Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

METABOLISME LIPID
Dosen Pengampu : Dr. Zulfa Zakiah , S.Si., M.Si

Disusun Oleh :

1. Tasa Febiola H1041221009


2. Nadia Juniartika H1041221011
3. Resky Regina H1041221019
4. Veronika Vicha Dewi Yanti H1041221023
5. Danu Saputra H1041221025
6. Hayatunisa H1041221091

PROGRAM STUDI BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2023
Daftar Isi
Kata Pengantar..........................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang................................................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................................................5
1.3 Tujuan...............................................................................................................................................6
1.4 Manfaat............................................................................................................................................6
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................................7
2.1 Lipid.................................................................................................................................................7
2.2 Metabolisme dan Transport Lipid.................................................................................................8
2.3 Katabolisme Lipid.........................................................................................................................10
2.4 Anabolisme Lipid...........................................................................................................................16
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................22
3.1 Kesimpulan....................................................................................................................................22
3.2 Saran...............................................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................................23
Kata Pengantar

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan nikmat nya, tim
penulis dapat menyelesaikan makalahh “Metabolisme Karbohidrat” dengan baik.

Penyusunan makalah ini tentu mengalami setidaknya sedikit kesulitan dan kendala yang
disebabkan oleh terbatasnya kemampuan, pengetahuan, wawasan serta pola pikir dan pandangan
kami dalam penyusunan makalah ini. Berkat kerja sama penulis yang baik, kendala tersebut
dapat di atasi.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami berharap
makalah ini dapat diterima sebagai pemenuhan tugas dari Mata Kuliah Biokimia.
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lemak, juga dikenal sebagai lipid, merupakan salah satu komponen penting yang diperlukan
oleh tubuh untuk berbagai proses kimia. Lipid berfungsi sebagai bahan dasar dalam
pembuatan hormon, menyediakan sumber energi, dan berperan sebagai komponen struktural
dalam membran sel. Selain itu, lipid juga mendukung proses pencernaan dan dapat berasal
dari makanan yang dikonsumsi atau diproduksi dalam hati (Burtis, 2008).

Untuk memahami profil lipid seseorang, biasanya diambil sampel serum, plasma EDTA, atau
plasma heparin. Penting untuk segera memisahkan serum atau plasma dari sel darah, dan jika
tidak, harus disimpan dalam lemari es agar komponen lipid tidak terpengaruh oleh perubahan
distribusi dan aktivitas enzim. Idealnya, pasien harus berpuasa selama 10-12 jam sebelum
pengambilan sampel untuk mengukur trigliserida. Selama 24 jam sebelum pemeriksaan,
pasien sebaiknya menghindari aktivitas berat, karena kelelahan yang signifikan dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan. Pagi hari dianggap waktu optimal untuk pemeriksaan,
ketika tubuh belum terlalu aktif (Hartini, 2016).

Profil lipid mencakup empat komponen utama dalam darah, yaitu total kolesterol, kolesterol
LDL (kolesterol jahat), kolesterol HDL (kolesterol baik), dan trigliserida. Pemeriksaan profil
lipid memiliki peran penting dalam mendiagnosis penyakit-penyakit seperti penyumbatan
arteri (arteriosclerosis), penyumbatan pembuluh darah otak (stroke), hipertensi, dan obesitas
(Hartini, 2016).

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas diperoleh rumusan masalah yakni sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan lipid?
2. Bagaimana proses metabolisme dan transport lipid?
3. Bagaimana katabolisme dari lipid?
4. Bagaimana anabolisme dari lipid?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Menjelaskan pengertian dari lipid.
2. Menjelaskan proses metabolisme dan transport lipid.
3. Menjelaskan katabolisme dari lipid.
4. Menjelaskan anabolisme dari lipid.

1.4 Manfaat
Penulisan makalah tentang metabolisme lipid memiliki manfaat akademis. Pertama, ini
membantu mahasiswa memahami dengan lebih mendalam proses-proses biokimia yang
terjadi dalam tubuh terkait dengan metabolisme lipid, yang merupakan konsep dasar.
Makalah ini memungkinkan pengembangan keterampilan analitis dan penelitian mahasiswa,
yang penting dalam pendidikan tingkat tinggi. Dengan menyusun makalah ini, mahasiswa
dapat memperdalam pemahaman mereka tentang konsep biokimia yang kompleks. Selain itu,
makalah ini juga dapat menjadi referensi berguna dalam mata kuliah biokimia dan
memperkaya sumber daya ilmiah yang tersedia bagi mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Lipid

Lemak atau lipid adalah senyawa organik yang memiliki sifat heterogen dan biasanya tidak larut
dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut non-polar. Mereka terdiri dari unsur-unsur karbon dan
hidrogen, dan cenderung larut dalam pelarut organik (Hartono A, 2006). Lemak berperan sebagai
sumber energi utama dalam proses metabolisme tubuh. Tubuh mendapatkan lemak dari dua
sumber utama, yaitu melalui makanan yang dikonsumsi dan produksi organ hati. Lemak dapat
disimpan dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Hartono A, 2006).

Lipid merupakan kelompok senyawa yang memiliki berbagai komponen penting, dengan
trigliserida sebagai salah satu penyusun utama. Trigliserida terdiri dari gliserol yang terikat
dengan tiga asam lemak yang dapat bervariasi dalam jenisnya. Struktur kimia trigliserida adalah
CH2COOR-CHCOOR-CH2-COORI, dengan R, R’, dan Ri mewakili rantai alkil panjang dari
tiga asam lemak RCOOH, R’COOH, dan RICOOH. Panjang rantai asam lemak pada trigliserida
alami bisa beragam, tetapi yang paling umum adalah dengan 16, 18, atau 20 atom karbon.

Selain trigliserida, lipid juga dapat terdiri dari berbagai senyawa seperti gliserida, monogliserida,
asam lemak bebas, lilin (wax), serta kelompok lipid sederhana yang mengandung komponen
asam lemak seperti senyawa terpenoid/isoprenoid dan senyawa steroida. Lipid sering
berinteraksi dengan protein (lipoprotein) atau karbohidrat (glikolipida), dan mereka berperan
sebagai komponen penting dalam membran sel, hormon, dan vitamin.

Ada dua jenis utama asam lemak, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam
lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap dalam rantai karbonnya. Mereka dapat bereaksi dengan
halogen dengan cepat, dan memiliki nilai gizi yang baik karena menghasilkan banyak ATP. Asam
lemak tak jenuh juga dianggap lebih baik dari segi gizi karena sifat reaktifnya dan
kemampuannya sebagai antioksidan dalam tubuh. Struktur molekuler lipid yang kaya akan unsur
karbon menjadikannya hidrofobik, sehingga lipid sulit larut dalam air. Mereka lebih cenderung
larut dalam pelarut seperti eter, kloroform, atau benzol.
Lipid memiliki berbagai peran penting dalam tubuh, termasuk sebagai sumber energi, komponen
pembentuk membran sel, pelindung organ tubuh, sumber asam lemak penting, pengangkut
vitamin larut lemak, penghemat protein, penyebab perasaan kenyang dan meningkatkan rasa
makanan, serta berperan sebagai pelumas dan menjaga suhu tubuh (Hartono A, 2006). Menurut
Guyton dan Hall (2007), fungsi lipid mencakup peran sebagai sumber energi, perlindungan organ
tubuh, kontributor dalam pembentukan sel, penyedia asam lemak esensial, pengangkut vitamin
larut lemak, penghemat protein, penyebab perasaan kenyang dan meningkatkan kenikmatan
makanan, pelumas, serta menjaga suhu tubuh.

2.2 Metabolisme dan Transport Lipid

Lemak yang berasal dari makanan serta lipid yang diproduksi oleh hati harus diangkut ke
berbagai jaringan dan organ dalam tubuh untuk digunakan atau disimpan. Karena lipid tidak larut
dalam air, masalah transportasi lipid dalam plasma darah yang merupakan medium berbasis air
diatasi dengan menggabungkan lipid non-polar seperti triasilgliserol dan ester kolesteril dengan
lipid amfipatik seperti fosfolipid dan kolesterol, serta protein, untuk membentuk lipoprotein yang
dapat bercampur dengan air.

Komponen utama dalam lipid plasma meliputi triasilgliserol (sekitar 16%), fosfolipid (sekitar
30%), kolesterol (sekitar 14%), ester kolesterol (sekitar 36%), dan sedikit asam lemak rantai
panjang yang tidak teresterifikasi, atau yang dikenal sebagai asam lemak bebas (sekitar 4%).
Asam lemak bebas adalah lemak plasma yang sangat aktif dari segi metabolisme.

Secara dasar, metabolisme lipid dalam tubuh terjadi melalui tiga jalur, yaitu jalur eksogen, jalur
endogen, dan jalur reverse cholesterol transport. Jalur pertama dan kedua berkaitan dengan
metabolisme kolesterol LDL dan trigliserida, sedangkan jalur ketiga berkhusus dalam
metabolisme kolesterol HDL.

1. Jalur Eksogen
Trigliserida, kolesterol yang berasal dari makanan, dan kolesterol yang dikeluarkan oleh
hati bersama empedu ke usus halus merupakan jenis lemak eksogen. Di usus halus,
trigliserida dan kolesterol ini diabsorpsi sebagai asam lemak bebas, sementara kolesterol
ester diabsorpsi sebagai kolesterol bebas. Di sel usus halus, asam lemak bebas kemudian
diubah menjadi trigliserida, sementara kolesterol mengalami esterifikasi untuk menjadi
kolesterol ester. Bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein, keduanya membentuk
lipoprotein yang disebut kilomikron. Kilomikron memiliki apolipoprotein A, B-48, C,
dan E di permukaannya.

Kilomikron masuk ke dalam saluran limfe dan akhirnya masuk ke dalam aliran darah
melalui duktus toraksikus. Trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel pembuluh darah. Hal ini menghasilkan
asam lemak bebas dan sisa kilomikron yang dikenal sebagai kilomikron remnant. Asam
lemak bebas ini dapat masuk ke jaringan yang membutuhkan energi atau disimpan dalam
bentuk trigliserida di jaringan adiposa. Kilomikron remnant akan menuju ke hati, di mana
sebagian kolesterol akan digunakan untuk memproduksi empedu, dan sisanya akan
didistribusikan ke berbagai jaringan tubuh melalui jalur endogen.
2. Jalur Endogen
Trigliserida dan kolesterol yang diproduksi oleh hati akan dilepaskan ke dalam sirkulasi
darah sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein). VLDL mengandung
apolipoprotein B-100, C, dan E. Di dalam aliran darah, VLDL mengalami hidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase, menghasilkan IDL (Intermediate Density Lipoprotein) dan
trigliserida. IDL memiliki apolipoprotein B-100 dan E. Selanjutnya, IDL juga mengalami
hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase, menghasilkan LDL (Low Density Lipoprotein)
dan trigliserida. LDL mengandung apolipoprotein B dan E, dan memiliki kandungan
kolesterol yang tinggi. Kolesterol ester dalam LDL dibawa ke hati dan jaringan yang
memproduksi steroid, seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium, yang memiliki
reseptor kolesterol LDL.

Sebagian kolesterol LDL dapat mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor
scavenger-A (SR-A) di dalam makrofag, yang mengakibatkan pembentukan sel busa
(foam cell). Peningkatan jumlah kolesterol yang ditangkap oleh makrofag dipengaruhi
oleh dua faktor: pertama, peningkatan jumlah small dense LDL pada sindrom metabolik,
dan kedua, penurunan kadar kolesterol HDL, yang memiliki peran protektif dalam
mencegah oksidasi LDL.
3. Jalur Reverse Cholesterol Transport
Partikel HDL (High Density Lipoprotein) dalam bentuk awal, disebut HDL nascent,
dilepaskan oleh usus halus dan hati sebagai partikel kecil yang memiliki sedikit
kandungan kolesterol. HDL nascent mengandung apolipoprotein A, C, dan E. HDL
nascent mendekati makrofag dan melakukan pengambilan kolesterol dari mereka untuk
membentuk HDL dewasa. Kolesterol yang ada di dalam sel makrofag harus dibawa ke
permukaan membran sel oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate
binding cassette transporter-1 (ABC-1) agar dapat diambil oleh HDL nascent. Protein
transmembran ini menggunakan energi ATP untuk memindahkan berbagai substrat di
antara dalam sel dan luar sel.

Setelah pengambilan kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol tersebut akan
diesterifikasi oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Sebagian dari
kolesterol ester yang diangkut oleh HDL akan mengikuti dua jalur. Jalur pertama
membawa kolesterol ester kembali ke hati dan ditangkap oleh reseptor scavenger class B
type I (SR-B1). Jalur kedua melibatkan pertukaran kolesterol ester dengan trigliserida
yang terdapat dalam VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein
(CETP).

2.3 Katabolisme Lipid

2.3.1 Oksidasi-ẞ Asam Lemak

Asam lemak yang berada dalam sitoplasma harus melewati proses aktivasi terlebih dahulu
dengan mengubahnya menjadi asil-KoA. Ini dilakukan dengan menggabungkannya dengan
Koenzim A melalui katalisis enzim tiokinase. Dalam proses ini, terbentuk pirofosfat yang
kemudian dihidrolisis menjadi fosfat anorganik. Hasil dari reaksi ini adalah pembentukan asil-
KoA, yang merupakan bentuk aktif dari asam lemak (Murray, K., 2002).
Pembentukan asil-KoA bukanlah proses yang khusus hanya untuk oksidasi asam lemak. Proses
ini diperlukan dalam berbagai reaksi biokimia yang melibatkan asam lemak, termasuk dalam
sintesis trigliserida dan pemanjangan rantai asam lemak. Di dalam sel, terdapat berbagai jenis
tiokinase yang bekerja secara spesifik pada asam lemak dengan panjang rantai yang berbeda
(Murray K., 2002).

Proses aktivasi asam lemak terjadi pada mikrosom dan permukaan luar mitokondria. Namun,
asil-KoA rantai panjang yang terbentuk tidak dapat langsung menembus membran dalam
mitokondria. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme khusus untuk mengangkut asil-KoA dari
luar mitokondria ke dalam matriks mitokondria, di mana tahap berikutnya dari oksidasi beta
terjadi (Murray K., 2002).

Proses ini melibatkan sistem transporter karnitin, yang terdiri dari beberapa enzim, termasuk
karnitin asil transferase I, karnitin asil transferase II, dan karnitin asil-karnitin translokase.
Pertama, asil-KoA rantai panjang bereaksi dengan karnitin, membentuk asil-karnitin. Reaksi ini
dikatalisis oleh karnitin asil transferase I yang terletak pada permukaan luar membran dalam
mitokondria. Koenzim A yang dilepaskan selama proses ini dapat digunakan untuk aktivasi asam
lemak lainnya. Asil-karnitin yang terbentuk memiliki kemampuan untuk menembus membran
dalam mitokondria dengan bantuan enzim translokase yang ada pada membran mitokondria
(Artemis P. Simopoulos et al., 2002).

Setelah mencapai permukaan dalam membran mitokondria, asil-karnitin, dengan bantuan enzim
asil transferase II, berinteraksi dengan KoA. Ini memungkinkan asil-KoA untuk berpindah ke
dalam matriks mitokondria. Karnitin yang telah dilepaskan kembali ke permukaan luar membran
dalam mitokondria dengan bantuan enzim translokase. Karnitin asil transferase I merupakan
enzim yang mengontrol kecepatan (rate-limiting enzyme) dari seluruh rangkaian reaksi oksidasi
beta, sehingga mengendalikan seluruh proses ini (Artemis P. Simopoulos et al., 2002).

Di dalam matriks mitokondria, proses oksidasi beta asam lemak berlanjut. Pada tahap ini, terjadi
dehidrogenasi pada atom C-α dan C-β asil-KoA, yang mengakibatkan kehilangan satu atom
hidrogen dari masing-masing atom tersebut. Hasil dari reaksi ini adalah pembentukan A2
unsaturated asil-KoA. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini mengandung FAD sebagai gugus
prostetik, yang menangkap dua atom hidrogen yang dibebaskan dan mengirimkannya ke rantai
respirasi, menghasilkan energi. A2 unsaturated asil-KoA kemudian mengalami hidrasi,
membentuk L(+) B-hidroksi asil-KoA. Selanjutnya, terjadi dua reaksi dehidrogenasi tambahan
pada atom C-P, menghasilkan keto asil-KoA. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim yang
membutuhkan NAD sebagai koenzim, yang berperan sebagai akseptor atom hidrogen yang
dilepaskan, dan energi ini digunakan dalam rantai respirasi (Artemis P. Simopoulos et al., 2002).

Terakhir, terjadi tiga reaksi pemecahan tiolitik (pemecahan molekul yang melibatkan masuknya
gugus sulfhidril) pada molekul keto asil-KoA. Reaksi ini memerlukan KoA. Pemecahan terjadi
pada ikatan antara atom C-α dan C-P, menghasilkan satu molekul asetil-KoA dan satu molekul
asil-KoA. Asil-KoA yang terbentuk dapat masuk kembali ke dalam rangkaian reaksi pada tahap
dehidrogenasi pertama dan seterusnya. Siklus ini terus berlanjut hingga akhirnya asil-KoA
semula habis dipecah menjadi molekul-molekul asetil-KoA. Asam lemak dengan jumlah atom C
yang ganjil akan mengalami reaksi yang serupa, menghasilkan propionil-KoA.

Asetil-KoA yang terbentuk dari oksidasi asam lemak akan mengalami oksidasi lebih lanjut dalam
siklus asam sitrat (TCA), menghasilkan CO2 dan H2O. Namun, tidak semua asetil-KoA yang
dihasilkan dari oksidasi beta akan diteruskan ke dalam siklus TCA. Sebagian dari asetil-KoA
dapat digunakan dalam pembentukan senyawa keton, yang dikenal sebagai ketogenesis (Murray,
K., 2002).

Sebagai contoh, oksidasi asam palmitat (C15H31COOH) yang memiliki rantai 16 atom karbon
memerlukan 7 siklus reaksi dalam oksidasi beta dan menghasilkan sejumlah asetil-KoA. Setiap
siklus ini menghasilkan 5 molekul ATP. Dengan demikian, jika seluruh asetil-KoA dioksidasi
dalam siklus TCA, maka akan dihasilkan 96 molekul ATP. Total energi yang dihasilkan dari
oksidasi asam palmitat menjadi CO2 dan H2O adalah 35 (dari oksidasi FADH2 dan NADH-H’
oleh rantai respirasi) ditambah 96, sehingga total 131 molekul ATP dihasilkan.

Namun, perlu diperhatikan bahwa aktivasi awal memerlukan konsumsi energi, yaitu 2 ikatan
berenergi tinggi (setara dengan 1 molekul ATP yang diubah menjadi 1 molekul AMP). Oleh
karena itu, secara netto dihasilkan 129 ikatan berenergi tinggi (setara dengan 129 molekul ATP)
dalam proses ini. Setiap ikatan berenergi tinggi setara dengan 7.6 kilokalori, sehingga secara
keseluruhan dihasilkan 980 kilokalori.

Reaksi oksidasi beta diatur oleh karnitin asil transferase, yang merupakan enzim pembatas
kecepatan (rate-limiting enzyme), dan aktivitasnya dihambat oleh malonil-KoA. Oleh karena itu,
dalam situasi di mana lipogenesis aktif, kadar malonil-KoA akan tinggi, dan oksidasi asam lemak
akan terhambat. Sebaliknya, jika lipogenesis terhambat, oksidasi asam lemak akan berjalan lebih
lancar (Murray, K., 2002).

2.3.2 Jalur Minor Degradasi Asam Lemak

Jalur utama degradasi asam lemak adalah B-oksidasi, yaitu untuk asam lemak jenuh beratom C
genap. Akan tetapi ada juga jalur jalur khusus yang lain yaitu untuk degradasi asam lemak tak
jenuh. Degradasi asam lemak dengan ator C ganjil, serta a-dan w-oksidasi.

a. Beta-Oksidasi asam lemak tak jenuh


Asam lemak tak jenuh dalam alam, seperti asam oleat, memiliki ikatan rangkap dalam
konfigurasi cis. Namun, dalam proses β-oksidasi, enzimnya berspesifik untuk enoyl-CoA
dengan konfigurasi trans. Oleh karena itu, diperlukan enzim enoyl-CoA isomerase untuk
mengubah konfigurasi cis menjadi trans. Mekanisme oksidasi asam lemak tak jenuh
berjalan mirip dengan oksidasi asam lemak jenuh, kecuali bahwa asam lemak tak jenuh
memerlukan satu reaksi tambahan, yaitu reaksi isomerisasi dari bentuk cis ke trans yang
dikatalisis oleh enzim enoyl-CoA isomerase. Contohnya jalur β-oksidasi asam linoleat
(C17H3COOH – C18:2 cis,cis-D9: D12), terdapat siklus β-oksidasi yang tidak
melibatkan reaksi dehidrogenasi I yang menghasilkan FADH2. Ini terjadi pada potongan
dua atom karbon yang mengandung ikatan rangkap. Sebagai akibatnya, jumlah ATP yang
dihasilkan dari β-oksidasi asam lemak tak jenuh lebih sedikit jika dibandingkan dengan
β-oksidasi asam lemak jenuh dengan jumlah atom karbon yang sama. Hal ini disebabkan
oleh perbedaan dalam mekanisme reaksi dan produksi FADH2 (Nelson & Cox, 2004).

b. Beta-Oksidasi asam lemak dengan atom C ganjil


Pada asam lemak dengan jumlah atom C ganjil, setelah pengambilan acetyl CoA (2C)
sisanya adalah residu propiony! CoA (3C). Propionyl-CoA ini masuk ke siklus Krebs
lewat Succinyl-CoA. Dalam proses ini, propionyl-CoA mengalami karboksilasi menjadi
D-metilmalonyl-CoA, dan kemudian diubah menjadi suksinil-CoA melalui intermediat L-
metilmalonyl-CoA. Saat asam lemak masuk ke dalam siklus Krebs melalui suksinil-CoA,
hanya sekitar 6 ATP dihasilkan dalam satu siklus Krebs. Oleh karena itu, degradasi asam
lemak dengan jumlah atom karbon ganjil cenderung lebih cepat daripada degradasi asam
lemak dengan jumlah atom karbon genap. Hal ini penting dalam situasi di mana tubuh
memerlukan energi dengan cepat, seperti yang terjadi pada orang Eskimo dan dalam
kondisi tertentu.

Namun, penderita anemia pernisiosa yang mengalami kekurangan vitamin B memiliki


gangguan dalam kerja enzim metilmalonil-CoA mutase. Ini mengakibatkan L-
metilmalonyl-CoA tidak dapat diubah menjadi suksinil-CoA. Sebagai akibatnya, dalam

urin penderita ini, terdapat peningkatan kadar L-metilmalonyl-CoA dan propionil-CoA


dalam jumlah yang signifikan (Nelson & Cox, 2004).
c. α dan w oksidasi
α-oksidasi adalah mekanisme degradasi senyawa asam karboksilat yang melibatkan
pelepasan 1 atom karbon dari ujung karboksilnya. Asam lemak yang memiliki cabang
metil pada ujungnya tidak dapat langsung mengalami degradasi melalui mekanisme β-
oksidasi. Sebaliknya, mereka harus melalui mekanisme α-oksidasi. Dalam α-oksidasi,
gugus karboksilat dilepaskan sebagai CO2, dan atom karbon-α dioksidasi oleh hidrogen
peroksida, membentuk gugus aldehida. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim peroksidase
asam lemak, tidak memerlukan CoA-SH, dan tidak menghasilkan ATP. Gugus aldehida
yang terbentuk kemudian dioksidasi dengan bantuan NAD+ menjadi asam karboksilat.
Akibatnya, asam lemak yang mengalami α-oksidasi akan berkurang satu atom karbon
dalam setiap reaksi α-oksidasi.
Selain itu, gugus aldehida yang terbentuk dalam α-oksidasi dapat juga dioksidasi menjadi
gugus alkohol, membentuk senyawa alkohol asam lemak. Senyawa ini sering ditemukan
dalam lilin tumbuhan.

Dalam kasus sindrom Refsum, pasien mengalami gangguan dalam reaksi α-oksidasi,
yang mengakibatkan ketidakmampuan mereka untuk mengoksidasi asam fitanat yang
berasal dari makanan tumbuhan. Asam fitanat mengandung gugus metil (CH3) pada
karbon-β, yang dapat menghambat reaksi β-oksidasi (Nelson & Cox, 2004).

w-oksidasi adalah proses oksidasi yang terjadi pada atom karbon pada ujung asam lemak.
Reaksi ini dimulai dengan hidroksilasi gugus CH3 yang dikatalisis oleh monooksigenase,
membentuk CH2OH, dan kemudian berlanjut dengan oksidasi membentuk gugus
karboksilat (COOH). Hasil dari reaksi ini adalah asam lemak dikarboksilat, yang berarti
memiliki dua gugus karboksilat (COOH) dan dapat mengalami β-oksidasi dari kedua
ujungnya. Proses ini dapat berlanjut sampai dihasilkan asam dikarboksilat dengan
panjang rantai C8 (seperti asam suberat) atau C6 (seperti asam adipat), yang kemudian
dapat diekskresikan melalui urin.

Kedua asam tersebut, asam suberat dan asam adipat, ditemukan dalam urin penderita
ketotik dikarboksilat asiduria. Α-oksidasi dilakukan oleh enzim-enzim hidroksilasi yang
memerlukan sitokrom P-450 dalam mikrosom (Nelson & Cox, 2004).

2.4 Anabolisme Lipid

Hati adalah tempat penting untuk pembentukan asam lemak, lemak. Keton bodi, dan kolesterol.
Meskipun jaringan adiposa juga mensintesis lemak, tetapi fungsi utamanya adalah menyimpan
lipid. Metabolisme lipid di dalam hati berkaitan erat dengan karbohidrat dan asam amino. Dalam
keadaan absorpsi, hati mengubah glukosa menjadi asam lemak melalui asetyl-CoA. Hati dapat
juga mendapatkan kembali asam lemak dari suplai lipid dengan kilomikron dari usus. Asam
lemak dari kedua sumber tersebut kemudian dikonversi menjadi lemak netral dan fosfolipid.

2.4.1 Biosintesis Keton Bodies


Pembentukan keton bodies memiliki tujuan utama, yaitu:

1. Mengalihkan sebagian acetyl-CoA yang terbentuk dari oksidasi asam lemak di dalam hati
dari proses oksidasi selanjutnya. Ini terjadi khususnya selama kondisi puasa, lapar, atau
pada penderita diabetes melitus (DM). Pada kondisi ini, hati mulai menghasilkan keton
bodies sebagai alternatif untuk energi.
2. Mengangkut acetyl-CoA ke jaringan lain dalam tubuh untuk dioksidasi menjadi CO2 dan
H2O. Ini merupakan salah satu cara untuk mendistribusikan bahan bakar ke berbagai
bagian tubuh. Ketika glukosa dari darah tidak cukup dimanfaatkan oleh jaringan, keton
bodies dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.

Dalam kondisi paska absorpsi atau selama puasa, terjadi pergeseran dalam metabolisme lipid, di
mana hati mulai menguraikan asam lemak sebagai sumber energi karena ketersediaan glukosa
yang terbatas. Hal ini terjadi pada penderita diabetes melitus (DM) karena gangguan dalam
penggunaan glukosa oleh jaringan tubuh. Keton bodies menjadi penting sebagai bahan bakar
alternatif dalam kondisi ini.

Proses pembentukan keton bodies dari asetil-CoA adalah penting dalam metabolisme lemak dan
terjadi terutama dalam mitokondria hati. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1. Dua molekul asetil-CoA berkondensasi membentuk acetoacetyl-CoA.

2. Penambahan satu gugus asetil-CoA menghasilkan 3-hydroxy-β-methylglutyryl-CoA


(HMG-CoA).

3. Pelepasan satu molekul asetil-CoA dari HMG-CoA menghasilkan acetoacetate.

Ketiga senyawa ini, yaitu acetoacetyl-CoA, 3-hydroxy-β-methylglutyryl-CoA, dan


acetoacetate, dikenal sebagai keton bodies. Acetoacetate dapat direduksi menjadi 3-
hydroxybutyrate atau diurai menjadi acetone.

Keton bodies kemudian dilepaskan oleh hati ke dalam darah. Dalam kondisi lapar, keton bodies,
bersama dengan asam lemak, digunakan sebagai sumber energi oleh hati, otot skeletal, ginjal,
dan otak. Kelebihan aceton yang tidak diperlukan akan dikeluarkan melalui pernapasan.

Jika produksi keton bodies melebihi penggunaannya di luar sel hati, maka keton bodies dapat
terakumulasi dalam plasma darah (ketonemia) dan dikeluarkan bersama urin (ketonuria). Karena
keton bodies adalah asam dengan kekuatan moderat dan memiliki pKa sekitar 4, mereka dapat
menurunkan nilai pH plasma darah, yang dapat menyebabkan ketoasidosis, sebuah kondisi yang
serius.

Reaksi-reaksi pembentukan keton bodies adalah sebagai berikut:

Reaksi 1: Pembentukan acetoacetyl-CoA dari dua molekul asetil-CoA.

Reaksi 2: Pembentukan 3-hydroxy-β-methylglutyryl-CoA (HMG-CoA) dengan


penambahan satu molekul asetil-CoA.

Reaksi 3: Pembentukan acetoacetate dari HMG-CoA dengan melepaskan satu molekul


asetil-CoA.

Reaksi 4: Pengubahan acetoacetate menjadi acetone dan d-B-hydroxybutyrate. Dalam reaksi ini,
acetoacetate dapat diubah menjadi d-B-hydroxybutyrate atau dioksidasi menjadi acetone.

2.4.2 Biosintesis Asam Lemak


a. Biosintesis asam lemak jenuh
Biosintesis asam lemak jenuh dimulai dari acetyl-CoA sebagai starter. Acetyl-CoA ini
dapat berasal dari β-oksidasi asam lemak, glikolisis, atau degradasi asam amino
melalui reaksi piruvat dehydrogenase. Acetyl-CoA yang dihasilkan kemudian
ditransport dari mitokondria ke sitoplasma melalui sistem citrate shuttle untuk diubah
menjadi asam lemak. Selama proses biosintesis asam lemak, reduktan NADPH + H+
disuplai dari jalur hexose monophosphate (fosfoglukonat) untuk mendukung reaksi-
reaksi yang memerlukan pemindahan gugus hidrogen.
Pyruvate, yang dihasilkan dari katabolisme asam amino atau dari glikolisis glukosa,
diubah menjadi acetyl-CoA oleh sistem piruvat dehidrogenase. Gugus acetyl tersebut
kemudian keluar dari matriks mitokondria sebagai sitrat dan masuk ke sitosol untuk
digunakan dalam sintesis asam lemak.
Oxaloasetat, yang juga dibutuhkan dalam reaksi sintesis asam lemak, diubah menjadi
malat. Malat kemudian keluar dari matriks mitokondria dan diubah kembali menjadi
oksaloasetat di sitosol. Malat di sitosol dioksidasi oleh enzim malat dan menghasilkan
NADPH yang diperlukan dalam biosintesis asam lemak. Private, yang dihasilkan dari
reaksi malat di mitokondria, kembali ke matriks mitokondria.
Asam lemak synthase adalah enzim yang terdiri dari dua rantai peptida identik yang
membentuk homodimer. Masing-masing rantai peptida dalam homodimer ini
mengkatalisis 7 bagian reaksi yang berbeda yang diperlukan dalam sintesis asam
palmitat. Keuntungan dari reaksi multi-urutan yang dikatalisis oleh satu protein ini
adalah mencegah reaksi kompetitif, penghematan koordinasi reaksi, dan efisiensi
tinggi karena substrat berada dalam konsentrasi lokal yang tinggi, sehingga hilang
karena difusi minimal.
b. Reaksi Biosintesis Asam Lemak jenuh (Asam Palmitat)
Biosintesis asam lemak jenuh, seperti asam palmitat, melibatkan beberapa tahap
penting dalam prosesnya. Di antaranya adalah tahap aktivasi yang memiliki beberapa
reaksi kunci:
Reaksi 1: Asetil-CoA dan oksaloasetat digabungkan menjadi sitrat dengan bantuan
enzim sitrat sintetase. Ini memungkinkan acetyl-CoA yang dibawa dari mitokondria
masuk ke sitoplasma dalam bentuk sitrat.
Reaksi 2: Sitrat kemudian diubah kembali menjadi asetil-CoA dan oksaloasetat di
sitoplasma oleh enzim ATP-sitrat lase. Reaksi ini memberikan kembali asetil-CoA
yang akan digunakan dalam pembentukan asam lemak.
Reaksi 3: Acetyl-CoA diubah menjadi malonyl-CoA melalui karboksilasi, di mana
CO2 ditambahkan pada molekul acetyl-CoA. Enzim yang terlibat adalah acetyl-CoA
karboksilase, dan proses ini dibantu oleh biotin.
Pembentukan malonyl-CoA dengan menambahkan 2 atom karbon (CO2) penting
dalam memperpanjang rantai asam lemak selama biosintesis. Malonyl-CoA akan
digunakan sebagai molekul yang menambahkan unit karbon ke dalam rantai asam
lemak dalam tahap elongasi dan produksi akhirnya. Semua reaksi ini adalah bagian
dari tahap aktivasi dalam biosintesis asam lemak.
Tahap elongasi dalam biosintesis asam lemak adalah tahap kunci di mana rantai asam
lemak secara bertahap diperpanjang. Tahap ini melibatkan beberapa reaksi utama:
Reaksi 1: Pembentukan acetyl-ACP sebagai molekul pemula. Dalam tahap ini, atom
karbon dari Acetyl-CoA dipindahkan ke grup SH pada molekul ACP (Acyl Carrier
Protein). Ini adalah langkah awal dalam pembentukan rantai asam lemak dan
dikatalisis oleh enzim Acetyl-CoA-ACP transacylase.
Reaksi 2: Transfer residu acetyl ke cysteine-SH dari enzim & residu malonyl ke Pan-
SH dari ACP. Di sini, residu acetyl dari molekul ACP dipindahkan ke gugus-SH dari
residu cysteine pada B-ketoacyl-ACP-Synthase. Secara bersamaan, gugus malonyl
dari malonyl-CoA dipindahkan ke Pan-SH dari ACP, membentuk malonyl-ACP. Ini
dikatalisis oleh enzim malonyl-CoA-ACP-transferase.
Reaksi 3: Reaksi kondensasi pembentukan acetoacetyl-S-ACP. Gugus acetyl yang
telah diesterkan pada enzim B-ketoacyl-ACP Synthase ditransfer ke atom C nomor 2
pada malonyl-ACP, melepaskan CO2, dan membentuk acetoacetyl-S-ACP.
Reaksi 4: Reaksi reduksi pertama. Acetoacetyl-S-ACP direduksi oleh NADPH,
membentuk D-b-hydroxybutyryl-ACP yang dikatalisis oleh b-ketoacyl-ACP
reductase.
Reaksi 5: Reaksi dehidrasi. D-b-hydroxybutyryl-ACP didehidrasi oleh enoyl-ACP
hidratase, menghasilkan ab-trans-butenoyl-ACP atau crotonyl-S ACP.
Reaksi 6: Reaksi reduksi kedua. Trans-4-enoyl-ACP direduksi oleh enoyl-ACP
reductase, menghasilkan butyryl-ACP. NADPH digunakan sebagai zat reduktor dalam
reaksi ini.
Setelah siklus ini selesai, butyryl-ACP menjadi molekul awal dalam pembentukan
asam palmitat. Siklus ini diulang secara berulang hingga menghasilkan palmitoyl-
ACP, yang merupakan produk akhir dalam sistem enzim kompleks asam lemak
synthase. Tahap elongasi ini adalah kunci dalam memperpanjang rantai asam lemak
selama biosintesis.
c. Biosintesis Asam Lemak Tak jenuh
Biosintesis asam lemak tak jenuh yang mempunya ikatan rangkap tunggal (asam
monoenoat) dalam jaringan hewan dan tumbuhan berbeda. Dalam jaringan hewan
asam palmitat dan asam stearat digunakan sebagau precursor untuk biosintesis asam
lemak tak jenuh terutama, asam palmitoleat (C16:1 cis-D9) dan asam oleat (C18:1
cis-D9). Ikatan rangkap yang terjadi selalu pada posisi D9 dan berbentuk cis.
d. Biosintesis Asam Polienoat
Asam polienoat adalah asam lemak tak jenuh yang tingkat ketidakjenuhannya besar,
mempunyai ikatan rangkap lebih dari dia. Sebagai precursor adalah palmitoleate,
oleate, linoleate, atau linolenate. Elongasi terjadi pada ujung karboksil, sedangkan
pembentukan ikatan rangkap melalui reaksi desaturasi yang dikatalisis oleh asam
lemak-CoA desaturase. Pada vertebrata atau organisme aerobik. I molekul 02
digunakan sebagai akseptor 2 pasang elektron, yaitu 1 pasang berasal dari substrat
asam lemak COA dan I pasang berasal dari NADPH. Transfer elektron dalam reaksi
kompleks ini merangkai reaksi transport electron dalam mikrosom yang membawa
elektron dari NADPH ke Cyt b5 melalui Cyt b5 reductase.

2.4.3 Biosintesis Triacylglycerol

Triacylgliserol (trigliserida) merupakan lipid cadangan yang disimpan dalam jaringan adiposa
dalam hati. Dalam tumbuhan dan hewan biosintesis triacylglyserol menggunakan precursor L-
glyserol- 3-phosphate (disingkat dengan G-3-P) dan acyl-CoA. G-3-P pada umumya berasal dari
senyawa intermediet dalam proses glikolisis atau dibentuk dari gliserol bebas hasil degradasi
triacylgliserol oleh aktivitas glycerol kinase.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Lipid atau lemak adalah senyawa organik yang memiliki sifat heterogen, umumnya tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut non-polar. Lipid terdiri dari unsur karbon dan hidrogen dan
berperan dalam berbagai fungsi dalam tubuh, termasuk sebagai sumber energi, pelindung organ-
organ tubuh, komponen pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat transportasi vitamin
larut lemak, pemeliharaan dan penghematan protein, memberikan rasa kenyang dan
meningkatkan kelezatan makanan, berperan sebagai pelumas, serta menjaga suhu tubuh.

Gangguan metabolisme lipid dalam tubuh dapat menghasilkan kondisi seperti Dislipidemia,
Hiperlipidemia, dan Obesitas yang sering terjadi. Lipid dalam plasma darah terdiri dari beberapa
komponen utama, termasuk triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), ester
kolesterol (36%), dan jumlah kecil asam lemak bebas atau asam lemak rantai panjang yang
belum diesterifikasi (4%). Asam lemak bebas adalah salah satu komponen lipid plasma yang
memiliki peran aktif dalam metabolisme.

Proses metabolisme lipid dalam tubuh umumnya melibatkan tiga jalur utama, yaitu jalur eksogen
yang melibatkan lipida dari makanan, jalur endogen yang melibatkan lipida yang diproduksi di
dalam tubuh, dan jalur reverse cholesterol transport yang berperan dalam pengeluaran kolesterol
dari tubuh.

3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan didalamnya. Akan
tetaoi besar harapan penulis agar makalah ini dapat memberikan manfaat dalam menambah
pengetahuan tentang metabolisme protein. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran terkait penulisan makalah ini agar dapat
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Adam, J.M.F., 2007, Buku Ajar. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi keempat, 1927-1931.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Artemis P. Simopoulos, MD, FACN, 2002, Omega-3 Fatty Acids in In ammation and
Autoimmune Diseases. Jounal of Amerika College of Nutrition, Published by the
American College of Nutrition, V.21, No.6:2488-2496
Burtis. C.A. et al2008. Lipids. Lipoproteins. Apolipoproteins, and Other Cardiovascular
Risk Factor In: Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostic.
Vol. 1. St. Louis, Missouri: Elsevier: 903-968.
Guyton A.C. Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 12th ed. Jakarta EGC, P:47-
58, 832-934, 1077
Hartini, 2016. Jurnal Ilmiah Manuntung. Akademi Farmasi Samarinda (1), 65-69. Jakarta
Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Edisi 2.EGC. Jakarta.
Hendromartono dkk. 2007 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Surabaya: Airlangga
University Press
Malik A. Mega, dkk, 2013. Gambaran Kadar Kolesterol Total Darah pada Mahasiswa
Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Murray, K. 2002. Harper Biochemestry, twenty fth edition. Mc Graw Hill Companie New
York.
Murray, K. 2004. Harper Biochemestry, twenty sixth edition. Mc Graw Hill Companie:
New York
Nelson, D. L. and Cox, M. M. 2004. Lehninger Principles of Biochemistry, 4th Edition.
New York: W. H. Freeman and Company
Pine, S. H. dkk, Kimia Organik 1, Bandung: ITB, 1988
Rader D.J., HobbsH.H. 2008. Disorders of lipoprotein metabolism. In: Kasper D.I…
Braunwald E.. Fauci A.S… Hauser S.L… Longo D.L… Jameson JL, editors:
Harrison Principles of Internal Medicine. 17 thed. New York: Mc Graw Hil p
2418.

Anda mungkin juga menyukai