Anda di halaman 1dari 9

KEKERASAN DALAM OLAHRAGA

ABSTRAK
Berbagai peristiwa kekerasan dalam olahraga sepakbola yang instensitasnya meningkat pada satu
dekade ini bukan semata persoalan yang dapat dikaji melalui pendekatan sosiologis, tetapi juga
mdalui pendekatan hukum karena dalam peristiwa kekerasan tersebut sering dipicu oleh perilaku
agresif para pemain dilapangan. Sosialisasi kegiatan, meliputi pemberian materi tentang
Kekerasan dalam Olahaga di SMK KesehatanTerpadu Megarezky . pada , tanggal 18 bulan Juli
tahun 2023 antara pukul 09:00 – 12.00 wita. Total peserta 30 orang yang mengikuti kegiatan ini,
dimana peserta 25 orang Remaja .pendekatan hukum, tepatnya hukum keolahragaan dapat
digunakan untuk menelaah fenomena kerusuhan tersebut dan mentransformasikannya dalam
bentuk peraturan atau undang-undang tentang kekerasan khususnya dalam olahraga sepakbola.
Kekerasan dapat dilakukan oleh siapa saja dan dari golongan mana saja, tidak hanya orang-orang
biasa lapi para pemimpin dan pejabat pun tidak luput dari berbuat kekerasan, entah kekerasan
dalam bentuk pidana ataupun pelanggaran biasa yang keduanya tetap memilik konsekuensi
hukum. Demikian halnya dalam olahraga, olahraga sepakbola misalnya, kekerasan dalam arti
fisik dan psikis juga sering kita jumpai, sehingga patut ditelisik apakah setiap tindakan kekerasan
yang terjadi mempakan tindak pidana atau murni tindak kekerasan biasa. Hal inilah yang
menarik unluk dikaji lebih dalam untuk menemukan jawabannya dari segi hukum. Karena kajian
tindak kekerasan ini sangat luas, maka penyusun hanya membatasi pada konsekuensi hukum dan
tindak pidana dalam pandangan hukum Islam. Karya-karya tentang teks hukum Islam dan
pendapat para ulama yang membahas tindak kekerasan merupakan rujukan primer yang diambil
oleh penyusun dalam mendeskripsikan untuk mcncari batasan serta konsekuensi hukuman bagi
pelaku tindak kekerasan, bahwa secara umum tindak kekerasan merupakan suatu bentuk tindak
pidana (jarimah) yang oleh karenanya dikenakan sanksi hukum. Hal menarik dalam kekerasan
pada konteks ini adalah bahwa tindak pidana kekerasan yang terjadi berbaur dan tidak lepas dari
motivasi olahraga (sepakbola) yang notabene permulaan penciptaannya untuk menjaga kesehatan
jasmani. yang dianjurkan dalam Islam. Dalam hukum Islam, tindak kekerasan yang terjadi,
dalam hal apapun dan bagaimanapun kondisi yang menyertainya, tetap merupakan "tindak
pidana" yang menuntut dikenakannya sanksi hukum.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Olahraga adalah segala aktifitas fisik yang sistematis yang mendorong manusia untuk
mendorong, membina dan mengembangkan potensi jasmani,rohani,dan social Olahraga juga
sebagai alat pemersatu bangsa dan mampu mendorong manusia untuklebih bersikap positif.
Sedangkan kekerasan sebenarnya adalah suatu bentuk tingkahlaku yang di tunjukan untuk
menyakiti orang lain baik secara fisik maupun mental.Pada dasarnya kekerasan diperlukan untuk
meraih suatu tujuan prestasi,namun dizaman sekarang kekerasan lebih cenderung pada hal yang
negatif seperti kekerasan antar pemain,pemain dengan wasit,sampai kekerasan antar supporter.
Kekerasan yang biasa terjadi dalam masyarakat dikarenakan adanya konflik sosial di dalam
masyarakat. Konflik sosial berarti pertentangan antara kelompok-kelompok sosial dalam
masyarakat yang diikat atas dasar suku, ras, jenis kelamin, kelompok, status ekonomi, status
sosial, bahasa, agama, dan keyakinan politik.

Kekerasan dalam olahraga telah dimaksudkan oleh Tenebaum dan rekan sebagai komponen
agresi fisik dan psikologis. Lebih tepatnya, kekerasan dalam olahraga telah didefinisikan sebagai
“perilaku yang menimbulkan bahaya yang tidak memiliki hubungan langsung dengan tujuan
kompetitif olahraga, dan oleh karena itu, terkait dengan insiden agresi yang tidak terkendali di
luar aturan olahraga, daripada perilaku yang sangat kompetitif dalam olahraga. batas aturan”
Memang, kekerasan dalam olahraga berhubungan dengan tindakan agresif, ilegal, bermusuhan
yang selalu disengaja. Jika seorang atlet tidak berniat menyakiti lawannya dan dia menggunakan
perilaku yang sah untuk mencapai tujuannya, maka atlet tersebut tidak terlibat dalam perilaku
agresif tetapi dalam perilaku asertif. Dalam hal ini, perbedaannya adalah niat: ketika seorang
atlet memiliki perilaku asertif, tujuannya adalah untuk memaksakan dominasi daripada melukai
lawan .Misalnya, tindakan seperti mengatasi rugby atau mengontrol hoki es dapat menjadi asertif
jika atlet melakukannya dengan adil; namun, tindakan yang sama ini mewakili agresi
(bermusuhan atau instrumental) jika niat atlet menyebabkan cedera.

Bahkan pendukung dan penonton dapat menunjukkan agresi yang bermusuhan dan instrumental,
misalnya ketika mereka secara verbal menyinggung atlet, pelatih, wasit, atau melempar benda ke
lapangan ke atlet atau tim lawan: dalam hal ini, jika tujuannya adalah untuk menyinggung secara
psikologis atau secara fisik, itu akan dianggap sebagai bentuk agresi permusuhan; sebaliknya,
jika tujuannya adalah untuk mengalihkan perhatian pemain(-pemain) lawan secara tidak adil atau
untuk mendapatkan keuntungan secara tidak wajar untuk tim mereka, itu akan dianggap sebagai
perilaku instrumental yang agresif. Memang, “mereka yang memiliki perhatian yang sah dan
tulus untuk semua tingkatan olahraga, mulai dari pengalaman masa kanak-kanak hingga
kelompok usia dan kompetisi master, perlu sangat menyadari momok negatif dari agresi dan
kekerasan. Ini berlaku sama untuk perilaku partisipan dan perilaku penonton.
METODE PELAKSANAAN
1. Metode yang digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat ini adalah:
a) Sosialisasi kegiatan, meliputi pemberian materi tentang “KEKERASAN DALAM
OLAHRAGA” di SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar
b) Diskusi/Tanya jawab: Pada bagian ini, siswa SMK Kesehatan Terpadu Megarezky Makassar
diharapkan mengajukan pertanyaan sebagai bahan diskusi.
c) Pemecahan masalah: Pemateri memberikan tips atau solusi dalam mencegah kekerasan dalam
olahraga
2. Waktu dan cara Pelaksanaan
Kegiatan PKM ini dilaksanakan di SMA Negeri 14 Maros pada hari senin, tanggal 12 bulan Juni
tahun 2023 antara pukul 09:00 – 12.00 WITA. Total peserta 38 orang yang mengikuti kegiatan
ini, dimana peserta 25 orang dari unsur anggota dan 13 orang dan dari unsur mahasiswa.

HASIL PEMBAHASAN
A. Kekerasan
Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik yang berlebihan, yang menyebabkanatau
tenaga besar untuk menimbulkan kerusakan atau kehancuran. Kekerasan merupakantindakan
agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemukulan, pemerkosaan, dan lain-lain)yang menyebabkan
atau dimaksudkan untuk menyebabkan penderitaan atau menyakitiorang lain, dan tergantung
pada situasi dan nilai-nilai sosial yang terkait dengankekejaman.Pada dasarnya kekerasan dalam
olahraga diperlukan untuk meraih suatu tujuan prestasi,namun di zaman sekarang kekerasan
lebih cenderung pada hal yang negatifseperti kekerasan antar pemain,pemain dengan
wasit,sampai kekerasan antar supporter.
olahraga biasanya merujuk pada tindakan fisik yang disengaja dengan kekerasan dan seringkali
berbahaya yang tidak perlu yang dilakukan selama, atau dimotivasi oleh, permainan olahraga ,
seringkali terkait dengan olahraga kontak seperti sepak bola Amerika , hoki es , sepak bola rugby
, lacrosse , sepak bola asosiasi , tinju , campuran . pencak silat , gulat , dan polo airdan, ketika
mengacu pada para pemain itu sendiri, seringkali melibatkan kontak fisik yang sangat keras atau
berpotensi ilegal di luar tingkat kontak normal yang diharapkan saat bermain olahraga. Tindakan
kekerasan ini dapat mencakup upaya yang disengaja untuk mencederai pemain atau pelatih oleh
pemain atau pelatih lain, tetapi juga dapat mencakup ancaman cedera fisik atau cedera fisik
aktual yang diderita oleh pemain atau pelatih oleh penggemar atau mereka yang menonton
olahraga, atau ancaman dan tindakan kekerasan yang dilakukan oleh suporter atau penonton
terhadap suporter lawan atau penonton lainnya.

B. Jenis Tingkah laku Kekerasan


Pada dasarnya suatu bentuk kekerasan di bedakan menjadi dua yaitu
kekerasaninstrumental aggression dan hostile aggression :
1.Instrumental aggressionTingkah laku kekerasan ini adalah suatu bentuk tingkah laku kekerasan
yang bersifat positif,dengan tujuan untuk memperoleh suatu kemenangan dan sesuaidengan
aturan yang di tetapkan pada suatu pertandingan,contoh dari kekerasan iniseperti menendang
pada cabang pencak silat atau memukul pada olahraga tinju
2.Hostile aggressionTingkah lekerasan ini adalah kekerasan yang bersifat negatif,dan kekerasan
yangmenyakiti orang lain dan tidak sesuai dengan aturan permainan. Kekerasaninisangat
bertentangan dengan azaz fair play yang selalu di usung dalam suatu permainan contoh dalam
jenis ini adalah memukul wasit,menciderai lawan sertamelakukan tindakan rasisme

C. Faktor yang mempengaruhi terjadinya kekerasan dalam olahraga


Kekerasan disebabkan oleh faktor internal dan eksternal, dimana faktor-faktortersebut berkaitan
erat dengan kondisi biologis, psikologis, dan sosio-kultural seseorang,dan faktor kebiasaan
menjadikan kekerasan sebagai cara menyelesaikan masalah, sertamemudarnya penghargaan
terhadap nilai-nilai kemanusiaan.Salah satu contohnya yaitukerusuhan supporter sepakbola
dimana ada beberapa faktor yang menjadi penyebabanarkisme suporter. Yang paling berpengaruh
seperti :
1.Faktor pendidikan,Mengapa pendidikan? Karena suporter yang melakukan kekerasan
adalahorang-orang yang tidak punya latar pendidikan yang baik. Ini bukan sekedar pendidikan
formal, karena kadangkala pendidikan formal juga tidak menjamin. Yang paling penting adalah
pendidikan agama, pendidikan moral, juga pendidikan tentang kebangsaan. Kalau sudah dibekali
tiga hal itu, mustahilmereka masih mau berbuat anarkis saat menjadi suporter.Maka benar
pendapat orang bahwa kedewasaan suporter di suatu masyarakattergantung bagaimana tingkat
pendidikan di masyarakat tersebut.
2.Kemiskinan,Selain pendidikan, kemiskinan juga diyakini sebagai pemicu tindak
kekerasan.Para suporter yang sering melakukan kekerasan, mereka adalah orang-orangyang
berlatar ekonomi lemah.
Apa hubungannya? Itu karena tindak kekerasan lebih mudah dilakukan olehmiskin sebagai
bentuk pengalihan terhadap tekanan ekonomi. Mereka gampangtersulut, tidak berpikir panjang
tentang masa depannya karena merasa sudahnasibnya untuk jadi orang susah.
3.FanatismeFanatisme yang tertanam pada supporter anarkis tentu sudah kelewat batas dantidak
proporsional. Kecintaan yang terlalu dalam bahkan melebih kecintaan pada diri sendiri.
Akibatnya mereka akan lebih mudah untuk membenci pihakyang berlawanan.
4.Premanisme,Budaya premanisme juga satu fenonema sendiri yang turut menjadi
penyebab.Semua bentuk perkelahian massal, tawuran atau pengroyokan, baik dilakukan pelajar,
supporter, ataupun warga biasa adalah manifestasi dari budaya premanisme.
5.Pengelola yang permisif.Terakhir, pengelola sepakbola yang tidak profesional punya andil
yang paling besar. Jika ada korban jiwa akibat bentrokan, para pengelola sepak bola baruramai-
ramai untuk turun tangan.
Ibaratnya hanya menangani masalah permukaannya saja, mereka tidak berpikir bagaimana
menyelesaikan akar masalah dari supporter itu.
Bisa jadi para pengelola seperti PSSI dan manajemen klub memang sengajamembiarkan.
Pasalnya supporter yang militan itu sama dengan ramainya tiket penonton dan larisnya
merchandise. Artinya mereka adalah potensi pemasukanutama bagi klub. Semoga saja dugaan ini
tidak benar.

D. Contoh kasus kekerasan dalam olahraga


1.Haringga SirlaPemuda berusia 23 tahun, tewas setelah dikeroyok sejumlah orang saat
akanmenyaksikan pertandingan antara klub kesayangannya, Persija, dengan Persib,di Gelora
Bandung Lautan Api (GBLA), Bandung, Minggu (23/9/2018)kemarin. Keberadaannya sebagai
JakMania diketahui sekelompok orang.Haringga dikeroyok hingga meninggal dunia di lokasi
kejadian. Kepolisiansudah menetapkan 8 orang sebagai tersangka dalam kasus in

2.Ricko Andrean Maulana Ricko (22)adalah salah seorang Bobotoh atau pendukung Persib
Bandung yang meninggaldunia karena sekelompok orang mengiranya seorang JakMania. Ia
dikeroyokoleh sekelompok Bobotoh, saat istirahat pasca babak pertama pertandinganPersib
melawan Persija di GBLA, Bandung, pada 22 Juli 2017. Meski sudahmembela diri dengan
menunjukkan KTP Bandung, Ricko tetap dikeroyokhingga sempat tidak sadarkan diri. Setelah
dirawat 5 hari di RS Santo Yusup,Kota Bandung, akhirnya ia dinyatakan meninggal dunia.
3.Harun Al Rasyid Lestaluhu (30)menjadi korban kekerasan yang dilakukan sekelompok orang
beratribut Persibsaat melintas di kawasan Tol Palimanan, Cirebon, Jawa Barat, pada 6 November
2016. Harun dan rombongan tengah melakukan perjalanan dari Solomenuju Jakarta. Sehari
sebelumnya, mereka baru saja menyaksikan laga antaraPersija dan Persib di Stadion Manahan,
Surakata. Bus yang mereka tumpangidilempari batu oleh sekelompok orang berkaos biru. Untuk
itu, rombongankeluar dan melakukan pengejaran. Namun, Harun justru dikeroyok oleh
massayang juga membawa senapan angin. Ia pun tewas dalam kejadian itu.

4.Andika Andika (15)yang merupakan pendukung Sriwijaya FC akhirnya tewas setelah


mengalami pendarahan akibat 3 tusukan di perut dan kepala saat terjadi bentrokantarpendukung
di Gelora Sriwijaya Jakabaring, Palembang. Kejadian naas ituterjadi pada 18 Februari 2014 saat
Sriwijaya FC melawan kesebelasan asalJepara, Persijap. Seusai pertandingan yang dimenangkan
oleh Sriwijaya itu,Andika dan teman-temannya keluar meninggalkan stadion. Sekelompok orang
berkaos hitam terlihat datang menyerang dengan menggunakan berbagai senjatatajam. Teman-
teman Andika berhasil menghindar, namun tidak dengan dirinya.

5.Erik SetiawanPengeroyokan terhadap Erik Setiawan (17) asal Gresik, terjadi saat ia
tengahmenyaksikan pertandingan antara Persegres versus Arema di Stadion Tridarma,Gresik. Ia
dikeroyok hingga tewas pada 26 Maret 2013. Kericuhan ini bermulasaat rombongan Aremania
melintas di Ruas Tol Surabaya-Gresik dilempari batuoleh massa yang diduga salah satu
kelompok suporter sepak bola. Kericuhan itumelumpuhkan jalan tol dan memunculkan sejumlah
kerugian akibat kerusakanyang dihasilkan. Pasca kejadian tersebut, ijin tanding kesebelasan
Persebaya diSurabaya dicabut sampai waktu yang belum ditentukan.

E. Akibat dari Kekerasan dalam Olahraga


1.Timbulnya banyak korban luka-luka bahkan kematian bagi kedua belah pihaksuporter yang
berseteru, penonton umum, dan masyarakat umum
2.Kerusakan yang terjadi pada fasilitas-fasilitas yang berada di dalam stadion. Jikakerusuhan
terjadi di luar stadion, dapat merusak fasilitas umum di jalanan,kendaraan, serta bangunan
gedung atau rumah yang terkena lemparan batu.
3.Trauma yang dialami masyarakat umum terhadap pertandingan yang digelar.Penonton umum
yang tidak terlalu fanatik menjadi cemas dan takut untukmenyaksikan pertandingan lagi.
4.Hilangnya nilai sportivitas.
F. Cara mencegah terjadinya kekerasan dalam olahraga
Langkah yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalah tersebut ada dua yaitu upayarepresif
dan upaya preventif. Upaya represif yang dilakukan secara garis besar adalahmenerapkan sanksi
hukuman sesuai dengan pedoman masing-masing sesuai dengangolongan pelanggaran yang
dilakukan oleh suporter, Upaya preventif yang dilakukansecara garis besar adalah melakukan
sosialisasi untuk meminimalisir aksi kekerasan didalam maupun di luar stadion.

SOLUSI
5 Cara Atasi Kekerasan Suporter Sepak Bola
1. Pisahkan alur jalan masuk dan keluar stadion
Sejak tahun 1970-an, Inggris sudah melakukan upaya ini. Asosiasi Sepak Bola Inggris (FA)
melarang dua kubu pendukung bertemu di luar stadion dengan cara memisahkan alur jalan
masuk dan keluar penonton kedua kubu

2. Larang suporter menonton di stadion


Jika masih ada suporter yang nakal, memberikan sanksi larangan menonton langsung di stadion
adalah tindakan berikutnya. Tapi sayangnya, upaya ini hanya untuk mencegah kekerasan di
dalam stadion. Penonton biasanya akan mencari tempat lain untuk menonton sepak bola
sehingga kemungkinan terjadinya pertikaian antar-pendukung kembali terbuka. Ini pernah
terjadi di Turki.

3. Bekukan seluruh liga


Saat suporter Persija Haringga Sirla tewas dikeroyok oknum Bobotoh pada September tahun
lalu, PSSI menghentikan seluruh kompetisi untuk memperbaiki citra sepak bola Indonesia. Liga
Italia juga pernah melakukan ini pada 2007.
4. Beri pelatihan suporter
Klub Belgia, Standard Liege membuka program pelatihan suporter di mana anak-anak
penggemar sepak bola dibekali pemahaman seputar fatalnya melakukan kekerasan baik untuk
orang lain maupun diri sendiri. Ya, menanamkan nilai-nilai toleransi sejak dini sangatlah penting
5. Siapkan polisi anti-huru hara
Di Rusia, polisi anti-huru hara disiapkan untuk menindak para pelaku kekerasan dalam sepak
bola. Mereka dilengkapi pakaian pelindung dan helm serta tameng, pentungan dan gas air mata.
KESIMPULAN
Kekerasan dalam bentuk kekerasan fisik yang berlebihan yang menyebabkan atau berpotensi
menimbulkan kerusakan atau kehancuran bukanlah hal yang baru untukolahraga.Dampak yang
paling penting dari kekerasan dalam olahraga mungkin bagaimana orangmenggunakannya untuk
menegaskan kembali ideologi dari "superioritas alami manusia" berdasarkan pada keyakinan
bahwa kemampuan untuk terlibat dalam kekerasan adalahmenjadi bagian dari esensi laki-
laki.Kekerasan antara penonton dipengaruhi oleh kekerasan bermain di lapangan, dinamikamasa,
situasi pada acara itu sendiri, dan konteks sejarah dan budaya secara keseluruhan dimana
penonton hidup.Sama seperti kekerasan dalam olahraga mempengaruhi kehidupan kita, kondisi
sosial disisa hidup kita mempengaruhi kekerasan dalam olahraga.

DAFTAR PUSTAKA
Tenebaum G, Stewart E, Singer R, Duda J (1997) Agresi dan kekerasan dalam olahraga: berdiri
posisi ISSP. J Sports Med Phys Fit 37:146–150

LeUnes ID, Nation JR (1989) Psikologi olahraga: pengantar. Nelson Hall, Chicago

Terry PC, Jackson JJ (1985) Penentu dan kontrol kekerasan dalam olahraga. Pertanyaan 3:27–37

Thirer J (1993) Agresi. Dalam: Singer RN, Murphey M, Tennant LK (eds) Handbook of research
on sport psychology. Macmillan, hal 365–378
Anshel MH (1990) Sportpsikologi: dari teori ke praktek. Gorsuch Scarisbrick, Scottsdale

Dollard J, Doob L, Miller N, Mowrer O, Sears R (1939) Frustrasi dan agresi. Yale University
Press, New Haven

Berkowitz L (1969) Akar agresi: pemeriksaan ulang hipotesis frustrasi-agresi. Atherton, New
York

Walters GD (2000) Ingin melakukan agresi? Untuk mencari kepribadian yang rawan kekerasan.
Perilaku Kekerasan Agresi 5:177–190

Comisky PW, Bryant J, Zillman D (1977) Komentar sebagai pengganti tindakan. Komuni J
27:150–153

Anda mungkin juga menyukai