiridin (Verapamil,
pelru terapi obat-obatan diltiazem), beta blocker,
amiodarone
• Koreksi elektrolit: terutama
magnesium dan kalium
• Terapi definitif : ablasi radio
frekuensi
SYOK KARDIOGENIK
Tipe Preload Afterload Contractility Fluid Challenge
Hipovolemik   
(dehidrasi, perdarahan) • Memberi cairan
Distributif   
koloid atau
(anafilaksis, neurogenik) kristaloid 250–
500mL selama 20–
Kardiogenik   
30 menit
(CHD, miokarditis, aritmia, infark
miokard)
• Apabila membaik →
Obstruktif    syok hipovolemik
(tamponade, pneumothorax, PE)

Dissociative   
(Anemia, hipotiroid, keracunan
CO)
SYOK KARDIOGENIK
iBU (doBUtamin)
HANGAT

• TDS <90
• Tanpa syok

baPA (doPAmin) DINGIN

• TDS <90
• Dengan syok
• FR <50x/menit

NEne (NorEpinefrin)
DINGIN

• TDS <90
• Dengan syok
• FR >50x/menit

Tanda syok : CRT >2 dtetik, akral


dingin
SOAL NO. 7
Seorang laki-laki, usia 58 tahun, datang ke IGD dengan keluhan berdebar disertai lemas
badan. Keluhan nyeri dada dan sesak disangkal. Pada PF ditemukan TD 120/70 mmHg,
nadai 160x/menit reguler, Nafas 22x/menit, suhu afebris. Terdengar bruit karotis. Hasil
EKG ditemukan gambar di bawah ini.

Apa terapi yang tepat pada kasus ini?


A. Carotid massage
B. Defibrilasi
C. Adenosin flush 6 mg
D. Amiodaron 150 mg drip
E. Kardioversi 50 joule
SOAL NO. 7
Seorang laki-laki, usia 58 tahun, datang ke IGD dengan keluhan berdebar disertai lemas
badan. Keluhan nyeri dada dan sesak disangkal. Pada PF ditemukan TD 120/70 mmHg,
nadai 160x/menit reguler, Nafas 22x/menit, suhu afebris. Terdengar bruit karotis. Hasil
EKG ditemukan gambar di bawah ini.

Apa terapi yang tepat pada kasus ini?


A. Carotid massage
B. Defibrilasi
C. Adenosin flush 6 mg
D. Amiodaron 150 mg drip
E. Kardioversi 50 joule
SOAL NO. 8
Tn. R usia 57 tahun, dibawa keluarga ke IGD karena tidak sadar sejak 15 menit yang lalu.
Sebelumnya pasien mengeluh nyeri dada kiri seperti tertindih barang berat yang
menjalar ke pundak dan lengan kiri. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan TD
60/palpasi, nadi 140x/menit dan lemah, nafas 25 x/menit, suhu afebris. Akral dingin,
basah, dan pucat. Hasil EKG menunjukkan ST elevasi. Telah dilakukan fluid challenge
namun tidak menunjukkan peningkatan TD.

Terapi yang paling tepat diberikan adalah


A.Pemberian dopamine
B.Pemberian dobutamine
C.Pemberian epinefrin
D.Pemberian norepinefrin
E.Pemasangan oksigen masker
SOAL NO. 8
Tn. R usia 57 tahun, dibawa keluarga ke IGD karena tidak sadar sejak 15 menit yang lalu.
Sebelumnya pasien mengeluh nyeri dada kiri seperti tertindih barang berat yang
menjalar ke pundak dan lengan kiri. Saat dilakukan pemeriksaan fisik didapatkan TD
60/palpasi, nadi 140x/menit dan lemah, nafas 25 x/menit, suhu afebris. Akral dingin,
basah, dan pucat. Hasil EKG menunjukkan ST elevasi. Telah dilakukan fluid challenge
namun tidak menunjukkan peningkatan TD.

Terapi yang paling tepat diberikan adalah


A.Pemberian dopamine
B.Pemberian dobutamine
C.Pemberian epinefrin
D.Pemberian norepinefrin
E.Pemasangan oksigen masker
SOAL NO. 9
Seorang wanita usia 70 tahun datang ke UGD dengan keluhan lemas dan
keringat dingin, seperti ingin pingsan. Pemeriksaan fisik TD 80/60mmHg, Nadi
50x/m, RR 18x/m, Suhu 37 C. Pada pemeriksaan EKG, ditemukan gambaran
sebagai berikut.

Apa tatalaksana yang paling tepat pada pasien ini?


A. Sulfas atropin 1 mg IV bolus
B. Sulfas atropin 0,5 mg IV bolus
C. Pacemaker
D. Kardioversi 100 J
E. Monitoring dan observasi
SOAL NO. 9
Seorang wanita usia 70 tahun datang ke UGD dengan keluhan lemas dan
keringat dingin, seperti ingin pingsan. Pemeriksaan fisik TD 80/60mmHg, Nadi
50x/m, RR 18x/m, Suhu 37 C. Pada pemeriksaan EKG, ditemukan gambaran
sebagai berikut.

Apa tatalaksana yang paling tepat pada pasien ini?


A. Sulfas atropin 1 mg IV bolus
B. Sulfas atropin 0,5 mg IV bolus
C. Pacemaker
D. Kardioversi 100 J
E. Monitoring dan observasi
SOAL NO. 10
Laki-laki, 50 tahun datang ke IGD dengan keluhan jantung berdebar-debar. Pemeriksaan
fisis TD 130/90 mmHg, HR 150 x/menit, RR 24 x/menit, suhu afebris.

Tatalaksana yang tepat adalah


A.Verapamil
B.Digoxin
C.Amlodipine
D.Nifedipine
E.Adenosine
SOAL NO. 10
Laki-laki, 50 tahun datang ke IGD dengan keluhan jantung berdebar-debar. Pemeriksaan
fisis TD 130/90 mmHg, HR 150 x/menit, RR 24 x/menit, suhu afebris.

Tatalaksana yang tepat adalah


A.Verapamil
B.Digoxin
C.Amlodipine
D.Nifedipine
E.Adenosine
Penyakit Katup
Jantung
PENYAKIT KATUP JANTUNG

Stenosis dan Endokarditis


Regurgitasi Infektif

PERKENI. Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 dewasa di Indonesia PB Perkeni: Jakarta; 2019
SKDI 2
PENYAKIT KATUP JANTUNG
Katup Murmur Murmur
Sistolik Diastolik

Aorta / Stenosis Regurgitasi


Pulmonal

Mitral / Regurgitasi Stenosis


Trikuspid
SKDI 2
PENYAKIT KATUP JANTUNG
SKDI 2
ENDOKARDITIS INFEKTIF
Infeksi pada endokardium

Etiologi Gejala dan Tanda


SKDI 2
ENDOKARDITIS INFEKTIF
Diagnosis (Duke’s Criteria)
EI Definitif Kriteria Mayor

• Kriteria Patologis Kultur Darah Positif


• Lesi patologis : vegetasi / abses intrakardiak pada (Patogen tipikal dari minimal 2 kultur terpisah)
histologi ATAU Ekokardiografi menemukan tanda keterlibatan endokardium
• Mikoorganisme : dari kultur/ pemeriksaan histologi (Vegetasi endokardium, abses perivalvular,dehisence parsial baru dari katup prostetik, regurgitasi
vegetasi / abses intrakardiak katup baru)
• Kriteria klinis Kriteria Minor
• 2 kriteria mayor ATAU
• 1 kriteria mayor dan 3 minor ATAU Predisposisi Demam
• 5 kriteria minor Penyakit jantung / penggunaan obat-obatan ≥38 C
intravena
Bukti mikrobiologi Fenomena vaskular
EI Possible 1 kultur darah positif (kecuali koagulase-negative emboli arteri, aneurisma mycotic, infark, septic
staphylococcus atau organisme lain yang tidak pulmonary infarcts, perdarahan konjungtiva, lesi
• 1 kriteria mayor dan 1 minor ATAU menyebabkan endokarditis Janeway
• 3 kriteria minor
Temuan ekokardiografi
konsisten dengan endokarditis, tetapi tidak termasuk kriteria mayor
EI Rejected

• Diagnosis alternatif lain telah ditegakkan ATAU


• Resolusi manifestasi klinis setelah ≤4 hari terapi
antibiotik ATAU
• Tidak ada bukti patologis dari EI saat operasi / autopsi
setelah terapi antibiotik ≤4 hari
SKDI 2
ENDOKARDITIS INFEKTIF
Tata Laksana

Oksigenasi

Cairan Intravena yang cukup

Antipiretik

Antibiotik

• Endokarditis katup asli karena Streptococcus viridans dan Str. Bovis:


• Penisilin G kristal 12-28 juta unit / 24 jam IV kontinu atau 6 dosis terbagi selama 4 minggu
atau seftriakson 2 gram 1x/hari IV atau IM selama 4 minggu
• Regimen untuk Methicilin Susceptible Staphylococi
• Nafsilin atau Oksasilin 2g IV tiap 4 jam selama 4-6 minggu dengan opsional ditambah
gentamicin sulfat 1 mg/kgBB IM atau IV tiap 8 jam selama 3–5 hari
SOAL NO. 11
Laki-laki usia 50 tahun datang ke klinik dokter karena sesak napas dan mudah lelah saat
berjalan menaiki tangga. Pasien juga mengeluhkan tidur dengan 3 bantal dan sering
terbangun malam hari karena sesak napas. Pemeriksaan fisik didapatkan TD
150/50mmHg, nadi 90x/m, RR 22 x/m, Suhu 36,5 C. Terdapat water hammer pulse pada
palpasi a. radialis. Pada PF prekordial, ditemukan S3 gallop dan bising diastolik pada ICS 3
garis parasternal kiri.

Manakah patofisiologi yang benar pada penyakit pasien?


A. Insufisiensi katup mitral
B. Stenosis katup mitral
C. Insufisiensi katup aorta
D. Stenosis katup trikuspid
E. Insufisiensi katup pulmonal
SOAL NO. 11
Laki-laki usia 50 tahun datang ke klinik dokter karena sesak napas dan mudah lelah saat
berjalan menaiki tangga. Pasien juga mengeluhkan tidur dengan 3 bantal dan sering
terbangun malam hari karena sesak napas. Pemeriksaan fisik didapatkan TD
150/50mmHg, nadi 90x/m, RR 22 x/m, Suhu 36,5 C. Terdapat water hammer pulse pada
palpasi a. radialis. Pada PF prekordial, ditemukan S3 gallop dan bising diastolik pada ICS 3
garis parasternal kiri.

Manakah patofisiologi yang benar pada penyakit pasien?


A. Insufisiensi katup mitral
B. Stenosis katup mitral
C. Insufisiensi katup aorta
D. Stenosis katup trikuspid
E. Insufisiensi katup pulmonal
SOAL NO. 12
An. F, 12 tahun, mengeluh demam sejak 2 minggu terakhir, disertai dengan nyeri pada
sendi lutut dan tumit, serta . Pasien memiliki VSD yang terdiagnosis sejak kecil dan sudah
dilakukan prosedur operasi. Pada pemeriksaan TTV didapatkan TD 100/70 mmHg, HR
100x/menit, RR 18x/menit, suhu 38o C. pada funduskopi didapatkan bercak kemerahan
dengan area sentral pucat disertai splinter hemorrhage. Dokter mencurigai kondisi pasien
saat ini adalah endokarditis infektif.

Temuan berikut ini yang belum dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti
adalah
A.Abses pada endokardium yang ditemukan melalui ekokardiografi
B.Regurgitasi katup jantung onset baru
C.Hasil kultur menunjukkan adanya Cardiobacterium hominis
D.Adanya kondisi penyerta berupa glomerulonefritis
E.Tampak massa yang bergetar pada katup jantung melalui ekokardiografi
SOAL NO. 12
An. F, 12 tahun, mengeluh demam sejak 2 minggu terakhir, disertai dengan nyeri pada
sendi lutut dan tumit, serta . Pasien memiliki VSD yang terdiagnosis sejak kecil dan sudah
dilakukan prosedur operasi. Pada pemeriksaan TTV didapatkan TD 100/70 mmHg, HR
100x/menit, RR 18x/menit, suhu 38o C. pada funduskopi didapatkan bercak kemerahan
dengan area sentral pucat disertai splinter hemorrhage. Dokter mencurigai kondisi pasien
saat ini adalah endokarditis infektif.

Temuan berikut ini yang belum dapat digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti
adalah
A.Abses pada endokardium yang ditemukan melalui ekokardiografi
B.Regurgitasi katup jantung onset baru
C.Hasil kultur menunjukkan adanya Cardiobacterium hominis
D.Adanya kondisi penyerta berupa glomerulonefritis
E.Tampak massa yang bergetar pada katup jantung melalui ekokardiografi
Penyakit
Jantung
Bawaan
PENYAKIT JANTUNG BAWAAN

Acyanotic Cyanotic
(VSD, ASD,
PDA) (ToF, TGA)

PERKENI. Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 dewasa di Indonesia PB Perkeni: Jakarta; 2019
SKDI 2
Penyakit Jantung Bawaan
Jenis Clinical findings Kelainan yang ditemukan Tatalaksana

Patent Ductus Acyanotic • Kecil : asimptomatik • Continuous murmur at 2th intercostal • Transcatheter PDA closure kurang
Arteriosus • Besar: poor weight gain, exercise intolerance space, left parasternal line dari usia 1 tahun
• Lebih sering pada prematur • LVH

Ventricular Acyanotic • Kecil : asimptomatik • Murmur baru muncul pada minggu ke-2– • Kebanyakan spontaneous closure,
septal Defect • Besar : poor weight gain, poor growth, sesak, 6 terutama ukuran kecil
berkeringat berlebih, gagal jantung • Murmur Pansystolic grade 3/6 or higher • Transcatheter/Surgical closure jika
at 3- 4th intercostal space, left simptomatik
parasternal line
• Sering ada thrill
• LVH
Atrial Septal Acyanotic, • Sebagian besar asimptomatik, bahkan pada • S2: wide dan fixed split • Transcatheter/Surgical closure jika
Defect normal cardiac ukuran besar --> incidental finding • Ejection systolic murmur 2th intercostal simptomatik, sebelum usia sekolah
output space, left parasternal line
• RAH / RVH

Tetralogy of Cyanotic • Cyanosis • Ejection systolic murmur at 2nd • Segera setelah lahir: IV prostaglandin
Fallot (VSD + • Dyspneu on exertion → squatting position intercostal space, left parasternal line E1 (0.01-0.20 μg/kg/min) dilatasi
Pulmonary • Hypoxic Spell • Sering ada thrill duktus arteriosus sampai operasi
stenosis + dapat dilakukan
overriding • Palliatif : Blalock-Taussig shunt
aorta + RVH) • Definitif : surgical therapy

Transposition Cyanotic • Cyanosis + takipnea 🡪 harus segera operasi • Arterial Po2 is low • Segera setelah lahir: IV prostaglandin
of Great • Kebanyakan meninggal (jika tidak ada foramen • Chest x ray / Echo : abnormal position of E1 (0.01-0.20 μg/kg/min) dilatasi
Arteries ovale and the ductus arteriosus) the great arteries duktus arteriosus sampai operasi
dapat dilakukan
• Definitif : surgical therapy

Kliegman, et al. Nelson textbook of pediatrics. 20th ed. Philadelphia: Elsevier; 2016
SKDI 2
ACYANOTIC

Ventricular Septal Defect Atrial Septal Defect


Holosystolic murmur LLSB ICS 4-5 Wide fixed splitting S2 (P2 slower)
Ejection systolic ULSB ICS 2
SKDI 2
ACYANOTIC
Patent Ductus Arteriosus

Continuous murmur
ULSB
ICS 2
SKDI 2
CYANOTIC
Tetralogy of Fallot

Typical VSD and


Ejection systolic
ULSB due to
severe PS
SKDI 2
CYANOTIC
Transposition of Great Arteries

NO MURMUR, SIANOSIS ONLY


SKDI 2
CYANOTIC
Tetralogy of Fallot
Transposition of Great Arteries
SOAL NO. 13
Anak laki-laki, usia 4 bulan dibawa ibunya ke dokter untuk kontrol pertumbuhan dan
perkembangan rutin. Ibu pasien mengeluhkan bahwa bibir anak sering biru ketika anak menangis
sejak 1 bulan terakhir. Keluhan menghilang dengan sendirinya, tetapi dapat muncul lagi beberapa
hari kemudian. Anak lahir cukup bulan, langsung menangis dan tidak biru. Akhir-akhir ini ibu pasien
juga mengeluhkan anaknya membutuhkan waktu lebih lama untuk menyusu. TTV dalam batas
normal. Dari auskultasi didapatkan murmur ejeksi sistolik pada ICS II-III garis parasternal kiri.

Apakah diagnosis yang tepat?


A. Transposition of great artery
B. Tetralogy of Fallot
C. Ventricular septal defect
D. Atrial septal defect
E. Patent ductus arteriosus
SOAL NO. 13
Anak laki-laki, usia 4 bulan dibawa ibunya ke dokter untuk kontrol pertumbuhan dan
perkembangan rutin. Ibu pasien mengeluhkan bahwa bibir anak sering biru ketika anak menangis
sejak 1 bulan terakhir. Keluhan menghilang dengan sendirinya, tetapi dapat muncul lagi beberapa
hari kemudian. Anak lahir cukup bulan, langsung menangis dan tidak biru. Akhir-akhir ini ibu pasien
juga mengeluhkan anaknya membutuhkan waktu lebih lama untuk menyusu. TTV dalam batas
normal. Dari auskultasi didapatkan murmur ejeksi sistolik pada ICS II-III garis parasternal kiri.

Apakah diagnosis yang tepat?


A. Transposition of great artery
B. Tetralogy of Fallot
C. Ventricular septal defect
D. Atrial septal defect
E. Patent ductus arteriosus
SOAL NO. 14
By. Putra, usia 2 bulan, dibawa orang tuanya ke dokter dengan keluhan sesak
napas sejak 2 hari terakhir. Sebulan terakhir, pasien menyusu terputus-putus.
Berat badan pasien sulit naik. Riwayat biru saat kelahiran disangkal, tubuh
pasien tidak pernah terlihat kebiruan selama ini. Pada pemeriksaan didapatkan
adanya murmur holosistolik grade 3/6 pada sela iga ke-4 linea parasternalis kiri,
tidak meningkat saat inspirasi.

Struktur yang kemungkinan mengalami gangguan adalah...


A.Duktus arteriosus
B.Septum interatrial
C.Septum interventrikular
D.Katup trikuspid
E.Katup pulmonal
SOAL NO. 14
By. Putra, usia 2 bulan, dibawa orang tuanya ke dokter dengan keluhan sesak
napas sejak 2 hari terakhir. Sebulan terakhir, pasien menyusu terputus-putus.
Berat badan pasien sulit naik. Riwayat biru saat kelahiran disangkal, tubuh
pasien tidak pernah terlihat kebiruan selama ini. Pada pemeriksaan didapatkan
adanya murmur holosistolik grade 3/6 pada sela iga ke-4 linea parasternalis kiri,
tidak meningkat saat inspirasi.

Struktur yang kemungkinan mengalami gangguan adalah...


A.Duktus arteriosus
B.Septum interatrial
C.Septum interventrikular
D.Katup trikuspid
E.Katup pulmonal
Penyakit
Vaskular
PENYAKIT VASKULAR

Buerger
Diseksi Aorta PAD, ALI, CLI
Disease

Insufisiensi Tromboemboli
Vena Kronik Vena

PERKENI. Pedoman pengelolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 dewasa di Indonesia PB Perkeni: Jakarta; 2019
SKDI 1
DISEKSI AORTA
Diseksi aorta adalah robekan pada tunika intima Tatalaksana
aorta yang menimbulkan aliran darah dari lumen
aorta menuju tunika media Obat anti-
Tujuan:
hipertensi

Etiologi • TEVAR, dan • Menurunkan


open surgical tekanan
• Hipertensi → 75% kasus repair sistolik
• Trauma tindakan intravaskular → 5% kasus (target 100-
• <40 tahun→ Marfan dan kehamilan
120 mmHg)
• Menurunkan
nadi <60 bpm
• Mengurangi
kontraksi
ventrikel kiri

Braverman AC. Diseases of the aorta. In: Bonow RO, Mann DL, Zipes DP, Libby P. Braunwalds heart disease, A Textbook of Cardiovascular Medicine. 10th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders; 2015. p. 1277-1303.
Creager MA, Loscalzo J. Chapter 38: diseases of the aorta. In Loscalzo J. Harrison's cardiovascular medicine. 2nd ed. McGraw Hill; 2013. P. 467-75.
SKDI 1
ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS
Aneurisma aorta: dilatasi diameter aorta ≥50% dari
ukuran normal (diameter ≥ 30 mm)

Lokasi: aorta abdominal (paling sering), aorta thoracalis,


arteri perifer dan arteri serebral

Tipe aneurisma:

• True aneurysm: dilatasi pada seluruh 3 lapis dinding aorta


• Fusiform → dilatasi simetris melibatkan seluruh diameter pembuluh
darah
• Saccular → dilatasi sebagian dari diameter pembuluh darah
• Pseudoaneurysm: dilatasi pada lapisan terluar pembuluh darah →
Terjadi akibat ekstravasasi darah yg terjadi karena robekan antara
tunika intima dan media → darah terperangkap di antara lapisan
pembuluh darah

Lily LS. Pathophysiology of Heart Disease. 6th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2016.
SKDI 1
ANEURISMA AORTA ABDOMINALIS
• Etiologi: utamanya berkaitan dengan Manifestasi klinis

proses degenerasi & aterosklerosis → • Tersering: asimptomatis


• Massa pulsatil yang tidak nyeri pada abdomen
FR merokok, hipertensi, dislipidemia, laki-
• Nyeri punggung atau nyeri abdomen kronik
laki, usia (>65 tahun) • Hematuria / perdarahan saluran cerna
– Terdapat predisposisi genetik yang juga Komplikasi dari AAA: Ruptur AAA
berperan
• Lokasi: infrarenal (Tersering), suprarenal, • Gejala: nyeri abdomen, punggung atau pinggang mendadak
• Ruptur ke kavum retroperitoneal, rongga abdomen, atau usus
pararenal, juxtarenal halus
• Menimbulkan syok hemoragik

Penunjang → imaging

• USG: baik untuk screening dan surveillance


• CT scan angiografi: dilakukan u/ AAA ukuran besar, ruptur AAA,
menentukan pilihan pembedahan
• CTA & MRA: gold-standard u/ penilaian preoperatif dan post-
operatif

Tata laksana

• Repair endovaskular

Lily LS. Pathophysiology of Heart Disease. 6th ed. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2016.
SKDI 2
PENYAKIT ARTERI PERIFER
= Peripheral Arterial Disease (PAD)

Fontaine Rutherford Deskripsi Klinis


Etiologi : Proses atherosclerosis Grade Category

Faktor risiko : Diabetes, Merokok, I 0 Asimptomatik


dislipidemia, hipertensi
IIa 1 Klaudikasio ringan
Gejala dan tanda:
IIb 2 Klaudikasio sedang
• Gangguan sirkulasi → kaki dingin, pulsasi
abnormal, CRT melambat 3 Klaudikasio berat
• ABI < 0,9
• Klaudikasio intermitten III 4 Ischemic rest pain

• Asimptomatik saat awal IV 5 Kehilangan jaringan ringan

6 Kehilangan jaringan berat


Dapat berlanjut menjadi:
• Chronic limb threathening ischemia
• Gejala: rest pain ± ulkus
SKDI 2
PENYAKIT ARTERI PERIFER
= Peripheral Arterial Disease (PAD)

Acute vs Chronic Limb Ischemia


Akut (ALI) Kronik (CLI / CLTI)
<2 minggu >2 minggu
Gejala: Gejala:
• 6P : Pain (Nyeri iskemik yang • Nyeri tetap saat istirahat (rest
berat) pain)
• Pallor, Paraesthesia, • Ulkus / gangrene yang tidak
Pulselessness, sembuh
Poikilothermia, paralysis → Ulkus kering, tepi lesi
meninggi, pucat, dasar bersih
(tidak ada jaringan granulasi

Etiologi: Etiologi:
• Emboli • Atherosclerosis
SKDI 2
PENYAKIT ARTERI PERIFER
= Peripheral Arterial Disease (PAD)
SKDI 2
PENYAKIT ARTERI PERIFER
= Peripheral Arterial Disease (PAD)

Tatalaksana

PAD (klaudikasio intermitten) Critical Limb Ischemia Acute Limb Ischemia

• Exercise • Perawatan Luka • Segera revaskularisasi dalam 6


• Arteriodilator (cilostazol (KI: • Antibiotik jam
CHF), pentoxyfiline • Revaskularisasi : endovascular • Tatalaksana: embolektomi,
• Antikoagulan surgery trombolisis, heparin bolus 100
• Edukasi smoking cessation • Edukasi Smoking cessation U/kg, lanjut 150 U/kg/jam
BUERGER DISEASE
= (Tromboangiitis obliterans)
SKDI 2

Etiologi:
• Inflamasi pada arteri atau vena (vaskulitis)

Lokasi
• a. tibialis dan a. radialis

Epidemiologi:
• Terbanyak pada usia <35 tahun berhubungan dengan perokok

Gejala
• Klaudikasio intermitten, nyeri pada ujung kaki saat istirahat, dan
Gangren pada ujung jari gangren/ulkus pada ujung-ujung jari

Tata Laksana
• Cilostazol : inhibitor fosfodiesterase dengan efek vasodilator dan
antiplatelet, meningkatkan durasi olarhaga. Durasi 100 mg (2x
sehari), hati-hati pada gagal jantung (dosis menjadi 50 mg 2x sehari)
• Pentoxifylline : derivative xantin, meningkatkan aliran darah ke
mikrosirkulasi
SKDI 3A
INSUFISIENSI VENA KRONIK

unilateral

Gejala tambahan:

• Nyeri (pegal/berat)
• Provokasi dengan berdiri Vena verukosa —> C2
• Membaik dengan elevasi
Insufisiensi vena kronik —> C3 ke atas
SKDI 3A
INSUFISIENSI VENA KRONIK
Diagnosis Tatalaksana
Tredelenberg- Brodie Test Vena Varikosa

• Menghindari posisi berdiri terlalu lama


• Memakai kaus kaki elastis atau compression stocking
• Elevasi tungkai secara periodik
• Prosedur
• Indikasi : jika keluhan tetap ada, trombosis vena superfisial yang
rekuren
• Skleroterapi : jika varikosa kecil
• Radiofrekuensi endovenous : untuk mengatasi vena safena
magna inkompeten
• Ablasi laser
• Operasi : berupa ligasi dan stripping vena safena magna dan
parva

• Duplex Vena Insufisiensi vena kronik

• 1 minggu setelah diagnosis klinik • Menghindari posisi berdiri dan duduk terlalu lama
• Elevasi tungkai secara periodik
• Abnormalitas anatomi, patofisiologi • Memakai kaus kaki elastik atau compression stocking setiap hari
• MRV/CT venografi • Ulkus : kompres dan ditutup dengan occlusive hydrocolloid
• Operasi : jika ulkus berulang dan edema berat
• Tekanan vena ambulasi (baku emas)
SKDI 2
TROMBOEMBOLI VENA

Trombosis Emboli
Vena Paru
Dalam

Gejala:
• Nyeri saat berjalan, berdiri, dan
istirahat disertai tanda inflamasi
seperti merah (eritema), hangat, dsb
Tanda Homan :
• nyeri pada betis (Calf pain) saat
dilakukan dorsofleksi pada pedis
Faktor risiko:
• Well’s score
SKDI 2
DVT
Diagnosis DVT Wells Score
for DVT
Homan sign
Modifikasi Kriteria Wells Skor
Mengidap kanker yang aktif (pasien menerima tata laksana +1
kanker dalam 6 bulan terakhir atau sedang menggunakan terapi
paliatif)
Duplex USG Terdapat paralisis, paresis, atau imobilisasi dari tungkai bawah +1

USG Tirah baring >3 hari atau menjalani operasi bedah mayor dalam
12 minggu terakhir yang membutuhkan anestesi umum atau
+1

regional
Edema pitting pada tungkai yang simptomatis +1

D-dimer Local tenderness sepanjang distribusi sistem vena dalam +1


Pembengkakan seluruh tungkai +1
Pembengkakan betis (kira-kira 10 cm di bawah tuberositas +1
tibialis) >3 cm dibandingkan dengan tungkai yang asimptomatis

Venografi Pelebaran non-varicose vena superfisial pada sisi yang +1


simtomatis
(gold Riwayat DVT sebelumnya +1
standard) Adanya diagnosis alternatif yang menyerupai DVT -2
>1 : kemungkinan DVT tinggi
≤1: kemungkinan DVT rendah
SKDI 2
EMBOLI PARU
Emboli Paru (PE): Obstruksi mekanik pada pembuluh darah pulmoner akibat tromboemboli yang utamanya
disebabkan trombosis vena dalam (DVT) → salah satu jenis tromboemboli vena (VTE)

Faktor predisposisi utama VTE Pemeriksaan


(OR>10):
Diagnosis emboli paru penunjang
• D-dimer: terjadi
• Fraktur tungkai bawah • Utamanya datang peningkatan,
• Rawat inap akibat gagal jantung, dengan keluhan diutamakan pada PE
atrial fibrilasi, atau atrial flutter unlikely
dalam 3 bulan terakhir
dyspnea, nyeri dada
(pleuritik), pre- • EKG: classic sign
• Hip/knee replacement S1Q3T3
• Trauma mayor
sinkop/sinkop,
• USG doppler:
• Infark miokard dalam 3 bulan hemoptisis memeriksa aliran
terakhir • Menilai kemungkinan darah vena
• Riwayat VTE diagnosis PE dengan • CT pulmonary
• Cedera medula spinalis kriteria Geneva atau angiography: modalitas
Wells pilihan pada PE likely
• Ekokardiografi: eksklusi
diagnosis banding
SKDI 2
EMBOLI PARU
Kriteria Geneva Kriteria Wells

Temuan klasik
EKG PE (S1Q3T3)
SKDI 2
TROMBOEMBOLI VENA
Tatalaksana
DVT

• Antikoagulan:
• Indikasi : untuk mencegah perluasan trombus ke vena dalam dan mencegah
emboli paru
• Heparin 5000 unit IV setiap 4 jam selama 5–10 hari. Dihentikan jika PT
(protrombin time) mencapai 2-2.5 x normal (biasanya dalam 3-5 hari), dan
dilanjutkan dengan preparat oral sampai 3-4 hari
• Pada ibu hamil yang dipilih adalah LMWH

Emboli paru

• Stabilisasi hemodinamik
• Antikoagulan (pilihan → LMWH)
• Terapi reperfusi → trombolisis
SOAL NO. 15
Tn. YG, 66 tahun, dibawa oleh keluarganya ke IGD dengan keluhan nyeri dada
hebat yang terjadi secara tiba-tiba 30 menit lalu. Nyeri dada dirasakan sangat
hebat, seperti tersayat pisau. Nyeri menjalar hingga ke punggung belakang.
Pasien memiliki hipertensi sejak 6 tahun lalu, tetapi tidak rutin minum obat. Pada
CT scan toraks didapatkan adanya robekan seperti pada gambar.

Apakah diagnosis pasien berdasarkan klasifikasi Stanford?


A. Diseksi aorta tipe A
B. Diseksi aorta tipe B
C. Diseksi aorta tipe I
D. Diseksi aorta tipe II
E. Diseksi aorta tipe III
SOAL NO. 15
Tn. YG, 66 tahun, dibawa oleh keluarganya ke IGD dengan keluhan nyeri dada
hebat yang terjadi secara tiba-tiba 30 menit lalu. Nyeri dada dirasakan sangat
hebat, seperti tersayat pisau. Nyeri menjalar hingga ke punggung belakang.
Pasien memiliki hipertensi sejak 6 tahun lalu, tetapi tidak rutin minum obat. Pada
CT scan toraks didapatkan adanya robekan seperti pada gambar.

Apakah diagnosis pasien berdasarkan klasifikasi Stanford?


A. Diseksi aorta tipe A
B. Diseksi aorta tipe B
C. Diseksi aorta tipe I
D. Diseksi aorta tipe II
E. Diseksi aorta tipe III
SOAL NO. 16
Tn. C, 66 tahun dibawa ke IGD oleh istri karena mengeluh nyeri perut hebat
mendadak sejak 1 jam yang lalu. Nyeri juga dirasakan pada bagian punggung.
Riwayat nyeri seperti ini sebelumnya disangkal. Pasien memiliki hipertensi sejak
5 tahun yang lalu, tetapi tidak rutin minum obat. Pemeriksaan fisik TD 80/50
mmHg, HR 105 kali/menit, RR 19 kali/menit, suhu 36,7 C, akral dingin dengan
CRT 3 detik. Pemeriksaan abdomen teraba massa pulsatil di regio umbilicalis.

Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien?


a. Nefrolitiasis
b. Infark miokard
c. Diseksi aorta
d. Ruptur aneurisma aorta abdominalis
e. Aneurisma aorta abdominalis
SOAL NO. 16
Tn. C, 66 tahun dibawa ke IGD oleh istri karena mengeluh nyeri perut hebat
mendadak sejak 1 jam yang lalu. Nyeri juga dirasakan pada bagian punggung.
Riwayat nyeri seperti ini sebelumnya disangkal. Pasien memiliki hipertensi sejak
5 tahun yang lalu, tetapi tidak rutin minum obat. Pemeriksaan fisik TD 80/50
mmHg, HR 105 kali/menit, RR 19 kali/menit, suhu 36,7 C, akral dingin dengan
CRT 3 detik. Pemeriksaan abdomen teraba massa pulsatil di regio umbilicalis.

Apakah kemungkinan diagnosis pada pasien?


a. Nefrolitiasis
b. Infark miokard
c. Diseksi aorta
d. Ruptur aneurisma aorta abdominalis
e. Aneurisma aorta abdominalis
SOAL NO. 17
Perempuan, 45 tahun ke IGD dengan keluhan nyeri kaki kanan, muncul tiba-tiba 4 jam
lalu disertai perubahan warna kulit kaki kanan menjadi pucat dan teraba dingin. Pasien
merokok sejak usia 20 tahun. Ayah pasien menderita jantung koroner. TD 150/80, nadi
100 x/menit, napas 20 x/menit, suhu 37 C. BB 80 kg, TB 155 cm, pulsasi pada arteri
dorsalis pedis kanan tidak teraba.

Diagnosis yang tepat adalah...


A.DVT
B.Iskemia tungkai akut
C.Flebitis
D.Tromboflebitis
E.Sindrom kompartemen akut
SOAL NO. 17
Perempuan, 45 tahun ke IGD dengan keluhan nyeri kaki kanan, muncul tiba-tiba 4 jam
lalu disertai perubahan warna kulit kaki kanan menjadi pucat dan teraba dingin. Pasien
merokok sejak usia 20 tahun. Ayah pasien menderita jantung koroner. TD 150/80, nadi
100 x/menit, napas 20 x/menit, suhu 37 C. BB 80 kg, TB 155 cm, pulsasi pada arteri
dorsalis pedis kanan tidak teraba.

Diagnosis yang tepat adalah...


A.DVT
B.Iskemia tungkai akut
C.Flebitis
D.Tromboflebitis
E.Sindrom kompartemen akut
SOAL NO. 18
Ny. Nadya, 45 tahun, mengeluh bengkak pada kaki kiri sejak 1 bulan yang lalu. Bengkak
terjadi terutama setelah pasien berdiri dalam waktu cukup lama karena aktivitasnya sehari-
hari yaitu mengajar murid SD. Selain itu, pasien juga menyadari pembuluh darah di kaki kiri
tampak menonjol dan tampak berkelok-kelok sejak 2 minggu terakhir. Pemeriksaan fisik
TTV dan status generalis dalam batas normal. Pada PF ekstremitas kaki kiri, terdapat
dilatasi vena yang berkelok seperti pada gambar. Dokter mencurigai pasien dengan
varikosa vena dan ingin melakukan pemeriksaan untuk menilai kompetensi katup vena
superfisial dan vena dalam.

Pemeriksaan apakah yang tepat?


a. Pemberton’s test
b. Allen test
c. Homan’s sign test
d. Trendelenburg test
e. Buerger test
SOAL NO. 18
Ny. Nadya, 45 tahun, mengeluh bengkak pada kaki kiri sejak 1 bulan yang lalu. Bengkak
terjadi terutama setelah pasien berdiri dalam waktu cukup lama karena aktivitasnya sehari-
hari yaitu mengajar murid SD. Selain itu, pasien juga menyadari pembuluh darah di kaki kiri
tampak menonjol dan tampak berkelok-kelok sejak 2 minggu terakhir. Pemeriksaan fisik
TTV dan status generalis dalam batas normal. Pada PF ekstremitas kaki kiri, terdapat
dilatasi vena yang berkelok seperti pada gambar. Dokter mencurigai pasien dengan
varikosa vena dan ingin melakukan pemeriksaan untuk menilai kompetensi katup vena
superfisial dan vena dalam.

Pemeriksaan apakah yang tepat?


a. Pemberton’s test
b. Allen test
c. Homan’s sign test
d. Trendelenburg test
e. Buerger test
SOAL NO. 19
Seorang laki-laki usia 30 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas dan nyeri
dada mendadak sejak 30 menit yang lalu. Keluhan tidur dengan >1 bantal, maupun
terbangun dari tidur karena sesak disangkal. Bengkak pada kaki disangkal. Pasien
sebelumnya menjalani operasi ORIF pada tibia sinistra 1 minggu SMRS. Pada
pemeriksaan fisik TD 120/80 mmHg, Nadi 85x/m, RR 26 x/m, suhu 36,7 C, saturasi O2
99%. PF jantung dan paru dalam batas normal. EKG, DPL, dan foto rontgen toraks dalam
batas normal.

Apa pemeriksaan penunjang yang selanjutnya dilakukan untuk menegakkan


diagnosis?
a.Echocardiography
b.CT angiogram
c.D-Dimer
d.Magnetic resonance angiography
e.Tidak perlu pemeriksaan penunjang
SOAL NO. 19
Seorang laki-laki usia 30 tahun datang ke UGD dengan keluhan sesak nafas dan nyeri
dada mendadak sejak 30 menit yang lalu. Keluhan tidur dengan >1 bantal, maupun
terbangun dari tidur karena sesak disangkal. Bengkak pada kaki disangkal. Pasien
sebelumnya menjalani operasi ORIF pada tibia sinistra 1 minggu SMRS. Pada
pemeriksaan fisik TD 120/80 mmHg, Nadi 85x/m, RR 26 x/m, suhu 36,7 C, saturasi O2
99%. PF jantung dan paru dalam batas normal. EKG, DPL, dan foto rontgen toraks dalam
batas normal.

Apa pemeriksaan penunjang yang selanjutnya dilakukan untuk menegakkan


diagnosis?
a.Echocardiography
b.CT angiogram
c.D-Dimer
d.Magnetic resonance angiography
e.Tidak perlu pemeriksaan penunjang
Bedah
Vaskular
SKDI 4
BEDAH VASKULAR
SKDI 4
ULKUS TUNGKAI
Tipe Lokasi yang sering Nyeri Karakteristik Lesi Inflamasi sekitar Penemuan terkait

Distal, dorsum kaki Berat, dapat berupa Ulkus kering, tepi Tidak ada - ABI < 0,9
klaudikasio hingga lesi meninggi, - Gangguan
resting pain pucat, dasar bersih sirkulasi → kaki
Ulkus iskemik (tidak ada jaringan dingin, pulsasi
(arteri) granulasi abnormal, CRT
melambat

Pada kalus / titik Tidak nyeri Punched out, ada Ada Gejala neuropati
tekanan (plantar sinus dalam
Ulkus neuropati sendi
metatarsofalangeal
ke-1 atau ke-5
1/3 betis bawah Ringan, membaik Ulkus basah, Ada Lipodermatofibrosis
medial dengan elevasi dangkal, tepi
Ulkus Vena
tumpul, dasar
bergranulasi
SKDI 4
ULKUS ISKEMIK
Fontaine Rutherford Deskripsi Klinis
Etiologi : Proses atherosclerosis
Grade Category
I 0 Asimptomatik
Faktor risiko : Diabetes, Merokok, IIa 1 Klaudikasio ringan
dislipidemia, hipertensi
IIb 2 Klaudikasio sedang
3 Klaudikasio berat
Gejala dan tanda:
III 4 Ischemic rest pain
• Ulkus kering, tepi lesi meninggi, pucat, dasar IV 5 Kehilangan jaringan ringan
bersih (tidak ada jaringan granulasi 6 Kehilangan jaringan berat
• Gangguan sirkulasi → kaki dingin, pulsasi
abnormal, CRT melambat
• ABI < 0,9 Tatalaksana Umum
• Klaudikasio intermitten
• Debridement
Dapat berlanjut menjadi: • Kontrol infeksi
• Wound dressing
• Chronic limb threathening ischemia • Kurangi tekanan
• Gejala: rest pain ± ulkus Tatalaksana Khusus
• Intermittent claudication : Cilostazol 1x 50 mg
• Revaskularisasi → terapi endovascular, operasi bypass
SKDI 4
PEMERIKSAAN KHUSUS ABI
SKDI 4
ULKUS DIABETIK
Triad :
Neuropathy, PAD, and minor repetitive trauma
SKDI 4
ULKUS DIABETIK
Pedis Classification Wagner Classification
SKDI 4
ULKUS DIABETIK
Tata Laksana (6 Pilar Kaki DM)

1.Kontrol Mekanik
2.Kontrol Luka
3.Kontrol Infeksi
4.Kontrol Vaskular
5.Kontrol Metabolik
6.Kontrol Edukasi
SKDI 4

ULKUS VENA
Etiologi:
• Insufisiensi vena: klasifikasi CEAP

Diagnosis:
• Riwayat gejala insufisiensi vena
lainnya
• Riwayat trauma, DVT, operasi
tungkai
• USG doppler
Tatalaksana:
• Stoking kompresi
• Wound and skin care
SKDI 4
ULKUS DEKUBITUS/PRESSURE ULCER
Etiologi:
• Imobilisasi, DM, usia lanjut
• Penekanan kulit terus menerus (>30 mmHg) + Grade 1 – Non Blanchable
rasa nyeri tidak terasa → hipoksia jaringan → Kulit intak
Erythema
nekrosis

Gejala & Tanda: Grade 2 : Partial Thickness Epidermis/dermis


Skin Loss
• Terutama pada daerah penonjolan tulang
• Atrofi kulit dan/atau otot
Grade 3 : Full Thickness Tulang, tendon, otot belum
Pencegahan : pindah posisi setiap Skin Loss terlihat
2 jam sekali
Grade 4 : Full Thickness Tulang, tendon, otot sudah
Tatalaksana: Tissue Loss terlihat / dapat dipalpasi

- Wound dressing (protective, moist, absorbent)


- Kontrol infeksi (AB jika selulitis)
- Debridement/nekrotomi jika jaringan nekrotik
- Kurangi tekanan → mobilisasi, Kasur decubitus

Kasur dekubitus
SOAL NO. 20
Nn. Ami, 27 tahun, datang ke poli dengan keluhan luka di sekitar mata kaki tungkai kiri.
Pasien juga merasakan muncul guratan kebiruan pada betis dan lipat lutut. Keluhan
mulai dirasakan sekitar 2 minggu belakangan. Akibat keluhannya tersebut, pasien harus
cuti dari pekerjaannya sebagai SPG. Riwayat penyakit lain disangkal. Pada pemeriksaan
didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 90x/menit, RR 18x/menit, suhu afebris.

Luka pada tungkai pasien tersebut merupakan jenis...


A. Ulkus tropikum
B. Ulkus dekubitus
C. Ulkus neurotropik
D. Ulkus arteriosus
E. Ulkus varikosus
SOAL NO. 20
Nn. Ami, 27 tahun, datang ke poli dengan keluhan luka di sekitar mata kaki tungkai kiri.
Pasien juga merasakan muncul guratan kebiruan pada betis dan lipat lutut. Keluhan
mulai dirasakan sekitar 2 minggu belakangan. Akibat keluhannya tersebut, pasien harus
cuti dari pekerjaannya sebagai SPG. Riwayat penyakit lain disangkal. Pada pemeriksaan
didapatkan TD 130/80 mmHg, HR 90x/menit, RR 18x/menit, suhu afebris.

Luka pada tungkai pasien tersebut merupakan jenis...


A. Ulkus tropikum
B. Ulkus dekubitus
C. Ulkus neurotropik
D. Ulkus arteriosus
E. Ulkus varikosus
SOAL NO. 21
Seorang laki-laki usia 50 tahun diantar dengan keluhan luka pada telapak kaki kanan
yang tidak pernah disadari sebelumnya, tidak terasa nyeri, tidak gatal. Pasien
mengatakan baru saja mengganti sepatu dan memang terasa lebih sempit. Pasien
terdiagnosis diabetes sejak 20 tahun lalu dan tidak rutin kontrol ataupun menjaga gaya
hidup. Status lokalis ulkus disertai abses.

Berapakah stadium wagner pasien?


A. Wagner 0
B. Wagner 1
C. Wagner 2
D. Wagner 3
E. Wagner 4
SOAL NO. 21
Seorang laki-laki usia 50 tahun diantar dengan keluhan luka pada telapak kaki kanan
yang tidak pernah disadari sebelumnya, tidak terasa nyeri, tidak gatal. Pasien
mengatakan baru saja mengganti sepatu dan memang terasa lebih sempit. Pasien
terdiagnosis diabetes sejak 20 tahun lalu dan tidak rutin kontrol ataupun menjaga gaya
hidup. Status lokalis ulkus disertai abses.

Berapakah stadium wagner pasien?


A. Wagner 0
B. Wagner 1
C. Wagner 2
D.Wagner 3
E. Wagner 4

Anda mungkin juga menyukai