Anda di halaman 1dari 14

HUBUNGAN KONFORMITAS DAN OBEDIENCE DENGAN

AGRESIVITAS PADA ANGGOTA


PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE (PSHT)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

SYAFRIL PRASETIYO HUTOMO


F. 100080112

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2012
1
2
HUBUNGAN KONFORMITAS DAN OBEDIENCE DENGAN
AGRESIVITAS PADA ANGGOTA
PERSAUDARAAN SETIA HATI TERATE (PSHT)
Syafril Prasetiyo Hutomo
Mochammad Ngemron

Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta

Abstraksi
Perilaku agresi menjadi fenomena yang belum terselesaikan sampai saat ini.
Fenomena perilaku agresi ini juga dilakukan oleh anggota perkumpulan bela diri
Persaudaraan Setia Hati Terate. Perilaku agresi memberikan dampak secara fisik
bagi korban agresi, harta, bahkan juga nyawa. Dampak bagi korban agresi yang
kurang terlihat, namun berefek jangka panjang adalah menurunnya kesejahteraan
psikologis dan penyesuaian sosial yang buruk. Dua faktor yang mempengaruhi
perilaku agresi yaitu konformitas dan obedience.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah 1) Mengetahui
hubungan antara konformitas dan obedience dengan perilaku agresi anggota
Persaudaraan Setia Hati Terate. 2) Mengetahui hubungan antara konformitas dengan
obedience anggota Persaudaraan Setia Hati Terate. 3) Mengetahui hubungan antara
obedience dangan perilaku agresi anggota Persaudaraan Setia Hati Terate. 4)
Mengetahui hubungan antara konformitas dengan perilaku agresi anggota
Persaudaraan Setia Hati Terate. 5) Mengetahui tingkat konformitas anggota
Persaudaraan Setia Hati Terate. 6) Mengetahui tingkat obedience anggota
Persaudaraan Setia Hati Terate. 7) Mengetahui tingkat perilaku agresi anggota
Persaudaraan Setia Hati Terate. 8) Mengetahui besarnya sumbangan efektif
konformitas dan obedience terhgadap perilaku agresi anggota Persaudaraan Setia
Hati Terate.
Populasi dalam penelitian ini adalah anggota Persaudaraan Setia Hati Terate
di wilayah Jawa. Dalam penelitian ini jumlah populasi tidak mempunyai jumlah
yang tetap atau disebut invinite. Peneliti menentukan karakteristik sampel yaitu
anggota Persaudaraan Setia Hati Terate telah melakukan tindak agresi. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan yaitu teknik incidental (incidental sample).
Berdasarkan hasil pembahasan tentang hubungan antara hubungan antara
konformitas dan obedience dengan perilaku agresi anggota Persaudaraan Setia Hati
Terate dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1) Ada hubungan positif yang
sangat signifikan antara konformitas dan obedience dengan perilaku agresi anggota
Persaudaraan Setia Hati Terate. 2) Ada hubungan positif yang sangat signifikan
antara konformitas dengan obedience anggota Persaudaraan Setia Hati Terate. 3)
Ada hubungan positif yang signifikan antara obedience dangan agresi anggota
Persaudaraan Setia Hati Terate. 4) Tingkat konformitas anggota Persaudaraan Setia
Hati Terate tergolong sedang. 5) Tingkat obedience anggota Persaudaraan Setia Hati
Terate tergolong sedang. 6) Tingkat perilaku agresi anggota Persaudaraan Setia Hati
Terate tergolong sedang. 7) Besarnya sumbangan efektif konformitas dan obedience
terhadap perilaku agresi anggota Persaudaraan Setia Hati Terate sebesar 51,4%.

Kata Kunci : Konformitas, Obedience, Perilaku agresi.

3
PENDAHULUAN Perilaku agresi yang dilakukan
Persaudaraan Setia Hati Terate tidak hanya
Dari tahun tahun ke tahun perilaku menyerang perguruan silat lain, tetapi juga
agresi semakin meningkat. Perilaku agresi menyerang warga masyarakat sekitar.
tidak hanya dilakukan oleh remaja, tetapi Seperti yang diberitakan di
juga orangtua, sampai anak-anak., baik detiksurabaya.com (20/12/2009), yang
secara kelompok maupun individual. melaporkan ratusan anggota Perguruan
Perilaku agresi menjadi fenomena yang Pencak Silat terlibat tawuran dengan warga
belum terselesaikan sampai saat ini. di Kelurahan Candi, Kecamatan Kota
Fenomena perilaku agresi ini juga Jombang, Kabupaten Jombang. Tawuran
dilakukan oleh anggota perkumpulan bela dipicu ulah anggota pencak silat, yang
diri Persaudaraan Setia Hati Terate. menganiaya seorang warga.
Sebagai salah satu perkumpulan bela diri, Beberapa peritiwa yang dilakukan
secara umum bertujuan memberikan oleh anggota Persaudaraan Setia Hati
keterampilan-ketrampilan yang Terate tersebut menunjukkan bahwa tingkat
dipergunakan untuk pembelaan diri dari agresi anggota Persaudaraan Setia Hati
perbuatan orang lain yang mencelakai. Terate tinggi. Baron dan Byrne (2003)
Akan tetapi pada kenyataannya, ilmu bela menyatakan bahwa agresi sebagai suatu
diri yang dimiliki oleh individu bentuk perilaku yang ditujukan untuk
dipergunakan bukan untuk perlindungan melukai atau mencelakakan individu lain
diri, melakukan melakukan tindakan agresi. yang tidak menginginkan adanya perilaku
Perilaku agresi berujung pada tersebut. Perilaku agresi memberikan
kekerasan yang dilakukan Persaudaraan dampak secara fisik bagi korban agresi,
Setia Hati Terate tidak hanya bentrok harta, bahkan juga nyawa.
dengan Setia Hati Tunas Muda Winongo Riauskina, dkk (2005) menyatakan
saja, tetapi dengan perguruan pencak silat dalam penelitiannya bahwa salah satu
lainnya juga demikian seperti yang dilansir dampak dari kekerasan yang paling jelas
oleh Detiknews.com (2001) terjadi bentrok terlihat adalah kesehatan fisik. Dampak
antara Perguruan Pencak Silat Kera Sakti lain yang kurang terlihat, namun berefek
dengan PSHT di Kecamatan Kabuh jangka panjang adalah menurunnya
Kabupaten Jombang pada tanggal 12 kesejahteraan psikologis (psychological
November 2001 kejadian ini melibatkan well-being) dan penyesuaian sosial yang
ratusan orang dan terdapat 6 korban luka buruk. Dari penelitian yang dilakukan
parah dari pihak Kera Sakti. Perselisihan Riauskina dkk., ketika mengalami
tersebut diakhiri dengan tanda tangan MoU kekerasan, korban merasakan banyak emosi
kesepakatan damai oleh semua perguruan, negatif (marah, dendam, kesal, tertekan,
yang dilakukan oleh jajaran Muspida dan takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam)
semua ketua perguruan. namun tidak berdaya menghadapinya.
Peritistiwa agresi yang dilakukan Dalam jangka panjang emosi-emosi ini
PSHT selain di Jombang, PSHT juga dapat berujung pada munculnya perasaan
melakukan agrsi di Bojonegoro dengan rendah diri bahwa dirinya tidak berharga.
Perguruan Kera Sakti. Konflik antar Mengingat dampak yang diakibatkan
anggota perguruan silat ini dipicu dengan prilaku agresi tersebut, maka permasalahan
perkataan saling ejek pada Senin perilaku agresi dianggap penting.
(18/2/2008). Detiksurabaya.com Berkaitan dengan akibat dari
(19/2/2008) melansir sehari setelah rumah perilaku agresi, ada tiga jenis perilaku
anggota perguruan silat kera sakti (KS) agresi yaitu perilaku agresif secara fisik
dirusak oleh Persaudaraan setia hati terate atau verbal, secara pasif atau aktif, secara
(PSHT), giliran seorang murid perguruan langsung atau tidak langsung. Perilaku
silat Pagar Nusa (PN) yang dikeroyok. agresif fisik aktif secara langsung, missal :

1
menusuk, menembak, memukul orang lain. pimpinan kelompok atau aturan yang
Perilaku agresif fisik aktif secara tidak digunakan dalam kelompok. Meskipun
langsung , missalnya membuat jebakan perintah pimpinan dan aturan kelompok
untuk mencelakakan orang lain. Perilaku tidak sesuai dengan hatinya, individu
agresif fisik pasif secara langsung, tersebut akan tetap melakukannya,
missalnya tidak memberikan jalan untuk termasuk dalam melakukan perilaku agresi.
orang lain. Perilaku agresif fisik pasif Menurut Waller (dalam Dambrun
secara tidak langsung, misalnya menolak dan Elise, 2010) individu mau mematuhi
untuk melakukan sesuatu. Perilaku agresif perintah dari orang lain yang relatif
verbal aktif secara langsung, missalnya berkuasa untuk melakukan sesuatu yang
memaki-maki orang lain. menimbulkan rasa sakit pada orang lain
Individu melakukan agresi atau membahayakan jiwa orang lain agar
dipengaruhi oleh banyak faktor. Perilaku dapat diterima di lingkungan tersebut. Efek
agresi menurut Hadjam (dalam Haryono, dari menuruti perintah yang dapat
2010) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu membahayakan orang lain tersebut dapat
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor berupa tindakan radikal seperti, agresi,
internal meliputi kepribadian dan fisiologi, tindakan bom bunuh diri, tindak kriminal,
serta faktor eksternal faktor lingkungan pembunuhan orang atau suku lain yang
dalam lingkungan kelompok dan semuanya bersumber pada kepatuhan
lingkungan keluarga. Faktor eksternal seorang individu. Perilaku mau mematuhi
dalam lingkungan kelompok mempunyai perintah dari orang lain dan membahayakan
peran besar dalam perilaku agresi yang orang lain tersebut disebut Obedience.
dilakukan oleh individu. Faktor lingkungan Yukl dan Falbe (dalam Baron dan
yang membuat individu sering berada Byrne, 2003) menjelaskan bahwa
dalam kelompoknya. Agar individu dapat obedience merupakan hasil tingkah laku
melakukan penyesuaian diri dengan seseorang yang berasal dari permintaan
kelompoknya, sehingga individu orang lain. Biasanya individu melakukan
melakukan konformitas. perintah orang yang memiliki posisi
Konformitas menurut Kiesler dan berkuasa, karena orang-orang yang
Kiesler (dalam Rahmat, 2000) merupakan memiliki kekuasaan dapat menggunakan
perubahan perilaku atau keyakinan kearah pengaruhnya melalui suatu norma atau
kelompok sebagai akibat tekanan dan aturan tertentu yang cenderung mengikat
tuntutan yang hanya dibayangkan saja. Dari anggotanya. Banyaknya anggota yang
pendapat tersebut memperlihatkan bahwa setuju dan mau melakukan perintah
penyesuaian diri dan tingkah laku berasal pimpinan dapat terjadi dalam konformitas,
dari dalam diri individu dan agar dapat dimana seseorang akan melakukan perilaku
diterima oleh kelompoknya. Dijelaskan yang sama dengan kebanyakan anggota
oleh Ratna (2008) bahwa penyesuaian diri dalam suatu kelompoknya agar dapat
dapat bersifat positif ataupun negatif diterima dalm kelompok tersebut.
bergantung pada kelompok yang Atas dasar penjelasan tersebut,
melingkupinya. Jika positif maka akan penulis merumuskan masalah dalam
membangun citra kelompok tersebut, akan penelitian ini yaitu, “Apakah ada hubungan
tetapi jika mengarah pada hal negatif akan antara konformitas dan obedience dengan
membuat kerusakan, merugikan orang agresivitas pada anggota Persaudaraan
banyak dan memperburuk citra kelompok Setia Hati Terate (PSHT)?” Berdasarkan
tersebut. Agar dapat diterima dalam rumusan masalah terebut maka penulis
kelompok,, individu akan melakukan tertarik untuk melakukan penelitian dengan
berbagai cara untuk dapat diterima dalam judul “Hubungan konformitas Dan
kelompok tersebut. Salah satu caranya Obedience Dengan Agresivitas Pada
yaitu individu akan mematuhi perintah

2
Anggota Persaudaraan Setia Hati Terate budaya menunjukkan perbedaan dalam hal
(PSHT). toleransi dan perilaku agresif yang
diperbolehkan, frekuensi dari tindakan
agresif, dan kejadian yang berhubungan
Tujuan Penelitian dengan kejahatan dan kekerasan.
Berdasarkan rumusan masalah di Selanjutnya Supomo (2010)
atas, maka penelitian ini bertujuan : mendefinisikan perilaku agresif itu sendiri
1. Mengetahui hubungan antara adalah perilaku yang merugikan atau
konformitas dan obedience dengan menimbulkan korban pada pihak lain.
perilaku agresi anggota Persaudaraan Sears, dkk (1998) mengatakan bahwa
Setia Hati Terate. perilaku agresi adalah suatu tidakan yang
2. Mengetahui hubungan antara dimaksudkan untuk melukai orang lain
konformitas dengan obedience anggota yang berada disekitarnya. Jadi individu
Persaudaraan Setia Hati Terate. harus berintensi untuk melukai atau
3. Mengetahui hubungan antara mencelakakan orang lain. Sedangkan More
obedience dangan agresivitas anggota dan Fine (dalam Koeswara, 1998)
Persaudaraan Setia Hati Terate. mengatakan bahwa perilaku agresi adalah
4. Mengetahui hubungan antara tingkah laku kekerasan secara fisik maupun
konformitas dengan perilaku agresi secara verbal terhadap individu lain atau
anggota Persaudaraan Setia Hati terhadap subjek.
Terate. Kesimpulan bahwa pengertian
5. Mengetahui tingkat konformitas perilaku agresi merupakan perilaku
anggota Persaudaraan Setia Hati tindakan kekerasan atau penganiayaan pada
Terate. orang lain yang tidak disadari atau disadari
6. Mengetahui tingkat obedience anggota oleh individu, dengan tujuan untuk
Persaudaraan Setia Hati Terate. menyakiti secara fisik dan psikis.
7. Mengetahui tingkat perilaku agresi Aspek perilaku agresi antara lain
anggota Persaudaraan Setia Hati adalah aspek perilaku agresi yang berasal
Terate. dari dalam diri individu melipui ketegangan
8. Mengetahui besarnya sumbangan diri, frustasi, insting, kemarahan, dan
efektif konformitas dan obedience kebencian, serta perilaku agresi fisik dan
terhgadap perilaku agresi anggota verba. Aspek yang berasal dari luar diri
Persaudaraan Setia Hati Terate. individu yaitu lingkungan sosial.
Perilaku agresi dapat muncul dan
dipengaruhi oleh stimulus yang bersifat
LANDASAN TEORI dari luar diri individu yaitu provokasi,
1. Perilaku Agresi media massa, kekuasaan dan kepatuhan
Chaplin (2011) dalam kamus lengkap (obedience), dan pengaruh kelompok
Psikologi mendefinisikan perilaku agresi (konformitas). Selain itu juga ada faktor
merupakan kecenderungan perilaku yang dari dalam diri individu yang
menunjukkan permusuhan. Perilaku agresi mempengaruhi perilaku agresi individu
oleh masyarakat luas sering diidentikkan yaitu, jenis kelamin, dan keadaan fisik
dengan hal-hal ynag berhubungan dengan individu saat menghadapi bentuk provokasi
pertengkaran, pertikaian, perkelahian, dari orang lain.
perusakan dan penganiayaan. Goldstei dan
Segall (dalam Baron dan Byrne, 2003) 2. Konformitas
menyatakan bahwa meskipun perilaku Banyak ahli yang mendefinisikan
agresi kemungkinan besar merupakan secara berbeda-beda tentang konformitas
fenomena umum pada manusia, namun sebagai pengaruh sosial. Konformitas
penelitian perbandingan pada beberapa dipelajari secara sistematis pertama kali

3
oleh Salomon Asch (dalam Baron dan berstruktur, maka ia jarang membangun
Byrne, 2003). Berbeda dengan pendapat sudut pandang sendiri yang objektif dalam
yang dikemukakan oleh Kiesler dan Kiesler menilai stimulus tersebut, pandangannya
(dalam Rahmat, 2000) bahwa konformitas akan segera berubah ketika dihadapkan
merupakan perubahan perilaku atau pada pandangan orang lain.
keyakinan kearah kelompok sebagai akibat Dari penjelasan dari beberapa tokoh
tekanan dan tuntutan yang hanya di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
dibayangkan saja. Dari pendapat tersebut konformitas merupakan perubahan pola
memperlihatkan bahwa penyesuaian diri pikir, keyakinan dan tingkah laku individu
dan tingkah laku berasal dari dalam diri karena adanya tuntutan yang berupa
individu dan agar dapat diterima oleh batasan-batasan norma peraturan yang
kelompoknya. Penyesuaian diri ini dapat berlaku dalam kelompok.
bersifat positif ataupun negatif bergantung Aspek konformitas pada individu
pada kelompok yang melingkupinya berasal dari aspek normatif dan
(Ratna, 2008). Jika positif maka akan informasional dan dapat mempengaruhi
membangun citra kelompok tersebut, akan hubungan dengan masyarakat serta
tetapi jika mengarah pada hal negatif akan menjaga hubungan baik dalam kelompok
membuat kerusakan, merugikan orang jika benar-benar melakukan norma aturan
banyak dan memperburuk citra kelompok yang berlaku.
tersebut. Faktor yang memperngaruhi
Pendapat yang hampir sama konformitas antara lain fak tor personal
dikatakan oleh Baron dan Byrne (2003), yang datang dari dalm diri individu yang
yang menghubungkan konformitas dapat meliputi distorsi mulai dari kognitif,
mengubah tingkah laku seseorang. afektif, dan psikomotorik. Dan faktor lain
Konformitas merupakan suatu jenis yaitu situasional yang meliputi social
pengaruh sosial yang dapat mengubah support, group characteristic, dan task
tingkah laku individu agar sesuai dengan characteristic.
norma sosial yang berlaku. Adanya norma
sosial mendorong seseorang untuk 3. Obedience
melakukan penyesuaian diri baik berupa Obedience pertama kali dipelajari
tingkah laku maupun sikap. Norma-norma oleh Stanley Milgram pada suatu rangkaian
sosial tersebut dapat berupa aturan-aturan penelitian yang terkenal dan controversial.
yang berlaku di masyarakat dan telah Peng74ertian obedience yaitu, individu
menjadi suatu kebiasaan. Ada suatu akan melakukan tingkah laku atas dasar
kecenderungan yang kuat individu terhadap perintah orang lain meskipun tingkah laku
suatu norma yang ada dalam masyarakat tersebut membahayakan diri orang lain
atau kelompok mengenai individu tersebut (Baron dan Byrne, 2003).
bagaimana seharusnya bertingkah laku Sementara Sarlito (2009)
dalam berbagai situasi, kemungkinan mendefinisikan obedience adalah keadaan
timbul akan hal yang tidak disetujui dalam dimana seseorang pada posisi yang
bertingkah laku tersebut juga pasti akan berkuasa cukup mengatakan atau
muncul. Konformitas menurut Worchel dan memerintahkan orang lain untuk
Xooper (dalam Baron dan Byrne 2003) melakukan sesuatu. Menurut Milgram
merupakan perubahan perilaku individu (1993) individu akan menuruti segala
karena adanya tuntutan yang berupa perintah yang diberikan mekipun
batasan-batasan norma peraturan yang sebenarnya perintah tersebut
berlaku dalam kelompok. Lebih lanjut, membahayakan jiwa orang lain. Penelitian
Sherif (dalam Sidqon, 2001), menunjukkan akan obedience meskipun sedikit akan
ketika seseorang menghadapi stimulus tetapi ada penelitian tentang hal ini
dalam masyarakat yang ambigu dan tidak hasilnya cukup mengejutkan secara ilmiah

4
pernah dilakukan oleh Waller (2002) sebaliknya, mekin rendah skor skala yang
mendapatkan hasil bahwa seseorang akan diperoleh, makin rendah pula tingkat
timbul ekspresi kepuasan setelah konformitas anggota.
melakukan suatu perintah dari seseorang
untuk menyakiti orang lain. 2. Obedience
Aspek dari obedience antara lain Obedience merupakan suatu
loyalitas pada pimpinan, kepercayaan pada perilaku individu akan menuruti segala
pimpinan, peraturan yang berlaku dalam perintah yang diberikan mekipun
kelompok, implementasi pada peraturan, sebenarnya perintah tersebut
dan figur pimpinan yang memimpin membahayakan jiwa orang lain. Sehingga
kelompok tersebut. seorang individu akan merubah tingkah
Faktor-faktor yang berpengaruh lakunya saat mendapat perintah dari orang
dalam obedience adalah sifat yang dianggap penting atau berkuasa
kepemimpinan seorang pemimpin, perintah baginya. Obedience akan diungkap dengan
yang diberikan oleh seorang pemimpin, dan menggunakan skala obedience, aspek-
pola berpikir para anggota dalam aspeknya sesuai yang diungkapkan
kelompok. Milgram (dalam Baron dan Byrne, 2003)
yaitu: Kepercayaan akan perintah pimpinan
4. Hipotesis dan Implementasi pada peraturan. Dimana
Hipotesis yang diajukan dalam semakin tinggi nilai yang diperoleh maka
penelitian ini, sebagai berikut: akan semakin tinggi obedience yang
1. Hipotetsis mayor dimiliki oleh seororang anggota PSHT,
Ada hubungan antara konformitas sebaliknya bila nilai yang diperoleh rendah
dan obedience dengan perilaku agresi maka rendah pula tingkat obedience yang
anggota Persaudaraan Setia Hati Terate dimiliki anggota tersebut.
2. Hipotesis minor
a. Ada hubungan positif antara 3. Perilaku agresi
konformitas dengan perilaku agresi Perilaku agresi yaitu perilaku
pada anggota Persaudaraan Setia Hati tindakan kekerasan atau penganiayaan
Terate pada orang lain yang tidak disadari atau
b. Ada hubungan positif antara obedience disadari oleh individu, dengan tujuan
dengan perilaku agresi pada anggota untuk menyakiti secara fisik dan psikis.
Persaudaraan Setia Hati Terate Perilaku agresi pada anggota PSHT akan
diungkap dengan menggunakan skala
perilaku agresi, dengan aspek-aspeknya
METODE PENELITIAN yang diungkapkan Buss dan Perry (dalam
Baron dan Byrne, 2003) yaitu: agresi fisik,
Definisi Operasional agresi verbal, aspek kemarahan, dan aspek
1. Konformitas kebencian. Semakin tinggi nilai yang
Konformitas merupakan perubahan diperoleh dalam skala maka semakin
pola pikir, keyakinan dan tingkah laku tinggi pula perilaku agresi anggota PSHT
individu karena adanya tuntutan yang tersebut, namun sebaliknya bila nilai yang
berupa batasan-batasan norma peraturan diperoleh rendah maka rendah pula
yang berlaku dalam kelompok. Tingkat perilaku agresi anggota PSHT tersebut.
konformitas dapat diketahui dari skor skala
konformitas dengan aspek informasional Subyek Penelitian
dan aspek normatif yang dikemukakan oleh Populasi dalam penelitian ini adalah
Worchel dan Cooper (dalam Baron dan anggota Persaudaraan Setia Hati Terate di
Byrne, 2003). Semakin tinggi skor skala wilayah Jawa. Dalam penelitian ini jumlah
yang diperoleh, makin tinggi pula tingkat populasi tidak mempunyai jumlah yang
konformitas para anggota. Begitu pula tetap atau disebut invinite.
5
Peneliti menentukan karakteristik persaudaraan yang tinggi, hal tersebut
sampel yaitu anggota Persaudaraan Setia seperti yang dikemukakan oleh Banny dkk
Hati Terate telah melakukan tindak agresi. (2011) jika dalam kelompok mempunyai
Teknik pengambilan sampel yang hubungan pertemanan yang tinggi maka
digunakan yaitu teknik incidental individu akan membentuk layaknya sebagai
(incidental sample). Metode pengumpulan saudara yang bersedia melakukan perilaku
data dalam penelitian ini adalah metode maladaptive bagi saudara lainnya.
angket dengan alat pengumpul data Konformitas merupakan suatu jenis
menggunakan skala pengukuran psikologis. pengaruh sosial yang dapat mengubah
tingkah laku individu agar sesuai dengan
Pembahasan norma sosial yang berlaku. Adanya norma
Berdasarkan olah data dengan sosial mendorong seseorang untuk
program SPSS versi 15.00, diketahui melakukan penyesuaian diri baik berupa
bahwa pada level of significance (α) 0,01 tingkah laku maupun sikap. Norma-norma
diperoleh Fhitung = 51,262 dengan sig. sosial tersebut dapat berupa aturan-aturan
0,000 atau sig. F < 0,01. Dengan demikian yang berlaku di masyarakat dan telah
terbukti ada hubungan positif yang sangat menjadi suatu kebiasaan. Ada suatu
signifikan antara konformitas dan kecenderungan yang kuat individu terhadap
obedience dengan perilaku agresi secara suatu norma yang ada dalam masyarakat
bersamaan atau kelompok mengenai individu tersebut
Perilaku agresi adalah tingkah laku bagaimana seharusnya bertingkah laku
kekerasan secara fisik maupun secara dalam berbagai situasi, kemungkina timbul
verbal terhadap individu lain atau terhadap akan hal yang tidak disetujui dalam
subjek. Perilaku agresi kemungkinan besar bertingkah laku tersebut juga pasti akan
merupakan fenomena umum pada manusia, muncul.
namun penelitian perbandingan pada Jesse dkk (2011) menjelaskan jika
beberapa budaya menunjukkan perbedaan individu masuk dalam suatu kelompok
dalam hal toleransi dan perilaku agresif formal seperti klub olahraga yang
yang diperbolehkan, frekuensi dari menuliskan semua atuarn agar mematuhi
tindakan agresif, dan kejadian yang perintah pelatih maka perubahan tingkah
berhubungan dengan kejahatan dan laku yang disebabkan oleh aturan tersebut
kekerasan. dan kepatuhan menjalankan aturan tersebut
Persaudaraan Setia Hati Terate (obedience) menjadi hal yang penting dan
merupakan salah satu perguruan pencak perlu diperhatikan. Sarlito (2009)
silat dan salah satu yang tertua di mendefinisikan obedience adalah keadaan
Indonesia. Sebagai sebuah perguruan dimana seseorang pada posisi yang
pencak silat tentunya ada norma-norma berkuasa cukup mengatakan atau
atau standar nilai yang diyakini bersama, memerintahkan orang lain untuk
serta ada aturan baik tertulis maupun tidak melakukan sesuatu.
yang harus disepakati dan dijalankan tiap- Milgram (dalam Baron dan Byrne
tiap anggotanya. Standar nilai atau norma- 2003) melalui eksperimentnya
norma yang berkembang dalam kelompok mengungkapkan bahwa aspek dari
membentuk sikap konformis pada diri tiap- obedience yaitu : (1) Kepercayaan akan
tiap anggota PSHT. perintah pimpinan. Dalam eksperimennya
Sikap konformistis ada pada diri yang pertama menunjukan bahwa
tiap anggota agar individu diterima oleh partisipan percaya individu memberi
kelompoknya. Para anggota PSHT bahkan kejutan listrik yang sangat besar pada
bersedia melakukan tindak kekerasan jika korbannya, sehingga individu menuruti
salah satu dari anggota disakiti, ini timbul perintah tersebut dan dengan senang hati
karena sikap kekeluargaan dan melakukannya. (2) Implementasi pada

6
peraturan. Pada penelitian tersebut terdapat bersikap konformitas dan sebagian tidak
peraturan jika subjek salah menjawab konformitas. Sikap konformitas anggota
pertanyaan maka partisipan akan memberi PSHT membuktikan kemampuan anggota
kejutan listrik yang makin meningkat. dalam menyesuaikan diri di lingkungan
Partisipan mengimplementasi dan PSHT. Hal ini sependapat dengan Sherif
menerapkan peraturan tersebut dan selalu (1991) bahwa salah satu aspek untuk
mengikuti dari apa yang diperintahkan. mengunkapkan konformitas dapat diketahui
Faktor-faktor yang mempengaruhi melalui aspek aspek hubungan dalam
obedience sebagai bentuk dari pengaruh kelompok. Aspek ini merupakan
sosial menurut Baron dan Byrne (2008) penyesuaian diri yang timbul karena
antara lain : (1) Individu lepas tanggung adanya rasa solidaritas hubungan dengan
jawab pribadi atau pengalihan tanggung kelompoknya. Hal tersebut dapat
jawab. Pada banyak situasi, orang-orang memperlihatkan hubungan baik dalam
yang berkuasa membebaskan orang-orang kelompok mendorong orang melakukan
yang patuh dari tanggung jawab atas penyesuaian diri dengan aturan-aturan yang
tindakan individu, banyak orang mematuhi ada dalam kelompok tersebut.
perintah yang keras atau kejam. Pada Kategori obedience tergolong
situasi nyata, pengalihan tanggung jawab sedang, hal ini dapat terjadi mengingat
ini kemungkinan terjadi secara imlplisit, sebagian anggota PSHT ada yang taat
orang yang memegang kendali (misalnya terhadap aturan ada pula yang tidak. Aturan
perwira militer atau kepolisian). (b) Orang- PSHT harus ditaati oleh setiap anggota.
orang yang berkuasa sering kali memiliki Setiap perintah yang diberikan guru harus
tanda atau lencana yang menunjukkan segera dijalankan dan tidak boleh
status individu. Individu mengenakan membantah ataupun menentang. Dari
seragam atau pangkat khusus, memiliki aturan tersebut terbentuklah suatu pengaruh
gelas khusus dan lain-lain. Hal-hal ini sosial yaitu obedience yang sangat kuat
berguna untuk mengingatkan banyak orang karena aturan tersebut tertulis jelas dalam
akan norma sosial untuk mematuhi seorang AD/ART. Jika melanggar AD/ART
pimpinan atau yang memegang kendali. tersebut akibatnya bisa fatal bahkan bisa
Norma ini adalah norma yang kuat, dan dikeluarkan dari keanggotaan PSHT.
ketika dihadapkan dengannya, sebagian Seperti yang diutarakan oleh Robert Slater
besar orang merasa sulit untuk tidak (2003) bahwa salah satu faktor yang
mematuhinya. (c) Hal-hal yang terjadi mempengaruhi obedience salah satunya
secara gradual menyebabkan obedience. Di adalah sikap pimpinan. Pimpinan yang
banyak situasi dimana target dari pengaruh memiliki sikap bahwa perintahnya selalu
tersebut sebenarnya bisa melawan adalah benar, pemimpin yang dapat memberikan
adanya peningkatan perintah dari figur bukti nyata kepada anggotanya mengenai
otoritas secara bertahap. Perintah awal apa yang ia perbuat benar maka anggotanya
mungkin saja meminta tindakan yang akan selalu mengikuti apa yang telah ia
relatif ringan, seperti hanya menangkapi perintahkan.
orang-orang. Baru kemudian dilanjutkan Kategori perilaku agresi anggota
dengan perintah untuk melakukan tingkah PSHT tergolong sedang. Hal ini dapat
laku yang berbahaya atau yang tidak dapat terjadi mengingat usia anggota PSHT
diterima. (4) Prosesnya sangat cepat dalam tingkat kelompok usia remaja dan dewasa.
pemberian perintah. Perubahan partisipan Anggota PSHT tingkat usia remaja belum
menyadari dirinya berhadapan dengan mampu mengendalikan emosinya, sehingga
perintah, sehinhgga meningkatkan mudah terpengaruhi oleh ajakan teman
kecenderungan kepatuhan. untuk melakukan perilaku agresi.
Konformitas anggota PSHT Sedangkan anggota usia dewasa lebih
tergolong sedang, karena sebagian anggota mampu untuk mengendalikan emosi,

7
sehingga anggota tidak melakukan perilaku 1. Pimpinan Pusat, rayon, cabang, dan
agresi. Faktor yang mempengaruhi perilaku ranting Persaudaraan Setia Hati Terate.
agresi menurut Yuliardi (2004) diantaranya Mengingat hasil perilaku agresi
kelompok teman sebaya. Kelompok teman sedang, maka Pimpinan Pusat, rayon,
sebaya, manusia sebagai makhluk sosial cabang, dan ranting Persaudaraan Setia
memerlukan kelompok dari anak-anak Hati Terate disarankan untuk dapat
sampai dengan usia dewasa. menurunkan perilaku agresi para
anggotanya. Saran untuk menurunkan
Kesimpulan perilaku agresi dapat dilakukan dengan cara
Berdasarkan hasil pembahasan memantau perilaku anggota melalui
tentang hubungan antara hubungan antara laporan dari pelatih atau berita di media
konformitas dan obedience dengan perilaku cetak.
agresi anggota Persaudaraan Setia Hati 2. Para pelatih pencak silat Persaudaraan
Terate dapat diperoleh kesimpulan sebagai Setia Hati Terate
berikut: Bagi pelatih disarankan untuk
1. Ada hubungan positif yang sangat menurunkan perilaku agresi, mengingat
signifikan antara konformitas dan perilaku agresi para anggota Persaudaraan
obedience dengan perilaku agresi Setia Hati Terate termasuk sedang. Cara
anggota Persaudaraan Setia Hati yang dapat dilakukan oleh pelatih yaitu saat
Terate. memberikan latihan kepada anggota untuk
2. Ada hubungan positif yang sangat selalu memberikan pengarahan bahwa
signifikan antara konformitas dengan mempunyai ilmu pencak silat bukan untuk
perilaku agresi anggota Persaudaraan berkelahi melainkan untuk keterampilan
Setia Hati Terate. dan membela diri. Pelatih juga dapat
3. Ada hubungan positif yang signifikan memberikan hukuman kepada anggota
antara obedience dangan perilaku yang melakukan perilaku agresi sesuai
agresi anggota Persaudaraan Setia Hati dengan tata tertib yang diberlakukkan.
Terate. 3. Anggota/warga Persaudaraan Setia
4. Tingkat konformitas anggota Hati Terate
Persaudaraan Setia Hati Terate Disarankan bagi anggota/warga
tergolong sedang. Persaudaraan Setia Hati Terate untuk
5. Tingkat obedience anggota menurunkan perilaku agresi dengan cara:
Persaudaraan Setia Hati Terate a. Menurunkan konformitas dengan cara
tergolong sedang. tidak mudah terpengaruh oleh ajakan
6. Tingkat perilaku agresi anggota teman yang mengajak perkelahian
Persaudaraan Setia Hati Terate dengan anggota pencak silat lainnya.
tergolong sedang. b. Menurunkan obedience yang termasuk
7. Besarnya sumbangan efektif sedang dengan sebelum melaksanakan
konformitas dan obedience terhadap perintah pimpinan atau anggota yang
perilaku agresi anggota Persaudaraan tingkatnya lebih tinggi, dipikirkan
Setia Hati Terate sebesar 51,4%. terlebih dahulu bermanfaat atau tidak
bagi individu
Saran
Saran-saran dalam penelitian ini
ditujukan kepada Pimpinan Pusat, rayon,
cabang, dan ranting, para pelatih pencak
silat, serta anggota/warga Persaudaraan
Setia Hati Terate, sebagai berikut:

8
4. Peneliti selanjutnya
Kelemahan dalam penelitian ini
yaitu ada sebagian data yang kurang akurat.
Hal ini dapat terjadi karena saat
pengumpulan data ada sebagian subjek
yang tidak ditunggui langsung oleh
peneliti, sehingga subjek saat mengisi skala
terkesan asal-asalan. Bagi peneliti
selanjutnya disarankan untuk menunggui
subjek saat mengisi skala agar hasil
perolehan data dapat akurat dan lebih baik
hasil penelitiannya.

9
DAFTAR PUSTAKA Koeswara, E. 1988. Agresi Manusia.
Bandung : PT Eresco.

Banny. M. Adrienne; Ames Angharad; Milgram, D.F. 1993. God's Word and
Nicole Heilbron. 2011. Relational Obedience. Reformed Perspectives
Benefits of Relational Aggression: Magazine, Volume 10, Number 27,
Adaptive and Maladaptive June 29. Page 1-5.
Associations With Adolescent
Friendship Quality. Developmental Rahmat, J. 2000. Psikologi Komunikasi.
Psychology American Psychology Bandung : CV Remaja Karya.
Assosiation vol 47 no 4, 1153-1166.
http://www.unc.edu/~mjp1970/Publ Ratna, F. 2008. Hubungan Antara
ications/Banny%20et%20al%20201 Kematangan Emosi dengan
1.pdf. Diunduh pada tanggal 30 Penyesuaian Diri Pada Siswa SLB.
April 2012. Jornal Psikologi.
http://www.google.com.id/
Baron, R.A and Byrne, D. 2003. Psikologi Jurnal_psikologi_penelitian.
Sosial, Jilid 2. Jakarta. Erlangga. Diakses 25 Mei Pukul 21.36.

Chaplin, J. P. 2011. Kamus Lengkap Riauskina, I. I., Djuwita, R., dan Soesetio,
Psikologi cetakan ke-14. (Alih S. R. 2005. ”Gencet-gencetan” di
Bahasa Kartini Kartono). Jakarta: mata siswa/siswi kelas 1 SMA:
CV. Rajawali Press. Naskah kognitif tentang arti,
skenario, dan dampak ”gencet-
Dambrun, Michael dan Elise, Vatine. 2010. gencetan”. Jurnal Psikologi
Reopening the Study of Extreme Sosial, 12 (01), 1 – 13
Social Behaviors: Obedience to
Authority Within an Immersive Sarlito, Sarwono. W. 2009. Psikologi
Video Environment. European Sosial Jilid 2. Jakarta: PT. Raja
Journal of Social Psycology vol. 40, Grafindo Persada
760-773.
http://michaeldambrun.yolasite.com Sears, D. O; freedman. 1998. Psikologi
/resources/obedience-ejsp-2010.pdf.
Diunduh tanggal 31 April 2012. Sosial Jilid 2. Jakarta . Erlangga.

Haryono, H. 2010. Sejarah Perjuangan


Rakyat Indonesia. Yogyakarta : Sidqon, M.H. 2001. A Social psychology
Pustaka Pelajar. of intergroup relations & group
processes. London: Routledge
Jesse. A; Aaron Halterman. 2011. Drive for
Muscularity and Conformity to Supomo, H.S.E. 2010. Perilaku Agresif
Masculine Norms Among College pada Remaja Putri Yyng Berbeda
Football Players. Psycology of men Status Sosial Ekonomi. Naskah
& Masculinity American Publikasi. Jakarta: Universitas
Psychological Assosiation Vol. 12, Gunadarma.
No. 4, 324-338.
http://www.apa.org/pubs/journals/re
leases/men-12-4-324.pdf. Diunduh
pada tanggal 30 April 2012.

10

Anda mungkin juga menyukai