Anda di halaman 1dari 11

5 Komponen / Unsur Pembelajaran STEAM

STEAM mendukung pengalaman belajar yang berarti dan pemecahan masalah, dan berpendapat bahwa sains, teknologi, teknik,
seni dan matematika saling terkait. STEAM dilakukan secara terintegrasi dalam pembelajaran di TK melalui keseharian anak.
STEAM mendorong anak untuk membangun pengetahuan tentang dunia di sekeliling mereka melalui mengamati, menanya, dan
menyelidiki.
1. Science
Sains merupakan proses berpikir sistematis dimana sebuah ilmu diturunkan berdasarkan teori, hukum, dan fakta yang
ada dengan tujuan untuk mencari penyelesaiaian masalah yang ada. Cara berpikirnya dimulai dari membuat hipotesa atau
dugaan yang nantinya akan dibuktikan dengan pendekatan sains. Hipotesa dapat dibuktikan dengan penelitian qualitative,
quantitative, maupun eksperimen, atau dapat juga menggunakan kombinasi dari metode yang ada. Penelitian yang dapat saja
membuktikan hipotesa benar ataupun salah, dalam hal ini maka cara berpikir sistematis ini akan mendorong cara pikir kritis
untuk dapat menyelesaikan masalah sehari-hari.
Setiap masalah memiliki cara penyelesaian yang berbeda-beda dan juga perlu pendekatan khusus sehingga
penyelesaiannya dapat lebih komprehensif. Ruang lingkup pembelajaran sains di TK terbagi menjadi dua dimensi, pertama
dilihat dari dimensi isi bahan kajian dan kedua dilihat dari bidang perkembangan atau kemampuan yang akan dicapai.
Deskripsi pembelajaran sains dilihat dari isi bahan kajian meliputi materi atau disiplin yang terkait dengan bumi dan jagat
raya (ilmu bumi), ilmu-ilmu hayati (biologi), serta bidang kajian fisika dan kimia (Abruscato, 2005).
Sementara apabila ditinjau dari bidang pengembangan atau kemampuan yang harus dicapai, maka terdapat tiga
dimensi yang semestinya dikembangkan bagi anak usia dini yaitu meliputi kemampuan terkait dengan penguasaan produk
sains, penguasaan proses sains dan penguasaan sikap-sikap sains (jiwa ilmuwan).
Proses sains dalam pembelajaran anak usia dini, dapat mengambil sejumlah indikator yang terdapat dalam Kurikulum
PAUD. Untuk itu, guru perlu memberikan kesempatan anak untuk melakukan aktivtas sebagai berikut:
1) Observing atau mengamati. Mengamati adalah mendeskripsikan objek atau peristiwa dengan menggunakan panca
indra
2) Comparing atau membandingkan dan classifying atau mengklasifikasikan. Mengklasifikaikan adalah kemampuan
dasar dalam mengorganisasikan informasi
3) Measuring atau menyumbang atau mengukur. Menyumbang atau mengukur adalah kemampuan dasar dalam
mengumpulkan data.
4) Communicating atau mengkomunikasikan
5) Experimenting atau bereksperimen. Bereksperimen bukanlah suatu proses yang baru bagi anak. dalam belajar sains,
maksud bereksperimen adalah mengontrol satu atau lebih variabel dan memanipulasi kondisi.

2. Technology
Tujuan dari pengenalan teknologi di TK adalah untuk mengenalkan alat-alat teknologi sederhana ataupun alat-alat
bantu yang memudahkan pekerjaan manusia di lingkungan sekitar mereka tinggal ataupun sekolahnya seperti peralatan
rumah tangga, peralatan bermain, peralatan pertukangan dan lainnya serta bagaimana cara menggunakan alat-alat tersebut
dalam kehidupan sehari-hari.

3. Engineering
Atribut engineering dapat dijelaskan sebagai teknik rekayasa yang digunakan dalam penyelesaian masalah dalam
kehidupan sehari- hari. Proses rekayasa ini merupakan pola berpikir kreatif dalam mengembangkan cara-cara baru dalam
mengatasi masalah yang ada. Proses rekayasa ini tentu tak dapat dipisahkan dari proses berpikir secara sains dan
pengaplikasian teknologi baru dalam pelaksanaannya. Aspek engineering dalam pendekatan STEAM adalah keterampilan
yang dimiliki seseorang untuk mengoperasikan atau merangkai sesuatu. Bligh tahun 2015 mengklasifikasikan aspek
engineering merujuk pada aplikasi dari pengetahuan sains dan keterampilan dalam menggunakan teknologi dalam
menciptakan suatu cara yang memiliki manfaat.

4. Art
Art atau kita sebut dengan seni, merupakan ukuran dari estetika atau nilai keindahan. Dalam proses belajar setiap
manusia akan lebih menghargai sesuatu dengan nilai estetika yang baik. Secara konseptual pendidikan seni di TK diarahkan
pada perolehan atau kompetensi hasil belajar yang beraspek pengetahuan, keterampilan dasar seni dan sikap yang berkaitan
dengan kemampuan kepekaan rasa seni-keindahan serta pengembangan kreativitas.
5. Mathematic
Matematika merupakan proses berpikir yang berhubungan dengan logika dasar bagaimana segala sesuatu di dunia ini
dapat terukur dan dievaluasi dan membantu setiap orang dalam menyelsesaikan masalah sehari-hari. Dalam matematika
terdapat banyak hukum, aturan, dan teori yang digunakan untuk mendekati logika suatu ilmu atau suatu permasalahan.
Kemampuan yang ingin dibangun dari mengenalkan matematika di TK antara lain: membandingkan (komparasi), memilah
(klasifikasi), bekerja dengan pola, mengidentifikasi bentuk, logika, dan sebab akibat.
Menurut Charlesworth bahwa selama masa preoperasional anak mulai melakukan belajar dengan konservasi seperti
berhitung mencocokkan satu sama lain, bentuk tempat dan membandingkan. Selain itu anak juga mulai belajar dengan seriasi
(menempatkan item pada urutan yang logis seperti gemuk-kurus, gelap-terang) dan klarifikasi (menempatkan benda dalam
kelompok sesuai kriteria umum seperti warna, bentuk, ukuran,dan kegunaan). Dalam hal ini anak mengenal konsep lawan atau
pasangannya dari sesuatu konsep baik bentuk maupun bilangan (Dodge dan Colker, 2001). STEAM adalah ilmu tentang logika
mengenal bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep berhubungan lainya dengan jumlah yang banyak terbagi ke dalam tiga
bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri (Barbara and Doug, 2006)
Apa saja yang perlu diperhatikan dari CP Jati Diri?
A. Manajemen Emosi
Anak dapat Mengenali, Mengelola, Mengekspresikan Emosi Diri, serta Membangun Hubungan Sosial
Secara Sehat. Emosi adalah kondisi perasaan seseorang yang berpengaruh terhadap pikiran serta
perilakunya. Pada usia 5—6 tahun, kemampuan anak dalam mengenali, mengelola, mengekspresikan emosi
diri, serta membangun hubungan sosial secara sehat dalam kesehariannya terlihat dari hal-hal berikut.
a. Mampu menyebutkan jenis-jenis emosi yang sedang dirasakannya.
Secara umum, emosi yang dapat dengan jelas dikenali dan diucapkan anak adalah emosi dasar,
seperti senang, marah, jijik, sedih, dan takut.
b. Mampu berempati
Pada tahapan usia ini, kemampuan berempati ditunjukkan dengan cara anak dapat menyebutkan
perasaan dan mengekspresikan emosi yang ditunjukkan oleh orang lain. Anak juga sudah dapat
merespons dengan tepat emosi yang ditunjukkan oleh orang lain. Respons yang diberikan anak
ditunjukkan dengan menunjukkan ekspresi yang tepat dan juga memberi bantuan untuk menyamankan
perasaan tidak nyaman orang lain
c. Mampu mengontrol, mengelola, dan mengekspresikan emosi yang dirasakannya.
Hal ini ditunjukkan dengan berkurangnya aktivitas memukul, menendang, dan sebagainya saat
anak merasakan emosi yang tidak nyaman. Anak lebih banyak menunjukkannya secara verbal dan bisa
mengomunikasikan hal yang disukai dan tidak disukainya ketika merasakan emosi tidak nyaman.
d. Mau berbagi dengan teman atau orang lain
Pada tahap usia ini anak sudah paham dan mau berbagi berbagai hal dengan temannya, misalnya
berbagi makanan ataupun bergantian bermain.
e. Lebih suka bermain dengan teman atau orang lain dibandingkan bermain sendiri
Anak sudah mulai menikmati bermain bersama temannya. Dia sudah dapat berinisiatif untuk
menghampiri teman untuk bermain hal yang disukainya. Anak juga sudah mampu memainkan permainan
yang membutuhkan kerja sama.
f. Sudah lebih memahami konteks sosial
Keterampilan ini terlihat dari kemampuan anak dalam memahami, berimajinasi, bermain peran
dengan alur cerita yang lebih rumit, membutuhkan konteks yang berbeda-beda, dan beragam. Hal
tersebut karena dalam bermain peran, anak butuh membayangkan alur cerita, konteks kejadian,
termasuk kepada siapa ia berbicara, urutan kejadian, dan banyak hal lainnya yang sangat dekat dengan
situasi sosial anak sehari-hari.
B. Mengenali Identitasnya
Anak Menunjukkan Perasaan Bangga terhadap Identitas Keluarganya, Latar Belakang Budayanya, dan
Jati Dirinya sebagai Anak Indonesia yang Berlandaskan Pancasila. Pada usia 5—6 tahun, anak sudah
dapat membedakan dan mengelompokkan hal- hal di sekelilingnya. Oleh sebab itu, anak sudah mampu
mengetahui bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok, misalnya ras, suku, agama, dan bangsa.
Anak juga dapat mengekspresikannya dengan kata-kata dan cerita, seperti “Aku orang Jawa/Sumatra/dsb.”
Anak juga sudah bisa untuk dibiasakan menghargai, menghormati, dan memahami bahwa ada orang lain
yang memiliki identitas berbeda darinya.
Pada usia 5—6 tahun, kebanggaan anak terhadap identitasnya terlihat dari beberapa hal dalam
kesehariannya yang perlu diperhatikan dalam menurunkan TP dari CP Jati Diri, yaitu sebagai berikut.
a) Mengetahui kemampuan yang dikuasainya
Anak sudah dapat mengetahui, menyebutkan, dan menceritakan hal-hal yang bisa dilakukannya
dengan baik. Pada usia ini, anak cenderung menyebutkan hal-hal konkret yang dapat diamatinya, tanpa
memberikan penilaian sosial, seperti baik atau buruk, terhadap kemampuan yang dideskripsikannya.
Contohnya, anak dapat menyebutkan bahwa ia bisa memanjat, bermain bola, dan berhitung dari 1—10.
b) Menyebutkan hal-hal atau kegiatan yang disukainya
Pada usia ini, anak sudah mampu menceritakan ataupun mendeskripsikan hal-hal yang disukai dan
tidak disukai. Misalnya, anak sudah dapat menyebutkan makanan, warna, atau mainan kesukaannya.
c) Melakukan kegiatan di dalam kelompok yang sesuai minatnya
Anak sudah dapat secara mandiri memilih untuk bermain atau terlibat dalam kegiatan yang
disukainya secara berkelompok. Misalnya, anak yang suka bermain bola akan menghampiri dan ikut
bermain bola bersama teman-temannya. Anak yang suka bermain masak-masakan akan bergabung
dengan teman yang memiliki minat atau sedang melakukan kegiatan masak-masakan.
d) Mendeskripsikan ciri-ciri isik yang dimilikinya
Pada usia ini, anak sudah menyadari, mengategorikan, dan bisa menyebutkan perbedaan karakter
isiknya dengan orang lain. Sebagai contoh, anak dapat menyebutkan jenis rambutnya lurus atau keriting
dan ukuran tubuhnya lebih tinggi atau pendek. Hal ini disebabkan oleh anak sudah memiliki kemampuan
untuk mengategorikan atau mengelompokkan banyak hal di hidupnya. Pada usia ini sangat penting bagi
para guru untuk juga mengajarkan serta membiasakan anak akan keberagaman.
e) Mengetahui bahwa dirinya merupakan bagian dari suatu kelompok tertentu
Memasuki usia 5 tahun, anak sudah mulai mengamati adanya ciri-ciri kebudayaan lingkungan
sekitarnya, seperti bahasa yang digunakan dan adat-istiadat. Anak mulai menyadari bahwa dirinya
merupakan bagian dari suatu kelompok tertentu. Contohnya, anak mengetahui dan menyebutkan agama
yang dianutnya, suku bangsa tempatnya berasal, serta kebiasaan-kebiasaan yang sering dilakukan oleh
budaya tempat anak itu tinggal.

C. Bersikap Positif
Anak Memiliki Sikap Positif dan Berpartisipasi Aktif dalam Menjaga Kebersihan, Kesehatan, dan
Keselamatan diri. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan proses pembiasaan perilaku hidup
sehat yang dimulai dari tatanan terkecil, yaitu individu, kelompok, dan masyarakat melalui berbagai
pendekatan komunikasi dan informasi. Lembaga pendidikan anak usia dini yang merupakan bagian dalam
tatanan PHBS memegang peranan penting dalam menanamkan serta menerapkan pembiasaan PHBS pada
anak sejak usia dini
Untuk anak berusia 5—6 tahun, PHBS dalam kesehariannya yang perlu diperhatikan dalam menurunkan TP
dari CP Jati Diri sebagai berikut.
a. Menjaga kebersihan diri
Anak usia 6 tahun diharapkan sudah dapat menerapkan pola hidup sehat dalam hal menjaga
kebersihan diri, seperti mencuci tangan dengan sabun sebelum masuk ke dalam rumah atau
sekolah serta sebelum dan sesudah makan, menyikat gigi, mandi, memahami tata cara bersin/batuk
di tempat umum, menggunakan masker, dan mengonsumsi jajanan sehat.
b. Mengetahui situasi yang membahayakan diri
Anak-anak pada usia ini sudah mengetahui kapan dan bagaimana ia harus bertindak dalam
beberapa situasi, seperti ketika mengalami perundungan, menyeberang jalan, serta ketika
mendapat sentuhan baik dan buruk dari orang lain. Anak sudah dapat mengetahui kapan ia harus
meminta tolong, dengan siapa saja ia bisa meminta pertolongan, dan menghindari tempat-tempat
yang penuh dengan orang asing yang mencurigakan. Anak juga sudah dapat menetapkan batasan
diri dari sentuhan orang lain, terutama pada area privat tubuh anak.
c. Mengenal kebiasaan yang baik dan buruk bagi kesehatan
Anak pada usia ini sudah mengetahui hal-hal yang perlu dihindari untuk menjaga kesehatan
dirinya, mulai dari menghindari rokok, minuman keras, dan jajanan atau makanan tidak sehat yang
mengandung banyak gula dan pewarna. Anak juga memahami beberapa perilaku untuk menjaga
kesehatan, seperti menggunakan masker serta menutup mulut dan hidung saat bersin atau batuk.
d. Memiliki keinginan untuk mencoba atau terlibat dalam berbagai aktivitas di lingkungannya
Pada usia ini, anak sudah menunjukkan keinginan dan kemauannya untuk melakukan aktivitas
olahraga atau kegiatan lain yang membutuhkan mobilitas isik tinggi. Beberapa contohnya adalah
bermain kejar-kejaran, melompat, olahraga, bermain di taman bermain. Anak juga mencoba
mengeksplorasi lingkungan, seperti memegang tumbuh-tumbuhan, hewan, dan kegiatan isik aktif
lainnya yang dapat dilakukan sehari-hari di lingkungan sekitarnya.
e. Menjaga dan merawat kebersihan lingkungan sekitarnya
Pada usia ini, anak sudah memiliki kesadaran untuk menjaga dan merawat kebersihan
lingkungan sekitarnya. Contohnya, menjaga kebersihan dan menggunakan kamar
mandi/toilet/jamban dengan baik, berolahraga, tidak membuang sampah sembarangan,
membersihkan lingkungan dari jentik nyamuk, dan mau bergotong royong membersihkan
lingkungan sekolah dan rumah.

Anda mungkin juga menyukai