METABOLISME LIPID
Dosen Pengampu : Dr. Zulfa Zakiah , S.Si., M.Si
Disusun Oleh :
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan nikmat nya, tim
penulis dapat menyelesaikan makalahh “Metabolisme Karbohidrat” dengan baik.
Penyusunan makalah ini tentu mengalami setidaknya sedikit kesulitan dan kendala yang
disebabkan oleh terbatasnya kemampuan, pengetahuan, wawasan serta pola pikir dan pandangan
kami dalam penyusunan makalah ini. Berkat kerja sama penulis yang baik, kendala tersebut
dapat di atasi.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Kami berharap
makalah ini dapat diterima sebagai pemenuhan tugas dari Mata Kuliah Biokimia.
BAB I
PENDAHULUAN
Untuk memahami profil lipid seseorang, biasanya diambil sampel serum, plasma EDTA, atau
plasma heparin. Penting untuk segera memisahkan serum atau plasma dari sel darah, dan jika
tidak, harus disimpan dalam lemari es agar komponen lipid tidak terpengaruh oleh perubahan
distribusi dan aktivitas enzim. Idealnya, pasien harus berpuasa selama 10-12 jam sebelum
pengambilan sampel untuk mengukur trigliserida. Selama 24 jam sebelum pemeriksaan,
pasien sebaiknya menghindari aktivitas berat, karena kelelahan yang signifikan dapat
memengaruhi hasil pemeriksaan. Pagi hari dianggap waktu optimal untuk pemeriksaan,
ketika tubuh belum terlalu aktif (Hartini, 2016).
Profil lipid mencakup empat komponen utama dalam darah, yaitu total kolesterol, kolesterol
LDL (kolesterol jahat), kolesterol HDL (kolesterol baik), dan trigliserida. Pemeriksaan profil
lipid memiliki peran penting dalam mendiagnosis penyakit-penyakit seperti penyumbatan
arteri (arteriosclerosis), penyumbatan pembuluh darah otak (stroke), hipertensi, dan obesitas
(Hartini, 2016).
1.4 Manfaat
Penulisan makalah tentang metabolisme lipid memiliki manfaat akademis. Pertama, ini
membantu mahasiswa memahami dengan lebih mendalam proses-proses biokimia yang
terjadi dalam tubuh terkait dengan metabolisme lipid, yang merupakan konsep dasar.
Makalah ini memungkinkan pengembangan keterampilan analitis dan penelitian mahasiswa,
yang penting dalam pendidikan tingkat tinggi. Dengan menyusun makalah ini, mahasiswa
dapat memperdalam pemahaman mereka tentang konsep biokimia yang kompleks. Selain itu,
makalah ini juga dapat menjadi referensi berguna dalam mata kuliah biokimia dan
memperkaya sumber daya ilmiah yang tersedia bagi mahasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Lipid
Lemak atau lipid adalah senyawa organik yang memiliki sifat heterogen dan biasanya tidak larut
dalam air, tetapi dapat larut dalam pelarut non-polar. Mereka terdiri dari unsur-unsur karbon dan
hidrogen, dan cenderung larut dalam pelarut organik (Hartono A, 2006). Lemak berperan sebagai
sumber energi utama dalam proses metabolisme tubuh. Tubuh mendapatkan lemak dari dua
sumber utama, yaitu melalui makanan yang dikonsumsi dan produksi organ hati. Lemak dapat
disimpan dalam sel-sel lemak sebagai cadangan energi (Hartono A, 2006).
Lipid merupakan kelompok senyawa yang memiliki berbagai komponen penting, dengan
trigliserida sebagai salah satu penyusun utama. Trigliserida terdiri dari gliserol yang terikat
dengan tiga asam lemak yang dapat bervariasi dalam jenisnya. Struktur kimia trigliserida adalah
CH2COOR-CHCOOR-CH2-COORI, dengan R, R’, dan Ri mewakili rantai alkil panjang dari
tiga asam lemak RCOOH, R’COOH, dan RICOOH. Panjang rantai asam lemak pada trigliserida
alami bisa beragam, tetapi yang paling umum adalah dengan 16, 18, atau 20 atom karbon.
Selain trigliserida, lipid juga dapat terdiri dari berbagai senyawa seperti gliserida, monogliserida,
asam lemak bebas, lilin (wax), serta kelompok lipid sederhana yang mengandung komponen
asam lemak seperti senyawa terpenoid/isoprenoid dan senyawa steroida. Lipid sering
berinteraksi dengan protein (lipoprotein) atau karbohidrat (glikolipida), dan mereka berperan
sebagai komponen penting dalam membran sel, hormon, dan vitamin.
Ada dua jenis utama asam lemak, yaitu asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam
lemak tak jenuh memiliki ikatan rangkap dalam rantai karbonnya. Mereka dapat bereaksi dengan
halogen dengan cepat, dan memiliki nilai gizi yang baik karena menghasilkan banyak ATP. Asam
lemak tak jenuh juga dianggap lebih baik dari segi gizi karena sifat reaktifnya dan
kemampuannya sebagai antioksidan dalam tubuh. Struktur molekuler lipid yang kaya akan unsur
karbon menjadikannya hidrofobik, sehingga lipid sulit larut dalam air. Mereka lebih cenderung
larut dalam pelarut seperti eter, kloroform, atau benzol.
Lipid memiliki berbagai peran penting dalam tubuh, termasuk sebagai sumber energi, komponen
pembentuk membran sel, pelindung organ tubuh, sumber asam lemak penting, pengangkut
vitamin larut lemak, penghemat protein, penyebab perasaan kenyang dan meningkatkan rasa
makanan, serta berperan sebagai pelumas dan menjaga suhu tubuh (Hartono A, 2006). Menurut
Guyton dan Hall (2007), fungsi lipid mencakup peran sebagai sumber energi, perlindungan organ
tubuh, kontributor dalam pembentukan sel, penyedia asam lemak esensial, pengangkut vitamin
larut lemak, penghemat protein, penyebab perasaan kenyang dan meningkatkan kenikmatan
makanan, pelumas, serta menjaga suhu tubuh.
Lemak yang berasal dari makanan serta lipid yang diproduksi oleh hati harus diangkut ke
berbagai jaringan dan organ dalam tubuh untuk digunakan atau disimpan. Karena lipid tidak larut
dalam air, masalah transportasi lipid dalam plasma darah yang merupakan medium berbasis air
diatasi dengan menggabungkan lipid non-polar seperti triasilgliserol dan ester kolesteril dengan
lipid amfipatik seperti fosfolipid dan kolesterol, serta protein, untuk membentuk lipoprotein yang
dapat bercampur dengan air.
Komponen utama dalam lipid plasma meliputi triasilgliserol (sekitar 16%), fosfolipid (sekitar
30%), kolesterol (sekitar 14%), ester kolesterol (sekitar 36%), dan sedikit asam lemak rantai
panjang yang tidak teresterifikasi, atau yang dikenal sebagai asam lemak bebas (sekitar 4%).
Asam lemak bebas adalah lemak plasma yang sangat aktif dari segi metabolisme.
Secara dasar, metabolisme lipid dalam tubuh terjadi melalui tiga jalur, yaitu jalur eksogen, jalur
endogen, dan jalur reverse cholesterol transport. Jalur pertama dan kedua berkaitan dengan
metabolisme kolesterol LDL dan trigliserida, sedangkan jalur ketiga berkhusus dalam
metabolisme kolesterol HDL.
1. Jalur Eksogen
Trigliserida, kolesterol yang berasal dari makanan, dan kolesterol yang dikeluarkan oleh
hati bersama empedu ke usus halus merupakan jenis lemak eksogen. Di usus halus,
trigliserida dan kolesterol ini diabsorpsi sebagai asam lemak bebas, sementara kolesterol
ester diabsorpsi sebagai kolesterol bebas. Di sel usus halus, asam lemak bebas kemudian
diubah menjadi trigliserida, sementara kolesterol mengalami esterifikasi untuk menjadi
kolesterol ester. Bersama dengan fosfolipid dan apolipoprotein, keduanya membentuk
lipoprotein yang disebut kilomikron. Kilomikron memiliki apolipoprotein A, B-48, C,
dan E di permukaannya.
Kilomikron masuk ke dalam saluran limfe dan akhirnya masuk ke dalam aliran darah
melalui duktus toraksikus. Trigliserida dalam kilomikron mengalami hidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase yang berasal dari endotel pembuluh darah. Hal ini menghasilkan
asam lemak bebas dan sisa kilomikron yang dikenal sebagai kilomikron remnant. Asam
lemak bebas ini dapat masuk ke jaringan yang membutuhkan energi atau disimpan dalam
bentuk trigliserida di jaringan adiposa. Kilomikron remnant akan menuju ke hati, di mana
sebagian kolesterol akan digunakan untuk memproduksi empedu, dan sisanya akan
didistribusikan ke berbagai jaringan tubuh melalui jalur endogen.
2. Jalur Endogen
Trigliserida dan kolesterol yang diproduksi oleh hati akan dilepaskan ke dalam sirkulasi
darah sebagai VLDL (Very Low Density Lipoprotein). VLDL mengandung
apolipoprotein B-100, C, dan E. Di dalam aliran darah, VLDL mengalami hidrolisis oleh
enzim lipoprotein lipase, menghasilkan IDL (Intermediate Density Lipoprotein) dan
trigliserida. IDL memiliki apolipoprotein B-100 dan E. Selanjutnya, IDL juga mengalami
hidrolisis oleh enzim lipoprotein lipase, menghasilkan LDL (Low Density Lipoprotein)
dan trigliserida. LDL mengandung apolipoprotein B dan E, dan memiliki kandungan
kolesterol yang tinggi. Kolesterol ester dalam LDL dibawa ke hati dan jaringan yang
memproduksi steroid, seperti kelenjar adrenal, testis, dan ovarium, yang memiliki
reseptor kolesterol LDL.
Sebagian kolesterol LDL dapat mengalami oksidasi dan ditangkap oleh reseptor
scavenger-A (SR-A) di dalam makrofag, yang mengakibatkan pembentukan sel busa
(foam cell). Peningkatan jumlah kolesterol yang ditangkap oleh makrofag dipengaruhi
oleh dua faktor: pertama, peningkatan jumlah small dense LDL pada sindrom metabolik,
dan kedua, penurunan kadar kolesterol HDL, yang memiliki peran protektif dalam
mencegah oksidasi LDL.
3. Jalur Reverse Cholesterol Transport
Partikel HDL (High Density Lipoprotein) dalam bentuk awal, disebut HDL nascent,
dilepaskan oleh usus halus dan hati sebagai partikel kecil yang memiliki sedikit
kandungan kolesterol. HDL nascent mengandung apolipoprotein A, C, dan E. HDL
nascent mendekati makrofag dan melakukan pengambilan kolesterol dari mereka untuk
membentuk HDL dewasa. Kolesterol yang ada di dalam sel makrofag harus dibawa ke
permukaan membran sel oleh suatu transporter yang disebut adenosine triphosphate
binding cassette transporter-1 (ABC-1) agar dapat diambil oleh HDL nascent. Protein
transmembran ini menggunakan energi ATP untuk memindahkan berbagai substrat di
antara dalam sel dan luar sel.
Setelah pengambilan kolesterol bebas dari sel makrofag, kolesterol tersebut akan
diesterifikasi oleh enzim lecithin cholesterol acyltransferase (LCAT). Sebagian dari
kolesterol ester yang diangkut oleh HDL akan mengikuti dua jalur. Jalur pertama
membawa kolesterol ester kembali ke hati dan ditangkap oleh reseptor scavenger class B
type I (SR-B1). Jalur kedua melibatkan pertukaran kolesterol ester dengan trigliserida
yang terdapat dalam VLDL dan IDL dengan bantuan cholesterol ester transfer protein
(CETP).
Asam lemak yang berada dalam sitoplasma harus melewati proses aktivasi terlebih dahulu
dengan mengubahnya menjadi asil-KoA. Ini dilakukan dengan menggabungkannya dengan
Koenzim A melalui katalisis enzim tiokinase. Dalam proses ini, terbentuk pirofosfat yang
kemudian dihidrolisis menjadi fosfat anorganik. Hasil dari reaksi ini adalah pembentukan asil-
KoA, yang merupakan bentuk aktif dari asam lemak (Murray, K., 2002).
Pembentukan asil-KoA bukanlah proses yang khusus hanya untuk oksidasi asam lemak. Proses
ini diperlukan dalam berbagai reaksi biokimia yang melibatkan asam lemak, termasuk dalam
sintesis trigliserida dan pemanjangan rantai asam lemak. Di dalam sel, terdapat berbagai jenis
tiokinase yang bekerja secara spesifik pada asam lemak dengan panjang rantai yang berbeda
(Murray K., 2002).
Proses aktivasi asam lemak terjadi pada mikrosom dan permukaan luar mitokondria. Namun,
asil-KoA rantai panjang yang terbentuk tidak dapat langsung menembus membran dalam
mitokondria. Oleh karena itu, diperlukan mekanisme khusus untuk mengangkut asil-KoA dari
luar mitokondria ke dalam matriks mitokondria, di mana tahap berikutnya dari oksidasi beta
terjadi (Murray K., 2002).
Proses ini melibatkan sistem transporter karnitin, yang terdiri dari beberapa enzim, termasuk
karnitin asil transferase I, karnitin asil transferase II, dan karnitin asil-karnitin translokase.
Pertama, asil-KoA rantai panjang bereaksi dengan karnitin, membentuk asil-karnitin. Reaksi ini
dikatalisis oleh karnitin asil transferase I yang terletak pada permukaan luar membran dalam
mitokondria. Koenzim A yang dilepaskan selama proses ini dapat digunakan untuk aktivasi asam
lemak lainnya. Asil-karnitin yang terbentuk memiliki kemampuan untuk menembus membran
dalam mitokondria dengan bantuan enzim translokase yang ada pada membran mitokondria
(Artemis P. Simopoulos et al., 2002).
Setelah mencapai permukaan dalam membran mitokondria, asil-karnitin, dengan bantuan enzim
asil transferase II, berinteraksi dengan KoA. Ini memungkinkan asil-KoA untuk berpindah ke
dalam matriks mitokondria. Karnitin yang telah dilepaskan kembali ke permukaan luar membran
dalam mitokondria dengan bantuan enzim translokase. Karnitin asil transferase I merupakan
enzim yang mengontrol kecepatan (rate-limiting enzyme) dari seluruh rangkaian reaksi oksidasi
beta, sehingga mengendalikan seluruh proses ini (Artemis P. Simopoulos et al., 2002).
Di dalam matriks mitokondria, proses oksidasi beta asam lemak berlanjut. Pada tahap ini, terjadi
dehidrogenasi pada atom C-α dan C-β asil-KoA, yang mengakibatkan kehilangan satu atom
hidrogen dari masing-masing atom tersebut. Hasil dari reaksi ini adalah pembentukan A2
unsaturated asil-KoA. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini mengandung FAD sebagai gugus
prostetik, yang menangkap dua atom hidrogen yang dibebaskan dan mengirimkannya ke rantai
respirasi, menghasilkan energi. A2 unsaturated asil-KoA kemudian mengalami hidrasi,
membentuk L(+) B-hidroksi asil-KoA. Selanjutnya, terjadi dua reaksi dehidrogenasi tambahan
pada atom C-P, menghasilkan keto asil-KoA. Reaksi ini dikatalisis oleh enzim yang
membutuhkan NAD sebagai koenzim, yang berperan sebagai akseptor atom hidrogen yang
dilepaskan, dan energi ini digunakan dalam rantai respirasi (Artemis P. Simopoulos et al., 2002).
Terakhir, terjadi tiga reaksi pemecahan tiolitik (pemecahan molekul yang melibatkan masuknya
gugus sulfhidril) pada molekul keto asil-KoA. Reaksi ini memerlukan KoA. Pemecahan terjadi
pada ikatan antara atom C-α dan C-P, menghasilkan satu molekul asetil-KoA dan satu molekul
asil-KoA. Asil-KoA yang terbentuk dapat masuk kembali ke dalam rangkaian reaksi pada tahap
dehidrogenasi pertama dan seterusnya. Siklus ini terus berlanjut hingga akhirnya asil-KoA
semula habis dipecah menjadi molekul-molekul asetil-KoA. Asam lemak dengan jumlah atom C
yang ganjil akan mengalami reaksi yang serupa, menghasilkan propionil-KoA.
Asetil-KoA yang terbentuk dari oksidasi asam lemak akan mengalami oksidasi lebih lanjut dalam
siklus asam sitrat (TCA), menghasilkan CO2 dan H2O. Namun, tidak semua asetil-KoA yang
dihasilkan dari oksidasi beta akan diteruskan ke dalam siklus TCA. Sebagian dari asetil-KoA
dapat digunakan dalam pembentukan senyawa keton, yang dikenal sebagai ketogenesis (Murray,
K., 2002).
Sebagai contoh, oksidasi asam palmitat (C15H31COOH) yang memiliki rantai 16 atom karbon
memerlukan 7 siklus reaksi dalam oksidasi beta dan menghasilkan sejumlah asetil-KoA. Setiap
siklus ini menghasilkan 5 molekul ATP. Dengan demikian, jika seluruh asetil-KoA dioksidasi
dalam siklus TCA, maka akan dihasilkan 96 molekul ATP. Total energi yang dihasilkan dari
oksidasi asam palmitat menjadi CO2 dan H2O adalah 35 (dari oksidasi FADH2 dan NADH-H’
oleh rantai respirasi) ditambah 96, sehingga total 131 molekul ATP dihasilkan.
Namun, perlu diperhatikan bahwa aktivasi awal memerlukan konsumsi energi, yaitu 2 ikatan
berenergi tinggi (setara dengan 1 molekul ATP yang diubah menjadi 1 molekul AMP). Oleh
karena itu, secara netto dihasilkan 129 ikatan berenergi tinggi (setara dengan 129 molekul ATP)
dalam proses ini. Setiap ikatan berenergi tinggi setara dengan 7.6 kilokalori, sehingga secara
keseluruhan dihasilkan 980 kilokalori.
Reaksi oksidasi beta diatur oleh karnitin asil transferase, yang merupakan enzim pembatas
kecepatan (rate-limiting enzyme), dan aktivitasnya dihambat oleh malonil-KoA. Oleh karena itu,
dalam situasi di mana lipogenesis aktif, kadar malonil-KoA akan tinggi, dan oksidasi asam lemak
akan terhambat. Sebaliknya, jika lipogenesis terhambat, oksidasi asam lemak akan berjalan lebih
lancar (Murray, K., 2002).
Jalur utama degradasi asam lemak adalah B-oksidasi, yaitu untuk asam lemak jenuh beratom C
genap. Akan tetapi ada juga jalur jalur khusus yang lain yaitu untuk degradasi asam lemak tak
jenuh. Degradasi asam lemak dengan ator C ganjil, serta a-dan w-oksidasi.
Dalam kasus sindrom Refsum, pasien mengalami gangguan dalam reaksi α-oksidasi,
yang mengakibatkan ketidakmampuan mereka untuk mengoksidasi asam fitanat yang
berasal dari makanan tumbuhan. Asam fitanat mengandung gugus metil (CH3) pada
karbon-β, yang dapat menghambat reaksi β-oksidasi (Nelson & Cox, 2004).
w-oksidasi adalah proses oksidasi yang terjadi pada atom karbon pada ujung asam lemak.
Reaksi ini dimulai dengan hidroksilasi gugus CH3 yang dikatalisis oleh monooksigenase,
membentuk CH2OH, dan kemudian berlanjut dengan oksidasi membentuk gugus
karboksilat (COOH). Hasil dari reaksi ini adalah asam lemak dikarboksilat, yang berarti
memiliki dua gugus karboksilat (COOH) dan dapat mengalami β-oksidasi dari kedua
ujungnya. Proses ini dapat berlanjut sampai dihasilkan asam dikarboksilat dengan
panjang rantai C8 (seperti asam suberat) atau C6 (seperti asam adipat), yang kemudian
dapat diekskresikan melalui urin.
Kedua asam tersebut, asam suberat dan asam adipat, ditemukan dalam urin penderita
ketotik dikarboksilat asiduria. Α-oksidasi dilakukan oleh enzim-enzim hidroksilasi yang
memerlukan sitokrom P-450 dalam mikrosom (Nelson & Cox, 2004).
Hati adalah tempat penting untuk pembentukan asam lemak, lemak. Keton bodi, dan kolesterol.
Meskipun jaringan adiposa juga mensintesis lemak, tetapi fungsi utamanya adalah menyimpan
lipid. Metabolisme lipid di dalam hati berkaitan erat dengan karbohidrat dan asam amino. Dalam
keadaan absorpsi, hati mengubah glukosa menjadi asam lemak melalui asetyl-CoA. Hati dapat
juga mendapatkan kembali asam lemak dari suplai lipid dengan kilomikron dari usus. Asam
lemak dari kedua sumber tersebut kemudian dikonversi menjadi lemak netral dan fosfolipid.
1. Mengalihkan sebagian acetyl-CoA yang terbentuk dari oksidasi asam lemak di dalam hati
dari proses oksidasi selanjutnya. Ini terjadi khususnya selama kondisi puasa, lapar, atau
pada penderita diabetes melitus (DM). Pada kondisi ini, hati mulai menghasilkan keton
bodies sebagai alternatif untuk energi.
2. Mengangkut acetyl-CoA ke jaringan lain dalam tubuh untuk dioksidasi menjadi CO2 dan
H2O. Ini merupakan salah satu cara untuk mendistribusikan bahan bakar ke berbagai
bagian tubuh. Ketika glukosa dari darah tidak cukup dimanfaatkan oleh jaringan, keton
bodies dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.
Dalam kondisi paska absorpsi atau selama puasa, terjadi pergeseran dalam metabolisme lipid, di
mana hati mulai menguraikan asam lemak sebagai sumber energi karena ketersediaan glukosa
yang terbatas. Hal ini terjadi pada penderita diabetes melitus (DM) karena gangguan dalam
penggunaan glukosa oleh jaringan tubuh. Keton bodies menjadi penting sebagai bahan bakar
alternatif dalam kondisi ini.
Proses pembentukan keton bodies dari asetil-CoA adalah penting dalam metabolisme lemak dan
terjadi terutama dalam mitokondria hati. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
Keton bodies kemudian dilepaskan oleh hati ke dalam darah. Dalam kondisi lapar, keton bodies,
bersama dengan asam lemak, digunakan sebagai sumber energi oleh hati, otot skeletal, ginjal,
dan otak. Kelebihan aceton yang tidak diperlukan akan dikeluarkan melalui pernapasan.
Jika produksi keton bodies melebihi penggunaannya di luar sel hati, maka keton bodies dapat
terakumulasi dalam plasma darah (ketonemia) dan dikeluarkan bersama urin (ketonuria). Karena
keton bodies adalah asam dengan kekuatan moderat dan memiliki pKa sekitar 4, mereka dapat
menurunkan nilai pH plasma darah, yang dapat menyebabkan ketoasidosis, sebuah kondisi yang
serius.
Reaksi 4: Pengubahan acetoacetate menjadi acetone dan d-B-hydroxybutyrate. Dalam reaksi ini,
acetoacetate dapat diubah menjadi d-B-hydroxybutyrate atau dioksidasi menjadi acetone.
Triacylgliserol (trigliserida) merupakan lipid cadangan yang disimpan dalam jaringan adiposa
dalam hati. Dalam tumbuhan dan hewan biosintesis triacylglyserol menggunakan precursor L-
glyserol- 3-phosphate (disingkat dengan G-3-P) dan acyl-CoA. G-3-P pada umumya berasal dari
senyawa intermediet dalam proses glikolisis atau dibentuk dari gliserol bebas hasil degradasi
triacylgliserol oleh aktivitas glycerol kinase.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Lipid atau lemak adalah senyawa organik yang memiliki sifat heterogen, umumnya tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut non-polar. Lipid terdiri dari unsur karbon dan hidrogen dan
berperan dalam berbagai fungsi dalam tubuh, termasuk sebagai sumber energi, pelindung organ-
organ tubuh, komponen pembentukan sel, sumber asam lemak esensial, alat transportasi vitamin
larut lemak, pemeliharaan dan penghematan protein, memberikan rasa kenyang dan
meningkatkan kelezatan makanan, berperan sebagai pelumas, serta menjaga suhu tubuh.
Gangguan metabolisme lipid dalam tubuh dapat menghasilkan kondisi seperti Dislipidemia,
Hiperlipidemia, dan Obesitas yang sering terjadi. Lipid dalam plasma darah terdiri dari beberapa
komponen utama, termasuk triasilgliserol (16%), fosfolipid (30%), kolesterol (14%), ester
kolesterol (36%), dan jumlah kecil asam lemak bebas atau asam lemak rantai panjang yang
belum diesterifikasi (4%). Asam lemak bebas adalah salah satu komponen lipid plasma yang
memiliki peran aktif dalam metabolisme.
Proses metabolisme lipid dalam tubuh umumnya melibatkan tiga jalur utama, yaitu jalur eksogen
yang melibatkan lipida dari makanan, jalur endogen yang melibatkan lipida yang diproduksi di
dalam tubuh, dan jalur reverse cholesterol transport yang berperan dalam pengeluaran kolesterol
dari tubuh.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak kekurangan didalamnya. Akan
tetaoi besar harapan penulis agar makalah ini dapat memberikan manfaat dalam menambah
pengetahuan tentang metabolisme protein. Semoga makalah ini dapat berguna bagi pembaca.
Penulis sangat terbuka untuk menerima kritik dan saran terkait penulisan makalah ini agar dapat
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Adam, J.M.F., 2007, Buku Ajar. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi keempat, 1927-1931.
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Jakarta.
Artemis P. Simopoulos, MD, FACN, 2002, Omega-3 Fatty Acids in In ammation and
Autoimmune Diseases. Jounal of Amerika College of Nutrition, Published by the
American College of Nutrition, V.21, No.6:2488-2496
Burtis. C.A. et al2008. Lipids. Lipoproteins. Apolipoproteins, and Other Cardiovascular
Risk Factor In: Tietz Textbook of Clinical Chemistry and Molecular Diagnostic.
Vol. 1. St. Louis, Missouri: Elsevier: 903-968.
Guyton A.C. Hall J.E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran 12th ed. Jakarta EGC, P:47-
58, 832-934, 1077
Hartini, 2016. Jurnal Ilmiah Manuntung. Akademi Farmasi Samarinda (1), 65-69. Jakarta
Hartono, A. 2006. Terapi Gizi dan Diet Rumah Sakit Edisi 2.EGC. Jakarta.
Hendromartono dkk. 2007 Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Surabaya: Airlangga
University Press
Malik A. Mega, dkk, 2013. Gambaran Kadar Kolesterol Total Darah pada Mahasiswa
Angkatan 2011 Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi
Murray, K. 2002. Harper Biochemestry, twenty fth edition. Mc Graw Hill Companie New
York.
Murray, K. 2004. Harper Biochemestry, twenty sixth edition. Mc Graw Hill Companie:
New York
Nelson, D. L. and Cox, M. M. 2004. Lehninger Principles of Biochemistry, 4th Edition.
New York: W. H. Freeman and Company
Pine, S. H. dkk, Kimia Organik 1, Bandung: ITB, 1988
Rader D.J., HobbsH.H. 2008. Disorders of lipoprotein metabolism. In: Kasper D.I…
Braunwald E.. Fauci A.S… Hauser S.L… Longo D.L… Jameson JL, editors:
Harrison Principles of Internal Medicine. 17 thed. New York: Mc Graw Hil p
2418.